Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

PENGARUH AFLATOKSIN B1 TERHADAP KANDUNGAN KALSIUM DAN MAGNESIUM DALAM SERUM ITIK
(The Effect of Aflatoxin B1 (AFB1) Consumption on the Consentration of Calcium (Ca) and Magnesium (Mg) in the Serum of Ducks)
ZAINAL ARIFIN, SRI RACHMAWATI, DARMONO dan AGUS SAFUAN
Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114

ABSTRACT The aim of the study was to assessed the effect of aflatoxin B1 (AFB1) consumption on the consentration of calcium (Ca), and magnesium (Mg) in the serum of ducks while treated with AFB1. Thirty six male duck were devided into two groups as a control group and treatment group (given 150 ppb AFB1) respectively. A factorial completely randomized design was used to analyse the data. Reseach result indicated that the effects of AFB1 consumption were highly significant (p<0,01) to decrease the Ca and Mg contents. The higher the concentrtion of AFB1 given and longer to the duck, the lower the minerals contents in the serum. Key words: Aflatoxin B1, calcium, magnesium, ducks ABSTRAK Studi penelitian yang bertujuan untuk menetapkan pengaruh aflatoksin B1 (AFB1) terhadap kandungan Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) didalam serum itik. Sebanyak 36 ekor itik jantan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 (kontrol) dan kelompok 2 (diberi dosis 150 ppb AFB1). Rancangan faktorial dengan rancangan acak lengkap digunakan untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian AFB1 berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap penurunan kandungan Ca dan Mg didalam serum itik. Demikian juga dengan lamanya pemberian AFB1 berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kandungan Ca dan Mg. Semakin tinggi konsentrasi AFB1 yang diberikan dan semakin lama atau sering pada itik, maka akan semakin rendah kandungan mineral didalam serumnya. Kata kunci: Aflatoksin B1, kalsium, magnesium, itik

PENDAHULUAN Peningkatan produktivitas ternak, khususnya ternak unggas, disamping harus menerapkan manajemen peternakan yang baik, perlu juga ditunjang dalam kehidupan ternak, seperti pemberian pakan yang baik serta tersedianya kandungan unsur-unsur mineral yang diperlukan dan memenuhi jumlah yang diperlukan. Disamping faktor-faktor diatas, penyimpanan pakan perlu diperhatikan untuk menghindarkan gangguan dari kontaminasi mikotoksin yang dapat merusak jaringan tubuh baik secara fisik maupun secara kimiawi yang menghasilkan metabolit yang toksik. Salah satu mikotoksin yang berbahaya adalah aflatoksin B1, karena mempunyai sifat hepatotosik yaitu dapat merusak dan meracuni hati dan karsinogenik yang menimbulkan kanker pada

sipenderita. Bahaya yang ditimbulkan oleh AFB1 adalah dapat mengakibatkan pertumbuhan menjadi terhambat serta dapat merusak sistem kekebalan tubuh. Disamping itu juga mengakibatkan penurunan berat badan, pertumbuhan sel-sel darah merah, kandungan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) didalam plasma darah. HUFF et al. (1988) melaporkan bahwa keracunan aflatoksin dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar protein dan albumin didalam darah. Unsur kalsium dan magnesium didalam darah sebagian berikatan dengan albumin (MITRUKA dan REWNSLAY, 1971). Kalsium dan magnesium merupakan unsur mineral essensial yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh. Kalsium juga esensial untuk pembekuan darah dan dibutuhkan bersama-sama natrium dan kalium untuk denyut jantung yang normal. Sementara itu, magnesium esensial sebagai aktivator dari

634

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

banyak enzim. Terutama enzim yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat. Magnesium merupakan bagian esensial dari tulang dan gigi, juga zat mineral penting dalam berfungsinya sistim urat syaraf. (BURN, 1980 dan HAMILTON, 1971). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh aflatoksin B1 yang diberikan kepada itik terhadap kandungan Kalsium dan Magnesium dalam serum itik. MATERI DAN METODE Standar unsur Ca dan Mg, tabung gelas, Propilen gligol. Larutan HCl pekat, Pipet Lantanium klorida, aquabides. Penelitian ini dilakukan di Balai Penelitian Veteriner Bogor, dengan menggunakan sebanyak 36 ekor itik umur satu hari, seminggu kemudian diberikan AFB1 dilarutkan dengan propilen glikol, kemudian dicekokkan sebesar 0,0 (kontrol) dan 150 ppb setiap dua hari sekali selama enam minggu. Setiap seminggu sekali dipotong sebanyak 3 ekor per perlakuan, kemudian diambil darahmya. Serum yang terbentuk diambil sebagai data sampel. Analisis serum Kandungan Ca dan Mg, serum diambil dari darah dalam tabung yang telah disentrifuse, kemudiam ambil 0,1 ml serum pada tabung baru tambah 4,9 ml 1% LaCl3 dalam HCl 0,1 M, kemudian ukur dengan alat AAS Model Varian 1275 dengan panjang gelombang 422,7 um untuk Ca dan 285,2 um untuk Mg. Analisis data Data dianalisis dengan metode faktorial dengan rancangan acak lengkap, untuk perbedaan perlakuan dianalisiis dengan uji beda nyata terkecil (STEEL dan TORRIE, 1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil kuantitatif kandungan Ca dan Mg dalam serum itik yang diberi AFB1 dan kontrol selama enam minggu (Tabel 1). Perlakuan

