Anda di halaman 1dari 7

BAB XI KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR

BATASAN Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurologi baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak PRINSIP DASAR Kejang merupakan keadaan emergensi atau tanda bahaya yang sering terjadi pada neonatus, karena kejang yang berkepanjangan dapat mengakibatkan hipoksia otak yang cukup berbahaya bagi ke langsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan gejala sisa di kemudian hari. Termasuk dalam kelompok gejala ini adalah spasme dan tidak sadar atau gangguan kesadaran. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh asfiksia neonatorum, hipoglikemia atau merupakan tanda meningitis atau masalah susunan saraf. Kejang merupakan satu tanda atau gejala yang dapat dijumpai pada satu atau lebih masalah pada BBL Apapun penyebabnya, kejang sebagai salah satu Tanda Bahaya atau Danger sign pada neonatus harus segera dikelola dengan baik Sebetulnya timbulnya kejang dapat diantisipasi dengan melakukan tindakan promotif atau preventif Secara klinis kejang pada bayi diklasifikasikan klonik, tonik, mioklonik, subtle

TUJUAN UMUM Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan mampu menjelaskan tentang penyebab kejang, dampak kejang pada bayi baru lahir serta manajemen kejang dengan baik

TUJUAN KHUSUS Untuk mencapai tujuan umum, peserta akan memiliki kemampuan untuk: Menjelaskan beberapa penyebab kejang pada neonatus Menjelaskan rencana terapi kejang pada Neonatus Melakukan praktik menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut. Melakukan cara memotong kejang dengan baik Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat MASALAH Kejang pada bayi baru lahir apapun penyebabnya dapat menimbulkan cacat pada syaraf dan atau kemunduran mental dikemudian hari. Langkah promotif atau preventif:

Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

11-1

Mencegah persalinan prematur Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman Mencegah asfiksia neonatorum Melakukan resusitasi dengan benar Melakukan tindakan pencegahan infeksi . Mengendalikan kadar glukosa darah ibu. Antisipasi setiap faktor kondisi (faktor predisposisi) dan masalah dalam proses persalinan yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas. Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas. Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan. Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui. Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera. Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.

DIAGNOSIS Anamnesis : Riwayat persalinan: bayi lahir prematur, lahir dengan tindakan, penolong persalinan, asfiksia neonatorum. Riwayat imunisasi tetanus ibu, penolong persalinan bukan tenaga kesehatan. Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional. Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan abnormal pada mata, mulut, lidah dan ekstrimitas. Riwayat spasme atau kekakuan pada ekstremitas, otot mulut dan perut. Kejang dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan. Riwayat bayi malas minum sesudah dapat mium normal. Adanya faktor risiko infeksi. Riwayat ibu mendapat obat mis. heroin, metadon, propoxypen, sekobarbital, alkohol. Riwayat perubahan warna kulit (kuning) Saat timbulnya dan lama terjadinya kejang. Pemeriksaan fisis Kejang: Gerakan abnormal pada wajah, mata, mulut, lidah dan ekstrimitas Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan seperti mengayuh sepeda, mata berkedip, berputar, juling. Tangisan melingking dengan nada tinggi, sukar berhenti.

11-2

Buku Acuan

Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun besar membonjol, suhu tubuh tidak normal.

Spasme: Bayi tetap sadar, menangis kesakitan Trismus, kekakuan otot mulut, rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu. Opistotonus, kekakuan pada ekstremitas, perut, kontraksi otot tidak terkendali. Dipicu oleh kebisingan, cahaya, atau prosedur diagnostik. Infeksi tali pusat. DIAGNOSIS BANDING Untuk membuat diagnosis banding dan mengetahui Manajemen Spesifik dapat dilihat Tabel dibawah ini Tabel 11-1. Diagnosis banding kejang, spasme dan tidak sadar Temuan Pemeriksaa n penunjang / diagnosis Pemeriksaan lain yang sudah diketahui Kadar glukosa Kejang, darah kurang tremor, letargi dari 45 mg/dL atau tidak sadar (2.6 mmol/L) Bayi kecil (berat lahir < 2,500 g atau umur kehamilan < 37 minggu) Bayi sangat besar (berat lahir > 4,000 g) Infeksi tali Spasme pusat

