Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

Membran sel dikenal dengan nama membran biologis, meliputi membran plasma atau plasmalemma dan membran sejumlah organel yang terdapat di dalam sel. Terdapat berbagai macam model membran sel, model membran yang dianut saat ini adalah model membran menurut Singer dan Nicolson atau model membran mosaik cair. Membran plasma membatasi isi sel dari lingkungan luarnya. Secara umum membran sel terdiri dari senyawa-senyawa lipida, protein dan karbohidrat. Selain sebagai pembatas, membran sel juga berfungsi sebagai protein membran memiliki berbagai macam fungsi, antara lain: Melekatkan membran pada sitoskeleton tau rangka sel, Membentuk junction (pertemuan) diantara dua sel yang bertetangga, Sejumlah protein membran berperan sebagai enzim, Sejumlah protein membran berfungsi sebagai reseptor permukaan bagi sinyal-sinyal kimia dari sel-sel lain, dan Beberapa protein membran membantu pergerakan subtansi- subtansi melintasi membran. Membran sel memiliki peranan yang sangat penting dalam transpor berbagai molekul, baik mikromolekul maupun makromolekul. Transpor mikromolekul dapat berlangsung secara pasif, misalnya melalui difusi, difusi terfasilitasi dan osmosis dan dapat pula berlangsung secara aktif. Transpor makromolekul dapat berlangsung secara endositosis, eksositosis dan pertunasan. Ciri khas transport makromolekul adalah subtansi atau materi yang diangkut selalu dikemas dalam suatu vesikula yang berbatas membran. Sintesis membran sel merupakan regenerasi proteksi sel bakteri untuk mempertahankan hidupnya sehingga dia bisa tetap hidup dalam lingkungan yang mendukungnya. Bakteri dalam tubuh manusia ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan. Untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen dapat dihambat salah satunya pada sintesis membran selnya.

BAB II ISI

II.1 Membran sel Membran sel merupakan selaput yang membungkus sitoplasma beserta isinya, terletak di sebelah dalam dinding sel, tetapi tidak terikat erat dengan dinding sel. Bagi membran sel sangat vital, bagian ini merupakan batas antara bagian dalam sel dengan lingkungannya. Jika membran sel pecah atau rusak, maka sel bakteri akan mati. Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Pada lapisan fosfo-lipid ini terdapat senyawa protein dan karbohidrat dengan kadar berbeda-beda pada berbagai sel bakteri ( Cahyo, 2011). Selaput sitoplasma atau membran sel bakteri berfungsi dalam seleksi dan pengangkutan larutan ke dalam sel; berperan dalam transfer elektron dan fosforilasi oksidatil; pada bakteri aerob berperan dalam pengeluaran enzim hidrolitik; sebagai tempat enzim dan molekul pembawa yang berfungsi dalam biosintesis DNA, polimer dinding sel dan lipid selaput.Komponen utama membran sel tersusun atas lipid dan protein atau lipoprotein. Membran sel bakteri dan sianobakteri membentuk lipatan kedalam yang dinamakan mesosom. Membran sel bakteri dan sianobakteri membentuk lipatan yang dinamai mesosom (Cahyo, 2011). II.2 Model membran sel Model membran sel yang sering digunakan saat ini adalah model membran sel menurut Singer dan Nicolson. Menurut Singer dan Nicolson, tebal membran sel berkisar 8,5 nm. Membran plasma terdiri atas (i) lapisan lipida ganda, yang dikelilingi oleh protein globular. Protein globular ada yang tertanam pada matriks membran dan ada yang terikat pada permukaan polar lipida, (ii) Protein membran, berada dalam keadaan tersebar, bukan sebagai suatu lapisan yang bersinambungan, (iii) Protein yang terikat pada permukaan polar lipida disebut protein perifer atau protein ekstrinsik. Sedangkan protein yang tertanam pada matriks atau menembus lapisan lipida disebut protein integral atau protein intrinsik. (iv) Protein perifer dan integral yang berkaitan dengan molekul
2

gula disebut glikoprotein, sedangkan molekul lipida yang berikatan dengan gula disebut glikolipida.Bentuknya dapat dilihat pada gambar 2.1

. Gambar 2.1 Membran sel (Adnan, 2009). II. 3 Komponen Dasar Membran Sel Membran sel terdiri atas lipida, protein, dan karbohidrat. Rasio antara lipida, protein dan karbohidrat tergantung pada tipe sel dan spesiesnya. Umumnya lipida kurang lebih 40%, protein 40%, karbohidrat 1-10%, dan air 20%. Lipida membran terdiri atas dua lapisan, satu lapisan terorientasi ke arah luar, dan lapisan yang lain terorientasi ke arah sitoplasma. Protein pada membran sel merupakan protein globuler. Protein-protein tersebut terdistribusi secara tidak merata pada membran sel. Sebagian protein membran terletak pada bagian perifer dan sebagian yang lainnya tertanam pada setengah lapisan lipida atau tertanam menembus kedua lapisan lipida. Bagian karbohidrat membrane biasanya dalam bentuk oligosakarida. Karbohidrat pada membran bisanya terikat pada lipida, dan sebahagian yang lainnya terikat pada protein . (Adnan, 2009)

