Anda di halaman 1dari 9

TATA LAKSANA KERACUNAN SALISILAT Bahaya sering konsumsi salisilat(Aspirin)

Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Toksikologi

Disusun oleh :

Endah Rizky Qaromah Doby Ridyan Dua Shinta Rochmanullah Khrisna Agung Cendekiawan Ika Ria Lestari Indri Dyah K Hendra Widya Putra

(102210101074) (102210101075) (102210101076) (102210101077) (102210101078) (102210101079) (102210101081)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2013

I.

PENDAHULUAN

Asam asetilsalisilat (aspirin) sebagai prototip nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) merupakan analgetika nonsteroid, non-narkotik (Reynolds, 1982). Kerja utama asam asetilsaIisilat dan kebanyakan obat antiradang nonsteroid lainnya sebagai penghambat enzim siklooksigenase yang mengakibatkan penghambatan sintesis senyawa endoperoksida siklik PGG2 dan PGH2. Kedua senyawa ini merupakan prazat semua senyawa prostaglandin, dengan demikian sintesis rostaglandin akan terhenti (Mutschler, 1991; Campbell, 1991). arakidonat melalui alur lipoksigenase. Penghambatan enzim siklooksigenase kemungkinan akan menambah pembentukan leukotrien pada alur lipoksigenase. Kemungkinan ini dapat terjadi disebabkan bertambahnya sejumlah asam arakidonat dari yang seharusnya dibutuhkan enzim lipoksigenase (Mutschler, 1991; Campbell, 1991). Selain sebagai penghambat sintesis prostaglandin dari berbagai model eksperimen yang telah dicoba kepada manusia untuk tujuan terapeutik, NSAID ternyata menunjukkan berbagai kerja lain sebagai antiradang (Melmon dan Morreli, 1978). Potensi ketoksikan lain yang dapat ditimbulkan dari aspirin adalah
1. Stroke hemorragik. Meskipun Aspirin dapat menolong mencegah stroke yang berhubungan

dengan pengumpalan darah, tetapi dapat juga menambah resiko stroke pendarahan (hemorrhagic stroke).
2. Pendarahan gastrointestinal. Pengunaan Aspirin harian juga meningkatkan resiko terkena

sakit maag. Dan jika pasien memiliki ulcer yang parah, menggunakan Aspirin akan menyebabkan pendarahan lebih banyak, mungkin hingga dapat mengancam jiwa.
3. Reaksi alergik. Bila pasien alergi terhadap Aspirin, mengunakan Aspirin dalam jumlah

berapapun mungkin dapat memicu reaksi alergik yang serius.


4. Tinnitus

dan kehilangan pendengaran. Terlalu banyak Aspirin (overdosis) dapat

menyebabkan tinnitus dan akhirnya kehilangan pendengaran pada beberapa orang. II. TOKSIKOKINETIK / FARMAKOKINETIKA Pemberian secara per oral, salisilat akan di absorpsi di dalam lambung dan usus halus melalui cara difusi pasif. Mencapai plasma dalam waktu 30 menit dan mencapai konsentrasi puncak setelah 1 -2 jam. Pada dosis kecil , mempunyai waktu paruh kira-kira 4 jam. Pada dosis yang digunakan sebagai antiinflamasi (4-6 g /hari) dengan kadar salisilat serum mencapai 200300 mg/L, menunjukkan waktu paruh 12-25 jam. Kecepatan absorpsi dan ekskresi bergantung pada jenis preparat, besarnya dosis dan individu. Distribusi melalui difusi pasif ke hampir semua jaringan dan cairan tubuh. III. MEKANISME KERACUNAN 1. Fase 1 : Saat Salisilat tertelan,salisilat akan terabsorbsi ,kemudian secara langsung merangsang pusat respirasi. Terjadi Kenaikan frekuensi pernapasan yang mengakibatkan terjadinya alkalosis respiratoris dan alkaliuria obligat. Terjadi mekanisme kompensatoir yaitu K+ maupun Na+ hilang bersama bikarbonat dalam urin. Fase ini dapat berlangsung selama 12 jam sesudah penelaan pada seorang remaja dan dapat hilang secara total pada bayi muda.

