Anda di halaman 1dari 20

BAB PENDAHULUAN A.

Latar Belakang

Kejadian sesungguhnya kadang-kadang menyimpang dari perkiraan (expectation) ke salah satu dari dua arah, artinya, ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan dan ada pula penyimpangan yang merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko (risk). Sedangkan kerugian adalah penyimpangan yang tidak diharapkan karena mengandung risiko. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Begitupun dalam bidang agrobisnis, segala kegiatan didalamnya juga mengandung risiko yang harus ditangani agar tidak menimbulkan kerugian yang fatal. Untuk menangani risiko tersebut bisa dilakukan dengan manajemen risiko. Menurut Smith : 1990, manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut. Dengan kata lain, manajemen risiko adalah suatu cara dalam mengorganisir suatu risiko yang akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau yang tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko juga bisa disebut suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Oleh karena itu, melalui manajemen risiko, diharapkan kerugian yang ditimbulkan dari ketidakpastian dapat dikurangi bahkan dihilangkan untuk kelangsungan kegiatan di bidang agrobisnis. B. Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui manajemen risiko secara umum. 2. Untuk mengetahi macam-macam manajemen risiko. 3. Untuk mendeskripsikan aplikasi manajemen risiko di bidang agrobisnis. BAB PEMBAHASAN A. Manajemen Risiko dalam Agribisnis II

Agribisnis tidak terlepas dari faktor risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Risiko merupakan kejadaian yang telah diketahui probabilitasnya, misalnya kematian pada budidaya tanaman obat-obatan sekitar 4%, kematian pada pengangkutan buah ke pasar sekitar 2%, penyusutan pada pengangkutan ternak potong ke luar daerah mencapai 1020% dan sebagainya. Probabilitas kejadian pada ketidakpastian tidak diketahui sebelumnya, seperti wabah penyakit dalam bencana alam. Ada lima macam risiko yang dihadapi oleh manajer agribisnis, meliputi risiko produksi (production risk), risiko pemasaran (marketing risk), risiko keuangan (financial risk ), risiko hukum (legal risk), dan risiko sumber daya manusia (human resources risk). Untuk menghadapi kelima

risiko tersebut terdapat lima cara yang dapat ditempuh, yaitu dipertahankan (retain), digeser (shift), dikurangi (reduce), diasuransikan (insure), dan dihindari (avoid) (Sutawi, 1999). Aktivitas pada manajemen risiko meliputi identifikasi risiko, pengukuran risiko, dan penanganan risiko. Identifikasi risiko merupakan aktivitas awal yang akan menghasilkan output daftar risiko. Dalam identifikasi risiko terdapat stakeholder yang meliputi pemegangan saham, kreditur, pemasok, karyawam, pemain industri yang sama, pemerintah, manajemen itu sendiri, masyarakat, dan pihak lain yang terpengaruh oleh adanya perusahaan. Metode dalam identifikasi risiko meliputi analisis data historis, pengamatan dan survei, dan pendapat ahli. Analisis kontrak dalam manajemen risiko bertujuan untuk melihat risiko yang muncul karena kontak tertentu. Pengukuran risiko dapat dilihat dengan besar kecilnya risiko yang akan berdampak bagi perusahaan dan dengan melakukan prioritas risiko dapat mempermudah serta dapat menghasilkan output berupa peta risiko. Terdapat 4 cara dalam penanganan risiko yaitu penghindaran risiko (risk avoidance), pengukuran risiko yang dapat dilakukan dengan metode pencegahan, diversifikasi atau lindung nilai alamiah (natural heging), pemindahan risiko (risk transfer) dan penahanan risiko (risk retention). B. MacamMacam Manajemen Risiko dalam Agribisnis Macam- macam manajemen risiko dalam agribisnis dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Risiko berdasarkan sifatnya a. Risiko Spekulatif Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis (business risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Risiko yang dihadapi seperti adalah risiko spekulatif. Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian. Jenis risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian memberikan peluang keuntungan kepadanya. Umumnya tidak bisa diasuransikan. Contoh dari risiko ini adalah : kita menggunakan modal untuk membuka usaha rumah makan, atau digunakan untuk investasi membangun pembangkit baru. Dalam membuka usaha baru ini pasti akan ada kemungkinan risiko rugi, tapi juga ada peluang untuk memperoleh keuntungan. b. Risiko Murni Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contohnya adalah kebakaran, apabila perusahaan mengalami kebakaran, maka perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Salah satu cara menghindari risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. Itu sebabnya risiko murni dapat dikenal dengan istilah risiko yang dapat diansuransikan (insurable risk). Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah kemungkinan untuk ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung, sedangkan untuk risiko murni tidak dapat keuntungan. Maka kita sebagai masyarakat, terlebuh pengusaha harus mempelajari manajemen resiko karenasasarandari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi

risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. 2. Risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan a. Risiko yang dapat dialihkan Risiko yang dapat dialihkan yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai obyek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi. Dengan demikian kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban) perusahaan asuransi. b. Risiko yang tidak dapat dialihkan, Risiko yang tidak dapat dialihkan yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi. 3. Risiko berdasarkan asal timbulnya a. Risiko Internal Risiko Internal yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja pada proyek karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, risiko mismanagement, dan sebagainya. b. Risiko Eksternal Risiko Eksternalyaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar perusahaan. Misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi harga, perubahan politik, dan sebagainya. C. Aplikasi Manajemen Risiko Di Industri Sangat banyak pengaplikasian manajemen risiko di Industri, salah satunya yaitu pada industri galangan kapal PT. Dok dan Perkapalan Surabaya. Tujuan utama dari manajemen risiko ini adalah menyusun dan mengembangkan model manajemen risiko usaha bangunan baru pada industri galangan kapal dengan langkah mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menganalisis pengaruh tingkat risiko usaha terhadap cost yang harus ditanggung oleh industri galangan kapal untuk bangunan baru. Industri galangan kapal adalah industri yang padat modal dan tingkat pengembaliannya yang cukup lama (slow yielding),sehingga dalam operasionalnya harus menggunakan prinsip kehatihatian. 1. Identifikasi Masalah Identifikasi beberapa permasalahan manajemen risiko pada industri galangan kapal dan yang berpotensi merugikan perusahaan, antara lain: a. Bagaimana implementasi manajemen risiko pada industri galangan kapal untuk bangunan baru (PT. Dok dan Perkapalan Surabaya), kondisi ini dilihat pada keadaan sebelum penerapan manajemen risiko dan sesudah penerapan manajemen risiko. b. Pengaruh manajemen risiko terhadap operasional perusahaan galangan kapal untuk bangunan baru (PT. Dok dan Perkapalan Surabaya). c. Assessment value at risk manajemen risiko pada industri galangan kapal untuk bangunan baru (PT. Dok dan Perkapalan Surabaya), bagaimana menilai risiko melalui penerapan manajemen risiko pada perusahaan, penerapan konsep Value at Risk untuk menilai risiko dan potensi losess yang akan ditimbulkan. d. Model pengembangan manajemen risiko usaha pada industri galangan kapal untuk bangunan baru. 2. Inventaris Data Lapangan Data lapangan dengan menggunakan sampel pada proses pembangunan kapal baru yang telah dibangun di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya pada lima tahun sebelumnya. Data-data tersebut meliputi: data pembangunan kapal, jumlah, macam-macam risiko yang dihadapi, bobot tiap risiko, frekuensi kejadian selama lima tahun sebelumnya. Proses pencarian data dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan checklist, wawancara dilakukan terhadap sekurang-kurangnya 30 senior manager yang berkecimpung dalam proses bisnis bangunan baru. 3. Assessment Value at Risk

Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Identifikasi hazard (list semua skenario kejadian yang relevan dengan faktor penyebab dan dampak yang potensial) pada proses pembangunan kapal baru, mulai tahap tender sampai kapal jadi (delivery). b. Penilaian risiko (evaluasi faktor-faktor risiko); 1) Fokus pada skenario yang penting, didasarkan pada identifikasi risiko pada tahap sebelumnya. Kemudian di masukan pada tool database manajemen sistim. 2) Ukur risiko pada setiap skenario, dengan metode statistik menggunakan asas perkalian, data hasil wawancara kemudian dimasukan dalam tool database manajemen sistim pada masing-masing kelompok risiko. 3) Analisa darimana risiko datang, fokus perhatian pada penyebab, menganalisis dari mana penyebab masing-masing risiko, siapa pemilik risiko, cari akar masalah dengan validasi wawancara lebih mendalam, dengan audit risiko. 4) Identifikasi faktor yang berhubungan yang mempengaruhi tingkatan risiko, bobot risiko danfrekeunsi sering tidaknya terjadi risiko dari hasil wawancara dengan menggunakan isian checklist menjadi tolok ukur nilai indeks risiko atau nilai risiko yang pada akhirnya akan menentukan tingkatan risiko. Kemudian disusun dalam tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Penilaian Risiko c. Pilihan untuk mengontrol risiko (aturan untuk mengukur, mengontrol dan mengurangi risikoyang teridentifikasi); 1) Fokus perhatian pada faktor yang berkontribusi pada risiko yang tertinggi, dengan mengetahuinilai risiko atau indeks risiko, maka nilai tersebut dimasukan dalam matrik risiko. Indeks risikountuk masing-masing tingkatan risiko dikelompokan sebagai berikut: (i) kelompok sangat rendah dengan indeks risiko 2 sampai 3, (ii) kelompok rendah dengan indeks risiko 4 sampai 5, (iii) kelompok menengah dengan indeks risiko 6, (iv) kelompok tinggi dengan indeks risiko 7 sampai 8, (v) kelompok sangat tinggi dengan indeks risiko 9 sampai 10. Dari matrik risiko dapatdiketahui tingkatan masing-masing risiko kemudian disusun seperti tabel 2 berikut:

Tabel 2. Peringkat Risiko 2) Identifikasi pengukuran untuk mengontrol risiko, dari tingkatan risiko yang diperoleh dari matrik risiko, untuk menurunkan nilai indeks risiko harus dilakukan dengan penerapan proses mitigasi risiko, disamping itu juga perlu dilakukan apakah risiko tersebut dihindari atau ditahan. 3) Evaluasi untuk antisipasi pengurangan risiko dengan menerapkan beberapa pengukuran. Prosesmitigasi risiko untuk masing-masing tingkatan risiko bisa dilakukan dengan cara menganalisfaktor penyebab risiko, frekuensi terjadinya risiko dan bagaimana cara menurunkan risiko tersebut dan disusun dalam tabel 3 seperti berikut:

Tabel 3. Mitigasi Risiko d. Evaluasi risiko dan tingkat risiko dengan pendekatan Value at Risk dengan menggunakanmetode statistik. Pendekatan evaluasi risiko dengan metode Value at Risk dapat dilakukandengan perumusan sebagai berikut: VaR = . L.(1) = nilai variabel normal baku L = volatilitas kerugian (loss) VaR = . . (2) = eksposur = volatilitas faktor risiko dalam persen Nilai variabel normal baku ( ) untuk masing tingkat kepercayaan dapat dilihat dalam tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Nilai Variabel Normal Baku ( ) e. Penilaian biaya (mendapatkan biaya yang efektif untuk setiap pilihan risiko yang terkontrol); 1) Definisikan biaya dan keuntungan untuk setiap risiko yang terkontrol dan terpilih yang teridentifikasi. Dari setiap proses mitigasi risiko tentunya memerlukan berapa biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan (proses mitigasi risiko dilakukan dengan risk transfer dan risk retention). Penilaian biaya untuk masing-masing risiko, tingkatan risiko disusun dalam tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Penilaian Biaya Risiko 2) Bandingkan biaya yang efektif dari setiap pilihan risiko yang terkontrol, dari masingmasing penilaian biaya seperti pada tabel diatas, kemudian ditentukan prioritas biaya yang akan dipakai untuk proses mitigasi risiko, yang disusun seperti tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Prioritas Pembiayaan dan Jumlah Biaya f. Rekomendasi kepada pembuat keputusan/pembuat kebijakan (informasi mengenai hazards, beberapa risiko dan alternatif biaya yang efektif untuk mengontrol risiko yang dipilih);

