DAN
MAKANAN HARAM
SISTEM PENCERNAAN
Air liur, yang berperan pada awal proses pencernaan, berfungsi membasahi makanan
supaya makanan mudah dikunyah gigi dan turun melalui kerongkongan. Air liur juga
merupakan zat khusus untuk mengubah, melalui sifat kimiawinya, zat pati menjadi gula.
Coba pikirkan apa yang terjadi andai air liur tidak dihasilkan di dalam mulut. Kita tidak
akan mampu menelan apa pun atau bahkan berbicara karena mulut kita kering. Kita tidak
akan mampu mengonsumsi makanan padat, dan harus meminum cairan saja.
Ketika kosong, lambung tidak memproduksi cairan pengurai protein (zat gizi yang
berasal dari hewan seperti daging). Sebaliknya, cairan yang dihasilkan berbentuk zat
tidak berbahaya tanpa sifat merusak. Begitu makanan berprotein memasuki lambung,
asam klorida dihasilkan dalam lambung dan menguraikan zat netral ini menjadi protein.
Dengan begitu, ketika lambung kosong, asam ini tidak melukai lambung yang juga
terbuat dari protein.
Marilah kita melihat hal ini dari sudut pandang yang berbeda. Sel-sel lambung
memproduksi asam di dalam perut. Baik sel ini maupun sel lain di bagian tubuh lain
(misalnya sel mata) merupakan sel kembar yang berasal dari pembelahan sel tunggal
awal di dalam rahim ibu. Lebih jauh lagi, kedua jenis sel ini mempunyai kombinasi
genetis yang sama. Ini berarti, bank data pada kedua sel sama-sama mengandung
informasi genetis tentang protein yang dibutuhkan mata dan asam yang digunakan di
dalam lambung. Namun, dengan ketundukan pada perintah dari suatu sumber yang tidak
diketahui, di antara jutaan informasi yang ada, sel mata hanya menggunakan informasi
untuk mata dan lambung hanya menggunakan informasi untuk lambung. Apa yang terjadi
andaikan sel mata yang memproduksi protein yang dibutuhkan mata (karena sesuatu hal
yang tidak diketahui) mulai memproduksi asam yang digunakan di dalam lambung-
karena memang memiliki informasi yang dibutuhkan untuk memproduksinya? Andaikan
hal seperti ini terjadi, seseorang akan melumat dan mencerna matanya sendiri.
Proses pencernaan selanjutnya juga terencana dengan baik. Bagian makanan hasil
cernaan yang berguna diserap oleh lapisan usus halus dan berdifusi dalam darah. Lapisan
usus halus ditutupi lipatan-lipatan lateral yang mirip kain kusut. Dalam setiap lipatan
terdapat lipatan lebih kecil yang disebut "villus". Lipatan ini meningkatkan penyerapan
usus secara luar biasa. Pada permukaan-atas sel yang meliputi villus terdapat tonjolan
kecil yang disebut mikrovillus. Tonjolan ini menyerap makan dan berfungsi sebagai
pompa. Bagian-dalam pompa ini terhubung dengan sistem peredaran darah melalui
sistem pengangkutan yang dilengkapi dengan berbagai rute. Beginilah cara zat gizi yang
telah diserap mencapai seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Setiap villus
memiliki hampir 3000 mikrovillus. Daerah sebesar satu milimeter persegi pada lapisan
usus halus ditutupi oleh kurang-lebih 200 juta mikrovillus. Pada daerah seluas satu
milimeter persegi, 200 juta pompa bekerja tanpa rusak atau lelah untuk mempertahankan
hidup manusia. Pompa yang begitu banyak ini, yang normalnya mengambil wilayah yang
sangat luas, dimampatkan ke dalam ruang yang sangat kecil. Sistem ini mempertahankan
hidup manusia dengan memastikan tubuh memanfaatkan makanan yang dikonsumsi
semaksimal mungkin.
Fungsi Makanan
Bagi seorang muslim hendaknya memiliki kesadaran sepenuhnya bahwa makanan yang
dikonsumsi memiliki fungsi untuk mempertahankan hidupnya. Hidup yang dijalani
dalam kerangka mengabdi (beribadah) kepada Allah, oleh karenanya untuk memperoleh
tenaga dan mempertahankan hidupnya di perlukan makanan. Prinsip yang mendasar
bahwa makan untuk hidup dan bukan sebaliknya hidup untuk makan.
Selanjutnya makanan yang dikonsumsi untuk tenaga ibadah hendaknya memiliki nilai
halal dan thoyib. Halal dalam arti jenis dan cara perolehannya. Thoyib dalam arti
memiliki nilai kebaikan dan kemanfaatan pada tubuhnya. Jenis yang dimakan dan
cara perolehannya mungkin halal namun karena dikonsumsi secara berlebihan akan
berdampak tidak baik atau berakibat buruk pada tubuhnya (tidak thoyib).
