Anda di halaman 1dari 5

Menyerupai Kaum Kristen, Kafir Yahudi dan Pagan

Bismillaahi aktubu,

Prinsip: 1. Mengkafirkan yang Kafir dan memuslimkan yang Muslim

2. Urutan ayat-ayat Qur’an yang turun:

1. Tentang Iman.
2. Tentang Shalat.
3. Tentang Puasa.
4. Tentang Zakat.
5. Tentang Haji.
6. Tentang Syari’at dan Manhaj Islam.
7. Tentang hal-hal dan dari materi yang dilarang oleh Allahu ’Azza wa
Jalla.

Mana mungkin mengajari akhlaq tidak dilanjutkan ke Aqidah dan Fiqh


Shalat. Akhlaq dan Aqidah itu satu.

Mana mungkin melarang orang mencuri, memperkosa, membunuh dan


dari berbuat dosa besar, padahal tidak mau mempraktekkan Syari’at
Allahu Ta’ala dan Manhaj-Nya di dalam negaranya.

- Shalat di Masjid hanya seminggu sekali, seperti Kristen di Gereja.


Yang Shalat di rumah adalah kaum perempuan dan anak-anak kecil.

- Kalau ingin dosanya dihapus, bukanlah mereka itu bertaubat,


melainkan yang akan dilaksanakannya adalah membayar ke Ustadz-
Ustadz. Padahal ini serupa sekali dengan Kristen dulu. Berusaha
menghapus dosa dengan cara demikian adalah Haraam dan dilaknat
Allahu ’Azza wa Jalla.

Mengeluarkan uang secara demikian adalah semakin merusak agama,


daripada memperbaiki hubungan dengan Allahu Jalla Jalaaluhu sendiri
maupun dengan agama yang diturunkan-Nya.
- Bagaimana bisa mendukung agama-Nya padahal tidak memiliki
kekuasaan berdasarkan Syari’at Islam?. Yakni menurut Al Qur’an dan
As Sunnah.

Mengurangi kejahatan di negaranya saja tidak mampu. Inilah area dari


Huduudullah.

- Riba hanyalah menambah lebarnya jurang kemiskinan di masyarakat


dibandingkan kekayaan.

Riba itu diperangi Allahu Tabaraka Ta’ala dan Rasul-Nya.


Menyemarakkan Bank Konvensional ini semakin menyerupai Kafir
Yahudi.

- Demokrasi yang merupakan buatan Yunani Pagan pun ditiru oleh ahli
Kitab maupun Muslim.

- Kesombongannya bahwa dia adalah kaum tradisional dan etis.


Padahal justru dibatasi-dibatasi olehnya Tradisi dan Etika tsb menjadi
hanya ke beberapa objek-objek yang dia sukai saja.

- Kesombongannya bahwa dia adalah golongan yang membenci dan


tidak menyetujui setiap golongan yang terkesan Ekslusif, padahal
mereka ikut ambil bagian dalam membentuk Ekslusifisme dan
membuat Fitnah lalu membiarkannya.

Mereka mengatakan orang lain penggunjing, pemfitnah, pendengki dan


pembuat Bid’ah, padahal ternyata memang mereka si tukang Ghibah
kepada ajaran asli Allahu Tabaraka Ta’ala dan Rasul-Nya, kemudian
memfitnah golongan kanan insya Allah, mendengki terhadap mereka dan
justru akibatnya menjadi ahli Bid’ah.

- Kesombongannya untuk mengkritik Pemerintah yang Zhalim, padahal


dia sendiri malas dan tidak mampu memberantas kezhaliman di
masyarakat. Dan tidaklah si Pemerintah yang berkuasa itu kecuali
melalui pilihan mereka sendiri.

Dan begitu pula seorang Pemerintah yang Zhalim itu tidaklah dikuasakan
Allahu Jalla Jalaaluhu kepada mereka kecuali akibat ataupun hasil dari
ketidakpedulian mereka terhadap Shalat berjama’ah di Masjid dan terhadap
amar Ma’ruf nahi Munkar (memerintahkan yang baik dan menjauhi yang
jahat) serta kekurang ajaran mereka terhadap ajaran Allahu Subhaanahu wa
Ta’ala dan terhadap Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa Sallam.

- Kesombongannya dalam menganggap dirinya sebagai kaum yang


menghargai Ulama. Padahal ternyata, mereka hanya menghargai
Ulama yang cenderung mengecilkan dan mendiamkan semua
kefasiqan dan kemunafikan yang terjadi di negara itu. Meskipun,
mereka mengakui bahwa mereka sebagai seorang Muslim, atau
bahkan justru mengaku-aku sebagai golongan yang selamat dan akan
selalu jaya.