2. Fase 2 : Bila K+ telah hilang dari ginjal, terjadi pergantian K + untuk H+, dan urin menjadi asam. Hipokalemia pada pemulaanya terbatas pada jaringan ginjal dan tidak direfleksikan dalam K+ serum atau pada elektrokardiogram. Asiduria paradoksik ini terjadi bila alkalosis respiratoir yang terus menerus. Ketika fase ini berkembang, hipokalemia direfleksikan ke seluruh sisa tubuh. Fase ini dapat mulai beberapa jam sesudah penelaan pada seorang anak kecil dan dapat berlangsung selama 1224 jam pada remaja.

3. Fase 3: Akhirnya dehidrasi, hipokalemia, dan akumulasi asam laktat dan asam metabolik lain yang progesif menonjol melebihi alkalosis respiratoir. Sehingga terjadi Pernapasan yang cepat, pernapasan penderita yang cepat ini adalah respon terhadap asidosis bukan dari dorongan pusat pernapasan primer. Dan mengakibatkan Kadar salisilat dalam plasma pada umumnya lebih tinggi daripada fase 1 atau 2 karena ketidakmampuan mengekresikan salisilat dalam urin yang asam dan karena absorbsi yang terus menerus dari usus. Dan dilanjutkan Tidak terangkainya fosforilasi oksidatif dan aktivitas metabolik lain yang mendukung sebagian kecil pada fenomena ini. Penderita tersebut asidosis dengan urin yang lebih asam, fase ini dapat berlangsung mulai 46 jam sesudah penelaan pada bayi muda atau 24 jam atau lebih sesudah penelaan pada anak remaja. Hal ini juga merupakan penampilan keracunan salisilat kronis sesudah dosis terapeutik kejadian dehidrasi. Pada kasus yang lebih berat dapat berkembang penyakit edema atau pendarahan paru, meskipun kedua komplikasi ini jarang. Hiperglikemia atau hipoglikemia juga telah diamati. Sebenarnya semua penderita yang keracunan berat akan lebih dari 5% mengalami dehidrasi, biasanya 10% atau lebih. yang berulang dalam

IV. MANIFESTASI KLINIK (GEJALA KERACUNAN) Salisilat menyebabkan efek toksik yang bervariasi, dari intoksikasi sedang sampai berat. Gejala intoksikasi salisilat bergantung pada penggunaan akut atau kronik. Biasanya intoksikasi terjadi pada pemberian dosis besar yang berulangkali. Bila saluran pencernaan yang terkena, gejala klinis yang akan muncul adalah mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran pencernaan. Sedangkan jika susunan saraf pusat yang terkena akan timbul gejala klinis berupa pernapasan cepat dan dalam, bunyi berdengung, gangguan perhatian, halusinasi, syndrom reye (pada bayi dan anak) dan kejang sampai koma.Beberapa Gejala Umum Keracunan Salisilat : 1. Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung 2. Pernapasan yang cepat dan dalam, anoreksia, apatis dan lemah (tanda awal keracunan) 3. Mual, muntah, haus, diare, dan dehidrasi berat

4. Sakit kepala, pusing, sukar mendengar, tinitus, dan pandangan menjadi kabur 5. Mudah tersinggung, bingung dan disorientasi 6. Delirium, mania, halusinasi, kejang umum 7. Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan 8. Reaksi lain yang kadang-kadang terjadi : Demam tinggi, haus dan banyak berkeringat, Pendarahan, Erupsi kulit 9. Reaksi alergik seperti edema angineurotik, edema laring, asfiksia dan asma V. PENEGAKAN DIAGNOSA Tidak sulit, adanya riwayat penggunaan salisilat akut, tanda dan gejala khusus. Jika tidak didapat riwayat kelebihan dosis, dapat diketahui dengan : 1. Uji kualitatif Sampel diambil dari urin, isi lambung dan residu dari tempat kejadian. 2 ml sampel ditambah 0,1 ml pereaksi Trinder campur selama 5 detik, jika didapatkan warna violet tua menunjukkan adanya salisilat dan turunnya. 2. Analisis kuantitatif : analisis kadar gas darah arteri. Pemeriksaan konsentrasi salisilat serum dilakukan secara berkala dan sewaktu. Intoksikasi dapat diperkirakan berdasarkan kadar salisilat dalam serum, jika kadar 50 mg/dl kemungkinan intoksikasi sedang, 50-100 mg/dl akan menyebabkan hiperpnea, kadar 100-150 mg/dl bersifat letal. 1. Intoksikasi akut : untuk menentukan toksisitas, kadar salisilat digambar-kan pada normogram. Penentuan normogram tunggal tidak berarti karena kemungkinan absorbsi yang lambat atau panjang akibat tablet lepas lambat atau massa tablet. Pengambilan sampel darah sebaiknya kurang dari 6 jam setelah termakan. 2. Intoksikasi kronik. Gambaran normogram tidak dapat digunakan untuk menentukan tingkat toksisitas. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan adalah pemeriksaan laboratorium seperti : Kadar elektrolit, glukosa, BUN, kreatinin, waktu prothrombin, gas darah arteri dan pemeriksaan radiologi.