II.4 Pemulihan dan Perakitan Membran Sel Membran sel sangat penting untuk kehidupan sel. Bila membran melemah atau rusak, sel kehilangan kemampuannya untuk menjaga dan mempertahankan keseimbangan. Misalnya; selektifitas transpor nutrien. Pertumbuhan sel maupun beberapa kegiatan lainnya, seperti endositosis, sangat ditentukan oleh membran. Mengingat pentingnya membran terhadap kehidupan sel, pertumbuhan membran terjadi tanpa mengganggu kehadiran membran yang lama. Dengan perkataan lain, membran yang baru harus ditambahkan kepada membran yang lama tanpa mengganggu peranannya sebagai pembatas dan pengangkut yang selektif. Berdasarkan struktur membran, perlu perhatian khusus terhadap mekanisme perakitan membran tersebut. Telah diketahui bahwa membran, tidak simetris. Protein tersebar tidak merata dan karbohidrat hanya terdapat di permukaan luar. Setiap perubahan kedudukan komponen-komponen membran perlu dirakit sedemikian rupa sehingga letak molekul-molekul penyusunnya tepat pada tempatnya. Dikenal ada tiga cara perakitan membran, yaitu: (i) Perakitan dengan sendirinya (Gambar 2.2) Perakitan dengan cara ini banyak memiliki kekurangan.

Gambar 2.1 Akibat perakitan dengan sendirinya pada asimetri membran.1. misel; 2. lapisan ganda lipida, 3. Protein (Thorpe, 1984). Perakitan berlandaskan hipotesis isyarat (signal hipothesis). Gambar 2.3 dan gambar 2.4 menunjukkan mekanisme perakitan tersebut. Dalam proses perakitan ini terdapat 5 tahapan: (i) Proses sintesis protein,

(ii) Pembentukan vesikula dan pendekatan vesikula ke membran, (iii) Fusi antara vesikula dengan membran, (iv) Peleburan vesikula dengan membran, dan tahap, (v) Hasil pertumbuhan membran.
4

Gambar 2.3 Hipotesis isyarat pada pembentukan membran. 1. REG; 2. mRNA; 3. ribosoma; 4. peptida isyarat; 5. peptida isyarat dilepas;6. karbohidrat; 7. ribosoma bebas (Thorpe, 1984) 31

Gambar 2.4 Peleburan membran vesikula dengan membran plasma pada pembentukan membrane berdasarkan hipotesis isyarat (Thorpe, 1984).

Perakitan berlandaskan hipotesis picu Dalam perakitan ini, protein yang akan menjadi protein integral membran sel dibuat oleh ribosoma bebas, dilipat menjadi bentuk yang sesuai dengan kelarutan membran dan akhirnya disisipkan di antara molekul-molekul lipida membran sel. Gambar 6.40 menunjukkan mekanisme hipotesis picu.

Gambar 2.5 Perbandingan signal hipotesis dan membran triggert hipotesis (Adnan, 2009). II. 5 Mekanisme Antibiotik Menghambat Sintesis Membran Sel Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri dan fungi. Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua: 1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap bakteri. 2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri. Adapun contoh antibiotik yang mekanisme kerjanya menekan atau menghambat sintesis membran sel antara lain Polimiksin B, kolistin, amphotericin B, nistatin. Diantara contoh- contoh
6

antibiotik tersebut amphotericin B merupakan salah satu obat antijamur sistemik untuk infeksi sistemik. Terdapat dua jenis Amphotericin, yaitu Amphotericin A dan B. Amphotericin A dan B merupakan antibiotik- antibiotik antijamur yang dihasilkan oleh Streptomyces nodosus. Amphotericin A tidak dipakai untuk penggunaan klinis.

Gambar 2. 6 Amphotericin B obat ( Katzung et.all, 2009).

