Anda di halaman 1dari 4

Berdo’a Asal-Asalan dianggap ‘Ibaadah

Bismillaahi aktubu,

Ada kaum yang karena kefanatikan yang membutakan hatinya dari


kebenaran Salafiyyah, mereka gemar memakai keGhuluwannya untuk
meraih simpati Allahu ‘Azza wa Jalla.

Bila alam semesta diatur oleh-Nya sesuai hawa nafsu dan do’a mereka,
tentulah telah hancur secara keseluruhan seluruh alam semesta ini.

KeGhuluwan itu adalah keover dosisan dari segala hal yang mereka anggap
‘Ibaadah.

Do’a adalah ‘ibaadah. Maka tidak pantas untuk beribadah secara Bid’ah.

Sampai hanya karena ada seorang dari kaum Salafiyyah, mereka rela
menjauhkan murid-muridnya dari Masjid.

Menurut Rasulullahu Shalallahu ‘alaihi Shalawatu wa Sallam sebenarnya


kaum model begini adalah kaum yang melarang kaum lain dari kebaikan
yang bisa mereka raih melalui shalat di Masjid, setelah mereka menunaikan
thalabul ‘ilmi (menuntut ‘ilmu).

Lain halnya dengan kaum yang merasa Junuud dan Askarnya bisa
mengontrol hasil Pemilu atau siapa-siapa yang akan menjadi Pemerintahan.

Tidaklah yang namanya “Kyai langitan” itu kecuali kaum yang


mendengarkan “Syaithan-Syaithan yang mencuri dengar pembicaraan
Malaikat di awan.”

Jadi, kaum yang para Syaithan turun kepada mereka inilah yang mereka
sebut-sebut sebagai “Kyai langitan.”

Bila kaum seperti ini didengarkan anda akan tahu “Mereka suka
menganggap baik (Istihsan) sesuatu berdasarkan pilihan mereka sendiri.”

Jawaban:
Dulu juga, Adam dan Hawa ‘alaihuma Shalawatu wa Salaam telah berhusnu
zhan (berprasangka baik) kepada sang Iblis hingga akhirnya dikeluarkan dari
Surga (Jannah).

Darimana mereka akan mengetahui Maslahat dari Syari’at Islam secara


keselurahan? Kapan semua kaum akan memasuki Islam secara Kaaffah
(keseluruhan)?.

Mereka berkata “Tidak semua Bid’ah itu sesat?.”

Jawaban:

”Kaafirun juga beranggapan demikian, dimana bedanya?.”

Mereka berkata ”Tata kramamu tidak bisa diterima di negara ini.”

Jawaban:

“Tata krama Muslim ialah dengan mengucapkan Salaam. Jadi bukan dengan
saling mendengki.”

Mereka berkata “Anda golongan Fanatik.”

Jawaban:

”Nah, golongan anda sendiri tidak memakai buku terakhir (qaul jadiidun)
dari Imam Abul Hasan Al Asy’ari yakni Al Ibaanah. ”
Apa bagian Kullabiyah dari Imam Al Asy’ari tsb, sedangkan dia sudah
bertaubat dari itu semua. Sedangkan golongan anda selalu mengungkit-
ungkit kesalahan tsb. Golongan anda sebenarnya dari golongan Kullabiyah,
Kullabiyah, dari nama seseorang yang mendirikan itu.

Mereka berkata ”Anda dari golongan ahli Bid’ah.”

Jawaban:

”Memang inilah yang paling sering diucapkan oleh golongan serupamu


kepada kaum Salafush Shalih dari masa khairun naas (sebaik-baik generasi
manusia) maupun sesudahnya.
Mereka berkata ”Anda dari golongan pemecah belah.”
Jawaban:

”Lihat kalimat jawaban di atas. Ini justru yang paling sering ditimbulkan
oleh golongan-golongan serupamu.”

Mereka berkata ”Kami dari golongan ’Ulama, sedangkan anda siapa?.”

Jawaban:

”Mungkin yang anda maksud ialah bahwa kalian dari keturunan alim
’Ulama. Justru anda dari golongan yang suka memfitnah bahwa Imam
semacam Al Imam Abul Hasan Al Asy’ari Rahimahullah tidak memiliki
pendapat yang sama dengan Salafiyyah. Bagaimana pendapat terbaru Imam
tsb di bukunya Al Ibaanah? Al Ibaanah? Mungkin golongan anda sendiri
bahkan tidak pernah mendengarnya?.

Mereka berkata ”Kami dalam kebingungan. Akan tetapi kami mengurus


hajat hidup orang banyak, sedangkan anda tidak.

Jawaban:

”Ruwaibidhah, Ash Shaghir dan Muhdatsin. Sebagaimana perilaku


golonganmu kepada Imam Abul Hasan Al Asy’ari begitu juga golongan
sejenismu kepada Imam Abdul Qaadir Al Jilani dalam bukunya Al Ghunyah.
Yang Aqidah beliau jelas-jelas Salafush Shalih, kemudian kalian malah ber-
Tawassul dengan namanya, Allahumma ampuni saya dari melakukan Syirik
yang tidak kuketahui dan saya berlindung kepada-Mu dari melakukan Syirik
yang kuketahui.”

Bagaimana kabarnya H.Mahrus Ali, H.Mahrus Ali Hafizhahullah??

Subhaanallahu laa syariikallahu, wa Huwa ‘alaa kulli syai’in Qadiir, laa


haula wa laa quwwata illa billaah. Subhaanallahu wa bihamdihi.

Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikallahu, wa Huwa ’alaa kulli syai’in
Qadiir, Allahu akbar kabiiraa, walhamdulillaahi katsiiraa, subhaanallahu
Rabbul ‘aalamiin. Laa haula wa laa quwwata illa billaahil ‘Aziizil Hakiim.
Subhaanallahu wal hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu wallahu akbar wa
laa haula wa laa quwwata illa billaahil ‘Aliyyil Azhiim.

Assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh (Semoga kedamaian,


kesejahteraan dan keselamatan dari segala aib bagi manusia, dan kasih
sayang dari Allah dan keberkahan dari-Nya agar dicurahkan kepada
kalian).

Assalaamu manit taba’al huda (Semoga keselamatan, kesejahteraan


dan keterlepasan dari aib kepada manusia yang mengikuti petunjuk).

Anda mungkin juga menyukai