Bimbingan Sirhep
Bimbingan Sirhep
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DEFINISI
Suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif.
EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 40% pasien sirosis asimtomatis. Di Amerika, insiden sirosis 360 per 100.000 penduduk penyakit hati alkoholik dan infeksi virus kronik. Di Indonesia data prevalensi sirosis hati belum ada. Di RS. Sardjito Yogyakarta jumlah pasien sirosis hati berkisar 4,1 % dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun.
ETIOLOGI
26/05/2013
KLASIFIKASI
MORFOLOGI
KLASIFIKASI
FUNGSIONAL
MANIFESTASI KLINIS
SIROSIS KOMPENSATA
Belum adanya gejala klinis yang nyata. Gejala awal : Perasaan mudah lelah dan lemas Selera makan yang berkurang Perasaan perut kembung Mual BB menurun Pada laki laki impotensi, testis mengecil, ginekomastia, hilangnya dorongan seksual
SIROSIS DEKOMPENSATA
Sirosis yang ditandai dengan gejala-gejala dan tanda klinis yang jelas Gejala klinis : Hilangnya rambut badan Gangguan tidur Demam tak begitu tinggi Ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat Muntah darah dan atau melena Perubahan mental
MANIFESTASI KLINIS
5 dari 7 tanda untuk menegakkan diagnosis sirosis hati dekompensasi (Suharyono Soebandri) Splenomegali Eritema palmaris Kolateral vena Asites Spider nevi Invers albumin globulin [Albumin yang merendah] Hematemesis melena
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
www.netterimages.com
MAKROSKOPIK SIROSIS
www.hivandhepatitis.com/.../docs/060906_c.html
MIKROSKOPIK SIROSIS
Fibrosis
Regenerating Nodule
PATOFISIOLOGI
1.Proses harus difus dan melibatkan seluruh jaringan hati. 2.Fibrosis dapat berupa serat-serat halus berjalinan sampai fibrosis tebal. Fibrosis sering progresif dan biasanya ireversibel. 3.Timbulnya nodul-nodul. Regenerasi hepatosit yang dikelilingi parut jaringan ikat dapat menambah pembentukan nodul-nodul. 4. Pada sebagian besar penderita sirosis merupakan kelainan progresif yang memiliki potensi untuk menjadi hipertensi porta dan gagal hati.
ANATOMI HEPAR
PATOGENESIS
Jaringan parut
HIPERTENSI PORTA
1. HIPERTENSI PORTA
Kenaikan dalam sistem portal yang sifatnya menetap di atas batas normal (5-10 mmHg).
Etiologi
Pre HepatikOklusi vena porta & trombosis vena lienalis Post Hepatik sindrom Budd Chiari & gagal jantung kanan Intra Hepatik
Sirosis Non Sirosishepatitis, idiopatik & perlemakan hati
Hipertensi porta
Aliran balik ke vena Dari vena porta Dilatasi vena
Vena lienalis splenomegali Saluran kolateral yg Melibatkan v.superfisial Dinding abdomen v.Esofageal Varises esofagus
Kaput medusa
asites
2. SPIDER NEVI
Nevus yang mirip laba laba daerah pusatnya berwarna merah terang dengan sinar bercabang.
3. VENA KOLATERAL
Varises esofagus yang tampak dengan endoskopi dibagi atas 5 tingkatan, sesuai dengan klasifikasi Dagradi. Tingkat I
Varises esofagus dengan diameter 1-2 mm terdapat pada lapisan submukosa, penonjolan ke dalam lumen sukar dilihat. Hanya dapat dilihat setelah dilakukan kompresi.
Tingkat II
Varises esofagus dengan diameter 2-3 mm masih di submukosa, mulai terlihat penonjolan di mukosa tanpa kompresi.
Tingkat III
Varises esofagus dengan diameter 3-4 mm, panjang dan berkelok-kelok, terlihat penonjolan sebagian dengan jelas pada mukosa.
Tingkat IV
Varises esofagus dengan diameter 4-5 mm terlihat panjang dan berkelok-kelok. Sebagian besar varises terlihat pada mukosa esofagus.