Adab makan-minum
Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW melihat salah seorang
cucunya mengambil makanan dengan tangan kirinya, beliau memberikan nasihat,
''Makanlah dengan menyebut nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan
makanlah yang paling dekat darimu.'' (HR Bukhari Muslim).
Ajaran Islam adalah ajaran yang mulia dan sempurna, termasuk mengatur norma di
dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Ini membuktikan bahwa kualitas spiritual
seorang Muslim juga dinilai dari kesempurnaan akhlaknya dalam mengonsumsi makanan
dan minuman.
Ada tiga poin penting berkenaan dengan akhlak mengonsumsi makanan dan minuman.
Pertama, berdoa dengan menyebut nama Allah ketika hendak memulai makan dan
minum. Ini mengandung pengertian bahwa makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh
manusia sesungguhnya adalah karunia Allah yang harus disyukuri. Ketika nama Allah
disebut oleh orang yang hendak makan dan minum, berarti ia mengharap berkah dari
makanan dan minuman yang akan dikonsumsi.
Kedua, menggunakan tangan kanan ketika makan dan minum. Dalam Islam, kanan
adalah simbol kebajikan yang mengandung nilai terpuji. Karena itu, Rasulullah SAW
senantiasa membiasakan yang kanan (al-tayamun) dalam setiap aktivitas kesehariannya,
baik yang berhubungan dengan ibadah maupun akhlak. Secara kontekstual, pembiasaan
tangan kanan dalam makan dan minum ini, dapat dimaknai pula sebagai perintah untuk
selalu mendapatkan makanan dan minuman dengan cara yang baik dan terpuji.
Setiap Muslim diperintahkan untuk selalu menghiasi dirinya dengan sifat qana'ah, yaitu
menerima dan merasa cukup sekaligus mensyukuri apa yang dimilikinya sebagai nikmat
dari Allah. Rasulullah SAW bersabda, ''Bukanlah kekayaan itu dengan melimpahnya
harta dan benda, melainkan kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.'' (HR Abu Ya'la).
Terkait dengan tercelanya banyak makan dan kenyang yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit dan memberatkan seseorang untuk melaksanakan hukum syar’i/ ibadah
terdapat beberapa hadits dan riwayat yang perlu diperhatikan seperti
Rasulullah bersabda :
“Orang yang paling banyak kenyang di dunia adalah yang paling lama lapar di
akhirat.” (HR. Al-Bazzar )
Manfaat lapar terhadap kesehatan badan adalah seperti yang dikatakan oleh Ibnu
Masiwaih :
“Sekiranya manusia mau mengamalkan hadits ini (riwayat Tirmidzi) mereka akan
selamat dari sakit dan berbagai penyakit, menutup rumah sakit dan
mengistirahatkan toko obat/ apotik. Hal itu karena sumber segala penyakit adalah
kenyang.”
Mereka makan dan minum sekedar dapat melaksanakan ibadah, karena hanya
untuk itu (untuk beribadah) diciptakannya jin dan manusia.
Mengkonsumsi makanan yang halal adalah keharusan sebagaimana firman Allah SWT:
"Hai orang-orang yang beriman makanlah diantara rizki yang baik-baik yang kami
berikan kepadamu.." (QS Al Baqarah : 172). Dampak mengkonsumsi makanan yang
haram adalah ancaman siksa dan mudharat dari segi kesehatan.
Sabda Rasulullah SAW, ''Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka
neraka lebih utama baginya.'' Artinya, makanan yang haram itu akan mendorong perilaku
yang jahat, yang menyebabkan kecelakaan yang bersifat abadi di akhirat nanti.
Makanan haram berdampak menghalangi terkabulnya do'a,
Rasul bersabda :
"Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik dan sesungguhnya
Allah memerintahkan orang-orang beriman serupa dengan apa yang diperintahkan
kepada para Rasul. Kemudian Rasul SAW menceritakan seorang laki-laki yang telah jauh
perjalanannya, berambut kusut penuh debu, dia mengangkat kedua tangannya kelangit
dan berdo'a :"Ya Rabb, ya Rabb! sedangkan makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan barang yang haram, bagaiamana ia akan
diterima do'anya". (H.R Muslim )
Syeikh Abdurrahman As-Sa'dy berkata :"Dalam ayat di atas terdapat dalil bahwa pada
dasarnya segala sesuatu itu halal dan suci karena ayat tersebut konteksnya adalah
menyebutkan nikmat".
ASAL-USUL MAKANAN
1. Makanan nabati: hukum asalnya adalah halal, dalilnya adalah surat Al Baqarah ayat
29 dan hadits Salman, Rasulullah SAW bersabda :
"Yang halal adalah yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya dan yang haram
adalah yang diharamkan oleh Allah dalam kitab-Nya dan yang diidamkan maka
itu dimaafkan". (HR At Tirmidzi).
