Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

KELOMPOK 07-MANAJEMEN

Disusun Oleh:

1. Irly Salsabilla Rifani (231110079)


2. Daviatri Handani (231110051)

FAKULTAS BISNIS

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA KESATUAN

Jl. Rangga Gading No.01, Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa
Barat 16123

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah
ini tidak bisa diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak.

Makalah berjudul “Hak Asasi Manusia dan Demokrasi dalam Islam” disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga
diharapkan bisa memberikan sudut pandang dan pengetahuan baru mengenai HAM dan
Demokrasi dalam Islam.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, November 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Konsep Hak Asasi Manusia Menurut Ajaran Islam ...................................... 3
2.2 Perbedaan Prinsip Konsep Hak Asasi Manusia dalam Pandangan Barat dan
Islam .................................................................................................................... 4
2.3 Rumusan Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam ...................................... 5
2.4 Pelanggaran Hak Asasi Manusia ................................................................... 6
2.5 Solusi dari pelanggaran HAM ....................................................................... 6
2.6 Konsep Demokrasi dalam Islam .................................................................... 7
2.7 Perbedaan Demokrasi Islam dan Barat ....................................................... 10
2.8 Pandangan Ulama tentang Demokrasi ........................................................ 10
2.9 Ciri Khas Demokrasi Modern ..................................................................... 10
2.10 Prinsip Demokrasi ......................................................................................11
BAB III ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara normatif, wacana hak asasi manusia (HAM) di Indonesia hadir
bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Hal ini bisa kita lihat jelas dalam
falsafah dan ideologi bangsa yang tertuang dalam sila-sila Pancasila, mukadimah,
dan pasal-pasal UUD 45. Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut
pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi
negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan.

Rasulullah SAW pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan


kehormatanmu haram atas kamu.". Maka negara bukan saja menahan diri dari
menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan
menjamin hak-hak ini.

Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi


manusia, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan persamaan hak di depan
hukum. Dari sini kemudian muncul idiom-idiom demokrasi, seperti egalite
(persamaan), equality (keadilan), liberty (kebebasan), human right (hak asasi
manusia), dst. Umat Islam sering kali kebingungan dengan istilah demokrasi. Di
saat yang sama, demokrasi bagi sebagian umat Islam sampai dengan hari ini masih
belum diterima secara bulat. Sebagian kalangan memang bisa menerima tanpa
reserve, sementara yang lain, justru bersikap ekstrem. Menolak bahkan
mengharamkannya sama sekali. Tak sedikit sebenarnya yang tidak bersikap
sebagaimana keduanya. Kondisi ini dipicu dengan banyak dari kalangan umat Islam
sendiri yang kurang memahami bagaimana Islam memandang demokrasi.

Hubungan antara demokrasi, hak asasi manusia (HAM), dan Syari’ah memang
selalu diperdebatkan oleh umat Islam dalam sepanjang sejarah mereka. Persoalan
utamanya adalah apakah demokrasi dan HAM kompatibel dengan ajaran Islam
ataukah tidak. Munculnya perdebatan tersebut karena melihat latar belakang bahwa
Demokrasi dan HAM muncul dari Barat, sedangkan agama berasal dari wahyu.

1
1.2 Rumusan Masalah
2.1 Apa Konsep HAM dalam Islam?
2.2 Apa Perbedaan Prinsip HAM Pandangan Islam dan Barat ?
2.3 Apa Rumusan HAM dalam Hukum Islam?
2.4 Apa Saja Pelanggaran HAM yang berkaitan dengan Islam?
2.5 Apa Solusi bagi pelanggar HAM?
2.6 Apa Konsep Demokrasi dalam Islam?
2.7 Apa Perbedaan Demokrasi dalam pandangan Islam dan Barat?
2.8 Apa Pandangan ulama tentang Demokrasi?
2.9 Apa Saja ciri khas Demokrasi Modern?
2.10 Apa Prinsip Demokrasi ?