4. Analisa Hasil a. Menyusun dan memverifikasi hasil penelitian lapangan kemudian dilakukan assessment value at risk, membandingkan hasil pengolahan data untuk menentukan nilai risiko, peringkat risiko, proses mitigasi dan pembiayaan, kemudian dilakukan dengan validasi dengan wawancara dan proses audit oleh pemilik risiko. b. Menghitung risiko, tingkat risiko dan pengaruhnya pada operasional usaha industri galangan kapal baru, membandingkan pembiayaan risiko terhadap operasional perusahaan secara keseluruhan (diambil studi kasus di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya). c. Menyusun dan mengembangkan model manajemen risiko usaha pada industri galangan kapal baru. Berdasarkan hasil pengolahan data dan validasi, kemudian disusun model yang cocok untuk pengembangan manajemen risiko di perusahaan industri galangan kapal (diambil studi kasus di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya). 5. Simpulan Berdasarkan dari hasil pembahasan pada bagian-bagiansebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulansebagai berikut: a. Dari studi kasus di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya didapatkan risiko yang merupakan hasil identifikasi, yaitu: SDM, Peralatan, Kontrak, Material, Keamanan dan kecelakaan, Kepatuhan pada lingkungan, Reputasi dan kepuasan pelanggan, Peraturan klasifikasi, Keuangan, Teknologi, Strategi bisnis, Perubahan dan proses manajemen, Komitmen pimpinan, Subkontraktor, Pemasaran, Proses produksi, Desain/rancang bangun. b. Dari risiko potensial yang teridentifikasi dan dengan menggunakan matrik risiko, ada 21 kategori risiko potensial yang didapatkan adalah: (i) Kategori risiko tinggi, meliputi ralat pekerjaan; (ii) Kategori risiko moderat /menengah, meliputi skill tenaga kerja; (iii) Kategori risiko rendah, meliputi: alah memasukan order/laporan, waktu pengerjaan molor, tenaga kerja kurang, alat dan lingkungan belum diverifikasi; (iv) Kategori risiko sangat rendah, meliputi: informasi pekerjaan tidak lengkap, material terlambat, proses produksi terganggu, kesalahan pembuatan rambu/produk, verifikasi alat belum dilakukan, banyak produk reject, tidak siap terhadap perubahan sistim, Subkontraktor sulit mengikuti proses, penambahan material /komponen, progress tidak sesuai rencana, alat rusak, salah pemahaman, lingkungan kerja belum diverifikasi, dokumen tidak lengkap dan software kadang eror. c. Pembiayaan risiko (risk financing) dalam rangka proses mitigasi risiko dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan risk transfer melalui pemindahan ke perusahaan asuransi dan risk retention dengan cara ditanggung sendiri oleh perusahaan.Dengan analisis menggunakan Value at Risk yang mendasarkan pada prinsip statistik untuk masingmasing tingkat kepercayaan, maka dapat dianalisis dan diramalkan potensi tingkat kerugian yang akan diderita oleh perusahaan industri galangan kapal dalam proses bisnis pembangunan kapal baru. d. Model manajemen risiko pada proses bangunan baru yang dikembangkan dengan item urutan sebagai berikut: identifikasi risiko, analisis peta risiko, pengukuran risiko, rangking risiko potensial, matrik risiko, pengendalian dan pemindahan risiko, penilaian biaya dan klausal kontrak, final kontrak. D. Aplikasi Manajemen Risiko di Industri Pangan Salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan di industri pangan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen adalah HACCP. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah

suatu sistem kontrol dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi titik-titik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi. Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan didistribusikan. Oleh karena itu dengan diterapkannya sistem HACCP akan mencegah resiko komplain karena adanya bahaya pada suatu produk pangan. Selain itu, HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi perdagangan di era pasar global yang memiliki daya saing kompetitif. Konsep HACCP menurut Codex Alimentarius Commision (CAC) terdiri dari 12 langkah, dimana 7 prinsip HACCP tercakup pula di dalamnya. Langkah-langkah penyusunan dan penerapan sistem HACCP menurut CAC adalah sebagai berikut: 1. Pembentukan Tim HACCP Langkah awal yang harus dilakukan dalam penyusunan rencana HACCP adalah membentuk Tim HACCP yang melibatkan semua komponen dalam industri yang terlibat dalam menghasilkan produk pangan yang aman. Tim HACCP sebaiknya terdiri dari individu-individu dengan latar belakang pendidikan atau disiplin ilmu yang beragam, dan memiliki keahlian spesifik dari bidang ilmu yang bersangkutan, misalnya ahli mikrobiologi, ahli mesin/engineer, ahli kimia, dan lain sebagainya sehingga dapat melakukan brainstorming dalam mengambil keputusan. Jika keahlian tersebut tidak dapat diperoleh dari dalam perusahaan, saran-saran dari para ahli dapat diperoleh dari luar. 2. Deskripsi Produk Tim HACCP yang telah dibentuk kemudian menyusun deskripsi atau uraian dari produk pangan yang akan disusun rencana HACCP-nya. Deskripsi produk yang dilakukan berupa keterangan lengkap mengenai produk, termasuk jenis produk, komposisi, formulasi, proses pengolahan, daya simpan, cara distribusi, serta keterangan lain yang berkaitan dengan produk. Semua informasi tersebut diperlukan Tim HACCP untuk melakukan evaluasi secara luas dan komprehensif. 3. Identifikasi Kelompok Konsumen yang Dituju Dalam kegiatan ini, tim HACCP menuliskan kelompok konsumen yang mungkin berpengaruh pada keamanan produk. Tujuan penggunaan produk harus didasarkan pada pengguna akhir produk tersebut. Konsumen ini dapat berasal dari orang umum atau kelompok masyarakat khusus, misalnya kelompok balita atau bayi, kelompok remaja, atau kelompok orang tua. Pada kasus khusus harus dipertimbangkan kelompok populasi pada masyarakat beresiko tinggi. 4. Penyusunan Diagram Alir Proses Penyusunan diagram alir proses pembuatan produk dilakukan dengan mencatat seluruh proses sejak diterimanya bahan baku sampai dengan dihasilkannya produk jadi untuk disimpan. Pada beberapa jenis produk, terkadang disusun diagram alir proses sampai dengan cara pendistribusian produk tersebut. Hal tersebut tentu saja akan memperbesar pekerjaan pelaksanaan HACCP, akan tetapi pada produk-produk yang mungkin mengalami abuse (suhu dan sebagainya) selama distribusi, maka tindakan pencegahan ini menjadi amat penting. Diagram alir proses disusun dengan tujuan untuk menggambarkan keseluruhan proses produksi. Diagram alir proses ini selain bermanfaat untuk membantu tim HACCP dalam melaksanakan kerjanya, dapat juga berfungsi sebagai pedoman bagi orang atau lembaga lainnya yang ingin mengerti proses dan verifikasinya. 5. Verifikasi Diagram Alir Proses Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan pelaksanaan di lapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk menguji dan membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses tersebut. Bila ternyata