Tingkat V
Varises esofagus dengan diameter lebih dari 5 mm, jelas sebagian besar atau seluruh esofagus terlihat penonjolan atau berkelok-kelok.
Nekrosis Hepatoseluler
Ruptur
Hematemesis
LIMPA MEMBESAR
CAPUT MEDUSAE
HEMATEMESIS MELENA
Spider nevi
5. HEMATEMESIS MELENA
SIROSIS HATI
HIPERTENSI PORTA
RUPTUR
PERDARAHAN
HEMATEMESIS
HEMATEMESIS MELENA
6. ASITES
Penimbunan cairan serosa dalam rongga peritoneum. Faktor yang berperan pada asites : Hipertensi porta Hipoalbunemia pembentukan dan aliran darah limfe Retensi natrium Gangguan eksresi
2007 Mayo Foundation for Medical Education and Research. All Rights Reserved.
Penurunan gaya-gaya yang mendorong reabsorpsi cairan kedalam kapiler dari ruang interstitium
Edema perifer
Gagal hati
hiperesterogenisme
8. IKTERIK
1. 2. 3.
Perubahan warna kulit, skelera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) menjadi kuning karena pewarnaan bilirubin yang meningkat dalam sirkulasi darah.
4.
Pembentukan bilirubin secara berlebihan Gangguan pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh hati Gangguan konyugasi bilirubin Ketiga mekanisme ini menyebabkan hiperbilirubinemia tak terkonjugasi. Penurunan eksresi bilirubin terkonyugasi dalam empedu akibat faktor intrahepatik dan ekstrahepatik yang bersifat obstruksi fungsional atau mekanik. Mekanisme ini menyebabkan hiperbilirubinemia terkonjugasi.
METABOLISME BILIRUBIN
1. Fase prahepatik Pembetukan bilirubin Transpor plasma 2. Fase intrahepatik Liver uptake Konyugasi 3. Fase pascahepatik Eksresi bilirubin
Martini, FH. Fundamentals of Anatomy and Physiology. 7th Ed. New York: Pearson Education Benjamin Cummings. 2006. Aru, W. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta : FKUI. 2006.
Frkasi bilirubin dalam jumlah yg signifikan akan beredar dlm bentuk tidak terikat
9. GINEKOMASTIA
Klirens prekusor Androstenedion oleh hati pembentukan estrogen di jaringan Gangguan metabolisme hormon
Fisiologik
bayi puber pada wanita (14-20 tahun) usia lanjut androgen
Patologik
testosteron (produksi dan kerja) dengan atau tanpa peningkatan sekunder produksi estrogen.
SHR tipe 2 bentuk SHR kronis, peningkatan serum kreatinin yang lebih lambat.
Manifestasi Klinik asites ensefalopati hepatik Ikterus
SINDROM HEPATORENAL
Diagnosis
Kriteria Mayor
Penyakit hati akut atau kronis dengan kegagalan tingkat lanjut dan hipertensi portal Laju filtrasi glomelorus rendah (kreatinin serum > 1,5 mg/dL) Tidak ada syok, sepsis, kehilangan cairan, pemakaian obatobatan nefrotoksik (OAINS atau aminoglikosida) Tidak ada perbaikan fungsi ginjal Proteinuria < 500 mg/hari, tanpa obstruksi saluran kemih atau penyakit ginjal pada pemeriksaan USG
Kriteria Tambahan
Volume urine < 500 mL/hari Natrium Urin < 10 mEq/liter Osmolaritas urine > osmolaritas plasma Eritrosit urine < 50/lapang pandang Natrium serum < 130 mEq/liter
FKUI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2006. FKUI:Jakarta
Sindrom Hepatorenal
Sindrom neuropsikiatrik pd FAKTOR PENCETUS: penderita penyakit hati berat, Pendarahangastrointtestinal ditandai kekacauan Hipokalemia mental, Diit tinggi protein tremor otot & asiteriksis.
