Anda di halaman 1dari 4

Malu dan Sombong untuk Belajar Perbaikan

Bismillaahi aktubu,

Sa’id bin Jubair Al Musayyib berkata bahwa tidak akan pernah belajar,
manusia yang malu dan sombong dalam menuntut ‘ilmu (HR.Bukhari kitab
Al ‘Ilmu).

- Banyak yang demikian dalam memperlakukan hubungan antara laki-


laki dan perempuan di dalam Islam.
Mereka memberikan posisi kepemimpinan kepada perempuan.

Contoh: Untuk duduknya kaum perempuan, mereka menaruh karpet yang


lebih tipis, sedangkan untuk kaum lelaki di Shaf sebelah kiri paling
depan, mereka menaruh karpet yang lebih tebal.

Mereka itu tidak menyadari bahwa Islam adalah Din yang setiap kaum
yang terbodoh sekalipun dapat mengerti terhadapnya, dan demikian juga
bahwa yang terpintar dari kaum manusia tsb tidak ditinggalkan.

Din yang bagi setiap kaum yang terlemah dapat mendapatkan apa yang
merupakan haq mereka dari Islam dan bagi kaum yang terkuat sekalipun
dapat memanfaatkan Barakah Allahu Jalla Jalaaluhu yang terdapat di Al
Qur’an.

An Nisa (4): 34 Kaum laki-laki itu adalah pemimpin


(Qawwaamun/pelindung) bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu,
maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Nah, dari kata yang ditebalkan itu, darimana kaum Ustadz yang memang
dianggap berkompetensi untuk mengemukakan dalil-dalil, namun
ternyata jarang sekali berbicara kecuali dengan Al Matsnatu
(pembicaraan dia sendiri).

Perempuan tidak dapat menjadi Hakim yang baik dalam masalah


menangani dan memutuskan hukuman terhadap kejahatan.

Rasulullah Shalallahu ’alaihi shalawatu wa Sallam bersabda:

”Tidak akan beruntung suatu kaum yang menjadikan seorang wanita


sebagai pemimpin mereka (HR.Bukhari dalam Shahihnya, kitab Al-
Maghazi, bab Kitab an-Nabi ila Kisra wa Qaisar dari hadits Abu Bakrah
Nufal bin al-Harits ats-Tsaqafi 8/126 dari Fathul Bari, bandingkan
dengan Musnad Imam Ahmad 5/50).”

Jadi cerita seseorang yang mengurus hajat hidup orang banyak semacam
Ustadz dan Ustadzah, yang terbukti Ruwaibidhah dan Ash Shaghir, maka
mereka itu tidak pantas disejajarkan dengan tokoh-tokoh Salafiyyah
semacam Imam Syafi’i dan Ahmad Rahimahullahu Ta’ala.

- Sering Qana’ah dan nyaman dengan cara mencari penghasilan yang


Haraam, semacam Riba (memaksakan tambahan keuntungan/mencaci
harga diri) bank Konvensional daripada Salaam (sistem membayar
dahulu sebelum barang yang dipesan dapat diterima).

MLM yang memang suka berlaku curang kepada penaruh modalnya.

Nasehat- Shadaqah jariyah adalah terbagi 3:

1. Kebaikan non materiil kepada sesama manusia, contohnya:


mengambilkan air sumur untuk orang Fakir Miskin, tersenyum,
menyambung SilaturRahim dll.
2. Kebaikan untuk diri sendiri, contohnya: Shalat Dhuha, berdzikir,
Qiyamul Lail dll.
3. Kebaikan materiil kepada sesama manusia, contohnya: memberi
pinjaman modal kepada sesama manusia, untuk mereka pergunakan
berdagang atau dengan memberi hadiah kepada mereka, daripada
memberi Zakat, Infak atau Shadaqah. Jadi, jangan menisbatkan
sesuatu yang bukan Zakat sebagai sesuatu yang harus dizakati.
Dan memberikan Hadiah kepada sesama Muslim adalah lebih terhormat
untuk diterima dari sisi si penerima, dari sisi si penerima, daripada
diterima dalam bentuk lainnya.

Inilah penghalang dari diterimanya amal Shalih ataupun Do’a. Ketika dia
memberikan sumbangan non materiil dan materiil untuk sesama manusia,
mereka tidaklah mendapatkannya kecuali dari mata pencaharian yang
Haraam.
Begitu pula ketika mereka melakukan Ritual, darimana mereka mendapatkan
nafkah untuk penegak tulang belakang mereka?. Ini tidak akan diterima oleh
Allahu Subhaanahu wa Ta’ala kecuali pasti terhenti di langit ke-1 sampai ke-
7.

- Mereka menuduh kaum tertentu seperti Salafiyyah, bahwa kaum ini


telah melaksanakan Tashnif (menggolong-golongkan manusia).
Mari para pembaca lihat kenyataannya, bahwa kaum penuduh seperti itu
umumnya adalah kaum yang berbeda secara mendasar dengan organisasi
dimana mereka bernaung dalam cara yang dipakai untuk mencapai tujuan
mereka dibanding dengan tujuan pada mulanya organisasi tsb didirikan,
yang lalu mereka tetap menisbatkan diri mereka kepada organisasi tsb,
walaupun tidak lagi sesuai dengan hakikat mengapa organisasi tsb
didirikan.
Mereka itu, apakah Tablighi, Maturidi, Sufi, Mu’tazili, Kullabi, Bathini,
Kejawen dll, kemungkinan besarnya hanyalah kaum yang gerah dan
panas terhadap sebagian orang yang mengomentari secara keras terhadap
Kufur ni’matnya Sekulerisme.

Kami wasiatkan kepada kaum semacam itu, agar tidak membawa-bawa


nama Islam ke dalam pembicaraan dengan nada menggunjingkan
Salafiyyah. Ketika Salafi mengingatkan kaum Muslim, antum katakan
bahwa itu mengghibah. Kemudian ketika kalian mengghibah mereka,
antum bilang itu menasehati mereka. Itu juga belum tentu fakta, kawan.

- Mereka mengatakan ”Komitmen itu penting. Negara kami sangat


peduli dengan komitmen bisnis. Akan menjadi membaik
perekonomiannya, hanya dengan komitmen itu.”

Jawabannya ”Dari dulu, orang-orang yang cerdik cendekia dalam bidang


perekonomian sudah ada. Malahan mereka adalah penunjang utama
kekufur ni’matan negara yang mengaku sebagai negara berpopulasi
Muslim terbanyak di dunia setelah India. Penghalang terbesar dari
penegakan Syariat Islam di negara tsb sejatinya adalah kaum model
demikian.

Bahkan, kaum model begitu memang kaum yang cenderung lip servicenya
sempurna, akan tetapi mereka cenderung terlalu mencintai kekuasaan,
sampai akhirnya banyak membunuh, merusak persaudaraan dan
Silaturrahiim, takut kehilangan kekuasaannya dan mencintai orang Kafirun
serta dunia ini dengan berlebihan.

Kaumnya sendiri dia biarkan menjadi santapan kaum Kafirun.

Assalaamu manit taba’al huda (Semoga kedamaian, kesejahteraan dan


keselamatan dari segala aib bagi manusia bagi yang mengikuti petunjuk).

Assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh (Semoga kedamaian,


kesejahteraan dan keselamatan dari segala aib bagi manusia, dan kasih
sayang kepada Allah serta keberkahan dari-Nya agar dicurahkan kepada
kalian).

Anda mungkin juga menyukai