1.3 Tujuan
3.1 Untuk mengetahui konsep Hak Asasi Manusia dalam Islam
3.2 Untuk mengetahui Perbedaan Prinsip HAM Pandangan Islam dan Barat
3.3 Untuk mengetahui Rumusan HAM dalam Hukum Islam
3.4 Untuk mengetahui Pelanggaran HAM yang berkaitan dengan Islam
3.5 Untuk mengetahui solusi bagi pelanggar HAM
3.6 Untuk mengetahui Konsep Demokrasi dalam Islam
3.7 Untuk mengetahui Perbedaan Demokrasi dalam pandangan Islam dan
Barat
3.8 Untuk mengetahui pandangan ulama tentang Demokrasi
3.9 Untuk mengetahui saja ciri khas Demokrasi Modern
3.10 Untuk mengetahui Prinsip Demokrasi

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Hak Asasi Manusia Menurut Ajaran Islam
Manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati dianugerahi
hak dasar yang disebut hak asasi tanpa perbedaan antara satu dengan yang
lainnya. Hak Asasi Manusia (HAM) secara umum merupakan hak-hak dasar
yang melekat sejak manusia itu lahir. Arti HAM dalam bahasa Arab merupakan
asal kata dari lafal ‫ حق‬dan ‫أساس‬, Sedangkan asas berarti dasar atau pondasi. Hak-
hak tersebut dimiliki seseorang karena ia manusia. Hak-hak tersebut berlaku
bagi semua, tidak ada batas meliputi ras, agama, warna kulit bahkan kebangsaan
seseorang. Hak Asasi Manusia terdiri dari tiga kata, yaitu “hak” yang berarti
benar, milik, kekuasaan untuk berbuat sesuatu. “Asasi” berarti bersifat dasar
dan pokok tindakan. Dengan demikian Hak Asasi berarti hak yang dasar atau
pokok bagi setiap individu seperti hak hidup dan hak mendapat perlindungan
serta hak-hak lainnya yang sesuai. “Manusia” berarti orang atau makhluk yang
berbudi. Dengan hak asasi tersebut manusia dapat mengembangkan diri pribadi,
peranan, dan sumbangannya bagi kesejahteraan hidup manusia. Ayat Al-Qur’an
yang dijadikan dasar tentang hak asasi manusia, Hak persamaan dan kebebasan:

‫ع ِّن الَّذِّينَ لَم يُقَاتِّلُو ُكم فِّى الدِّي ِّن َولَم يُخ ِّر ُجو ُكم ِّمن‬ ٰ ‫َل يَنهٰ ى ُك ُم‬
َ ُ‫ّللا‬
َ‫ِّطين‬
ِّ ‫ّللاَ ي ُِّحب ال ُمقس‬ ُ ‫ار ُكم اَن ت َ َبرو ُهم َوتُق ِّس‬
ٰ ‫ط ْٓوا اِّلَي ِّهم ا َِّّن‬ ِّ ‫ِّد َي‬
Artinya: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak
mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah: 8).

Hak Memperoleh Perlakuan yang Sama (QS. Ali Imran : 130);

‫ّللاَ لَ َعلَّ ُكم‬


ٰ ‫ض َعفَةً ۖ َّواتَّقُوا‬ ِّ ‫ٰيْٓاَي َها الَّذِّينَ ٰا َمنُوا َل ت َأ ُكلُوا‬
ٰ ‫الر ٰب ْٓوا اَض َعافًا م‬
َ‫تُف ِّل ُحون‬

3
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”

o Abu A'la al-Maududi (1903-1979)


HAM adalah hak kodrati yang dianugerahkan Allah Swt. kepada setiap
manusia dan tidak dapat dicabut atau dikurangi oleh kekuasaan atau
badan apapun. Hak-hak diberikan Allah itu bersifat permanen, kekal,
dan abadi, tidak boleh diubah atau dimodifikasi.
o Pengertian HAM UU Nomor 39 Tahun 1999
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