Obstipasi
Gambaran klinis : Stadium I perubahan kepribadian & tingkah laku, tidur lebih lama dari biasanya, irama tidurnya terbalik Stadium II kedutan otot umum, asiteriksis yang timbul apabila penderita diperintahkan untuk mengangkat lengannya, aparaksia konstitusional (tidak dapat menulis/mengammbar yang baik). Stadium III pasien menjadi lebih gaduh, kasar, bengis & mungkin perlu diikat. Stadium IV koma yang tidak dapat dibangunkan.
Astrocyte swelling
Neurons
Glial function
HE
LEMAH
Perut Besar Pengeluaran protein, Glukosa,natrium, Kalium yang terakumulasi dalam rongga peritoneum
ASITES
Nausea,anoreksia,perut kembung,begah,terasa penuh Penurunan nafsu makan Asupan makanan yang Masuk berkurang
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Riwayat konsumsi alkohol jangka panjang Narkotik jenis suntikan Riwayat hub. Seksual Riwayat operasi dan cabut gigi Penyakit hati kronik. Pasien dengan hepatitis B dan C mempunyai kemungkinan tertinggi untuk mengidap sirosis.
46
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN KLINIS
Hati: > Besar Kecil > Konsistensi - keras - nodular - NT pada perabaan Limpa vena kolateral Asites ikterik Manifestasi diluar perut > spider devi > Eritema palmaris > kuku Muchrche > caput medusa
LABORATORIUM
DARAH:
>Hb rendah >Anemia normokrom normosikrom >Anemia e.c hipersplenisme dengan leukopeni dan trombositopeni Kenaikan SGOT & SGPT Penurunan Albumin & kenaikan gobulin Pemeriksaan elektrolit Pemanjangan masa protombin ( turun ) Fungsi hati Kenaikan kadar gula darah Marker serologi seperti HbsAg, HBV DNA, HCV RNA. Pemeriksaan AFP yang terus menaik mempunyai nilai diagnostik untuk suatu kanker hati primer. Nilai AFP >500-1.000 mempunyai nilai diagnostik suatu kanker hati primer.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi - barium swallow dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hipertensi portal. Esofagoskopi - melihat perdarahan varises esofagus secara langsung sbagai komplikasi dari sirosis hati. Ultrasonografi yang dapat dilihat adalah permukaan, pembesaran, homogenitas,asites, splenomegali, adanya SOL (Space occuping lesion) Biopsi hati Angiografi, melihat keadaan sirkulasi portal
KOMPLIKASI
K E G A G A L A N H A T I
H I P E R T E N S I P O R T A
A S I T E S
E N S E F A L O P A T I
P E R I T O N I T I S
S I N D R O M H E P A T O R O N A L
Gambaran Klinis
Tanda dan gejala yang terlihat pada SBP sangat luas. Pasien asimtomatik telah dilaporkan sebanyak 30%. Demam dan menggigil terjadi sebanyak 80%. Sakit atau ketidaknyamanan pada perut sebanyak 70%
Tatalaksana
Mencegah kerusakan hati lebih lanjut - menghindari bahan-bahan yg bisa menambah kerusakan hati - diet protein 1 g/kgbb/hari - kalori 2000-3000 kkal/hari - kurangi asupan garam - konsumsi putih telur Mengobati komplikasi sirosis Mencegah kanker hati atau deteksi sedini mungkin Transplantasi hati
51
Etiologi
Tatalaksana
Hepatitis autoimun hemokromatosis Peny hati nonalkoholik Hepatitis B Hepatitis virus C kronik
Pengobatan komplikasi
Asites - tirah baring dan diet rendah garam - spironolakton 100 mg/ hari - dapat dikombinasi dengan furosemid dgn dosis 40 mg. - parasentesis pd asites yg sangat besar Ensefalopati hepatik - laktulosa - NEOMISIN 2-4gram/hari atau metronidazole 4x250 mg/hari - diet protein dikurangi sampai 0,5 gr/kgbb/hari, BCAA
53
Varises esofagus - obat penyeka beta seperti propanolol - ligasi SPB - AB sefotaksim Pencegahan atau deteksi dini kanker hati dengan skrining minimal 6 bulan- 1 tahun sekali Transplantasi hati - merupakan terapi defenitif pd sirosis dekompensata
54