diagram alir proses tersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka harus dilakukan modifikasi. Diagram alir proses yang telah dibuat dan diverifikasi harus didokumentasikan. 6. Analisa Bahaya (Prinsip HACCP 1) Analisa bahaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam penyusunan suatu rencana HACCP. Untuk menetapkan rencana dalam rangka mencegah bahaya keamanan pangan, maka bahaya yang signifikan atau beresiko tinggi dan tindakan pencegahan harus diidentifikasi. Bahaya (hazard) adalah suatu kemungkinan terjadinya masalah atau resiko secara fisik, kimia, dan biologi dalam suatu produk pangan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. 7. Penetapan Critical Control Point (Prinsip HACCP 2) CCP atau Titik Kendali Kritis didefinisikan sebagai suatu titik, langkah atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau diturunkan sampai ke batas yang dapat diterima. Pada setiap bahaya yang telah diidentifikasi dalam proses sebelumnya, maka dapat ditentukan satu atau beberapa CCP dimana suatu bahaya dapat dikendalikan. Suatu CCP dapat digunakan untuk mengendalikan satu atau beberapa bahaya, misalnya suatu CCP secara bersama-sama dapat dikendalikan untuk mengurangi bahaya fisik dan mikrobiologi. 8. Penetapan Critical Limit (Prinsip HACCP 3) Critical limit (CL) atau batas kritis adalah suatu kriteria yang harus dipenuhi untuk setiap tindakan pencegahan yang ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai batas aman. Batas ini akan memisahkan antara yang diterima dan yang ditolak, berupa kisaran toleransi pada setiap CCP. Batas kritis ditetapkan untuk menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan dengan baik. Penetapan batas kritis haruslah dapat dijustifikasi, artinya memiliki alasan kuat mengapa batas tersebut digunakan dan harus dapat divalidasi artinya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan serta dapat diukur. Penentuan batas kritis ini biasanya dilakukan berdasarkan studi literatur, regulasi pemerintah, para ahli di bidang mikrobiologi maupun kimia, CODEX dan lain sebagainya. 9. Prosedur Pemantauan CCP (Prinsip HACCP 4) Kegiatan pemantauan (monitoring) adalah pengujian dan pengamatan terencana dan terjadwal terhadap efektifitas proses mengendalikan CCP dan CL untuk menjamin bahwa CL tersebut menjamin keamanan produk. CCP dan CL dipantau oleh personel yang terampil serta dengan frekuensi yang ditentukan berdasarkan berbagai pertimbangan, misalnya kepraktisan. Pemantauan dapat berupa pengamatan (observasi) yang direkam dalam suatu checklist atau pun merupakan suatu pengukuran yang direkam ke dalam suatu datasheet. Pada tahap ini, tim HACCP perlu memperhatikan mengenai cara pemantauan, waktu dan frekuensi, serta hal apa saja yang perlu dipantau dan siapa orang yang melakukan pemantauannya. 10. Penetapan Tindakan Koreksi (Prinsip HACCP 5) Tindakan koreksi dilakukan apabila terjadi penyimpangan terhadap batas kritis suatu CCP. Tindakan koreksi ini sangat tergantung pada tingkat resiko produk pangan. Pada produk pangan beresiko tinggi misalnya, tindakan koreksi dapat berupa penghentian proses produksi sebelum semua penyimpangan dikoreksi/diperbaiki, atau produk ditahan/tidak dipasarkan dan diuji keamanannya. 11. Verifikasi (Prinsip HACCP 6) Verifikasi adalah metode, prosedur dan uji yang digunakan untuk menentukan bahwa sistem HACCP telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Dengan verifikasi maka diharapkan bahwa kesesuaian program HACCP dapat diperiksa efektifitaspelaksanaannya dapat dijamin. 12. Dokumentasi (Prinsip HACCP 7) Dokumentasi program HACCP meliputi pendataan tertulis seluruh program HACCP

sehingga program tersebut dapat diperiksa ulang dan dipertahankan selama periode waktu tertentu. Dokumentasi mencakup semua catatan mengenai CCP, CL, rekaman pemantauan CL, tindakan koreksi yang dilakukan terhadap penyimpangan, catatan tentang verifikasi dan sebagainya. oleh karena itu dokumen ini dapat ditunjukkan kepada inspektur pengawas makanan jika dilakukan audit eksternal dan dapat juga digunakan oleh operator. Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko di industri pangan tidak hanya risiko hazard saja. Risiko lain yang mungkin saja terjadi diantaranya adalah risiko operasional, yaitu suatu risiko kerugian yang disebabkan karena tak berjalannya atau gagalnya proses internal, manusia dan sistem, serta oleh peristiwa eksternal; risiko finansial, yaitu resiko yang mengarah ke finansial suatu proyek misalnya proyek yang menghasilkan untung lebih sedikit daripada keuangan yang telah terpakai; dan risiko strategik, yaitu risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak terduga yang dapat mengurangi kemampuan manajer untuk mengimplementasikan strateginya secara signifikan. BAB III KESIMPULAN Manajemen risiko adalah suatu cara dalam mengorganisir suatu risiko yang akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau yang tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain,menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.Macam-macam manajemen risiko dalam agribisnis dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu risiko berdasarkan sifatnya, yang terdiri atas risiko spekulatif dan risiko murni, risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan, yang terdiri atas risiko yang dapat dialihkan dan risiko yang tidak dapat dialihkan, serta risiko berdasarkan asal timbulnya, yang terdiri atas risiko internal dan risiko eksternal. Pengaplikasian manajemen risiko yang dikembangkan di industri dilakukan dengan cara berbeda-beda, tergantung dari kebijakan industri tersebut. Contohnya pada industri pangan, salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan di industri pangan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen adalah HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). DAFTAR PUSTAKA Ahira, Anne. Manajemen Resiko. 2012. http://www.anneahira.com/manajemenresiko.htm [Terhubung Berkala] (10 Maret 2012) Siagian, Faira dan Sekarsari, Jane. 2001, Penerapan Model Manajemen Risiko pada Proyek Konstruksi Joint Venture di Indonesia Suatu Studi Kasus. Universitas Trisakti, Jakarta. Basuki, Minto. 2008. Studi Pengembangan Manajemen Risiko Usaha BangunanBaru Pada Industri Galangan Kapal. Jurnal.journal.uii.ac.id/index.php/Teknoin/article/view/2106[Terhubung Berkala](9 Maret 2012) Nasution Zulfikar. 2011. Standar Keamanan Pangan Global. http://zulkiflinasution.blogspot.com/2011/01/standar-keamanan-pangan-global.html [Terhubung Berkala] (29 Februari 2012) Sutawi. 1999. Kemitraan sebagai Strategi Manajemen Risiko.[Online]. Tersedia: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=manajemen%20resiko %20agribisnis&source=web&cd=1&ved=0CCcQFjAA&url=http%3A%2F%2Flambertusahen.blogspot.com%2F2009%2F03%2Fmanajemen-risiko-agribisnis-

disampaikan.html&ei=vG1QT6mwPITirAf_zMy6DQ&usg=AFQjCNEpsAOLovk3kJJH1Y6 8p7V8CWZA6g [2 Maret 2012].