Anamnesis

Kemungkinan diagnosis Hipoglikemia

Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3 Riwayat ibu Diabetes

Ibu tidak diimunisasi tetanus toksoid Malas minum sesudah minum normal sebelumnya Timbul pada hari ke 3 sampai 14 Lahir di rumah dengan lingkungan kurang higienis

Tetanus neonatorum

Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

11-3

Anamnesis

Temuan Pemeriksaa n penunjang / diagnosis Pemeriksaan lain yang sudah diketahui

Kemungkinan diagnosis

Pengolesan bahan tidak steril pada tali pusat Timbul pada hari ke 2 atau lebih

Riwayat resusitasi pada saat lahir atau bayi tidak bernapas minimal satu menit sesudah lahir Timbul pada hari ke 1 sampai ke 4 Persalinan dengan penyulit (misal partus lama atau gawat janin) Timbul pada hari ke 1 sampai 7 Kondisi bayi mendadak memburuk Mendadak pucat Belum mendapat injeksi vitamin K1 Ikterus hebat timbul pada hari ke 2 Ensefalopati timbul pada hari ke 3 - 7 Ikterus hebat yang tidak atau terlambat diobati

Kejang atau tidak sadar Ubun-ubun besar membonjol Letargi Kejang atau tidak sadar Layuh atau letargi Gangguan napas Suhu tidak normal Mengantuk atau aktivitas menurun Iritabel atau rewel Kejang atau tidak sadar Bayi kecil (berat lahir < 2,500 g atau umur kehamilan < 37 minggu) Gangguan napas berat Kejang Opistotonus

Sepsis

Curiga meningitis (tangani meningitis dan obati kejang) Asfiksia neonatorum dan/atau Trauma (obati kejang, dan tangani asfiksia neonatorum)

Perdarahan intraventrikular (Nilai dan tangani perdarahan dan juga asfiksia neonatorum)

Hasil tes Coombs positif

Ensefalopati bilirubin (Kernikterus) (obati kejang dan tangani Ensefalopati bilirubin)

11-4

Buku Acuan

MANAJEMEN UMUM Bebaskan jalan napas dan Oksigenasi Medikamentosa untuk menghentikan kejang Memasang jalur infus intravena Pengobatan sesuai dengan penyebab

Medikamentosa 1. Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena dalam waktu 5 menit, jika kejang tidak berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit. Jika tidak tersedia jalur intravena, dan atau tidak tersedia sediaan obat intravena, maka dapat diberikan intramuskuler 2. Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg berat badan intravena dalam larutan garam fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgberat badan / menit. Pengobatan rumatan 1. Fenobarbital 3-5 mg/ kg BB /hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara intravena atau per oral, sampai bebas kejang 7 hari. 2. Fenitoin 4-8 mg/kg/ hari intravena atau per oral. dosis terbagi dua atau tiga. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk mencari penyebab kejang Laboratorium darah rutin dan pengecatan Gram , kadar glukosa darah dengan dekstrostik. Pada kecurigaan infeksi (meningitis) Pemeriksaan darah ditemukan adanya lekositosis (lebih 25.000/ mm3) atau lekopenia (kurang 5000/mm3) dan trombositopenia (< 150.000/mm3) Gangguan metabolik Hipoglikemi (glukosa darah < 45 mg/gl) Diduga/ ada riwayat jejas pada kepala Pemeriksaan berkala hemoglobin dan hematokrit untuk memantau perdarahan intraventrikuler serta didapat perdarahan pada cairan serebrospinal. Pemeriksaan kadar bilirubin total/ direk dan indirek meningkat, pemeriksaan kadar bilirubin bebas (bila tersedia) MANAJEMEN SPESIFIK atau MANAJEMEN LANJUT 1. Meningitis Antibiotik awal diberikan Ampisilin dan Gentamisin, bila organisme tidak dapat ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti Ampisilin dan beri Sefotaksim disamping tetap beri Gentamisin.

Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

11-5

Antibiotika diberikan sampai 14 hari setelah ada perbaikan (dosis lihat tabel) Tabel 11-2. Dosis antibiotik Ampisilin Sefotaksim Gentamisin IV IV IV, IM 100 mg/kg setiap 12 100 mg/kg setiap 8jam jam 50 mg/kg setiap 12 50 mg/kg setiap 6 jam jam < 2 kg 4mg/kg sekali sehari 3.5mg/kg sekali sehari 2 kg 5mg/kg sekali sehari 3.5mg/kg sekali sehari

2. Gangguan metabolik Diagnosis kejang yang disebabkan oleh karena gangguan metabolisme sangat sulit ditegakkan karena terbatasnya fasilitas dan kemampuan pemeriksaan penunjang di Puskesmas, karena tidak ada gejala klinis yang khas untuk beberapa kejang metabolik, mis. hiponatremia, hipernatremia dan hipomagnesimia. Untuk itu manajemen umum diperlukan untuk kejang metabolik ini, dan segera dirujuk Bila tersedia fasilitas pemeriksaan kadar glukosa darah, lakukan manajemen hipoglikemia (Lihat manajemen Hipoglikemia) Dugaan diagnosis kejang disebabkan oleh hipokalsemia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis berupa karpopedal spasme dan riwayat hipoksia atau asfiksia. Untuk kasus ini diberi: o Kalsium glukonas 10%, 1-2 ml/kg berat badan dengan aquabidest sama banyak secara intravena dalam 5 menit. Dapat diulang setelah 10 menit jika tidak ada respon klinis. 3. Kern ikterus: ( lihat hiperbilirubinemia) 4. Hipoksia: optimalisasi ventilasi dan terapi oksigen 5. Spasme/ tetanus Beri Diazepam 10mg/kg/hari dengan drip selama 24 jam atau bolus IV tiap 3 jam, maksimum 40 mg/ kg/hari Bila frekuensi napas kurang 40 kali per menit, hentikan pemberian obat meskipun bayi masih mengalami spasme. Bila tali pusat merah dan membengkak, mengeluarkan pus atau berbau busuk, obati untuk infeksi tali pusat. Beri bayi: o Human Tetanus immunoglobin 500 U IM, bila tersedia, atau beri padanannya, antitoksin tetanus 5,000 IU IM. toksoid tetanus IM pada tempat yg berbeda dg tempat pemberian antitoksin o Benzyl Penicillin G 100,000 IU/kg BB IV atau IM dua kali sehari selama tujuh hari Anjurkan ibunya untuk mendapat toksoid tetanus 0.5 ml (untuk melindunginya dan bayi yg dikandung berikutnya) dan kembali bulan depan untuk pemberian dosis ke dua.

11-6

Buku Acuan

Pada kasus perdarah subdural, trauma SSP dan hidrosefalus diperlukan tindakan bedah, dapat dirujuk.

Terapi Suportif Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut. Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan invasif untuk menghindari bangkitan kejang pada penderita tetanus, pasang pipa orogastrik dan beri ASI perah diantara spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan perhari dan pelan-pelan dinaikkan jumlah ASI yang diberikan sehingga tercapai jumlah yang diperlukan sambil menurunkan jumlah cairan I.V. Rujukan Bila bayi sudah dilakukan manajemen umum dan sudah dilakukan manajemen spesifik tetapi bayi masih belum ada perbaikan segera dirujuk.

Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

11-7

Anda mungkin juga menyukai