2. Makanan hewani:
a. Hewan air: hukum dasarnya adalah halal, dalilnya adalah firman Allah yang
artinya:
"Dihalalkan bagimu binatang buruan laut". (QS Al Maidah : 96).
Juga sabda Rasulullah SAW:
"(air laut) itu suci dan bangkainya halal". (H.R Abu Daud dan Tirmidzi)
kecuali buaya karena ia termasuk hewan bertaring dan buas juga ular dan kodok.
Abdurrahman bin Utsman ra berkata:"telah datang seorang tabib kepada
Rasulullah SAW meminta idzin menjadikan kodok sebagai ramuan obat, maka
Rasulullah SAW melarangnya untuk membunuh kodok". (H.R Abu Dawud,
Nasaa'i ).
b. Hewan darat
Binatang buas
Ibnu Abbas ra berkata: "Rasul melarang memakan binatang buas yang bertaring
dan burung yang bercakar". (Muslim ).
Berpijak dari hadits ini maka binatang buas yang diharamkan adalah yang
bertaring.
Binatang jinak
Hukum asalnya adalah halal, dalilnya adalah firman Allah:
"Dihalalkan bagimu binatang ternak". (QS Al Maidah : 1)
Binatang jinak halal dikonsumsi, kecuali keledai, ia diharamkan dalam hadits
Jabir ia berkata :"Rasulullah SAW melarang pada perang khaibar untuk makan
daging keledai dan mengizinkan memakan daging kuda". (Al Bukhary, dan
Muslim )
Unggas
Hukum dasarnya adalah halal,
Zahdam Al Jarmi berkata :"Saya pernah datang kepada Abu Musa Al Asy'ari ra
dan ia sedang makan daging ayam, lalu ia berkata :"Mendekat dan makanlah !
karena aku melihat Rasulullah memakannya". (At Tirmidziy )
Kecuali burung pemangsa dengan cakar sebagai senjatanya, sebagaimana dalam
hadits Ibnu Abbas di atas, juga burung pemakan bangkai seperti gagak
sebagaimana sabda Nabi yang artinya :"Lima fawaasiq dibunuh baik dalam
wilayah haram atau diluar wilayah haram : gagak, elang, tikus, kalajengking, dan
anjing penggigit". (Al Bukhari dan Muslim).
Hewan yang halal tidak dibunuh melainkan disembelih karena jika dibunuh maka
ia menjadi bangkai.
Serangga
Serangga yang menjijikkan haram hukumnya, dalilnya adalah firman Allah:
"Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan segala
yang buruk". (QS Al A'raaf : 157)
Dan sesuatu yang buruk dan menjijikkan tidak termasuk dalam kategori ath
thayyibaat, sebagaimana firman Allah yang artinya :"Katakanlah dihalalkan bagi
kalian yang baik-baik". (QS Al Maidah : 4).
Belalang
Belalang bersifat halal tanpa ragu,
Abdullah bin Abi Aufa bekata :"Kami telah berperang sebanyak tujuh peperangan
dengan memakan belalang bersama Rasulullah SAW ". (Al Bukhary , dan
Muslim).
Kehalalan suatu produk sangat bergantung pada tingkat pengetahuan, baik ilmu
pengetahuan mengenai bahan dan asal usul bahan juga hukum Islam, dan kejujuran /
keimanan (Islam) yang tinggi semua pihak.
Referensi
1. Muhammad Irfan Helmy, Akhlak Saat Makan dan Minum – Republika.co.id
2. Anton Apriyantono, Masalah Halal: Kaitan Antara Syar’i, Teknologi dan
Sertifikasi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
3. Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi,1993. Halal dan Haram dalam Islam. Bina
Ilmu,
4. Harun Yahya, 2002. Kejaiban di dalam Tubuh Kita. www.harunyahya.org
Makalah Suplemen :
Makanan Haram
1.. BANGKAI
Yaitu hewan yang mati bukan karena disembelih atau diburu. Hukumnya jelas
haram dan bahaya yang ditimbulkannya bagi agama dan badan manusia sangat
nyata, sebab pada bangkai terdapat darah yang mengendap sehingga sangat
berbahaya bagi kesehatan. Bangkai ada beberapa macam sbb :
[a].Al-Munkhaniqoh yaitu hewan yang mati karena tercekik baik secara sengaja atau
tidak.
[b].Al-Mauqudhah yaitu hewan yang mati karena dipukul dengan alat/benda keras
hingga mati olehnya atau disetrum dengan alat listrik.
[c]. Al-Mutaraddiyah yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat tinggi atau
jatuh ke dalam sumur sehingga mati.
