Anda di halaman 1dari 4

Transfusi darah merupakan tindakan medis yang beresiko, karena itu pengelolaannya harus profesional dan sesuai standar.

Melakukan transfusi bukannya tanpa resiko. Pasien dapat tertular penyakit infeksi yang mungkin terdapat pada darah donor, karena itu darah yang akan digunakan untuk transfusi haruslah aman. Darah aman apabila disumbangkan oleh donor yang sehat melalui seleksi donor yang seksama, Bebas dari agent yang dapat membahayakan pasien, Ditransfusikan hanya jika dibutuhkan dan ditujukan untuk kesehatan dan kebaikan pasien. Keamanan darah adalah dari vena ke vena. Coombs test merupakan tes antibodi terhadap eritrosit. Normalnya, antibodi akan mengikat benda asing seperti bakteri dan virus dan menghancurkannya sehingga menyebabkan destruksieritrosit (hemolisis). Direct Coombs Test merupakan tes yang dilakukan pada sampel eritrosit langsung dari tubuh. Tes ini akan mendeteksi antibodi yang ada di permukaan eritrosit. Terbentuknya antibodi ini karena adanya penyakit atau berasal dari transfuse darah. Tes ini juga dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan darah Rh positif dimana ibunya mempunyai Rh negatif. Tes ini akan menunjukkan apakah ibunya telah membentuk antibodi dan masuk ke dalam darah bayinya melalui plasenta. Beberapa penyakit dan obat-obatan (kuinidin, metildopa, dan prokainamid) dapat memicu produksi antibodi ini. Antibodi ini terkadang menghancurkan eritrosit dan menyebabkan anemia. Tes ini terkadang menunjukkan diagnosis penyebab anemia atau jaundice. Direct Coombs Test bertujuan untuk mendeteksi sel darah merah yang tersensitisasi dengan antibodi / komplemen in vivo (dalam tubuh pasien ). Kegunaannya yaitu pada kasus AIHA ( Auto Immune Hemolytic Anemia), Drug induced hemolysis, HDN (Hemolytic Disease of the Newborn), Alloimmunisasi akibat transfusi / hemolytic transfusion reaction (HTR). Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan direct coombs test. Metoda yang digunakan adalah metode aglutinasi langsung. Reagensia yang digunakan yaitu Antihuman globulin (coombs serum), saline, dan CCC.

Untuk Pemeriksaan Direct Coombs Test hal pertama yang dilakkukan adalah pemisahan sel darah merah dari serum. Hal ini dilkakukan dengan mencentrifugasi darah pasien (darah beku) dengan kecepatan 3000 rpm selama 1 menit. Kemudian serum dan sel dipisahkan. Setelah itu dibuat suspensi sel 5% darah pasien dalam saline. Pada praktikum telah disediakan suspesnsi sel darah merah pasien (identitas : nama : Iwan, umur : X tahun, dan jenis kelamin: laki-laki). Reagensia yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Antihuman globulin (coombs serum), saline, dan CCC. Suspensi sel 5 % pasien kemudian 1 tetes ke dalam 2 tabung yang berbeda dan dicuci dengan saline sebanyak tiga kali, pemutaran 3000 rpm 1 menit. Pencucian dengan salin volume 3/4 tabung, minimal dilakukan 3 kali untuk membersihkan sisa antibodi yang dapat menetralisasi serum antihuman globulin sehingga dapat menimbulkan reaksi negatif palsu. Setelah dicuci kemudian supernatannya dibuang 2 tetes coombs serum ditambahkan ke dalam tabung 1, lalu diteteskan 2 tetes saline pada tabung 2. Setelah itu diputar 3000 rpm 15 detik dan hasilnya dibaca terhadap adanya aglutinasi. Anti Human Globulin (AHG) yang diperoleh dari immunized nonhuman species berikatan dengan IgG atau komplemen yang bebas pada serum atau yang melekat pada antigen sel darah merah. Antigen yang sudah coated dengan antibody in vivo ditambahkan anti human globulin atau Coombs serum. Coombs serum, sesuai dengan namanya akan bereaksi dengan globulin manusia (human globulin membentuk aglutinasi. Pada Direct Coombs Test ini diperoleh hasil negative pada tabung 1 dan tabung 2. Tabung 2 memang harus menunjukkan hasil yang negative (tidak ada aglutinasi) karena tabung 2 sebagai control. Hasil Direct Coombs Test yang negatif menunjukkan bahwa tidak ada antibodi pada permukaan eritrosit. Sedangkan hasil (Direct Coombs test / DCT) mengarah pada kemungkinan adanya antibodi yang mempunyai arti klinis, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Hasil DCT positif dapat mengakibatkan daya hidup sel darah merah memendek, atau tidak, mungkin diakibatkan sebagai berikut:

a. Adanya autoantibody pada antigen sel darah merah. b. Alloantibodi pada sirkulasi resipien yang bereaksi pada sel darah merah donor. c. Alloantibodi pada plasma donor yang akan bereaksi dengan sel darah merah pasien. d. Alloantibodi dalam sirkulasi ibu yang melewati placenta dan berikatan dengan sel darah merah janin. e. Antibody yang langsung melawan obat-obat seperti penicillin, cephalosporin, alfa metildopa. f. Pasien dengan hipergamaglubolinemia atau mendapatkan gammaglobulin intravena. g. Ikatan komplemen pada sel darah merah akibat aktivasi komplemen oleh alloantibody, autoantibody, obat, atau infeksi bakteri. Karena hasil direct coomb test menghasilkan hasil negatif, maka perlu dilakukan uji validasi dengan menggunakan CCC. Coombs Control Cell merupakan eritrosit normal (O Rh+) yang sengaja dibuat coated dengan incomplete antibodi. Dibuat sedemikian rupa coatednya dan memberikan hasil 1+ sampai 2+ bila CCC direaksikan dengan Coombs serum yang dipakai sehingga pada uji validasi dengan CCC harus didapatkan hasil positif aglutinasi. Uji validasi dilakukan dengan meneteskan 1 tetes CCC (Coombs Control Cell) pada tabung 1 ( tabung uji yang memberikan hasil negatif). Lalu di centrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik. Setelah itu hasil dibaca. Jika hasilnya positif (terjadi aglutinasi ) hasil tes dianggap valid sedangkan jika tidak terjadi aglutinasi hasil tes dianggap invalid. Pada praktikum ini, uji validasi menggunakan CCC didapatkan hasil positif (terjadi aglutinasi) sehingga test yang dilakukan valid.

Hasil hal yang dapat mempengaruhi pemeriksaan Direct Coombs : 1. Tidak mencuci sdm dengan bersih dan baik. 2. Anti Human Globulin (Coombs serum) harus ditambahkan segera setelah proses pencucian selesai 3. Penggunaan centrifugasi yang tidak baik 4. Jumlah sdm (sel darah merah ) yang ada pada pemeriksaan mempengaruhi reaktivitas. 5. Kontaminasi bakteri pada contoh darah dapat mengakibatkan hasil positif atau negative palsu. 6. Tabung serologis yang tidak bersih terkontaminasi dengan debu, detergent / material lain yang menyebabkan sel darah merah menggumpal / aggregasi.

Kesimpulan 1. Direct Coombs Test dilakukan dengan metode aglutinasi langsung 2. Direct Coombs Test yang dilakukan pada pasien nama : Iwan, umur : X tahun, dan jenis kelamin X menunjukkan hasil yang negative, karena menunujukkan hasil yang negative maka dilanjutkan pada uji validasi dan pada uji validasi menunjukkan hasil yang poistif (hasil test valid).

Anda mungkin juga menyukai