2.2 Perbedaan Prinsip Konsep Hak Asasi Manusia dalam Pandangan Barat dan
Islam
Di Barat, konsep HAM inheren dalam keberadaan dan diri manusia, hingga
nilai-nilai ini tidak dibatasi oleh sekat-sekat etnis, budaya, dan agama. Hak itu
bersifat universal dan mutlak bagi setiap manusia, dengan tidak memandang
asal-usulnya. Sementara yang kedua melihat HAM bersifat partikular. Budaya
dan agama turut berperan mewarnai pembatasan HAM. Perbedaan lain
menyangkut masalah hak-hak personal dan kewajiban sosial yang mesti
dilakukan seseorang karena ia juga makhluk sosial. Ada perbedaan prinsip
antara hak asasi jika dilihat dari sudut pandang Barat dan Islam. Hak asasi
manusia menurut pikiran Barat semata-mata bersifat antroposentris, artinya
segala sesuatu berpusat pada manusia. Dengan demikian, manusia sangat
dipentingkan. Sebaliknya, hak-hak asasi manusia ditilik dari sudut pandang
Islam bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat pada Tuhan. Dengan
demikian Tuhan sangat dipentingkan.

Pemikiran Barat tentang hak asasi manusia menempatkan manusia pada


posisi bahwa manusialah yang menjadi tolok ukur segala sesuatu. Sedangkan di
dalam Islam melalui firman-Nya, Allah SWT-lah yang menjadi tolok ukur
segala sesuatu karena manusia adalah ciptaan-Nya untuk mengabdi kepada-

4
Nya. Oleh karena itu, hak asasi manusia dalam Islam tidak semata- mata
menekankan pada hak asasi manusia saja, akan tetapi hak-hak itu dilandasi
kewajiban asasi manusia untuk mengabdi kepada Allah SWT sebagai Pencipta.

kewajiban yang diperintahkan kepada umat manusia dapat dibagi ke dalam


dua kategori yaitu huququllah dan huququl 'ibad. Huququllah (hak-hak Allah)
adalah kewajiban-kewajiban manusia kepada Allah SWT yang diwujudkan
dalam berbagai ibadah, sedangkan huququl 'ibad (hak-hak manusia) merupakan
kewajiban- kewajiban manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk-
makhluk-Nya yang lain. Hak-hak Allah SWT tidak berarti bahwa hak-hak yang
diminta oleh-Nya karena bermanfaat bagi-Nya, karena hak-hak itu bersesuaian
dengan hak-hak makhluk-Nya (Hussain, 1996.54).

Manusia diciptakan oleh Allah hanya untuk mengabdi kepada Allah, dalam (QS.
az-Zāriyāt/51: 56) disebutkan:

‫س إ ِّ َّل لِّ ي َ ع ب ُد ُو ِّن‬ ُ ‫َو َم ا َخ ل َ ق‬


ِّ ‫ت ال ِّج َّن َو‬
َ ‫اْل ن‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.”

Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban mengikuti ketentuan ketentuan


yang ditetapkan oleh Allah.

2.3 Rumusan Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam


1. Hak hidup Hukum Islam memberikan perlindungan dan jaminan atas
hak hidup manusia.

5
2. Kebebasan dan kemerdekaan manusia merupakan bagian yang penting
dalam Islam.
3. Hak bekerja dan mendapatkan upah Bekerja dalam Islam tidak hanya
dipandang sebagai hak tetapi juga merupakan kewajiban.
4. Hak persamaan dan keadilan. Pada dasarnya semua manusia sama,
karena semuanya adalah hamba Allah.
5. Hak atas jaminan sosial. Dalam al-Qur‟an banyak dijumpai ayat-ayat
yang menjamin tingkat dan kualitas hidup minimum bagi seluruh
masyarakat.
6. Hak atas harta benda. Dalam ajaran Islam hak milik seseorang sangat
dijunjung tinggi.

