Bismillaahi aktubu,
Banyak orang hanya semata berkata “Si anu punya uang milyaran.”
Padahal, mereka itu bukanlah bagian dari golongan tsb. Golongan itu,
bukanlah dari golongan yang suka mengungkit-ungkit pemberian.
Ia hanyalah semata dari golongan yang suka mengajak orang Shalat,
mengingkari kesalahan seseorang yang mengajak orang kepada kemunkaran
dan mengajak orang untuk melakukan hal yang baik daripada dari
melakukan hal yang Mubah.
Jadi, Ia bukanlah dari golongan yang suka membegal untuk diberi kepada
orang lain, walaupun karena terpaksa.
Apabila kita enggan berjumpa dengan Allahu Ta’ala, maka Dia akan kita
jumpai, sebagaimana yang Dia kehendaki.
Jadi, bila Ia merasa sebagai kaum Modern, yang kemudian menjadi Kafir
atau Munafik, maka tidak ada bagian lagi dari ilmu ‘Ulama Salafiyyah yang
bisa bermanfaat untuk mereka amalkan, dan ilmu ‘Ulama Salafiyyah itu
berguna untuk untuk diri mereka sendiri, sebelum itu dan sejak mereka
menuliskannya.
Apabila, tidak ada karunia dan rahmat dari-Nya, maka kaum Muslim sudah
dilanda kerugian demi kerugian dalam kehidupannya sebagai kaum Muslim.
Kesimpulannya, orang itu berasal dari golongan yang ingin berbuat baik ke
kaum Muslimin di Afrika daripada kaum Muslimin di negaranya sendiri
yang tidak antusias dalam mempraktekkan agama Allahu Jalla Jalaaluhu,
malah cenderung malas-malasan dalam mempelajari Islam dan beramal
Shalih.
Bagi saya, janganlah jadi kaum yang sudah mempunyai “mata curiga,”
terlebih dulu. Karena perjuangan kaum Muslimin selama 300 tahun
menentang penjajah Kaafirun itu, kemudian memang didikte harus
bagaimana sesuai kemauan kaum yang melanjutkan perjuangan negara
Indonesia hanya selama 50 tahun saja.
Jadi bukan menyatakan bahwa kaum ini adalah kaum yang telah
bertanggung jawab kepada perjuangan kaum yang telah memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia sebenarnya.
Dan tidaklah orang tsb dari golongan yang suka berkeyakinan bahwa hanya
karena Allahu Jalla Jalaaluhu memberinya kemuliaan dan kekayaan, berarti
bahwa Allahu ‘Azza wa Jalla pasti menyayanginya.
Melainkan bahwa kemuliaan dan kekayaan ini digunakan untuk
menauhidkan (Tauhid) Allahu Subhaanahu.
Jadi, bukan menjadi kaum yang senantiasa “Meminta kepada kaum manusia,
dan melupakan memohon dan berharap kepada Allahu Subhaanahu.”
Jadi, apakah antum merasa tidak Kufur ni’mat terhadap karunia Allahu
Subhaanahu wa Ta’ala?.
Pertamanya dia tidak ada, kemudian dia menjadi manusia yang sempurna,
maka hendaklah dia sendiri yang melakukan usaha pengubahan nasibnya itu,
bukanlah dengan hanya mengerjakan sesuatu yang orang lain mintakan atau
perintahkan kepadanya, akan tetapi juga dengan mengerjakan yang Allahu
Ta’ala lain mintakan dan perintahkan kepadanya.
Bahkan kaum seperti itu adalah dari kaum yang menganggap harga dirinya
lebih penting daripada beribadah kepada Allahu Jalla Jalaaluhu, akan tetapi
hendaklah Ia jangan menolak kebenaran Islam dan dengan merendahkan
kaum kaya. Padahal, kaum kaya itu juga melaksanakan kewajiban
terhadapnya seperti memberinya Zakat, Infak dan Shadaqah.
Misalnya: Lelaki yang malas Shalat berJama’ah di Masjid. Lelaki yang suka
Shalat berJama’ah di Masjid, tidak perlu bersahabat dengan yang semacam
itu.