VI. MANAJEMEN / TATA LAKSANA ANTIDOT A. Keadaan darurat. 1. 2. 3. Pertahankan jalan nafas dan respirasi, bila perlu oksigen. Pemeriksaan gas darah arteri dan X-ray untuk memantau adanya edema pulmonal. Tangani koma, kejang, edema pulmonal dan hipertermi jika terjadi. Terapi asidosis metabolik dengan infus sodium bikarbonat intravena. Pemberian infus di stop jika pH darah < 7,4

4. 5.

Ganti kekurangan cairan dan elektrolit akibat muntah dan hiperventilasi dengan cairan kristaloid intravena. Hati-hati jangan sampai terjadi edema pulmonal. Monitor penderita asimptomatis minimum dalam 6 jam (atau lebih lama terutama jika disebabkan oleh tablet salut enterik atau dosis besar). Penderita dengan gejala intoksikasi sebaik-nya dimasukkan dalam ICU

B. Pengobatan Dehidrasi Dehidrasi dan kehilangan elektrolit seharusnya dikoreksi sesudah memulai dengan arang teraktifkan, muntah, dan tindakan akut umum lain. Fase 1 : Jika dehidrasi dan kehilangan elektrolit telah terjadi selama beberapa jam, penderita mungkin mengalami kehabisan bikarbonat tubuh relative, yang memerlukan pengobatan. Fase 2 : hal yang kritis untuk mengoreksi kehilangan bikarbonat dan kalium pada penderita dalam fase ini. Kekurangan kalium seterusnya menimbulkan kehabisan simpanan tubuh dan dilanjutkan gagal mengalkalinisasi urin. Paling sedikit dibutuhkan kalium 20-40 mEq/L. Fase 3 : setelah koreksi dehidrasi tersebut, terapi ditujukan kepada penambahan kalium dan pemberian bikarbonat. Biasanya dibutuhkan paling sedikit 40 mEq/L. C. Antidotum dan obat khusus Antidotum spesifik tidak ada. Dapat diberikan sodium bikarbonat untuk mencegah terjadinya asidemia dan untuk meningkatkan eliminasi melalui ginjal. Petunjuk pemakaian sodium bikarbonat 20 sampai 25 x 50 mL botol baik 8,4% (50 mEq/50 mL) atau 7,5% (44 mEq/50 mL). Pertimbangkan penggunaan 4,2% (5 mEq/10 mL) untuk pasien anak. D. Dekontaminasi Dekontaminasi tidak di-perlukan pada penderita intoksikasi kronik. 1. Sebelum RS : beri karbon aktif (dewasa : 50-100 g; anak-anak 15-30 g / 1g/KBB), Ipekak (15 30 ml) untuk menginduksi muntah, sebagai terapi awal pada anak-anak terutama diberikan dalam 30 menit setelah paparan. 2. RS : beri karbon aktif dan katartik secara oral atau dengan gastric tube/lavage. Jika dosis <200-300 mg/KBB dan telah diberi karbon aktif tidak perlu dilakukan bilas lambung. 3. Catatan : Dosis salisilat yang sangat besar (30-60 g), memerlukan dosis aktif karbon sangat besar untuk mengabsorpsi salisilat dan mencegah desorpsi. Pada kasus demikian perlu aktif karbon 25-50 g tiap 3-5 jam. Pemberian aktif karbon harus diteruskan sampai kadar salisilat dalam serum benar-benar turun. E. Mempengaruhi eliminasi Alkalinisasi urin / mening-katkan pH urin efektif mempengaruhi ekskresi salisilat urin. Dengan cara :

1.

Tambahkan 100 meq sodium bikarbonat dalam 1 L dekstrose 5 % dan beri secara infus intravena 200 ml/jam (3-4 ml/Kg/jam ). Jika terjadi dehidrasi , awali dengan bolus 10-20 ml/KBB. Hati-hati pem-berian cairan dan bikarbonat dapat berbahaya terutama pada penderita berisiko tinggi misalnya: intoksikasi kronik .

