Anda di halaman 1dari 2

UU tahun 1983 tentang Polygyny

Bismillaahi aktubu,

- Mereka yang melarang PNS (Partai Negara Sekuler) untuk


berPolygyny, sebenarnya mereka lebih senang apabila Sipil (Sipilis)
itu lebih berkembang melalui pelacuran, simpanan, Sirri, Mut’ah, seks
kontrak, dan seks di bawah tangan serta seks diluar nikah.

- Kalau cuman ingin ngentot, ngentot, kan ada pelacuran, simpanan,


Sirri, Mut’ah, seks kontrak, dan seks di bawah tangan serta seks diluar
nikah, tidak memerlukan, tidak memerlukan pernikahan Polygyny
berkeadilan yang memuliakan perempuan.
Kalau mereka mengatakan “Itu justru merendahkan perempuan.”
Maka dikatakan kepada mereka ”Kalau cuman suka ngentotnya doang,
ngentotnya doang, bukan karena cinta, tentunya memang seperti kata mereka
tsb.”
Lebih suka melihat alat kemaluan wanita berjalan kesana kemari sambil
menunggu saat mereka melebarkan paha-paha mereka.

- Sebenarnya mereka itu sendiri di dalam kedengkian dan hasad


terhadap keberhasilan Dakwah Islamiyyah dan solusi yang dimiliki
oleh Din tsb. Yaitu dengan menyukseskan Polygyny yang
membahagiakan dan berkeadilan.

- Kalau ditanya kepada mereka “Apa fitnah yang tidak kalian buat atau
tidak kalian miliki dengan UU tahun 1983 tsb?.” Apakah mereka akan
menjawab secara memuaskan?.

- Kalau ditanya kepada mereka “Apa yang Sahabat Rasulullah


Shalallahu ‘alaihi Shalawatu wa Sallam tidak punya?.” Apakah
mereka akan menjawab secara memuaskan?

- Yang terlihat memang kaum seperti ini adalah kaum yang pada
asalnya, sendirinya tidak bisa membantu dirinya sendiri, sedangkan
mereka merasa diri mereka terpetunjuki.

Tampak jelas bahwa dalam soal cinta, mereka sendiri tidak mempunyai
timbangan, tidak menggunakan timbangan yang tepat.
Semacam tadi sudah disebutkan, menunjukkan mereka yang tidak lebih
dari kaum yang suka memberi ajang untuk pertengkaran untuk orang-
orang yang sedang tidak menginginkan kecuali perceraian dan
memperbanyak penyakit hati maupun fisik dimana-mana.

Kalau memang negara ini milik mereka, tentunya mereka juga harusnya
bisa mengaku-aku sebagai penciptanya juga. Karena kenyataannya
mereka memang berasal dari keturunan perebut citra Syari’at Islam di
nusantara ini.

Tentunya bahwa perjuangan 300 tahun kaum Muslimin yang


bersemboyan “Allahu akbar,” dan menanggung beban yang berat akibat
persenjataan sederhana yang dipakainya untuk melawan Belanda,
memang dianggap oleh kaum kemudian dan Sekuler itu sebagai semacam
saingan yang ringan saja daripada perjuangan kaum mereka yang sekedar
50 tahun, dan itupun menggunakan senjata api. Bukan lagi alat perang
tradisional.

- Justru dengan melarang Polygyny, seakan mereka adalah “kaum adil


dan benar.”
Padahal, setidaknya kaum yang berPolygyny itu adalah “kaum yang
benar.”
Sedangkan mereka adalah “kaum tidak benar.” Bagaimana cara agar
mereka dapat dikatakan ”kaum yang adil?.”

Assalaamu manit taba’al huda (Semoga kedamaian, kesejahteraan dan


keselamatan dari segala aib bagi manusia bagi yang mengikuti petunjuk).

Assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh (Semoga kedamaian,


kesejahteraan dan keselamatan dari segala aib bagi manusia, dan kasih
sayang dari Allah dan keberkahan dari-Nya agar dicurahkan kepada
kalian).

Anda mungkin juga menyukai