[d]. An-Nathihah yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya
Sekalipun bangkai haram hukumnya tetapi ada yang dikecualikan yaitu bangkai ikan
dan belalang berdasarkan hadits : "Dari Ibnu Umar berkata: " Dihalalkan untuk dua
bangkai dan dua darah. Adapun dua bangkai yaitu ikan dan belalang, sedang dua
darah yaitu hati dan limpa."
Rasululah juga pernah ditanya tentang air laut, maka beliau bersabda:
2. DARAH
Yaitu darah yang mengalir sebagaimana dijelaskan dalam ayat lainnya : "Atau darah
yang mengalir" (QS. Al-An'Am: 145). Demikianlah dikatakan oleh Ibnu Abbas dan
Sa'id bin Jubair. Diceritakan bahwa orang-orang jahiliyyah dahulu apabila seorang
diantara mereka merasa lapar, maka dia mengambil sebilah alat tajam yang terbuat
dari tulang atau sejenisnya, lalu digunakan untuk memotong unta atau hewan yang
kemudian darah yang keluar dikumpulkan dan dibuat makanan/minuman. Oleh
karena itulah, Allah mengharamkan darah pada umat ini. Sekalipun darah adalah
haram, tetapi ada pengecualian yaitu hati dan limpa berdasarkan hadits Ibnu Umar di
atas tadi. Demikian pula sisa-sisa darah yang menempel pada daging atau leher
setelah disembelih. Semuanya itu hukumnya halal. Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah
mengatakan: " Pendapat yang benar, bahwa darah yang diharamkan oleh Allah
adalah darah yang mengalir. Adapun sisa darah yang menempel pada daging, maka
tidak ada satupun dari kalangan ulama' yang mengharamkannya".
3. DAGING BABI
Babi baik peliharaan maupun liar, jantan maupun betina. Dan mencakup seluruh
anggota tubuh babi sekalipun minyaknya. Tentang keharamannya, telah ditandaskan
dalam al-Qur'an, hadits dan ijma' ulama.
4. SEMBELIHAN UNTUK SELAIN ALLAH
Yakni setiap hewan yang disembelih dengan selain nama Allah hukumnya haram,
karena Allah mewajibkan agar setiap makhlukNya disembelih dengan nama-Nya
yang mulia. Oleh karenanya, apabila seorang tidak mengindahkan hal itu bahkan
menyebut nama selain Allah baik patung, taghut, berhala dan lain sebagainya , maka
hukum sembelihan tersebut adalah haram dengan kesepakatan ulama.
9. AL-JALLALAH
Hal ini berdasarkan hadits : "Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah
melarang dari jalalah unta untuk dinaiki". (HR. Abu Daud). "Dalam riwayat lain
disebutkan: Rasulullah melarang dari memakan jallalah dan susunya." (HR. Abu
Daud : Tirmidzi dan Ibnu Majah). "Dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya
berkata: Rasulullah melarang dari keledai jinak dan jalalah, menaiki dan memakan
dagingnya " (HR Ahmad ).
Maksud Al-Jalalah yaitu setiap hewan baik hewan berkaki empat maupun berkaki
dua-yang makanan pokoknya adalah kotoran-kotoran seperti kotoran
manuasia/hewan dan sejenisnya.
Sebab diharamkannya jalalah adalah perubahan bau dan rasa daging dan susunya.
Apabila pengaruh kotoran pada daging hewan yang membuat keharamannya itu
hilang, maka tidak lagi haram hukumnya, bahkan hukumnya hahal secara yakin dan
tidak ada batas waktu tertentu. Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan : "Ukuran waktu
bolehnya memakan hewan jalalah yaitu apabila bau kotoran pada hewan
tersebut hilang dengan diganti oleh sesuatu yang suci menurut pendapat yang
benar.". Pendapat ini dikuatkan oleh imam Syaukani dalam Nailul Authar.
Haramnya katak secara mutlak merupakan pendapat Imam Ahmad dan beberapa
ulama lainnya serta pendapat yang shahih dari madzab Syafe'i. Al-Abdari menukil
dari Abu Bakar As-Shidiq, Umar, Utsman dan Ibnu Abbas bahwa seluruh bangkai
laut hukumnya halal kecuali katak.
Kura-kura dan Penyu - juga halal sebagaimana madzab Abu Hurairah, Thawus,
Muhammad bin Ali, Atha', Hasan Al-Bashri dan fuqaha' Madinah. Anjing laut - juga
halal sebagaimana pendapat imam
Malik, Syafe'i, Laits, Syai'bi dan Al-Auza'i.
Katak/kodok - hukumnya haram secara mutlak menurut pendapat yang rajih karena
termasuk hewan yang dilarang dibunuh sebagaimana penjelasan di atas.