2.4 Pelanggaran Hak Asasi Manusia


Semua agama menganggap pelanggaran HAM merupakan dosa besar, dan
tidak dapat ditoleransi. Segi historis Islam pernah mencatat dua kisah sahabat
Rasulullah SAW yang terkenal akibat menjadi korban maupun pelaku
pelanggaran HAM. Mereka adalah Khalifah Usman bin Affan dan Khalid bin
Walid, kedua kisah mereka dijadikan sebagai acuan tata-hukum terkait hak asasi
manusia di masa Rasulullah dan setelahnya. Kedua kisah sahabat di atas, baik
Khalifah Usman dan Khalid, merupakan sebuah gambaran dari kasus
pelanggaran HAM yang terjadi secara brutal pada tanggal 12-13 Mei 1998
maupun terhadap kasus terkait di Indonesia. Pelanggaran HAM masa lalu yang
masih dituntut untuk diselesaikan adalah kasus Tanjung Priok pada 1984,
penculikan aktivis pada 1997/1998, penembakan mahasiswa Trisakti, dan
sebagainya. Dari contoh pelanggaran HAM tersebut menciptakan tidak amanan
dalam masyarakat, merusak iklim perdamaian, dan memicu konflik yang lebih
besar.

2.5 Solusi dari pelanggaran HAM


Salah satu kendala bagi perlindungan dan penegakan hak asasi manusia
dalam masyarakat beragama yang sedang mengalami modernisasi adalah keraguan
dalam menyikapi hubungan antara agama dan sekulerisme. Hingga kini keduanya
dipahami sebagai domain yang berbeda, bahkan, berbenturan satu

6
dengan yang lain. Di bawah ini ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk
mencegah terjadinya pelanggaran HAM, yaitu:

1. Meningkatkan kerja sama antar golongan atau kelompok.


2. Memberikan jaminan HAM melalui peraturan dan perundang-undangan.
3. Meningkatkan profesionalisme pertahanan negara dan aparat keamanan.
4. Mengoptimalkan peran lembaga-lembaga pemerintah, seperti Komnas
HAM, KPAI, Komnas Perempuan, dan KPK.
5. Meningkatkan pengawasan dari lembaga politik dan masyarakat.
6. Menegakkan HAM dengan berbuat baik, seperti bertoleransi antar sesama
dan memupuk sikap tenggang rasa.
7. Meningkatkan persatuan dan kesatuan sehingga setiap orang memiliki rasa
yang erat satu sama lain.

2.6 Konsep Demokrasi dalam Islam


Kedaulatan mutlak dan keesaan Allah SWT yang terkandung dalam konsep
tauhid dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah memberikan
kerangka yang dengannya para cendikiawan belakangan ini mengembangkan teori
politik tertentu yang dapat dianggap demokratis. Abdurrahman Wahid mengatakan
bahwa Islam adalah agama demokrasi, dengan beberapa alasan; pertama, Islam
adalah agama hukum sehingga semua orang diperlakukan sama. Kedua, Islam
memiliki asas musyawarah (syura), untuk menyatukan berbagai keinginan dan
kehendak dalam masyarakat, syura merupakan cara yang efektif. Ketiga, Islam
selalu berpandangan untuk memperbaiki kehidupan (masalih umat). Keempat,
demokrasi juga mengedepankan prinsip-prinsip keadilan. Demokrasi Islam Bagian
tertentu yang dimaksud adalah bahwa demokrasi dalam Islam mengakui adanya
otoritas yang paling tinggi dari otoritas rakyat (manusia), yaitu otoritas agama atau
Tuhan. Artinya bahwa ada pembatasan hak-hak rakyat oleh kedaulatan Tuhan.
Dalam negara demokrasi, hubungan antara penguasa dan rakyat bukanlah
hubungan kekuasaan melainkan berdasarkan hukum yang menjunjung tinggi hak
asasi manusia (HAM).