http://ilmu27.blogspot.com/2012/08/makalah-manajemen-resiko.html

Manajemen Risiko dan Study Kasus


1. Definisi resiko Ada banyak definisi tentang resiko (risk). Resiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Menurut Ricky W. Graffin dan Ronald J. Elbert, resiko adalah uncertainty about future events. Adapun Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mendefinisikan risiko menjadi 3 hal, Pertama adalah keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya dapat di peroleh dengan kemungkinan yang telah di ketahui oleh pengambil keputusan, Kedua adalah variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variable keuangan lainnya. Ketiga adalah kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi, ketidakpastian polotik, dan masalah industri. Lebih jauh Joel G. Siegel dan Jae K. Shim menjelaskan pengertian dari analisis risiko adalah proses pengukuran dan penganalisaan risiko disatukan dengan keputusan keuangan dan investasi. 2. Definisi manajemen resiko Manajemen resiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suaru organisasi menerapkan ukuran dalam memtakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprenhensif dan sistematis. 3. Manfaat manajemen risiko Dengan di terapkan manajemen resiko di suatu perusahaan ada beberapa manfaat yang akan di peroleh, yaitu :

a.

Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati hati (prudent) dan selalu menempatkan ukuran ukuran dalam berbagai keputusan

b. Mampu memberikan arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh pengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang. c. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian dari segi financial. d. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum e. Dengan adanya konsep manajemen resiko (risk management concept) yang dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara suistainable (berkelanjutan) 4. Tahap-tahap dalam melaksanakan manajemen resiko Untuk mengimplementasikan menejemen resiko secara komprehensif adea beberapa tahap yang harus melaksanakan oleh suatu perusahaan yaitu : a. c. e. f. Indetifikasikan risiko Menempatkan ukuran ukuran resiko Menganalisis setiap alternatif Memutuskan satu alternatif b. Mengindentifikasi bentuk-bentuk risiko d. Menempatkan alternatif alterantif

g. Melaksanakan alternative yang di pilih h. Mengontrol alternatif yang dipilih tersebut i. j. 5. Tipe risiko Bagi pelaku sector bisnis dan pihak perbankan khususnya perlu mengamati dan memahami tipe-tipe resiko dengan seksama, karena menyangkut dengan penyaluran kredit yang memeberikan kepada para debitur dan risiko yang akan di tanggungkan oleh para debiturnya. Dari sudut pandang akademisi ada banyak jenis risiko namun secara umum risiko itu hanya dikenalkan dalam dua tipe saja, yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative risk). Mengevaluasi jalannya alternatif yang dipilih

6. Mengelola risiko

Dalam beraktivitas, yang namanya risiko pasti terjadi dan sulit untuk dihindari sehingga bagi sebuah lembaga bisnis seperti misalkan perbankan sangat penting untuk memikirkan bagaimana mengelola atau men-manage risiko tersebut. Pada dasarnya risiko itu sendiri dapat dikelola dengan 4 cara yaitu : a. c. Memperkecil resiko Mengontrol risiko b. Mengalihkan risiko d. Pendanaan risiko 7. Alternatif-alternatif menghindari risiko Untuk menghindari risiko yang timbul terhadap aktivita. investasi yang dilakukan perlu dilakukan alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan. Alternatif keputusan yang diambil adalah adalah yang dianggap realistis dan tidak akan menimbulkan masalah nantinya. Tindakan seperti ini dianggap sebagai bagian strategi investasi. Bahwa berbagai keputusan-keputusan strategi akan menghasilkan nilai yang lebih besar bagi perusahaan. Tindakan lanjut dari keputusan strategis ini adalah dengan melibatkan secara maksimal sumber daya yang ada untuk mengimplementasikan keputusan yang dimaksud dan menentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas implementasi ini. Artinya adalah risiko yang timbul merupakan bentuk realita yang terjadi yang mana risiko itu selalu saja sulit untuk di hindari namun diusahakan terjadi dalam jumlah yang sangat minim. 8. Komisaris perusahaan dan cara menyelesaikan risiko Untuk melihat lebih dalam bagaimana bentuk struktur organisasi menejemen resiko dalam suatu perusahaan dapat kita lihat pada gambaran di bawah ini.

Dalam struktur organisasi manajemen risiko di atas kita dapat melihat bahwa setiap bagian saling bekerja sama dan saling berhubungan satu dengna lainnya. Konsep manajemen yang saling berinteraksi seperti ini adalah menjadi dasar berpikir (base thingking) akan bias di petakan dan di cari solusinya jika setiap pihak saling tidak mau berkerjasama, karena dengan berkerjasama setiap masalah akan lebih mudah di cari solusinya. 9. Tanggung jawab bersama dewan komisaris dan direksi Untuk terciptanya suatu bentuk kinerja yang sinergi antara komisaris dan direksi maka perlu dibangun suatu kesepakatan kerja dan bentuk tanggung jawab yang bersama-sama berusaha memajukan perusahaan. Penegasan tanggung jawab dalam membangun perusahaan jauh dari risiko dan terciptanya perusahaan dengan profit yang maksimal, maka komisaris dan direksi perlu membangun suatu kesepakatan kerja. Kesepakatan kerja dalam sebuah semangat kebersaamaan yang di bangun akan memeberikan arti bagi perwujudan visi dan misi perusahaan secara lebih jauh.

