Anda di halaman 1dari 22

HAK ASASI MANUSIA (HAM)

MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Kewarganegaraan yang dibina oleh Drs. Imam

Oleh Sevita N. F. Syahroni Y.A. Tika Wahyu W. Tita Luthfia Sari Titus Adi N. Vianggara Surya H. Prasetiyo Aji N.

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER September 2008

KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Hak Asasi Manusia (HAM), untuk memenuhi tugas matakuliah Kewarganegaraan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Kami menyampaikan terima kasih kepada : 1. Drs. Imam selaku pembimbing serta dosen matakuliah Kewarganegaraan. 2. Rekan-rekan kelompok 3 yang telah bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini. 3. Serta semua pihak yang telah membantu menyiapkan, memberikan masukan, dan menyusun makalah ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan serta pengetahuan, maka penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan kekurangan kami di masa yang akan datang. Dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat meberikan sumbangan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Malang, September 2008

Penulis

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................... i KATA PENGANTAR......................................................................................... ii DAFTAR ISI........................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................ 1 1.2 Topik Bahasan................................................................................ 1 1.3 Tujuan Penulisan Makalah.............................................................. 1 1.4 Manfaat........................................................................................... ISI 2.1 Pengertian HAM............................................................................. 3 2.2 Macam-macam HAM..................................................................... 5 2.3 Sejarah Perkembangan HAM......................................................... 5 2.4 HAM di Indonesia........................................................................... 6 2.5 Pelanggaran HAM.......................................................................... 2.6 Hambatan dan Tantangan Penegakan HAM .................................. 2.7 Proses Peradilan HAM....................................................................

BAB II

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan.....................................................................................15 3.2 Saran...............................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggal 09 Desember setiap tahunnya diperingati sebagai hari Hak Azasi Manusia Internasional. Momen ini diperingati oleh semua umat manusia di seluruh dunia dengan sukacita dan harapan semoga penegakan HAM pada tahun mendatang lebih baik dari tahun sebelumnya. Meskipun tak sedikit, hari ini juga diisi dengan keprihatinan dan kecemasan akan masih jauhnya harapan dari kenyataan. Masih banyaknya kasus pelanggaran HAM baik ringan maupun berat yang belum tertangani dengan maksimal. Meskipun proses penegakan HAM di berbagai negara telah berlangsung untuk kurun waktu yang panjang (terutama Amerika Serikat dan Eropa), namun ternyata HAM masih menyisakan perdebatan panjang yang belum pernah selesai sampai sekarang. Perdebatan tersebut adalah perdebatan seputar pendasaran HAM itu sendiri, perdebatan tentang standar-standar yang menjadi landasan sebuah hak bisa diklaim sebagai HAM sehingga dia bersifat: azasi, tak tercabut, universal, independen, dan internasional. 1. 2 Topik Masalah Berdasarkan latar belakang penulisan makalah, topik masalah yang penulis bahas dalam makalah ini adalah pengertian HAM, macam-macam HAM, sejarah HAM, HAM di Indonesia, Pelanggaran HAM, Hambatan dan Tantangan dalam Penegakan HAM, dan Proses Peradilan HAM. 1. 3 Tujuan Penulisan Makalah Tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. 2. 3. Menjelaskan pengertian dan macam-macam HAM Menjabarkan hak dan kewajiban azasi warga negara Menjelaskan sejarah dan perkembangan HAM di Indonesia dan di dunia

4. 5. penegakan HAM 6. 1. 4 Manfaat 1. 4. 1 Bagi Penulis

Menjabarkan beberapa pelanggaran HAM yang pernah dan masih sering terjadi Menjelasakn hambatan dan tantangan dalam

Menjelaskan mekanisme proses peradilan HAM

Makalah ini dapat dijadikan seagai bahan bacaan dan diskusi yang menarik, mengingat pada zaman sekarang pun masih banyak pelanggaran HAM yang terjadi. 1. 4. 2 Bagi Pembaca Makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi yang baik dalam mengenal dan mengetahui bagaimana sejarah HAM dan bagaimana keadaan HAM saat ini di dunia dan di Indonesia. Makalah ini dapat dijadikan bahan dalam diskusi sehingga menghasilkan suatu perbaikan dalam mewujudkan keadilan HAM.