2.

Jika terjadi kegagalan ginjal, tambahkan pula 30-40 meq Potasium tiap satu liter cairan intavena. (Kekurangan potasium menghambat alkalinisasi urin ) Catatan : Alkalemia bukan merupakan kontraindikasi terapi bikarbonat.

Hemodialisis. Hemodialisis dapat bermanfaat pada toksisitas berat jika alkalinisasi belum berhasil. Sangat efektif mengeluar-kan salisilat dengan cepat, koreksi keseimbangan cairan dan asam basa. Indikasi Hemodialisis : a. Penderita intoksikasi akut, dengan kadar serum >1200 mg/L (120 mg/dL) atau asidosis berat. b. Penderita intoksikasi kronik dengan kadar serum > 600 mg/L ( 60 mg/dL), ditambah asidosis, bingung, letargi terutama penderita muda dan debil. c. Penderita intoksikasi berat. Hemoperfusi : Sangat efektif tapi tidak dapat mengkoreksi gangguan asam basa dan cairan. Ulangi terapi karbon aktif untuk mengurangi waktu paruh salisilat serum.

VII. PENUTUP Keracunan salisilat perlu ditatalaksana secara serius dan tepat. Yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana keracunan adalah : 1. Menyelamatkan jiwa dengan mempertahankan tanda-tanda vital. 2. Mengurangi absorbsi lebih lanjut dari bahan toksis dengan terapi dini. 3. Mencegah efek samping yang lebih berat dengan monitoring dan terapi Apabila dicurigai telah terjadi keracunan salisilat, segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat untuk mendapatkan informasi dan petunjuk seputar penanganan keracunan.

DAFTAR PUSTAKA Arvin. B, K. Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol 15. 1996. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. Hal 2450-2452 Campbell, W.B. (1991). Lipid-Derived Autacoids : Eicosanoids and Platelet-Activating Factor. Dalam: Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics. Ed 8. Editor: Gilman, A.G. et al. New York: Pergamon Press. Vol. I. Halaman 600-602, 605-606, 61 1 : ( Mansjoer, soewarni. 2003. Mekanisme kerja obat antiradang .sumatera utara: usu press) Darsono, L. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol. Bandung. Hal 30-39 Mansjoer, soewarni. 2003. Mekanisme kerja obat antiradang .sumatera utara: usu press Melmon, K.L. and Morreli H.F. (1978). Clinical Phamacology, Basic Principles in Therapeutics . Ed 2. New York: Macmillan Publ. Co. Halaman 658-659, 678, 681 (Mansjoer, soewarni. 2003. Mekanisme kerja obat antiradang .sumatera utara: usu press) Mutschler, E. (1991). Arzneimittelwirkungen, Terjemahan: Dinamika obat oleh: Mathilda B. dan Anna S.R. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 194-195, 359, 388, 401-402.( Mansjoer, soewarni. 2003. Mekanisme kerja obat antiradang .sumatera utara: usu press) Olson, K. R., Poisoning and Drug Overdose 5th ed, McGraw-Hill Inc., 2007, p. 277-280. Robbins S.L. (1974). Pathologic Basis of Disease. Philadelphia: W.B. Saunders Co. Halaman 61 (Mansjoer, soewarni. 2003. Mekanisme kerja obat antiradang .sumatera utara: usu press) http://emedicine.medscape.com/refarticle/1009987-overview http://damayuda.blogspot.com/2010/12/asam-salisilat-c7h6o2.html http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_salisilat http://medicastore.com/penyakit/996/Keracunan.html http://oketips.com/8797/tips-sejarah-manfaat-efek-samping-asam-salisilat/ http://tatablo9.blogspot.com/2010/09/keracunan-salisilat.html http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Mengatasi-Keracunan-Pada-Anak http://www.scribd.com/doc/68929223/Journal-Asam-Salisilat http://www.scribd.com/eephoegokill7589/d/73834668-makalah-analisis-farmasi-uji-batas-asamsalisilat