kontrol (itik yang tidak diberi AFB1) kandungan Ca berkisar antara 104,55185,00 nl/ml dan Mg 31,577,0 nl/ml, sedangkan pada itik yang diberi AFB1 kandungan Ca bekisar antara 61,55195,0 nl/ml dan Mg 24,066,0 nl/ml. Dari data diatas terlihat bahwa kedua unsur tersebut menurun kandungannya setelah dilakukan perlakuan. Dalam perhitungan banyaknya kandungan Ca dan Mg dalam serum itik, setelah dilakukan analisis sidik ragam ditemukan perbedaan yang nyata (P<0,05), baik berdasarkan perlakuan (diberi AFB1 dan kontrol), lama pemberian AFB1 maupun interaksi diantara faktornya. Secara faktual, banyaknya nilai rataan kandungan Ca dan Mg dalam serum, lebih lanjut dianalisis dengan uji beda nyata terkecil berbeda nyata (P<0,05) antara satu dengan yang lainnya, baik berdasarkan perlakuan, lama pemberian AFB1 maupun interaksi perlakuan. Pada Tabel 2 tampak ada penurunan nilai rataan kandungan Ca dan Mg dalam serum, setelah itik diberi dosis AFB1 yaitu nilai rataan terendah sebesar 108,41 nl/ml dan 41,83 nl/ml dan lebih kecil bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol kandungan Ca dan Mg sebesar 150,55 nl/ml dan 61,23 nl/ml. Hal ini kemungkinan aflatoksin dapat mengganggu sistem metabolisme pencernaan sehingga nafsu makan menurun yang mengakibatkan pertumbuhan terhambat. Menurut BURNS (1980) dan GINTING (1984), kenaikan kandungan aflatoksin didalam tubuh unggas dapat merusak proses metabolisme yang mengakibatkan terganggunya proses pertumbuhan. BRYDEN dan CUMMING (1980) dan RENDDY et al. (1992), melaporkan bahwa semakin tinggi aflatoksin diberikan, akan semakin kurang efisiensi ransum. Keadaan ini disebabkan tingkat kerusakan jaringan tubuh semakin tinggi, sehingga zat-zat makanan kurang dapat mendukung pertumbuhan jaringan baru secara efektif dan dengan demikian unsur-unsur mineral dalam pakan akan semakin berkurang untuk dicerna pada tubuh. Dengan kata lain, semakin sedikit jumlah bahan yang dikonsumsi, akan mengakibatkan semakin berkurang jumlah kadar Ca dan Mg didalam makanan yang terserap.

635

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Tabel 1. Hasil kuantitatif kandungan Ca dan Mg dalam serum ititk berdasarkan lama pemberian dan perlakuan (kontrol dan AFB1) selama 6 minggu Minggu 1 Kandungan Ca (nl/ml) Kontrol 141,00 164,50 151,50 114,00 134,50 113,00 143,50 153,00 172,50 141,00 160,50 154,50 170,50 161,00 175,00 155,00 139,00 135,50 AFB1 126,00 127,50 110,00 87,50 86,50 71,50 127,50 128,00 117,50 103,50 122,50 115,00 108,00 92,50 115,00 112,50 107,00 103,50 Kandungan Mg (nl/ml) Kontrol 35,50 40,00 31,50 49,00 61,00 45,00 64,00 77,50 70,50 77,00 71,00 66,00 65,00 68,50 75,50 73,00 61,00 66,00 AFB1 35,00 32,00 34,50 54,50 50,50 47,50 38,50 52,50 50,00 66,00 57,00 52,50 31,50 24,50 31,50 29,00 31,50 37,00

Angka yang ditebalkan menunjukkan angka yang terendah secara faktual pada interaksi antara lama dan perlakuan pada masing-masing kandungan Ca dan Mg Tabel 2. Nilai rataan kandungan Ca dan Mg dalam serum ititk selama 6 minggu berdasarkan perlakuan Perlakuan Kontrol AFB1 Ca (nl/ml) 150,55 a 108,41 b Mg (nl/ml) 51,25 a 41,83 b

Rataan 6 minggu dan 3 ulangan Rataan pada setiap lajur yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%