BAB II PEMBAHASAN 2. 1 Pengertian HAM HAM adalah singkatan dari Hak Asasi Manusia. Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang dimiliki oleh manusia sejak ia lahir dan merupakan anugerah Tuhan kepada manusia untuk menunjang kehidupannya di dunia. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai nmanusia, yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia. Hak ini dimiliki oleh manusia semata-mata karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara. Hak asasi diperoleh manusia dari penciptanya yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan. Ini berarti bahwa hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksitensi pribadi manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat dicabut oleh kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya, karena jnika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan. Walaupun demikian, bukan berarti bahwa perwujudan hak asasi manusia dapat dilaksanakan secara mutlak karena dapat melanggar hak asai orang lain. Kita wajib menyadari bahwa hak-hak asasi kita selalu berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain. Hak asasi yang dimiliki oleh warga negara berdasarkan UUD-45 adalah sebagai berikut : 1. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. 2. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. 3. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi 4. Setiap oarng berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan uamat manusia.

5. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negara. 6. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 7. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. 8. Setiap warganegara berhak memperoleh kesempatan sayang sama dalam pemerintahan. 9. Setiap warganegara berhak atas satatus kewarganegaraan 10. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkan serta berhak kembali. 11. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. 12. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. 13. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh , memiliki, menyimpan, mengola dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. 14. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang di bawah kekuasannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan diri dari ancaman, ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak azasi. 15. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain. 16. Setiap orang berhak hidp sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

17. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. 18. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. 19. Setiap orang berhak mempunyai hak miliki pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. 20. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak azasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. 21. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. 22. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras denngan perkembangan zaman dan peradaban 23. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat manurut agamanya dan kepercayaanya itu 24. Tiap-tiap warganegara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara 25. Setiap warganegara berhak mendapat pendidikan. Dalam Undang-Undang kewajiban manusia di Indonesia. Seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan , tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak azasi manusia. Menurut UUD-45 menetapkan kewajiban azasi manusia adalah sebagai berikut : 1. Setiap orang wajib menghormati hak azasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Republik Indonesia Nomor 39 Yahun 1999,

manusia selain mempunyai hak asasi manusia, juga menjelaskan masalah

2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta pengormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. 3. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. 4. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Menurut UU nomor 39 tahun 1999 menetapkan kewajiban dasar manusia: 1. Setiap orang yang ada di wilayah negara Republik Indonesia wajib patuh pada peraturan perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum internasional mengenai hak azasi manusia yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia. 2. Setiap warga wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Setiap orang wajib menghormati hak azasi manusia orang lain, moral, etika dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4. Setiap hak azasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk menghormati hak azasi orng lain secara timbal balik serta menjadi tugas pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan dan memajukannya. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya , setiap orang wajib tunduk kepada pembetasan yang ditetapkan oleh Undang-Undang dengan maksud untuk menjamin penngakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

2. 2 Macam-macam HAM Rumusan konsep-konsep tentang penjaminan dan penghormatan atas hakhak tertentu yang dinamai sebagai konsep Hak Asasi Manusia, dalam sejarahnya mengalami perkembangan muatan sesuai dengan kebutuhan komunitas manusia dan muncul sebagai jawaban atas berbagai macam problem kemanusiaan. Setidaknya, hak-hak yang kemudian ditetapkan sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis; hak-hak dasar individual, hakhak sipil dan politik, dan terakhir hak-hak ekonomi, sosial, budaya. 1. Hak-hak dasar individual. Hak-hak ini tercantum dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia, berisi hak-hak yang sangat fundamental dalam hidup manusia, seperti penghidupan, kebebasan dan keselamatan individu. Hak untuk mendapatkan persamaan perlakuan di depan hukum, bebas dari perbudakan dan hak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama. 2. Hak-hak sipil dan politik; seperti kebebasan mengemukakan pendapat, kebebasan beragama, kebebasan berhimpun, kebebasan bergerak/berpindah tempat. Hak-hak yang dimaksud sudah mendapatkan landasan hukum dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia, namun kemudian diperkuat melalui sebuah kovenan internasional tentang hak-hak sipil dan politik yang kemudian diratifikasi oleh berbagai negara-negara di dunia. 3. Hak-hak ekonomi, sosial, budaya; seperti hak mendapatkan pendidikan, pelayanan kesehatan dan penghidupan yang layak. Hak-hak inipun sudah disebutkan dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia, kemudian diperkuat melalui kovenan internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial, budaya yang kemudian diratifikasi oleh berbagai negara-negara di dunia, kecuali Amerika Serikat Jika diperhatikan dengan seksama proses perumusan Hak Asasi Manusia sampai pada proses internasionalisasinya, terlihat bahwa ini semua merupakan usaha serius manusia untuk menjaga dan melindungi harkat dan martabat kemanusiaannya. Terlepas dari perdebatan seputar pendasaran HAM itu sendiri, nampaknya dukungan terhadap upaya penegakan HAM diseluruh dunia harus tetap dilakukan karena manusia sebagai makhluk yang berkesadaran dan berkebebasan harus dilindungi, apapun alasannya.