10. Manajemen perusahaan Menejemen perusahaan adalah mereka yang bekerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dalam mengelola dan mengatur perusahaan dengan mempergunakan ilmu dan seni mereka dengan tujuan mampu memuaskan kepentingan stakeholders. Stakeholders adalah individudan kelompok-kelompok yang mempengaruhi dan di pengaruhi oleh hasil-hasil strategis yang diperoleh dan yang memiliki klaim-klaim yang dapat dipaksakan kekinerja suatu perusahaan. Stakeholder sering disebut juga sebagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. 11. Target deviden yang maksimal dan manajemen risiko Pihak komisaris menginginkan tercapainya perolehan laba perusahaan yang maksimal dimana akan memberikan pengaruh pada naiknya perolehan dividen perusahaan. Kondisi seperti ini memaksa pihak menejemen perusahaan melakukan berbagai tindakan strategis seperti a. c. Meningkatkan angka penjualan dengan membuka dan memperluaskan pasar Menciptakan produk dengan kualitas dan desain yang bagus dan berkualitas, target yang tinggi, b. Mencari bahan baku dengan harga yang rendah namun berkualitas tinggi d. Memberikan hadiah atau bonus kepada distributor yang mampu menjual dengan pencapaian

e.

Menaikkan harga produk. Agar keuntungan yang diperoleh meningkat maka harga barang dinaikan. Pada kondisi ini konsumen akan biasa, namun karena produknya sudah begitu dipercaya dan memiliki kualitas yang bagus maka konsumen tetap loyal pada produk tersebut,

f.

Melakukan efesiensi dan efektivitas dari segi biaya

12. Hedging Tindakan dan keputusan hedging biasanya dilakukan seputar dengan kondisi mengantisipasi timbulnya fluktuasi valuta asing (valas)di pasaran. Seluruh perusahaan yang dalam pencatatan akuntansi melibatkan valas otomatis dalam transaksi bisnisnya mempergunakan valas, mengharuskan perusahaan tersebut untuk menempatkan alokasi dana khusus dlam bentuk hedging. Soal pertanyaan untuk diskusi 1. Jelaskan pengertian risiko dari segi prespektif bisnis ? berikan contohnya ? 2. Jelaskan manfaat manajemen resiko bagi manajemen perusahaan. Serta jelaskan juga dampak negatif jika manajemen risiko tidak di terapkan di suatu perusahaan ! 3. Menurut anda mengapa dalam menyelesaikan dan meminimalisasi resiko berbagai pihak harus saling berkerja sama, dan apa risikonya jika mereka tidak mau saling berkerja sama ? 4. Menurut anda mengapa banyak pembisnis menyukai resiko ? berikan contoh ! 5. Jelaskan bagaimana suatu risiko dikelola ! berikan contoh 6. Jelaskan dan berikan contoh bagaimana menghindari resiko ? Jawab : 1. Risiko dapat didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan. Meletakkan resiko dalam perspektif serorang pengusaha / pebisnis / usaha, dapat berupa mengarahkan tujuan dari sebuah bisnis / usaha dengan memberikan layanan kualitas terbaik, untuk memaksimalkan pendapatan dan penurunan biaya, memiliki kualitas karyawan yang terstandar, dan meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, dan untuk meningkatkan pangsa pasar. Risiko dapat memiliki hasil positif atau negatif, sehingga baik kesempatan atau kerugian untuk bisnis / usaha. Manajemen risiko adalah cara di mana efek yang merugikan dari risiko dikelola dan peluang potensial direalisasikan. Oleh karena itu, manajemen risiko mencakup: a) Meminimalkan hal-hal yang negatif dapat berdampak pada bisnis / usaha b) Mengidentifikasi dan memanfaatkan hal-hal yang akan membantu untuk mencapai tujuan dan tujuan bisnis / usaha.

Dari segi propektif bisnis, resiko dapat di bagi menjadi dua jenis resiko, yakni : a) risiko murni b) risiko spekulatif Risiko Murni atau pure risk berarti ada ketidakpastian terjadinya suatu kerugian atau dengan kata lain hanya ada peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan. Risiko murni adalah suatu risiko yang bilamana terjadi akan memberikan kerugian dan apabila tidak terjadi tidak menimbulkan kerugian akan tetapi juga tidak memberikan keuntungan Contoh risiko murni adalah : kapal dan muatannya mungkin akan tenggelam, terjadi kebakaran, bencana alam atau banjir. Jadi risiko yang terjadinya tidak kita inginkan atau tidak kita sengaja. Risiko Spekulatif atau speculative risk adalah risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu peluang mengalami kerugian finansial atau peluang memperoleh keuntungan. Perbedaan risiko murni dan risiko spekutatif adalah dalam risiko murni, kerugian terjadi atau tidak terjadi sama sekali. Sedangkan dalam risiko spekulatif, kemungkinan terjadi kerugian atau keuntungan, Contoh dari risiko spekulatif adalah : misalnya melakukan investasi saham di bursa efek atau membeli undian, Contoh lain : kita menggunakan modal untuk membuka usaha rumah makan, atau digunakan untuk investasi membangun pembangkit baru. Dalam membuka usaha baru ini pasti akan ada kemungkinan risiko rugi, tapi juga ada peluang untuk memperoleh keuntungan. 2. Dengan di terapkan manajemen resiko di suatu perusahaan ada beberapa manfaat yang akan di peroleh, yaitu : a. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati hati (prudent) dan selalu menempatkan ukuran ukuran dalam berbagai keputusan b. Mampu memberikan arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh pengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang. c. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian dari segi financial. d. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum

e.

Dengan adanya konsep manajemen resiko (risk management concept) yang dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara suistainable (berkelanjutan) Dan menurut saya manajemen resiko dapat berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah yang rumit :

a) Memudahkan estimasi biaya b) Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam cara yang benar c) Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata d) Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah e) Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan, Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah f) Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif. Dampak negatifnya bila perusahaan tidak memanajemenin resiko adalah estimasi pembiyaan perusahaan tidak dapat di perkirakan, pengambilan keputusannya sangat tidak efisien, kemudian tidak ada perencanaan bila terjadi masalah terhadap suatu bisnis yang di jalankan. 3. Menurut saya manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah bisa dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak akan pernah bisa untuk berdiri sendiri dalam melakukan segala aktivitasnya demi memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, masyarakat,golongan ataupun suatu perusahaan. Dan di sini kita berbicara tentang cara penyelesaian dan meminimalisir resiko di dalam suatu perusahaan. Di dalam menyelesaikan dan meminimalisir resiko, sudah barang tentu kita perlu bekerjasama dalam menyelesaikan ini, sebab tanpa adanya kerjasama dari pihak-pihak yang bersangkutan pihak manajemen akan kesulitan mendapatkan informasi-informasi yang di butuhkan. Dan dengan keterbatasannya informasi yang di butuhkan tersebut suatu masalah/ resiko tidak akan pernah selesai dengan efek yang positif. Ini dikarenakan di dalam pengambilan keputusan tersebut tidak ada alternatif penyelesaian. Dan berdasarkan penelitian H. Kusnadi (2003), kerjasama mempunyai beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut: a) b) Kerjasama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan dan peningkatan produktivitas. Kerjasama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih produktif,efektif, dan efisien.

c) d) e) f)

Kerjasama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya operasionalisasi akanmenjadi semakin rendah yang menyebabkan kemampuan bersaing meningkat. Kerjasama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antarpihak terkait serta meningkatkan rasa kesetiakawanan. Kerjasama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat kelompok. Kerjasama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik.

