Anda di halaman 1dari 3

VI.

PEMBAHASAN
Ajeng Maryam Suciati (111431001)

Pengolahan limbah cair dengan metode BOD pada prinsipnya adalah menghitung jumlah oksigen yang diperlukan mikroorganisme untuk menguraikan zat organik yang terkandung dalam 1 liter air limbah. Penghitungan nilai BOD dilakukan selama 5 hari dengan mengukur nilai BOD hari ke-0 dan hari ke-5 yang dari keduanya akan didapat selisih nilainya. Selisih nilai tersebut menunjukan adanya penguraian zat organik secara biologis (dengan mikroorganisme) pada sampel limbah selama lima hari. Hal ini ditunjukkan dengan angka DO5 yang lebih rendah dari DO0 . Langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan nilai BOD adalah dengan menetapkan angka KMnO4 agar nantinya dapat diketahui besarnya pengenceran yang digunakan dan perbandingan sampel dengan larutan pengencernya. Tahap pembebasan reduktor dari Erlenmeyer harus dilakukan paling awal sebelum KMnO4 dan sampel dititrasi dengan asan oksalat. Ini bertujuan agar ketika penetapan angka KMnO4 dengan titrasi kondisi KMnO4 tidak berubah. Karena sifat KMnO4 yang sangat mudah untuk tereduksi, maka Erlenmeyer yang digunakan harus bebas dari oksidator agar larutan KMnO4 tetap stabil didalamnya. Penetapan angka KMnO4 dilakukan dengan cara menambahkan larutan KMnO4 0,01 N pada sampel yang telah dipanaskan dan ditambahkan H2SO4, lalu dididihkan dan ditambahkan asam oksalat 0,01 N dan dititrasi dengan KMnO4 0,01 N. Penambahan KMnO4 untuk mengoksidasi zat organik pada sampel dalam keadaan asam. Penambahan asam oksalat untuk mereduksi sisa KMnO4 berlebih dan kelebihan asan oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Dari hasil titrasi penetapan angka KMnO4 didapat angka KMnO4 sebesar 150 mg/L. Berdasarkan teori, bila didapatkan angka KMnO4 sebesar 150 mg/L maka pengenceran yang digunakan adalah P3, dimana angka KMnO4 dibagi 3 dan hasilnya satu bagian untuk sampel dan sisanya untul larutan pengencer. Jika maka 1 bagian untuk sampel dan 49 bagiannya

adalah larutan pengencer yang harus dimasukkan pada botol BOD. Langkah berikutnya dilanjutkan dengan pembuatan larutan pengencer. Larutan pengencer yang digunakan adalah aquadest yang ditambahkan dengan larutan buffer posfat, larutan CaCl2, larutan FeCl3, larutan MgSO4, dan bibit mikroba. Penambahan berbagai macam larutan tersebut berfungsi sebagai nutrisi untuk bibit mikroba yang dimasukkan kedalamnya. Mikroba ini akan difungsikan sebagai pengurai zat organik pada sampel. Agar aktivitas mikroba optimal maka dibutuhkan nutrisi atau suplai makanan yang cukup.

Semua bahan yang sudah ditambahkan kedalam aquadest lalu diberi suplai oksigen (aerasi) selama 30 menit. Ini bertujuan untuk melarutkan semua campuran bahan yang dimasukkan kedalam aquadest dan agar mikroba yang hidup didalamnya mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Penentuan nilai BOD tidak lepas dari penetapan oksigen terlarut dengan Metode Winkler, prinsipnya dengan menggunakan titrasi Iodometri. Sampel yang sudah ditambahkan larutan pengencer dengan perbandingan 1:49 dimasukkan dalam botol BOD penuh. Lalu ditambahkan larutan MnSO4 dan pereaksi iodide sehingga terjadi endapan MnO2 hijau kecoklatan seperti lumut. Setelah terbentuk endapan ditambahkan H2SO4 pekat untuk melarutkan endapan MnO2 dan membebaskan molekul iodium yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat dengan indikator larutan amilum. Dari hasil titrasi didapat volum thiosulfat yang digunakan lalu dihitung untuk mendapatkan nilai oksigen yang terlarutnya.

Perhitungan Volum KMnO4 (a) = 1,45 ml Volum KMnO4 (b) = 7,75 ml Faktor ketelitian = Angka KMnO4 : = 1,29

mg L

KMnO4 (

1000 ) x [(10 a) F 10 ] x 0,01 x 31,6 ml sampel

=(

1000 ) x [(10 1,45) x1,29 10] x 0,01 x 31,6 10

= 150,75 mg/L

Anda mungkin juga menyukai