2. 3 Sejarah Hak Asasi Manusia Hak Asasi Manusia di Yunani Hak Asasi Manusia di Inggris Hak Asasi Manusia di Perancis Hak Asasi Manusia oleh PBB

2. 4 Hak Asasi Manusia di Indonesia Masalah penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia merupakan masalah yang kompleks dan mengalami dinamika yang cukup beragam. Walaupun perlindungan terhadaphak asasi manusia telah tercantum dalam Undang Undang Dasar 1945 yang menjadi konsitusi negara, namun bukan berarti bahwa penegakan HAM telah terselesai sampai disini. Perjalanan sejarah bangsa menunujukkan bahwa pelanggaran tehadap hak asasi mbukannya tidak ada. Pemenjaran tanpa pengadilan, penghilangan orang secara paksa, aatau pembredelan pers merupakan bentuk bentuk kejahatan HAM yang pernah terjadi di negeri ini. Harus diakui bahwa perkembangan arus keterbukaan politik dan demokrasi telah mendorong adanya perbaikan upaya untuk melindungi hak asasi manusia. Selain itu , patut dicatat bahwa iklim dunia internasional yang semakin gencar menyuarakan pentingnya perlindungan terhadap HAM sebagai nilaiyang universal juga ikut mendukung adanya perbaikan tersebut. Pasca proklamasi 1945, bangsa Indonesia banyak disibukkan oleh perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dari agresi Belanda yang ingin merebut kembali kemerdekaan Indonesia, akhirnya kedaulatan Indonesia diakui pada tahun 1949. selanjutnya antara 1950 -1955 kita dirongrong kembali oleh berbagai pemberontakkan, upaya dan liberalisasi partai politik yang cenderung mementingkan kelompoknya, kondisi dan situasi demikian jelas sangat tidak konduksif bagi pemerintah untuk memikirkan dan memberi perlindungan terhadap masalah hak hak asasi manusia Pada era Orde Lama (1955-1965), situasi negara Indonesia diwarnai oleh berbagai macam kemelut di tingkat elite pemerintahan sendiri. Situasi kacau (chaos) dan persaingan di antara elite politik dan militer akhirnya memuncak pada peristiwa pembunuhan enam jenderal pada 1 Oktober 1965 yang kemudian diikuti

dengan krisis politik dan kekacauan sosial. Pada masa ini persoalan hak asasi manusia tidak memperoleh perhatian berarti, bahkan cenderung semakin jauh dari harapan. Era Orde Baru (1966-1998) dibawah kepemimpinan Soeharto yang menyatakan diri hendak melakukan koreksi secara menyeluruh terhadap penyimpangan Pancasila dan Uud 1945 juga tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. Walaupun menyatakan sebagai orde konstitusional dan pembangunan, tetapi rezim ini banyak melakukan penyimpangan terhadap konstitusi dan melakukan kesewenangan atas nama pembangunan melalui berbagai tindak kejahatan HAM. Begitu pula rancangan Piagam Hak Hak Asasi Manusia dan Hak-Hak Serta Kewajiban Warga Negara yang disusun oleh MPRS pada 1966 tidak kunjung muncul dalam bentuk Ketetapan MPR hingga berakhirnya kekuasaan Orde Baru (1998). Tetapi, patut pula dicatat bahwa era keterbukaan dan meluanya opini internasional tentang pentingnya mengembangkan demokratisasi dan perlindungan terhadap HAM telah memberi tekanan terhadap pemerintahan Soeharto untuk melaukan perubahan. Tercatat dalam masa pemerintahan Orde Baru telah dikeluarkan Keppres No. 50 Tahun 1993 tentang pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Meski demikian, dalam sejarah panjang kekuasaan rezim Orde Baru terdapat praktik penyalah gunaan kekuasaan politik dan kehakiman yang luar biasa, juga penutupan beberapa media massa, serta penghilangan paksa terhadap para aktivis pro-demokrasi. Pasca pemerintahan Orde Baru (era Reformasi), era ketika persoalan demokratisasi dan hak asasi manusia menjadi topik utama, telah banyak lahir produk peraturan perundangan tentang hak asasi manusia. Produk peraturan perundangan tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Keluarnya Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. 2. UU No. 5 Tahun 1998 tentang pengesahan Convention Against torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiaswi, atau Merendahkan Martabat Manusia.)

3. Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. 4. Keppres No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia. 5. Inpres No. 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Nonpribumi dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan Program, ataupun Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan. 6. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 7. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 8. Amandemen kedua UUD 1945 (2000) Bab XA Pasal 28A-28J mengatur secara eksplisit Pengakuan dan Jaminan Perlindungan Terhadap Hak Asasi Manusia. Walaupun telah terdapat berbagai produk peraturan perundangan yang secara terang mengatur perlindungan terhadap HAM, tetapi hingga saat ini masih banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM. NAmun demikian, di era reformasi dapat kita catat bahwa pemerintah dan lembaga legislatif telah bekerja sama menyusun perangkat perundangan yng menunjukkan upaya nyata untuk mengedepankan perlindungan terhadap hak asasi manusia. 2. 5 Pelanggaran HAM yang Pernah dan Masih Sering Terjadi 1. Pengrusakan Gedung-Gedung dan Gereja Termasuk sebuah realitas hidup di Indonesia dewasa ini ialah, adanya tindakankekerasan terhadap agama dan simbol-simbolnya. Yang pertamatama perlu dikemukakan di sini ialah angka pengrusakan gedung-gedung gereja dan sarana kegerejaan yang kian meningkat. Sejak berdirinya Republik Indonesia hingga Nopember 2001 telah tercatat 858 buah gereja yang dirusak, baik secara total atau mengalami kerusakan berat serta dilarang atau ditutup oleh aparat negara10. Pengrusakan gereja dapat berupa pelemparan batu yang memecahkan kaca jendela atau pintu, penghancuran bagian dalam gereja termasuk perlengkapan sakral dan Kitab Sucinya, sampai pembakaran gedung ibadah. Dalam angka tersebut di atas tidak termasuk jumlah rumah pastor dan pendeta, gedung

paroki, sekolah, taman kanak-kanak, asrama suster dan rumah yatim-piatu serta prasarana lain milik gereja yang dirusak dalam kurun waktu yang sama. Yang mengejutkan ialah kenaikan drastis angka jumlah gereja yang dirusak, yang terlihat dengan jelas pada angka pengrusakan setiap bulan (yang ditulis dengan angka dalam tanda kurung). Selama masa pemerintahan Presiden RI yang pertama, Soekarno, yang berlangsung 21 tahun, hanya 2 buah gereja yang dirusak (berarti rata-rata 0,008 buah per bulan). Sedangkan selama pemerintahan Soeharto, yang berlangsung 32 tahun, ada 456 gereja yang dirusak (berarti setiap bulan 1,2 gereja). Dalam 17 bulan pemerintahan Habibie ada 156 gereja yang dirusak (rata-rata 9,2 per bulan). Dan selama 21 bulan pemerintahan Abdurrahman Wahid terdapat 232 gereja yang dirusak (rata-rata 11 per bulan), dan dalam 4 bulan pertama pemerintahan Megawati Soekarnoputri sudah ada 12 gereja yang dirusak (rata-rata 3 per bulan)11. Dalam angka-angka tersebut termasuk pengrusakan yang terjadi di daerahdaerah konflik Maluku dan Poso (Sulawesi Tengah), di mana sejak awal tahun 1999 sudah 192 gereja (dan 28 mesjid) dihancurkan atau dirusak. semua hukum negara harus diundangkan berdasarkan asas-asas Islam. Para pendukung gerakan ini ingin mendirikan sebuah masyarakat Islam sesuai dengan contoh masyarakat Medina di zaman Nabi Muhammad, sehingga kelompokkelompok agama minoritas, terutama kaum Kristen, walaupun ditolerir sebagai golongan yang dilindungi, tidak mempunyai hak yang sama dengan kaum Muslimin yang mayoritas. Dengan demikian mereka menjadi warga-negara kelas dua. 2. Diskriminasi Secara resmi di Indonesia tidak ada undang-undang atau peraturan yang endiskriminir kelompok minoritas agama, namun dalam praktek keadaannya sangat berlainan. Kini pegawai dan pejabat negara yang beragama Kristen, baik di pemerintahan maupun di birokrasi, makin menghadapi kesulitan untuk naik pangkat. Makin sering orang yang beragama Kristen hanya menduduki tempat yang tidak penting, sedangkan yang beragama Islam mengambil posisi pimpinan. Menurut pengamat hal ini juga berlaku di perguruan tinggi negeri.