Sifat kimia dari amphotericin B merupakan suatu Makrolid poliene amfoter(makrolid= mempunyai satu gelang lactone yang besar terdiri dari 12 atom atau lebih; poliene= mempunyai banyak ikatan ganda). Karena hampir tidak larut air, maka obat ini disediakan dalam bentuk suspensi koloid amphotericin B dan sodium desoxycholate untuk injeksi intravena. Beberapa formulasi baru telah dikembangkan, dimana amphotericin B dikemas dalam suatu system pengantaran yang terkait dengan lemak obat ( Katzung et.all, 2009). Amphotericin B diserap kurang baik dari saluran gastrointestinal. Oleh karenanya, amphotericin B oral efektif hanya terhadap jamur didalam usus disaluran ini dan tidak dapat digunakan untuk penanganan penyakit sistemik. Injeksi intravena amphotericin B sebesar 0.6mg/ kg/ hari menghasilkan kadar dalam darah rata- rata sebesar 0,3- 1g/ mL dan lebih dari 90% terikat oleh protein- protein serum. Amphotericin B diekskresikan dengan lambat melalui urin dalam waktu beberapa hari. Waktu paruh serum sekitar 15 hari. Kerusakan hati, ginjal, dan dialisis hanya mempunyai sedikit dampak terhadap konsentrasi obat, karena itu tidak diperlukan penyesuaian dosis. Obat ini disebarkan secara luas ke dalam jaringan- jaringan namun hanya 23% kadar darah yang mencapai cairan cerebrospinal, sehingga terkadang dibutuhkan terapi intratekal untuk jenis- jenis meningitis jamur obat ( Katzung et.all, 2009).

Mekanisme kerja dari Amphotericin B bersifat selektif dalam efek fungisidnya karena antibiotik tersebut mengeksploitasi perbedaan dalam komposisi lipid jamur dan membran sel mamalia. Ergosterol merupakan suatu sterol membran sel, dijumpai dalam membran sel jamur sementara sterol utama bakteri dan sel tubuh manusia adalah kolesterol. Amphotericin B terikat pada ergosterol dan mengubah permeabilitas sel melalui pembentuk lubang- lubang terkait dengan Amphotericin B dalam membran sel. Sebagaimana tampak dari strukturnya, Amphotericin B cenderung cepat berkombinasi dengan lipid (ergosterol) sepanjang sisi yang kaya ikatan ganda dari stukturnya, dan berkaitan dengan molekul- molekul air sepanjang sisi kaya hidroksilnya. Karakteristik amfifatik ini memungkinkan pembentukan lubang oleh molekul multiple Amphotericin, dengan bagian- bagian lipofilik disekitar bagian luar lubang dan daerah hidrofilik sepanjang bagian bagian dalam. Lubang ini memungkinkan kebocoran ion- ion dan makromolekul intraseluler, yang akhirnya mengakibatkan kematian sel. Beberapa pengikatan pada sterol manusia juga terjadi, kemungkinan bertanggungjawab terhadap toksisitas menonjol obat yang bersangkutan ( Katzung et.al, 2009). Resistensi terhadap Amphotericin B terjadi apabila pengikatan ergosterol dirusak, baik dengan menurunkan konsentrasi ergosterol membran atau dengan mengubah molekul target sterol untuk mengurangi afinitasnya terhadap obat ( Katzung et.all, 2009).

Target obat saat ini termasuk sintesa dinding sel (isoniazid,etionamid, etambutol, dan cycloserine), (aminoglikosida), Tiga senyawa sintesis folat (p-aminosalicylate), transkripsi (rifampisin), membran sel translasi

metabolisme DNA

(fluoroquinolones) dan

(pirazinamid).

baru menargetkan

fungsi bakteri

lainnya. TMC207 tampaknya menghambat

kompleks sintase ATP. OPC-67863 dan PA-824 adalah prodrugs, aktivasi yang tergantung pada enzim seluler yang sama (Rv3547). Sasaran akhir dari senyawa ini tetap tidak diketahui (Sasseti et .al, 2007).

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Sintesis membran sel merupakan regenerasi proteksi sel bakteri untuk mempertahankan hidupnya sehingga dia bisa tetap hidup dalam lingkungan yang mendukungnya. Untuk menghambat kelangsungan hidup bakteri salah satunya dengan menghambat sintesis membran sel dengan menggunakan antibiotik. Salah satu contoh antibiotik yang menghambat sintesis membran sel adalah Amphotericin B.

10

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 2009. Membran Sel . dapat diakses pada : http://www.scribd.com/doc/20536144/MEMBRAN-SEL-Adnan-UNM Cahyo, P. 2011. Sel Prokariotik Eukariotik. Dapat diakses pada :
http://www.scribd.com/doc/62136079/Struktur-Sel-Prokariotik-Dan-Eukariotik

Katzung, G, et al.2009.Farmakologi Dasar dan Klinik. Mc-Graw Hill : United States of America Sasseti, Christoper et al. 2007. Mechanisms of action for current and investigational tuberculosis drugs. Available online at http://www.nature.com/nm/journal/v13/n3/fig_tab/nm0307-279_F1.html Thorpe. Neal.1984. Cell Biology. John Wiley inc : New York

11

Anda mungkin juga menyukai