Di dalam konsep demokrasi tercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap


kedaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan derajat manusia, dan kewajiban rakyat

7
sebagai pengemban pemerintah. Penjelasan mengenai demokrasi dalam rangka
konseptual Islam, banyak memberikan perhatian pada beberapa aspek khusus dari
ranah sosial dan politik. Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang
mengukuhkan konsep-konsep Islami yang sudah lama berakar yaitu musyawarah
(syura), persetujuan (ijmak), dan penilaian interpretatif yang mandiri (ijtihad).
Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia.
Masalah musyawarah ini dengan jelas juga disebutkan dalam (QS. As-Syura [42]:
38):

‫ص ََل ة َ َو أ َم ُر ه ُ م شُ و َر ٰى‬
َّ ‫َو ال َّ ِّذ ي َن اس ت َ َج ا ب ُوا لِّ َر ب ِّ ِّه م َو أ َق َ ا ُم وا ال‬
‫ب َ ي ن َ هُ م َو ِّم َّم ا َر زَ ق ن َا ه ُ م ي ُن فِّ ق ُو َن‬
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah;
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”

isinya berupa perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan apa pun untuk
menyelesaikan urusan mereka yang dipimpinnya dengan cara bermusyawarah.

(QS. Ali Imran [3]: 159) tentang musyawarah ini yaitu:

ِ‫ت ف َ ظًّ ا غَ لِ ي ظَ الْ ق َ لْ ب‬


َ ْ‫ت ل َ هُ ْم ۖ َو ل َ ْو ك ُ ن‬
َ ْ‫ف َ ب ِ َم ا َر ْح َم ٍة ِم َن َّللاه ِ لِ ن‬
‫س ت َغْ فِ ْر ل َ هُ ْم َو شَا ِو ْر ه ُ ْم ف ِ ي‬
ْ ‫ْف عَ نْ هُ ْم َو ا‬ ُ ‫ك ۖ فَاع‬ َ ِ‫ََل نْ ف َ ضُّوا ِم ْن َح ْو ل‬

‫ب الْ ُم ت ََو ِك لِ ي َن‬ َ ‫اْل َ ْم ِر ۖ ف َ إ ِذ َا عَ زَ ْم‬


ُّ ‫ت ف َ ت ََو كه ْل عَ ل َ ى َّللاه ِ ۚ إ ِ هن َّللاه َ ي ُِح‬ ْ
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”

Dengan demikian, tidak akan terjadi kesewenang-wenangan dari seorang


pemimpin terhadap rakyat yang dipimpinnya. Oleh karena itu, "perwakilan rakyat"
dalam sebuah negara tercermin dalam doktrin musyawarah (syura). Dalam

8
bidang politik umat Islam mendelegasikan kekuasaan mereka kepada penguasa, dan
pendapat mereka harus diperhatikan dalam menangani masalah negara (John
L.Esposito, 1991:149).

Dalam (Q.S Al-Hujurat Ayat 13)

‫ارفُوا ا َِّّن‬ ُ ‫اس اِّ َّنا َخلَق ٰن ُكم ِّمن ذَ َكر َّواُن ٰثى َو َج َعل ٰن ُكم‬
َ ‫شعُوبًا َّوقَ َب ۤا ِٕى َل ِّلتَ َع‬ ُ ‫ٰ ْٓياَي َها ال َّن‬
‫ع ِّليم َخ ِّبير‬ َ ٰ ‫ّللا اَت ٰقى ُكم ا َِّّن‬
َ ‫ّللا‬ ِّ ٰ َ‫اَك َر َم ُكم ِّعند‬
”Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui, Maha teliti.”