Dalam TNI dan Polri beberapa tahun yang lalu orang-orang Kristen masih dapat menduduki posisi komando tertinggi. Namun kini, menurut beberapa pihak, hal tersebut sudah mustahil. Namun perlu dicatat, bahwa tidak semua pengamat mempunyai pandangan yang pesimistis seperti itu dan ada yang mengemukakan, bahwa orang-orang Kristen masih saja memegang posisi pimpinan dalam jabatan publik16. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa, walaupun ada pengecualian, pengaruh orang-orang Kristen dan kelompok minoritas lainnya dalam jabatan publik makin terdesak. Juga perlu disebutkan tindakan-tindakan diskriminatif yang dialami oleh kelompok-kelompok minoritas agama yang tidak diakui dan terutama kelompok yang tidak beragama, apabila mereka membutuhkan KTP. Dalam KTP hanya agama yang diakui saja yang dapat ditulis. Kesulitan yang sama juga dialami oleh kelompok ini apabila mengurus dokumen perkawinan atau kalau mereka ingin menjadi pegawai negeri. Yang bersangkutan tidak dapat kawin secara resmi dan hal ini memaksa calon pengantin untuk masuk salah satu agama yang diakui, demi memenuhi persyaratan formil. Tentunya bagi kedua belah pihak hal ini sangat tidak memuaskan, karena melanggar kebebasan menganut agama menurut keyakinan masing-masing. 3. Konflik di Maluku Konflik terbuka antara golongan Kristen dan Islam di Maluku pecah pada hari raya Lebaran tahun 1999. Jika melihat kerusuhan yang terjadi sesudahnya hingga kini dan pengrusakan yang begitu parah, maka penyebabnya dapat dikatakan hal yang sepele. Waktu itu terjadi pertengkaran antara seorang pengemudi taksi Kristen dan seorang preman Muslim, yang ingin memeras uang setoran dari padanya. Dalam pertengkaran pribadi itu kedua pihak mendapat dukungan dari masing-masing kelompok, sehingga timbullah perkelahian massal yang melibatkan kedua golongan agama. Becak-becak mulai dibakar di jalanan dan perumahan orang Kristen dan Islam ikut hancur karena api. Setelah tersebar isu, bahwa gereja Siloe yang terkenal itu dibakar, maka massa pun berbondong-bondong ke jalan.

Dalam hubungan antara kelompok Kristen dan Muslim sebenarnya sudah lama ada ketegangan dan kedua belah pihak rupanya sudah siap menghadapi sebuah konflik. Ini dapat terlihat, bahwa sejak hari pertama kelompok Kristen, yaitu Protestan, mengenakan ikat kepala yang merah sebagai tanda pengenal dan kelompok Islam mengenakan ikat kepala berwarna putih. 4. Konflik di Poso Di samping Maluku Wapres Hamzah Haz memperoleh tugas tambahan, yaitu mengusahakan perdamaian bagi daerah konflik lain. Daerah yang dimaksud ialah Kabupaten Poso dengan ibu kotanya yang bernama sama di propinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten tersebut hampir seluruhnya beragama Protestan dengan beberapa kampung Islam di daerah pesisir dan sejumlah pendatang beragama Katolik di kota Poso. Bupati Poso selalu beragama Protestan, sampai beberapa tahun terakhir ini seorang Muslim diangkat untuk menduduki jabatan tersebut. Dan sejak itu dominasi mulai dirintis oleh golongan Muslim dengan mengisi jabatan-jabatan penting dengan orang-orang mereka. Orang Kristen merasa didiskriminasi, karena baik Pemda maupun polisi dan pengadilan, hampir semuanya sudah berada di tangan golongan Islam. Akhirnya, pertengkaran antara anakanak muda yang sifatnya hanya sepele memicu konflik yang berkepanjangan. Sejak tahun 1999 banyak rumah Muslim dan 54 kampung Kristen dirusak. Angka korban di kedua belah pihak menyebut 235 jiwa. Namun kemungkinan besar angka sebenarnya jauh lebih tinggi dari itu. Ada 21 gereja Kristen yang dirusak dan kebanyakannya hancur total. Mengenai jumlah mesjid yang dirusak tidak diperoleh keterangan. Hingga kini tiga gembong Kristen telah diseret kepengadilan dan telah dihukum mati dan 200 pengikutnya telah mendapat hukuman penjara. Pihak Kristen merasa tidak adil, karena provokator utama pihak Muslim, yang merupakan adik lelaki dari Bupati hanya mendapat hukuman 2 tahun penjara. Sementara itu diskriminasi terhadap kelompok Kristen berjalan terus. Di antara beberapa ratus pegawai negeri baru hanya sedikit yang beragama Kristen. Juga pembunuhan berlangsung terus. Tampaknya jelas, bahwa konflik ini tidak akan dapat diselesaikan oleh Pemda setempat. Yang perlu