RAOO dan JOSH (1991), menyatakan bahwa aflatoksikosis dapat juga mempengaruhi kadar Ca dan Mg dalam serum. Dosis AFB1 sebesar 1,0 mg/kb bobot badan akan mengakibatkan penurunan yang nyata terhadap kandungan Ca dan Mg dalam serum. Pada Tabel 3, terlihat bahwa nilai rataan terendah kandungan Ca adalah 81,83 nl/ml terdapat pada minggu ke-2 itik yang diberi AFB1, namun bila dilihat dari waktu ternyata pada minggu ke-6 makin menurun kandungannya, sedangkan kandungan Mg

rataan terendah adalah 28,83 nl/ml terdapat pada minggu ke-5 itik yang diberi AFB1 Sementara itu, terlihat bahwa lama pemberian AFB1 juga berpengaruh dan makin lama diberikan akan makin berkurang kandungan unsur tersebut. HAMILTON (1994), melaporkan bahwa aflatoksin juga dapat merusak sistem kekebalan tubuh, terutama pada unggas yang diberi aflatoksin terus menerus dalam ransum. Pada Tabel 3 terlihat bahwa pada minggu ke-6 yaitu konsentrasi AFB1 diberikan selama 6 minggu, kandungan unsur tersebut menurun, walaupun pada jarak waktu satu minggu tidak berbeda nyata (p>0,05). Dengan adanya pengaruh AFB1 yang nyata terhadap kandungan Ca dan Mg yang terkandung dalam serum, maka kandungan unsur tersebut perlu diperhatikan, karena terkontaminasi AFB1 dalam pakan dan tingginya kandungan AFB1 dalam tubuh, akan mengakibatkan penurunan kandungan unsur tersebut dan mengakibatkan defisiensi.

636

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Tabel 3. Nilai rata-rata kandungan Ca dan Mg dalam serum ititk selama 6 minggu berdasarkan lama pemberian dan perlakauan (kontrol dan AFB1) Minggu 1 2 3 4 5 6 Kandungan Ca (nl/ml) Kontrol 152,33 120,50 166,50 152,00 168,86 143,16 AFB1 120,16 81,83 124,50 113,50 101,83 107,66 Kandungan Mg (nl/ml) Kontrol 35,67 55,50 69,00 71,33 69,67 66,65 AFB1 33,83 50,83 47,10 58,50 28,83 31,83

Rataan 3 ulangan, rataan pada setiap lajur diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Angka-angka yang ditebalkan menunjukkan angka yang terendah secara faktual pada interaksi lama dan perlakuaan pada masing-masing kandungan Ca dan Mg

KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis aflatoksin pada itik dapat berpengaruh negatif pada ternak tersebut yang ditunjukkan dengan penurunan kadar logam kalsium dan magnesium dalam serum itik. Kandungan aflatoksin dalam pakan sering ditemukan oleh karena itu perlu dimonitoring kualitas pakan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA BENNET, P.A. 1983. Introducing Atomic Absorption Analysis. Varian Ztechtron, Pty. Utd, Mulgrave. BRYDEN, W.L. and R.B. CUMMING. 1980. Observation on the liver of the chicken followign aflatoxin B1 ingestion. Avian Pathol. 9: 551556. COMBS, G.F. Jr. 1975. Problems with molds and mycotoxins in poultry feeds. Proc. Cornell Nutr. Conf. Feed Manuf. GINTING, Ng. 1984. Aflatoksin pada pakan ayam pedaging didaerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dan Kodya Pontianak. Penyakit Hewan. 16(28): 212214.

GINTING, Ng. 1988. Sumber dan pengaruh aflatoksin terhadap pertumbuhan dan performa lain broiler. Disertasi. Universitas Pajajaran Bandung. HAMILTON, P.B. 1974. The problem of mycotoxins in animal industry. Prof. Md. Nutr. Conf. Feed Manuf. MITRUKA, B.M. and H.M. RAWNSLEY. 1977. Clinical biochemical and hematological refrence value in normal experimental animals. Masson Publishing USA, Inc. New York, USA. RAO, V.N. and H.C. JOSHI. 1991. Effect of aflatoxin B1 feeding on serum mineral profiles in chickens. Indian Vet. J. 68: 552554. REDDY, A.R., V.R. REDDY, P.V. RAO and S YADGIRI. 1982. Effect of experimentally induced aflatoxicosis on the performance on comercial broiler chicks. Indian J. Anim. Sci. 52: 405410. STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1980. Principles and Procedure of Statistic. A Biometrical Approach. 2nd Ed. Mc-Graw-Hill Kogakusha Ltd., Tokyo.

637

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

DISKUSI Pertanyaan: 1. 2. Apakah aflatoksin dapat menghambat kalsium dalam darah? Bagaimana cara pencekokkan aflatoksin terhadap itik berdasarkan berat badan?

Jawaban: 1. Aflatoksin dapat menyebabkan kerusakan pada sistem proses metabolisme dalam tubuh, sehingga absorbsi kalsium dalam darah terganggu dan akan mengakibatkan kalsium terisap dalam darah menurun. Konsentrasi afaltoksin yang ada adalah 20 ppm = 20 mg/l. Larutan. 20000 ug/1000 ml larutan = 20 ug/ml dicekokkan = 30/20 x ml = 1,5 ml. Jadi harus dicekokkan = 1,5 ml aflatoksin (20 ppm).

2.

638

Anda mungkin juga menyukai