Di samping musyawarah, ada hal lain yang sangat penting dalam masalah
demokrasi yakni konsensus atau ijmak. Konsensus memainkan peran yang
menentukan dalam perkembangan hukum Islam dan memberikan sumbangan
sangat besar pada hukum atau tafsir hukum. (Hamidullah, 1970.130).

Dalam pengertian yang lebih luas, konsensus dan musyawarah sering


dipandang sebagai landasan yang efektif bagi demokrasi Islam modern Konsep
konsensus memberikan dasar bagi penerimaan sistem yang mengakui suara
mayoritas (John L.Espositi & John O. Voll, 1999:34).

Selain syura dan ijmak ada konsep yang sangat penting dalam proses demokrasi
Islam yakni ijtihad Bagi para pemikir Muslim upaya ini merupakan langkah kunci
menuju penerapan perintah Tuhan di suatu tempat atau waktu. Musyawarah,
konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi
artikulasi demokrasi Islam dalam kerangka keesaan Tuhan dan kewajiban-
kewajiban setiap manusia sebagai khalifah-Nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak
diperdebatkan maknanya namun lepas dari ramainya perbedaan maknanya di dunia
Islam, istilah-istilah ini memberi landasan yang efektif untuk memahami hubungan
antara Islam dan demokrasi di dunia kontemporer (John L.Esposito & John O.Voll,
1999:36).

9
Teori politik Islam menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin
harus dipilih oleh rakyat, tunduk pada syariah, dan berkomitmen untuk
mempraktekkan "syura", sebuah bentuk konsultasi khusus yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW yang dapat ditemukan dalam berbagai hadits dengan
komunitas mereka.

2.7 Perbedaan Demokrasi Islam dan Barat


Konsep demokrasi dalam Islam pada umumnya tidak jauh berbeda sebagaimana
yang digagas dalam demokrasi Barat. Namun, ada bagian tertentu yang menjadi
pembeda antara demokrasi Islam dengan demokrasi Barat. Bagian tertentu yang
dimaksud adalah bahwa demokrasi dalam Islam mengakui adanya otoritas yang
paling tinggi dari otoritas rakyat (manusia), yaitu otoritas agama atau Tuhan.
Artinya bahwa ada pembatasan hak-hak rakyat oleh kedaulatan Tuhan. Konsep
demokrasi Islam telah digagas oleh banyak pemikir Islam. Konsep yang dibangun
ada kaitannya dengan konsep syura.

2.8 Pandangan Ulama tentang Demokrasi


Dalam hal ini al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya,
Islam tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada
rakyat untuk menetapkan segala hal. Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus
produk dari pertentangan Barat terhadap agama sehingga cenderung sekuler.

Muhammad Imarah Menurut beliau Islam tidak menerima demokrasi secara


mutlak dan juga tidak menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan
legislatif (membuat dan menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat.
Sementara, dalam sistem syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang
Allah.

2.9 Ciri Khas Demokrasi Modern


ciri khas dalam demokrasi modern adalah suara mayoritas menentukan satu
keputusan, baik pemimpin maupun penetapan undang-undang melalui lembaga
legislatif. Islam juga mengagungkan suara mayoritas.

10
2.10 Prinsip Demokrasi
Menurut Sadek, J. Sulaymân, dalam demokrasi terdapat sejumlah prinsip yang
menjadi standar baku. Di antaranya:

1. Kebebasan berbicara setiap warga negara.


2. Pelaksanaan pemilu untuk menilai apakah pemerintah yang berkuasa layak
didukung kembali atau harus diganti.
3. Kekuasaan dipegang oleh suara mayoritas tanpa mengabaikan kontrol minoritas
4. Peranan partai politik yang sangat penting sebagai wadah aspirasi politik rakyat.
5. Pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
6. Supremasi hukum (semua harus tunduk pada hukum).
7. Semua individu bebas melakukan apa saja tanpa boleh dibelenggu.