4. Karena dengan langkah-langkah yang tepat sebelum membuka bisnis, si pembisnis akan mengetahui resiko yang akan timbul di dalam bisnisnya tersebut. Oleh karena itu si pembisnis yang kreatif akan mencari cara untuk meminimalisir resiko yang muncul, bahkan dengan kreatifitas dan daya nalar yang cukup tinggi dari pembisnis tersebut maka sebuah resiko yang muncul bisa dijadikannya sebagai keuntungan Contoh : Resiko kenaikan BBM Para pedagang kebutuhan bahan pokok dengan sengaja berspekulasi membeli lebih banyak barang-barang untuk stock, agar mereka bisa meraup keuntungan yang lebih besar ketika BBM dinaikkan oleh pemerintah. Disini kita bisa melihat bahwa tidak semua resiko merupakan kerugian.

5. Pengelolaan Resiko Sebuah Contoh Pengelolaan Resiko di dalam Sebuah Proyek Risiko proyek yang tidak dikelola dipastikan akan membuat proyek menjadi gagal dalam segala hal. Mengelola risiko akan memberikan keuntungan yang nyata bagi proyek. Bisa dikatakan bahwa mengelola risiko adalah suatu hal yang mutlak harus dilakukan di proyek. Ada beberapa tips agar proses manajemen risiko dapat berjalan efektif. Mengelola risiko adalah suatu pengelolaan risiko yang dimulai dari identifikasi risiko secara aktif, lalu menilai tingkat level risiko-risiko tersebut sehingga didapatkan prioritas pengelolaannya, serta menentukan langkah-langkah penanganannya agar risiko dapat ditekan semaksimal-mungkin. Pengelolaan risiko yang baik akan memberikan kepercayaan diri pada tim proyek dalam melaksanakan proyek. Pengelolaan ini akan menghindari adanya kejadian-kejadian tak terduga yang membahayakan proyek. Namun seringkali proses manajemen risiko ini tidak berjalan dengan efektif di proyek. Anggota tim yang kurang peduli, sistem yang belum sempurna, dan komitmen atau leadership project manager serta pengetahuan mengenai manajemen risiko adalah faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab kenapa proses manajemen risiko menjadi tidak efektif di proyek. Lalu bagaimana caranya agar

pelaksanaan manajemen risiko dapat berhasil di proyek ? Berikut adalah tips yang dapat dilakukan: a. Integrasikan Manajemen Risiko ke dalam Proyek Sejak Awal Manajemen risiko adalah suatu aktifitas yang harus diintegrasikan ke dalam proses proyek sejak awal. Jika manajemen risiko tidak diaplikasikan pada pendekatan manajemen proyek, maka itu akan membahayakan proyek sendiri dan akan membuat proyek kehilangan keuntungan potensial. Manajemen risiko harus diikut-sertakan dalam setiap proses / fase proyek mulai dari perencanaan, implementasi, hingga penutupan proyek. b. Identifikasi Risiko Seawal Mungkin Dalam rangka mengelola risiko, langkah pertama kali adalah melakukan identifikasi risiko. Sebaiknya langkah ini dilakukan dengan melibatkan anggota tim untuk membantu mencari ancaman potensial yang dapat menjadi risiko proyek. Anggota tim memiliki keahlian individual khusus, pengetahuan, dan pengalaman yang akan memberikan sudut pandang yang berbeda dalam mencari dan mempersepsikan risiko proyek. Ambil keuntungan pengalaman dan pelajaran dari proyek sebelumnya. Gunakan teknik brainstorming dan interview dalam identifikasi risiko ini. Lihat secara jelas sejak awal mengenai item pekerjaan proyek, dokumen-dokumen seperti kasus bisnis dan project brief yang merupakan sumber yang berguna dalam identifikasi ancaman dan risiko. Pada proses ini mungkin tim proyek tidak dapat dengan serta merta mendapatkan keseluruhan risiko yang akan terjadi. Tapi paling tidak, dengan melakukan identifikasi risiko tersebut, akan memberikan posisi yang lebih kuat dalam usaha mengendalikan risiko-risiko proyek. c. Sampaikan Risiko ! Ketika mulai risiko terjadi, kadang-kadang hal tersebut telah diketahui oleh anggota tim namun tidak disampaikan kepada project manager. Ini adalah suatu hal yang penting untuk menciptakan suasana bekerja yang saling mendukung dan komunikasi yang terbuka dalam tim proyek. Terjadinya risiko harus sedini mungkin disampaikan bagi yang mulai mengetahui. Penanganan risiko sejak dini adalah jauh lebih baik. Anggota tim harus menjadi agen pemantau risiko yang aktif dan komunikatif agar risiko dapat ditangani dengan baik. Buatlah risiko dan penanganannya menjadi hal yang terus-menerus melekat pada setiap anggota tim dan selalu dibahas dalam rapat-raapt proyek secara sistematis. d. Pahami Bahwa Tidak Semua Risiko adalah Jelek Adalah penting untuk diingat bahwa risiko tidak semuanya negatif atau jelek. Suatu positif risiko dikenal sebagai suatu kesempatan dan sekali teridentifikasi akan memberikan keuntungan pula bagi proyek. Suatu contoh adalah adanya risiko yang secara kontraktual tidak dapat dikendalikan seperti faktor cuaca. Risiko ini bisa menjadi keuntungan bagi proyek untuk mendapatkan addendum waktu pelaksanaan proyek. Kelangkaan suatu bahan atau