- Bertanya kepada seseorang agar mengarahkan seseorang kepada


perkiraan yang benar dan baik, padahal justru dalam pertanyaan yang
dilontarkannya sendiri itu terkandung di dalamnya maksud ke arah
yang memang buruk menurut Al Qur’an dan As Sunnah.

- Menolak suatu Hadits atau ayat Al Qur’an padahal Ia sendiri memang


tidak mengerti tentang maknanya, ataupun bisa juga tidak mengerti
akan Tafsirnya.

- Kesombongannya untuk mendiskriminasi antara golongan kaya dan


miskin. Membiarkan golongan Borjuis (bangsawan) mendiskreditkan
golongan akar rumput dan semakin memarjinalkan mereka.

Apakah masuk akal ataupun selaras dengan perasaan, fitrah dan kodrat
manusia maupun Muslim, yakni sesuatu cara yang memperlakukan secara
sepihak terhadap golongan yang lemah dan dihinakan dunia??.

- Kesombongannya untuk membela para pengkhianat.

Contoh: seseorang yang sudah menyatakan kesetiaannya kepada seorang


pemimpin, kemudian dia berkhianat dari kesetiaan dan kesepakatan yang
sebelumnya terjaga diantara mereka.

- Kesombongannya untuk berkata-kata tentang keduniaan dan kesejahteraan


secara memukau, sembari di dalam hatinya dan dari lisannya dia memberi
kesaksian terhadap Allahu Subhaanahu Ta’ala, seakan-akan dia benar,
padahal dia ternyata kaum yang paling suka berdebat dan suka merasa benar
sendiri.
- Kesombongannya dalam beranggapan bahwa jika suatu kaum menjadi
”kaya” maka itu berarti Allahu Jalla Jalaalahu memuliakan mereka,
dan jika suatu kaum menjadi ”miskin,” mereka beranggapan bahwa
itu berarti Allahu Subhaanahu wa Ta’ala menghinakan mereka.

- Kesombongannya dalam mengucapkan “Kami pasti akan mendapat


anak dan banyak harta.”

Allahu Tabaraka Ta’ala akan mewarisi ucapan mereka itu dan


mewariskannya kepada kaum penghuni Surga (Jannah).

- Kesombongannya dalam mengecilkan urusan menerapkan timbangan


yang tepat untuk menyikapi perbedaan Sekte dalam agama-Nya sendiri,
akan tetapi meskipun demikian, dia juga harus menyikapi perbedaan
antar agama Islam dengan lainnya dengan lebih tegas.

- Kesombongannya dalam menginterpretasikan Undang-Undang


negaranya sendiri untuk memonopoli dan menguasai rizqi yang Allahu
Ta’ala telah anugrahkan kepada kaum Muslimin. Yakni keberpihakan
mereka kepada Syaithan dari golongan manusia maupun Jin.

- Kurang mencurigai dirinya sendiri yang beranggapan bahwa Allahu


‘Azza wa Jalla tidak akan memenangkan kaum Muslimin.

Yang benar adalah bahwa kemenangan hanya ada di tangan Allahu


Tabaraka Ta’ala, yang akan diberikan-Nya hanya kepada kaum Muslimin.
Memang dunia, dunia, telah disabdakan Rasulullaahu Shalallahu ‘alaihi
wa Sallam sebagai salah satu yang dikutuk oleh Allahu Subhaanahu wa
Ta’ala. Jadi wajar saja jika dunia ini sangat membenci kaum Muslimin.
Mereka telah terlebih dahulu membenci Allahu Subhaanahu bahkan
sebelum mereka memusuhi kaum Muslim.

Mereka ialah pendurhaka terhadap Allahu Ta’ala dzat yang Maha Suci
dan Maha Barakah (yang memiliki kebaikan yang terus menerus).

Bagi kaum yang beriman dan bertaqwa, ayat-ayat Al Qur’an tsb adalah
‘ilmu yang berjalan di atas dada-dada mereka.
Subhaanallahi wa bihamdihi, subhaanakallahumma wa bihamdika
astaghfiruka wa atuubu ‘ilaika.

Assalamu manit taba’al huda (Semoga kedamaian, kesejahteraan dan


keselamatan dari segala aib bagi manusia bagi yang mengikuti petunjuk).

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh (Semoga kedamaian,


kesejahteraan dan keselamatan dari segala aib bagi manusia, dan kasih
sayang kepada Allah dan keberkahan dari-Nya agar dicurahkan kepada
kalian).

Anda mungkin juga menyukai