Pentingnya demokrasi dalam islam adalah untuk menentukan perkara sesuai


dengan syariat yang paling menguntungkan bagi Rakyat. Dengan penerapan syariat
maka hukumhukum batil warisan negara barat akan hilang dengan sendirinya.
demokrasi di indonesia sebagian sudah sesuai dengan demokrasi islam.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukuman dalam Islam memiliki landasan yang sangat kokoh, yaitu al-
Quran dan Sunnah Nabi saw. juga, bukan berdasarkan dugaan dugaan manusia
semata mengenai hal-hal yang dirasa adil. Ini menunjukkan kepastian hukum juga
jelas dalam Hukum Islam. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada
manusia yang diberikan langsung oleh Tuhan yang maha pencipta. Perbedaan
prinsip antara konsep HAM dalam pandangan Barat dan Islam adalah bahwa HAM
menurut Barat bersifat antroposentris artinya segala sesuatu berpusat pada manusia,
sedangkan HAM dalam Islam bersifat teosentris artinya segala sesuatu berpusat
pada Tuhan.

konsepsi mengenai demokrasi yang terdapat dalam Al-Qur‘an adalah syūrā.


Dalam syūrā terdapat norma yang mengatur tentang keharusan untuk melakukan
musyawarah di dalam urusan-urusan duniawi, baik urusan keluarga, muamalah,
maupun urusan bidang politik. Konsep demokrasi dalam bentuk syūrā disebutkan
dalam QS. Āli ‗Imrān (3): 159, dan QS. Al-Syūrā (42): 38. Dari sisi lain, dapat pula
diketahui bahwa terdapat empat poin hubungan ayat ayat Al-Qur‘an tentang
demokrasi dan demokrasi masa kini. Pertama, kewajiban melakukan temu pendapat
dan melarang diktator. Kedua, kebebasan mengeluarkan pendapat. Ketiga,
menghargai pendapat yang lebih unggul dari hasil musyawarah. Keempat, suara
mayoritas diperhitungkan dengan melindungi hak-hak minoritas. Hukum dan ham
demokrasi dalam islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari
agama Islam atau dari dasar hukum islam. konsepsi hukum dan ham demokrasi
dalam islam, dasar kerangkanya ditetapkan oleh Allah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ashri, M. (2018). HAK ASASI MANUSIA Filosofi, Teori & Instrumen Dasar.
Makassar: CV. Social Politic Genius (SIGn).
Asiah, N. (2017). HAK ASASI MANUSIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM.
Jurnal Syari’ah dan Hukum Diktum, Volume 15, Nomor 1, Juni 2017 , 55-
66.
Bahrawi, M. M. (2011). Islam dan Hak Asasi Manusia dalam pandangan
Nurcholish Madjid. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
DR. HM. Zainuddin, M. (2013, November 8). ISLAM DAN DEMOKRASI.
islam-dan-demokrasi.html, p. 1.
Drs.H.Rois Mahfud, M. (2011). AL-ISLAM Pendidikan Agama Islam. Erlangga.
Mushlihin, I. A. (2016, april 08). DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA
(HAM) DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA HUKUM
ISLAM (Telaah Pemikiran Khaled Abou El-Fadl). p. 1.
Qurbani, Z. A. (2016). Islam dan hak asasi manusia . Jakarta: Citra.
Samsul Bahri, d. (2021). Konsepsi Demokrasi menurut Al-Qur’an.
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/tafse/article/download/10301/pdf,
283-296.
Setyawaty, L. (2013). Makalah Hukum HAM dan Demokrasi Menurut Islam.
makalah_hukum_ham_dan_demokrasi_menurut_islam.html, 1.
https://hi.fisipol.ugm.ac.id/iis_brief/kasus-ahok-vs-kelompok-islam-radikal-
dalam-kaca-mata-demokrasi-agonis/
https://uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/islam-dan-demokrasi.html

13

Anda mungkin juga menyukai