diperhatikan ialah, seberapa jauh tuntutan para pemimpin Gereja Protestan kepada pemerintah pusat, untuk bertindak sebagai instansi netral dalam menegakkan keadilan, akan dapat dipenuhi. 2. 6 Hambatan dan Tantangan dalam Penegakan Hak Asasi Manusia Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan dan penegakan HAM di Indonesia secara umum dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Faktor Kondisi Sosial Budaya 1. Stratifikasi dalam status sosial yaitu tingakat pendidikan, usia, pekerjaan, keturunan, dan ekonomi masyarakat Indonesia yang multikompleks. 2. Norma adat atau budaya lokal yang kadang bertentangan dengan HAM, terutama jika sudah bersinggungan dengan kedududkan seseorang, upacara-upacara sakral, pergaulan, dan sebagainya. 3. Masaih adanya konflik horizontal di kalangan masyarakat yang hanya disebabakan oleh hal-hal sepele. b. Faktor Komunikasi dan Informasi 1. Letak geografis Indonesia yang luas dengan laut, sungai, hutan, dan gunung yang membatasi komunikasi antar daerah. 2. Sarana dan prasarana komunikasidan informasi yang belum terbangun secara baik yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. 3. Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih sangat terbatas baik sumber daya manusiany maupun perangkat yang diperlukan. c. Faktor Kebijakan Pemerintah 1. Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang sama tentang pentingnya jaminan hak asasi manusia. 2. Ada kalanya demi kepentingan stabilitas nasional, persoalan hak asasi manusia sering diabaikan. 3. Peran pengawasan legislatif dan kontrol sosial oleh masyarakat terhadap pemerintah sering diartikan oleh penguasa sebagai tindakan pembangkangan. d. Faktor Perangkat Perundangan 1. Pemerintahan tidak sengaja meratrifikasi hasil-hasil konvensi internasional tentang haka asasi manusia.

2. Kalaupun ada, peraturan perundang-undangannya masih sulit untuk diimolementasikan. e. Faktor Aparat dan Penindakannya. 1. Masih ada oknum aparat yang secara intuisi atau pribadi mengabaikan prosedur kerja yang sesuai denagn hak asasi manusia. 2. Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih belum layak sering membuka peluang jalan pintas untuk memperkaya diri. 3. Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih diskriminatif, tidak konsekuen, dan tindakan penyimpanagan berupa KKN. Serta beberapa faktor lain : 1. Lemahnya political will dan political action para pemimpin negara ini untuk menjadi hukum sebagai panglima. Supremasi hukum masih sebatas retorika dan jargon politik yang didengung-dengungkan pada saat kampanye. 2. Peraturan perundang-undangan yang ada masih lebih merefleksikan kepentingan politik penguasa ketimbang kepentingan rakyat. 3. Rendahnya integritas moral, kredibilitas, profesionalitas dan kesadaran hukum aparat penegak hukum (Hakim, Jaksa, Polisi dan Advokat) dalam menegakkan hukum. 4. Minimnya sarana dan prasana serta fasilitas yang mendukung kelancaran proses penegakan hukum. 5. Tingkat kesadaran dan budaya hukum masyarakat yang masih rendah serta kurang respek terhadap hukum. 6. Paradigma penegakan hukum masih positivis-legalistis yang lebih mengutamakan tercapainya keadilan formal (formal justice) daripada keadilan substansial (substantial justice) kebijakan yang diambil oleh para pihak terkait (stakeholders) dalam mengatasi persoalan penegakan hukum masih bersifat parsial, tambal sulam, serta tidak komprehensif dan tersistematis. Dari faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam penegakan HAM tersebut di atas, mari kita upayakan untuk sedikit demi sedikit dikurangi. Demi terwujudnya perlindungan hak asasi manusia yang baik, mulailah dari diri kita sendiriuntuk belajar menghormati hak-hak asasi orang lain. Kita harus terus