material yang merupakan item pekerjaan rugi juga dapat menjadi peluang untuk memperbaiki performance biaya proyek jika dikemas dengan baik. e. Yakinkan Bahwa Semua Risiko Telah Dialokasikan Prinsip mengelola risiko yang paling baik adalah bahwa risiko telah dialokasikan pada pihak yang paling tepat. Risiko tidak boleh diatasi sendiri. Risiko juga tidak bisa dialihkan semua. Risiko harus dianalisa dan didistribusikan tanggung jawab penanganannya pada pihak proyek yang terlibat atau anggota tim yang dianggap paling mampu untuk menerima tanggung jawab mengelola risiko tersebut. Ketidaktepatan alokasi tanggung jawab penanganan risiko pada akhirnya akan percuma dan kembali pada project manager. Sebagai contoh adalah risiko kenaikan harga. Seringkali dialihkan kepada supplier dengan paksa tanpa pertimbangan yang baik. Jika kenaikan harga benar-benar terjadi, biasanya supplier akan mundur, mengganti jenis material dengan yang memiliki spesifikasi yang lebih rendah atau tetap minta kenaikan harga tersebut. Ketika ini sudah terjadi, maka tidak hanya dampak biaya yang akan diderita, tapi juga keterlambatan waktu dan kualitas mutu bahan yang rendah 6. Ada lima strategi alternatif untuk menangani risiko, yaitu : a) Menghindari risiko Menghindari risiko merupakan strategi yang sangat penting, strategi ini merupakan strategi yang umum digunakan untuk menangani risiko. Dengan menghindari risiko, kontraktor/pengusaha dapat mengetahui bahwa perusahaannya tidak akan mengalami kerugian akibat risiko yang telah ditafsir. Di sisi lain, kontraktor/ pengusaha juga akan kehilangan sebuah peluang untuk mendapatkan keuntungan yang mungkin didapatkan dari asumsi risiko tersebut. Contohnya : seorang kontraktor yang ingin menghindari risiko politik dan finansial berkaitan dengan proyek pada negara dengan kondisi politik yang tidak stabil, dapat menolak melakukan tender proyek pada negara tersebut. Namun demikian, apabila kontraktor tersebut menolak untuk melakukan tender, maka kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dari proyek tersebut juga ikut menghilang. b) Mencegah risiko dan mengurangi kerugian Alternatif strategi yang kedua adalah mencegah risiko dan mengurangi kerugian. Strategi ini secara langsung mengurangi potensi risiko kontraktor dengan 2 cara, yaitu : a. Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko. b.Mengurangi dampak finansial dari risiko, apabila risiko tersebut benar benar terjadi. Contohnya : pemasangan alarm atau alat anti maling pada peralatan di proyek, akan mengurangi kemungkinan terjadinya pencurian. Sebuah gedung yang dilengkapi

dengan sprinkler system, akan mengurangi dampak finansial, apabila gedung tersebut mengalami kebakaran. c) Meretensi risiko Retensi risiko telah menjadi aspek penting dari manajemen risiko ketika perusahaan menghadapi risiko proyek. Retensi risiko adalah perkiraan secara internal, baik secara utuh maupun sebagian, dari dampak finansial suatu risiko yang akan dialami oleh perusahaan. Dalam mengadopsi strategi retensi risiko ini, perlu dibedakan antara 2 jenis retensi yang berbeda. a. Retensi risiko yang terencana (planned) adalah asumsi yang secara sadar dan sengaja dilakukan oleh kontraktor untuk mengenali atau mengidentifikasi risiko. Dengan strategi seperti itu, risiko dapat ditahan dengan berbagai cara, tergantung pada filosofi, kebutuhan khusus, dan juga kapabilitas finansial dari kontraktor itu sendiri. b. Retensi risiko yang tidak terencana (unplanned) terjadi ketika kontraktor tidak mengenali atau mengidentifikasi kberadaan dari suatu risiko dan secara tidak sadar mengasumsi kerugian yang akan muncul. d) Mentransfer risiko Pada dasarnya, transfer risiko dapat dilakukan, melalui negosiasi, kapanpun kontraktor menjalani perencanaan kontraktual dengan banyak pihak seperti pemilik, subkontraktor ataupun supplier material dan peralatan. Transfer risiko bukanlah asuransi. Biasanya, transfer risiko ini dilakukan melalui syarat atau pasal pasal dalam kontrak seperti : hold harmless aggrement dan klausul jaminan atau penyesuaian kontrak. Karakeristik esensial dari transfer risiko ini adalah dampak dari suatu risiko, apabila risiko tersebut benar benar terjadi, ditanggung bersama atau ditanggung secara utuh oleh pihak lain selain kontraktor. Contohnya : penyesuaian pada harga penawaran, dimana kompensasi ekstra akan diberikan kepada kontraktor apabila terjadi perbedaan kondisi tanah pada suatu proyek. e) Asuransi Asuransi menjadi bagian penting dari program manajemen risiko, baik untuk sebuah organisasi ataupun untuk individu. Asuransi juga termasuk di dalam strategi transfer risiko, dimana pihak asuransi setuju untuk menerima beban finansial yang muncul dari adanya kerugian. Secara formal, asuransi dapat didefinisikan sebagai kontrak persetujuan antara 2 pihak yang terkait yaitu : pengasuransi (insured) dan pihak asuransi (insurer). Dengan adanya persetujuan tersebut, pihak asuransi (insurer) setuju untuk mengganti rugi kerugian yang terjadi (seperti yang tercantum dalam kontrak) dengan balasan, pengasuransi (insured) harus membayar sejumlah premi tiap periodenya.
http://thonievarians.blogspot.com/2012/09/manajemen-risiko-dan-studykasus.html

Anda mungkin juga menyukai

  • Serat Kasar
    Serat Kasar
    Dokumen13 halaman
    Serat Kasar
    Hendra Placetiya
    Belum ada peringkat
  • NITROSOMONAS
    NITROSOMONAS
    Dokumen13 halaman
    NITROSOMONAS
    Hendra Placetiya
    Belum ada peringkat
  • Analisis Kadar Air
    Analisis Kadar Air
    Dokumen17 halaman
    Analisis Kadar Air
    Hendra Placetiya
    Belum ada peringkat
  • Gula
    Gula
    Dokumen16 halaman
    Gula
    Hendra Placetiya
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen6 halaman
    Bab Ii
    Hendra Placetiya
    Belum ada peringkat
  • Kecap Bango
    Kecap Bango
    Dokumen2 halaman
    Kecap Bango
    Hendra Placetiya
    Belum ada peringkat