CONTOH KASUS

Terlalu Sering Konsumsi Aspirin Sebabkan Degenerasi Makula


Galih Setiono - Okezone Minggu, 27 Januari 2013 16:06 wib

KETIKA kepala merasa pusing, seringkali kita meminum aspirin untuk menghilangkannya. Namun Anda harus berhati-hati, pasalnya terlalu sering mengonsumsi aspirin dapat menyebabkan penyakit degenerasi makula. Degenerasi makula merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kerusakan jaringan pada bagian mata. Pada dasarnya, degenerasi makula tidak menyebabkan kebutaan, namun membuat penglihatan menjadi buram. Penyakit ini menyebabkan kerusakan jaringan yang disertai perdarahan pada bagian mata. Menurut studi terbaru yang diterbitkan Journal of American Medical Association (JAMA), ada hubungan antara degenerasi makula dengan penggunaan aspirin. Hal ini telah dianalisis dari 2.389 orang yang menggunakan aspirin dalam jangka waktu lebih dari satu pekan. Penggunaan aspirin dapat menyebabkan penyakit degenerasi makula, namun hingga kini belum ada solusi karena aspirin dibutuhkan untuk mengobati penyakit sakit kepala, gangguan pencernaan, dan lainnya, jelas Gerald Liew, Ph.D., dari University of Sydney, Australia, sebagaimana dilansir EmaxHealth. Degenerasi makula biasanya berkembang bertahap tanpa disertai rasa sakit. Penderita akan mengalami perubahan penglihatan seperti membutuhkan cahaya yang lebih saat membaca atau melakukan pekerjaan, sulit beradaptasi di tempat yang kurang cahaya, penuruanan intensitas atau kecerahan warna, sulit mengenali wajah, dan kaburnya pandangan.(tty) http://health.okezone.com/read/2013/01/27/482/752210/terlalu-sering-konsumsi-aspirinsebabkan-degenerasi-makula

Awas, Sering Minum Aspirin Bisa Bikin Buta


Thu, 24/01/2013 - 11:06 WIB

RIMANEWS - Aspirin telah lama terbukti khasiatnya untuk meredakan nyeri pada kepala, begitu juga untuk menangkal serangan jantung, stroke dan kanker. Namun ternyata jika dikonsumsi secara rutin dalam jangka waktu yang lama, obat pereda nyeri ini juga bisa berbahaya. Penelitian baru-baru ini menemukan bahwa orang yang mengonsumsi aspirin secara rutin berisiko tiga kali lipat mengalami kebutaan. Kebutaan ini berasal dari gangguan mata yang disebut age-related macular degeneration 'basah' (wet AMD). Penyakit yang ditandai dengan salah satu pusat penglihatan atau mata seseorang semakin lama semakin kabur ini telah menyerang seperempat juta orang di Inggris, mayoritas diantaranya adalah lansia. Hal ini dikemukakan tim peneliti dari Sydney University, Australia setelah mengamati sekitar 2.400 paruh baya dan lansia selama 15 tahun. Dari situ diketahui 257 partisipan merupakan pengguna aspirin rutin, yang mengonsumsi obat ini sedikitnya satu kali dalam seminggu. Sisanya hanya minum obat ini kadang-kadang saja (occasional). 15 tahun kemudian, satu dari 27 pengguna 'occasional' (3,7 persen) divonis mengidap AMD 'basah'. Namun satu dari 10 pengguna 'rutin' (9,4 persen) dilaporkan menderita penyakit tersebut. "Penggunaan aspirin secara rutin ternyata memiliki keterkaitan yang signifikan dengan peningkatan angka kejadian AMD neovaskular (basah)," simpul peneliti seperti dilansir dari Telegraph, Kamis (24/1/2013). Sebelumnya aspirin telah lama dikenal memiliki efek samping seperti pendarahan usus. Oleh karena itu peneliti dari Australia ini menyarankan agar para pengguna aspirin mempertimbangkan efek samping obat ini terhadap penglihatan mereka. Menanggapi studi ini, jubir yayasan Macular Society dari Inggris mengatakan, "Bukti-bukti yang dipaparkan studi ini memang memunculkan kaitan antara aspirin dan AMD basah tapi hingga titik ini efeknya tak berlebihan. Kalau peresepan aspirin dihentikan, dikhawatirkan pasien yang berisiko mengalami penyakit kardiovaskular akan semakin meningkat risikonya." "Lagipula AMD basah itu bisa diobati asalkan didiagnosis tepat waktu. Jika pasien mengalami AMD basah pada satu matanya maka ia pun harus memantau mata satunya agar berbagai gejala AMD basah lainnya dapat ditemukan dengan cepat. Risikonya juga perlu didiskusikan antara pasien dengan dokternya," pungkasnya.(yus/dtk) http://www.rimanews.com/read/20130124/89468/awas-sering-minum-aspirin-bisa-bikin-buta

Anda mungkin juga menyukai