berupaya untuk mrnyuarakan tetap tegaknya hak asasi manusia, agar harkat dan martabat yang ada pada setiap manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya. 2. 7 Proses Peradilan Hak Asasi Manusia Sebagai suatu nilai yang diakui secara universal, pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia merupakan tanggung jawab internasional. Artinya, persoalan hak asasi manusia todak hanya merupakan persoalan suatu negarra secara tersendiri, melainkan menjadi persoalan bersama yang mendapatkan perhatian iternasional. Banyak kejahatan kemanusiaan yang merupakan pelanggaran HAM dilakukan oleh rezim otoriter sebuah negara. Biasanya pemerintah otoriter tidak hanya menguasai lembaga eksekutif, bahkan lembaga legislatif dan lembaga yudikatif juga ada di bawah kendalinya. Karena itu, seorang penguasa otoriter biasanya dapat melakukan kejahatan kemanusiaan dengan leluasa tanpa tersentuh oleh lembaga peradilan. Untuk itu dibutuhkan sebuah lembaga peradilan yang bersifat internasional dan memiliki yuridiksi atas wilayah negara-negara secara internasional. Dalam rangka menyelesaikan masalah ini PBB membentuk komisi PBB untuk Hak Asasi Manusia (The United Nations Commision on Human Rights). Indonesia menjadi anggota komisi ini pada tahun 1991. cara kerja komisi PBB untuk Hak Asasi Manusia untuk sampai pada proses peradilan HAM internasional adalah sebagai berikut: 1. melakaukan pengajian terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, baik dalam suatu negara tetentu maupun secara global. Kegiatan ini terbatas pada himbauan dan persuasi. 2. seluruh temuan komisi ini dimuat dalam Yearbook of Human Rights yang disampaikan kepada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. 3. setiap warga negara dan atau negara anggota PBB berhak mengadu kepada komisi ini. 4. Mahkamah Internasional segera menindaklanjuti baik pengaduan oleh anggota maupun warga negara anggota PBB. Serta hasil pengkajian dan temuan Komisi Hak Asasi Manusia PBB untuk diadakan penyidikan, penahanan, dan proses peradilan.

Untuk lebih jelasnya tentang proses peradilan kasus HAM internasional, dapat dilihat pada bagan berikut.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3. 1 Kesimpulan 1. tinggi. 2. Dasar penetapan HAM di dunia bersifat dinamis, dan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kepentingan manusia di zaman yang akan datang. 3. Masih ada pelanggaran HAM yang terjadi, baik di Indonesia maupun dunia dalam bentuk diskriminasi, perlakuan tidak adil terhadap perbedaan agama yang minoritas. 3. 2 Saran 1. 2. Menghormati dan bertindak adil terhadap sesema manusia tanpa membeda-bedakan suku, ras, dan agama. Tidak memaksakan kehendak pada orang lain. HAM merupakan sekumpulan hak yang melekat pada diri manusia anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita hormati dan kita junjung

DAFTAR PUSTAKA Kasman, Muhammad. 2007. Sejarah HAM, Sejarah Pemaknaan, (Online), (http://Pemikiran,%20Wacana,%20Aksi%20Sejarah%20HAM, %20Sejarah%20Pemaknaan.htm), diakses 28 Agustus 2008. Nirwana, Farah. 2008. Sejarah Nasional Hak Asasi Manusia, (Online), (http://www.ham.go.id/sptsejarah.asp), diakses 28 Agustus 2008 Kampuschutle,Theodore. 2001. Situasi HAM di Indonesia:Kebebasan Beragana dan Aksi Kekerasan, (Online), (http://PelanggaranHAM.pdf), diakses 28 Agustus 2008. Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai