Anda di halaman 1dari 25

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1. Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu Ergos yang berarti bekerja dan Nomos yang berarti hukum alam, jadi ergonomi dapat bermakna bermakna sebagai ilmu yang meneliti tentang perkaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya ( the scientific study of the relationship between man and his working environment). Sasaran dari ergonomi sudah jelas, yaitu bahwa agar tenaga kerja dapat mencapai prestasi kerja yang tinggi (efektif) tetapi dalam suasana yang tentram, aman dan nyaman. Dahulu sebelum ergonomi diperkenalkan, peningkatan prestasi kerja dilakukan dengan penelitian kerja (work study atau time and motion study) yang diperkenalkan oleh Gilbert beserta istrinya. Dengan penelitian kerja itu, produktivitas kerja diupayakan untuk meningkat dengan jalan memperbaiki metode kerja atau prosedur penyelesaian pekerjaan yang lebih efektif. Sesudah metode dan prosedur kerja baru ditetapkan, karyawan harus dilatih untuk terampil dalam menerapkan metode atau prosedur yang baru tersebut sehingga mampu menghasilkan produk lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat (efisien). Penelitian kerja biasanya dilakukan atas bidang pabrikasi yang membuat produk berupa barang ataupun jasa. Penelitian yang dilakukan atas bidang perkantoran, walaupun prosesnya sama saja dengan yang dilakukan di dalam pabrik, kita kenal dengan nama organisasi dan metode (Organization and Method) yang sering disingkat dengan O & M. terhadap upaya untuk menjamin terlaksananya proses penyelesaian tugas-tugas administratif dilakukan pula penelitian dan pengembangannya dan diberi istilah sistem dan prosedur ( System and Procedures). Apa yang belum diliput dalam peningkatan produktivitas dengan penelitian kerja, O & M, serta S & P itu ialah unsur suasana lingkungan kerja yang tentram, aman dan nyaman. Dengan ditambahkannya ergonomi kepada
6

penelitian kerja, O & M, dan S & P, produktivitas kiranya bisa semakin meningkat, bertahan dan berkembang terus dalam jangka waktu yang panjang. Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasarkan sekedar suatu hal yang sudah biasa terjadi dan hal itu benar jika sekiranya suatu keuntungan yang besar bisa didapat hanya sekedar dengan penerapan suatu prinsip yang sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus dimana ergonomi belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain (design), akan tetapi masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia. Karakteristik fungsional dari manusia seperti kemampuan dari penginderaan, waktu respon/tanggapan, daya ingat, posisi optimum tangan dan kaki untuk efisiensi kerja otot, dan lain-lain merupakan suatu hal yang belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat awam. 2.1.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi Pada zaman dahulu ketika masih hidup dalam lingkungan alam asli, kehidupan manusia sangat tergantung pada kegiatan tangannya. Alat-alat, perlengkapanperlengkapan, atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk tempat serta alat untuk berlindung dari ganasnya alam pada saat itu serta bertahan dari serangan makhluk lain yang lebih kuat (hukum alam). Perubahan waktupun terjadi walaupun secara perlahan-lahan, yang menuntut untuk perubahan manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut yang digunakan untuk bertahan hidup. Perubahan pada alat sederhana ini, menunjukan bahwa telah terjadi perubahan yang signifikan terhadap kebudayaannya yang ditandai dengan berusahanya mereka dalam memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan dan menggerakan pemakaiannya. Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan hal tersebut dari abad ke abad. Namun hal tersebut berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-

kadang hanya secara kebetulan. Barulah di abad ke-20 ini orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan tersebut dan secara khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut Ergonomi. Pada dasarnya, Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman. Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang sangat kompleks. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau dari segi ilmu saja. Oleh sebab itulah untuk mengembangkan Ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai disiplin, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Psikologi, Antropologi, Faal Kerja, Bioloigi, Sosiologi, Perencanaan kerja, Fisika, dan lain-lain.

Masing-masing disiplin tersebut berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada mulanya, Ergonomi banyak dikuasai oleh para akhli psikokogi, dimana pada saat itu pemilihan operator merupakan hal yang paling diutamakan. Tetapi ternyata walaupun kita mendapatkan para operator yang berprestasi dan mempunyai keahlian tinggi, lambat laun terbukti hasil akhir secara keseluruhan ternyata kurang memuaskan. Hal tersebut terbukti dengan nyata pada saat perang dunia II. Pesawat terbang, senjata dan peralatan lainnya, yang dibuat serba otomatis, menjadi tidak begitu ampuh kegunaannya disebabkan tidak lain adalah karena operator/prajurit tidak mampu menguasai operasi yang kompleks dari alat dan

senjata tersebut. Sejarah perang banyak menunjukan bahwa selama perang berlangsung banyak dijumpai bom-bom dan peluru-peluru yang tidak mengenai sasaran, hancurnya pesawat-pesawat terbang, kapal-kapal dan persenjataan persenjataan lainnya. 2.1.2. Bidang Kajian Ergonomi Pada berbagai sumber literatur, bidang kajian Ergonomi tidak berbeda secara signifikan, perbedaan hanya menyangkut pengelompokan bidang kajian. Pengelompokan bidang kajian yang lengkap dan mencakup seluruh prilaku manusia dalam bekerja adalah kajian Ergonomi yang dikelompokkan oleh Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana. Kajian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Antropometri Antropometri adalah cabang ergonomi yang mengkaji masalah dimensi tubuh manusia. Informansi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk merancang sistem kerja yang ergonomis. Data Antropometri selalu berbeda untuk setiap individu. Perbedaan itu merupakan suatu kodrat bahwa tidak ada manusia yang sama dalatn segala hal. 2. Faal Kerja

Perilaku manusia yang dibahas dalam Faal kerja adalah reaksi tubuh selama bekerja, khususnya mengenai energi yang dikeluarkannya. Hal-hal yang banyak dibahas dalam Faal kerja manusia adalah kelelahan (fatigue) kerja otot. 3. Biomekanika Kerja

Biomekanika kerja mengkaji perilaku manusia dalam aspek-aspek mekanika gerakan. Objek penelitian sehubungan dengan masalah biomekanika ini adalah kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota badan, serta daya tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap beban. 4. Penginderaan

Manusia pada dasarnya memiliki lima indera utama, yaitu indera penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera peraba

10

(kulit), serta indera perasa (lidah). Dalam ergonomi, penglihatan dan pendengaran dikaji untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan indera tersebut dalam merespon informasi dari sitem kerja. 5. Psikologi Kerja

Psikologi kerja membahas masalah-masalah kejiwaan yang ditemukan di tempat kerja, yakni menyangkut faktor diri manusia. Faktor tersebut diantaranya: kebiasaan, jenis kelamin, usia, sifat dan kepribadian, sistem nilai, karakteristik fisik, minat, motivasi, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Masalah faktor diri ini dikaji sebagai bagian dari ergonomi, karena pada setiap individu manusia terdapat faktor diri yang khas sebagai bawaan lahir (kodrat tuhan). Ketidakcocokan seorang pekerja dan tuntunan pekerjaan yang dihadapinya dapat menimbulkan tekanan (stress) dan rendahnya motivasi untuk bekerja, sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas atau hasil kerja yang dihasilkan. 2.2. Lingkungan Fisik Tempat Manusia Bekerja Manusia dalam melakukan pekerjaannya selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang timbul dari dalam pribadinya atau mungkin juga dari pengaruh luar. Salah satu faktor yang datang dari luar adalah lingkungan kerja dimana manusia melaksanakannya kegiatannya. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melaksanakan kegiatannya dengan optimal artinya melakukan pekerjaan dengan baik dan benar. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut, dapat terlihat akibatnya dalam jangka waktu tertentu. Sebagaimana diketahui, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja, diantaranya adalah temperatur (suhu), kelembaban, sirkulasi udara, kebisingan, getaran mekanis, warna, bau-bauan dan pencahayaan. 2.2.1. Temperatur Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda-beda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal ini dengan suatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat

11

menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuhnya walaupun terdapat batasan untuk tubuhnya. Kondisi yang berhubungan dengan temperatur merupakan hal yang penting yang dapat mempengaruhi prestasi kerja yang berkaitan dengan kegiatan mental dan fisik (Buffa, 1975). Temperatur sebenarnya merupakan arus udara dengan kandungan kadar air tertentu yang mengalir pada suatu daerah tertentu. Temperatur yang berada di bawah normal ataupun yang berada di atas normal, akan berpengaruh terhadap aspek fisiologis maupun aspek psikologis. 2.2.2. Kelembaban Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasanya dinyatakan dengan persentase. Kelembaban ini sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udaranya, dan memang secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan bergerak udara radiasi dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembabannya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan dan pengaruh lain ialah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Sebagaimana kita ketahui, bahwa tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuhnya dengan suhu sekitarnya. 2.2.3. Sirkulasi Udara Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti kata kita cukup mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang bisa mengganggu kesehatan, harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih, yang dilakukan melalui ventilasi udara. Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara telah berkurang dan telah bercampur dengan gas-gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara disekitar kita dapat dirasakan

12

dengan sesaknya pernapasan kita dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan mempercepat proses kelelahan selain itupun, apabila hal ini terjadi secara terus menerus akan menyebabkan penurunan performansi kerja seorang pekerja dan akan berakibat pada output atau hasil kerja yang kurang optimal (penurunan produktivitas). Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari hal tersebut adalah dengan menanam tanaman-tanaman hijau yang akan mempengaruhi psikologis si pekerja perasaannya dan secara langsung tanaman tersebut menjadi sumber oksigen tambahan, hal tersebut dapat mempengaruhi performansi kerja si pekerja menjadi lebih baik dan hasil kerjanya akan optimal. 2.2.4. Kebisingan Kebisingan adalah salah satu dari polusi karena dalam jangka panjang bunyibunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa mengakibatkan kematian. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu lama, intensitas dan frekuensinya. Makin lama telinga kita mendengarkan kebisingan, makin buruk akibatnya bagi kita, diantaranya pendengaran yang makin kurang. Berikut ini adalah intensitas bunyi ( decibel) dan lamanya dapat diperdengarkan (jam). 2.2.5. Getaran Mekanis Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ketubuh kita dan menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan bagi tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas dan frekuensi getarnya. Secara umum getaran mekanis ini dapat mengganggu tubuh dalam hal: 1. 2. 3. Mempengaruhi konsentrasi bekerja. Mempercepat datangnya kelelahan. menyebabkan timbulnya beberapa penyakit, diantaranya gangguan terhadap mata, syaraf, peredaran darah, otot-otot, tulang-tulang dan lain-lain.

13

2.2.6. Warna Maksudnya ialah warna tembok ruangan tempat kerja, dimana warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat obyek, juga warna disekitar tempat kerja berpengaruh secara psikologis bagi para pekerja. Tiap warna memberikan pengaruh secara psikologis yang berbeda-beda terhadap manusia. Beberapa pengaruh warna tembok ruangan, diantaranya: 1. 2. 3. 4. 5. Warna merah bersifat merangsang. Warna kuning memberikan kesan yang luas atau lega. Warna hijau atau biru memberikan kesan yang sejuk, aman dan menyegarkan. Warna gelap memberikan kesan sempit. Warna terang memberikan kesan leluasa.

Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit, warna yang sesuai (terang) dapat menghilangkan warna tersebut, hal ini secara psikologis menguntungkan karena kesan sempit cenderung menimbulkan ketegangan. Dengan sifat-sifat itulah pengaturan ruangan tempat kerja perlu diperhatikan, sedangkan dalam arti luas warna ruangan tersebut harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya. 2.2.7. Bau-bauan Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, apalagi kalau bau-bauan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat mengganggu konsentrasi bekerja, secara lebih jauh bisa mempengaruhi kepekaan penciuman. Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor yang mempengaruhi kepekaan dan ketajaman penciuman. Pemasangan Air Conditioning (AC) merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja. 2.2.8. Pencahayaan Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan yang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan. Pencahayaan yang terlalu suram,

14

mengakibatkan mata pekerja makin cepat lelah karena mata akan berusaha untuk bisa melihat, dimana lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata, karena bisa menyilaukan. 2.3. Sistem Indera Penglihatan Susunan sistem indera penglihatan secara garis besar terdiri dari: 1. 2. 3. Kedua mata (the eye). Saraf optik, yaitu saluran saraf yang menghubungkan mata dengan otak ( the visual pathway). Pusat penglihatan dalam otak (visural korteks).

Disamping itu terdapat organ-organ aseseori yang penting untuk melindungi dan mempertahankan fungsi mata, yaitu kelopak mata, bulu mata, alis dan kelenjar air mata. 2.3.1. Bagian-bagian Mata Mata merupakan bagian indera yang fungsinya hanya terbatas pada menerima dan menyiapkan rangsang agar dapat diteruskan ke pusat-pusat penglihatan yang terletak di dalam otak. Mata merupakan organ penglihat (apparatus visual) yang bersifat peka cahaya (foto sensitif). Bagian bola mata manusia yang bertedah ke permukaan anterior hanya seperenam bagian saja. Sedangkan sisanya terlindung dalam orbita mata. Secara anatomi, bola mata dapat dibedakan menjadi tiga lapisan dari luar ke dalam, antara lain: 1. Sklera (selaput putih) Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat, berfungsi untuk bagian-bagian dalam bola mata dan untuk mempertahankan kekakuan bola mata. 2. Kornea

Kornea merupakan selaput bening yang melapisi bagian anterior bola mata. Kornea juga merupakan jalan masuk cahaya pada mata dengan menempatkannya

15

pada

retina.

Lapisan

luar

kornea

ditutup

oleh

lapisan

epitel

yang

berkesinambungan dengan epidermis yang disebut konjungtiva. 2.3.2. Lapisan Vascular Lapisan vascular pada sistem indera penglihatan terdiri dari tiga bagian, antara lain: 1. Koroid Merupakan menbran tipis yang mengandung pigmen dan melapisi permukaan sebelah dalam sklera. Koroid mengandung banyak pembuluh darah yang menyalurkan nutrisi ke retina. 2. Iris

Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata. Pada iris terdapat dua perangkat otot polos yang tersusun sirkuler dan radial. Iris berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang memasuki mata, dengan jalan membesarkan atau mengecilkan pupil, yaitu lubang yang terletak di tengah-tengah iris. Ketika mata berakomodasi untuk melihat benda yang dekat atau cahaya yang terang otot sirkuler berkontraksi sehingga pupil mengecil, begitu pula sebaliknya. Iris juga mempengaruhi warna mata seseorang, yaitu terkait dengan jumlah dan sifat pigmen yang terkandung di dalamnya. 3. Lensa

Lensa mata berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk dan memfokuskan cahaya pada retina. Lensa berada tepat di belakang iris dan tergantung pada ligamen suspensori. Bentuk lensa dapat berubah-ubah, diatur oleh otot siliaris. Ruang yang terletak diantara lensa mata dan retina disebut ruang viterus, berisi cairan yang lebih kental (humor viterus), yang bersama dengan humor akueus berperan dalam memelihara bentuk bola mata. 4. Retina

Retina adalah bagian mata vertebrata yang peka terhadap cahaya, merupakan lapisan terdalam dari bola mata. Bagian ini berfungsi untuk menerima cahaya,

16

mengubahnya menjadi impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik (II). Retina tersusun atas lapisan jaringan saraf (sebelah dalam merupakan bagian visual) dan lapisan berpigmen (sebelah luar merupakan bagian non visual). Lapisan jaringan saraf pada retina mengandung tiga daerah neuron yaitu: a. Neuron Fotoreseptor b. Neuron Bipolar c. Neuron Ganglion Neuron fotoreseptor berfungsi untuk menerima stimulus cahaya. Neuron fotoreseptor dapat dibedakan menjadi rods (sel batang) dan cones (sel kerucut). Sel batang mengandung pigmen rodospin yang dikhususkan untuk penglihatan hitam putih dalam cahaya redup, serta untuk membedakan gelap dan terang serta tidak dapat menghasilkan yang berwarna. Sedangkan sel kerucut mengandung pigmen iodopsin, yang dikhususkan untuk melihat benda berwarna dan dapat menghasilkan bayangan yang tajam dalam cahaya terang. Sel kerucut terpusat pada fovea sentral, suatu lekukan kecil pada makula lutea. Makula lutea (bintik kuning) terdapat pada bagian posterior retina, bersesuaian dengan sumbu visual mata. Bayangan hanya dapat direspon oleh mata, jika jatuh pada bintik kuning. Cahaya yang diterima oleh neuron-neuron fotoreseptor diubah menjadi impuls syaraf, kemudian dihantarkan ke neuron bipolar dan diteruskan ke neuron ganglion.

Gambar 2.1. Reseptor penglihatan mata (Sumber: www.bebas.vlsm.org)

17

2.4. Aspek Ergonomi Pada Stasiun Kerja Komputer Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ahli disimpulkan bahwa persoalan tentang kilauan (glare) dan kontras (contrast) lebih berpengaruh dibandingkan dengan keluhan yang disebabkan oleh arah iluminasi. Rancangan stasiun kerja yang sesuai harus dapat menempatkan keyboard dan tempat duduk pada ketinggian yang tepat. Kondisi rancangan stasiun kerja yang baik dapat meningkatkan kinerja operator. Terdapat dua faktor yang sangat mempengaruhi kinerja operator stasiun kerja, diantaranya: 1. 2. Sudut penglihatan berhubungan erat dengan beban pada leher, punggung dan bahu. Keyboard yang berhubungan dengan tekanan pada lengan dan tangan.

Empat aspek dasar yang berhubungan dengan ergonomik, yang berhubungan dengan fungsi penggunaan stasiun kerja, diantaranya: 1. 2. 3. 4. Berhubungan dengan lingkungan kerja. Berhubungan dengan durasi kerja. Berfokus pada tipe pekerjaan. Beban psikologis yang dihadapi pekerja selama mengerjakan pekerjaannya.

Aspek tersebut merupakan basis evaluasi empat aspek isu kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan, yang dilakukan menggunakan bantuan stasiun kerja. Aspek-aspek itu meliputi beban visual, beban otot, beban postur tubuh dan beban tekanan mental. 2.4.1. Faktor Pencahayaan Pada Stasiun Kerja Komputer Dalam penggunaan stasiun kerja yang banyak menggunakan layar tampilan seperti komputer, kilau yang ditampilkan oleh layar merupakan persoalan paling besar yang dapat mengurangi kenyamanan seorang pengguna komputer. Salah satu cara menghindari adanya kilau adalah dengan memasang filter anti kilau. Selain itu pencahayaannya pun harus diatur sedemikian rupa.

18

Untuk mencegah keluhan pada mata, tujuan dari perancangan pencahayaan tempat layar tampilan diletakkan adalah untuk: 1. 2. 3. 4. Menghindarkan pengguna dari cahaya terang langsung atau pantulannya. Memperoleh keseimbangan kecerahan yang ada pada pengguna. Menghindari cahaya langsung atau cahaya pantulan yang langsung mengenai layar tampilan. Memberikan keyakinan bahwa ada pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang tidak menggunakan layar tampilan. Secara garis besar, pencahayaan ruang stasiun kerja perlu memperhatikan beberapa faktor sebagai berikut: 1. 2. Jika mungkin tempatkan sumber cahaya sedemikian rupa sehingga pantulan cahaya pada layar dapat diminimalkan Gunakan penutup jendela yang mampu mengendalikan banyaknya cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan tersebut. Usahakan untuk menempatkan layar sedemikian rupa sehingga bagian samping layar tersebut menghadap jendela. 3. 4. 5. Tempatkan layar sedemikian rupa, sehingga kilauan yang disebabkan oleh sumber cahaya di atas kepala dapat dihindarkan. Hindarkan menggunakan sumber cahaya yang sangat terang. Gunakan cahaya tak langsung untuk menghindari adanya bintik cerah pada layar tampilan yang merupakan pantulan dari suatu sumber cahaya yang langsung mengenai layar. 2.4.2. Sistem Pencahayaan Sebagai Penunjang Performansi Kerja Kenyamanan dalam melakukan suatu pekerjaan terutama pekerjaan pada stasiun kerja komputer merupakan masalah kenyamanan visual bagi para pekerja yang ditentukan oleh performansi sistem pencahayaan yang ada. Tugas visual adalah objek yang harus dilihat atau dalam bidang pencahayaan, kenyamanan visual ditentukan oleh performansi sistem pencahayaan yang ada atau terpasang, antara lain:

19

1. 2. 3.

Apakah sistem pencahayaan tersebut memberikan tingkat pencahayaan yang cukup. Tidak menyilaukan. Dapat menampilkan warna asli dari tugas visual yang dilihat.

2.4.3. Fungsi Sistem Pencahayaan Fungsi utama dari sistem pencahayaan adalah: 1. 2. 3. Menyediakan lingkungan visual yang aman. Memungkinkan melihat tugas visual dengan mudah. Menyediakan lingkungan visual yang nyaman dan menyenangkan.

Fungsi sekunder dari sistem pencahayaan ini harus seefisien dan seefektif mungkin serta mudah dalam pembersihan dan pemeliharaannya. 2.4.4. Persyaratan Tingkat Pencahayaan Sistem pencahayaan yang baik untuk suatu lingkungan kerja adalah tercapainya tingkat pencahayaan, dinyatakan dalam lux yang cukup pada tugas visual. Dasar rekomendasi/standar tingkat pencahayaan adalah visibilitas tugas visual. Visibilitas ini tergatung pada adanya: 1. 2. 3. Kontras antara detil tugas visual dengan latar belakang. Ukuran detail dari tugas visual yang harus menjadi perhatian pekerja. Lamanya tugas visual yang harus dikerjakan.

2.4.5. Pemilihan Lampu Dalam pemilihan lampu, ada beberapa karakteristik yang harus menjadi perhatian, diantaranya: 1. 2. 3. 4. Spektrum cahaya yang dihasilkan lampu. Efikasi luminansi atau perbandingan antara keluaran cahaya dan masukan daya listrik yang dinyatakan dalam dalam Lumen/Watt. Umur lampu. Harga lampu.

20

Pengelompokan lampu: 1. 2. 3. Lampu pijar. Lampu TL. Lampu pelepasan berintensitas tinggi.

Jenis lampu pijar cocok/sesuai untuk dipakai pada suatu kondisi: 1. 2. 3. 4. Pencahayaan buatan (dengan menggunakan listik hanya digunakan pada saat tertentu misalnya kurang dari 3 jam/hari). Diperlukan peredupan (dimming) dan penyalamatian (switching) yang sering. Umur yang pendek tidak menjadi masalah. Cat umur lampu jenis ini rata-rata 1000 jam.

Jenis lampu TL cocok/sesuai untuk dipakai pada suatu kondisi: 1. 2. 3. 4. Pencahayaan buatan diperlukan untuk waktu yang lama. Permukaan yang harus dicahayai cukup luas dengan tinggi pemasangan (mounting height) yang rendah. Diperlukan efikasi luminansi yang tinggi dan tidak diperlukan pengendalian optis yang presisi. Umur cukup panjang sekitar 8000 jam.

Spesifikasi lampu pelepasan berintensitas tinggi: 1. 2. Harga sangat mahal. Memerlukan waktu 5-10 menit untuk menghasilkan cahaya secara penuh.

2.4.6. Pemilihan Armatur Armatur atau luminer adalah rumah lampu yang dirancang untuk: 1. 2. 3. Mengarahkan cahaya. Tempat untuk melindungi lampu. Menempatkan komponen-komponen listrik.

21

Kegunaan armatur: 1. 2. Untuk merubah distribusi intensitas cahaya dari lampu untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mengendalikan kecerahan (Brightness) dari lampu untuk mengurangi pengaruh silau yang tidak diinginkan. Cirri-ciri amatur yang baik, diantaranya: 1. 2. 3. 4. 5. Mempunyai konstruksi mekanis dan elektris yang baik serta terbuat dari bahan yang kuat. Mampu mengurangi luminansi yang tinggi untuk meminimalkan discomfort glare. Mempunyai disipasi panas yang cukup untuk mengurangi over heating lampu dan peralatan listrik lainnya. Mempunyai rasio keluaran cahaya yang tinggi dan dengan distribusi cahaya yang sesuai. Mudah dalam penginstalasian, pembersihan dan pemeliharaannya.

Cara-cara untuk melakukan pengendalian cahaya, diantaranya: 1. 2. 3. 4. Pantulan (dari permukaan logam yang dicat/dipoles). Refraksi (melalui bahan plastik atau gelas bening). Difusi (melalui bahan transluscent). Penghalangan cahaya (oleh bahan yang tidak tembus cahaya).

Jenis-jenis Kesilauan, antara lain: 1. 2. Discomfort glare yang menyebabkan ketidaknyamanan. Disability glare yang mengurangi kemampuan penglihatan tetapi tidak menyebabkan ketidaknyamanan Faktor-faktor yang menyebabkan kesilauan, diantaranya: 1. 2. 3. Luminansi sumber cahaya. Luminansi dari latar belakang. Ukuran sumber cahaya.

22

4. 5.

Posisi sumber cahaya (lampu, armatur, jendela dan cahaya matahari) dalam medan pandang. Pemantulan cahaya langit-langit, dinding dan permukaan lainnya.

2.5. Software Test Perhitungan Sederhana Dalam penelitian ini digunakan software test hitungan matematika sederhana yang telah dibuat sebelumnya oleh mahasiswa lulusan Teknik Industri UNIKOM untuk kepentingan penelitian mengenai performansi kerja pada stasiun kerja komputer. Dalam software tersbut terdapat operasi-operasi matematika diantaranya perkalian, penjumlahan, pengurangan dan pembagian untuk mendapatkan data yang terukur dari variabel kecepatan dan ketelitian kerja yang akan diteliti. Software ini dalam pengerjaannya membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi untuk menjawabnya. Software yang digunakan berisikan perhitungan matematika yang terdiri dari 100 soal, dimana data hasil dari lamanya waktu penyelesaian dan jumlah jawaban yang benar dapat disimpan langsung kedalam lembar microsoft office excel. Berikut ini adalah beberapa Task yang harus dijawab oleh para responden. 1. Task 1 Task 1 ini responden menjawab soal-soal penjumlahan, dimana responden hanya menuliskan bilangan terakhir saja dari setiap jawaban. Contoh: 9 + 10 = Jawaban dari soal diatas adalah 19, maka responden hanya menuliskan angka 9 saja dikolom jawaban. 2. Task 2

Task 2 ini responden mengerjakan soal pengurangan dari angka 0 sampai dengan angka 9. Responden menuliskan semua bilangan jawaban. Pada task 2 ini soal dibuat ada yang memiliki nilai berjawaban negatif dengan maksud agar user lebih teliti dalam mengerjakannya. Contoh: 3 - 7 = Jawaban dari soal diatas adalah -4, maka responden menuliskan angka -4 dikolom jawaban.

23

3.

Task 3

Task 3 responden mengerjakan soal-soal perkalian, dimana dalam kolom jawaban hanya dituliskan bilangan awal saja dari setiap jawaban soal. Contoh: 5 x 2 = Jawaban dari soal diatas adalah 10, maka responden hanya menuliskan angka 1 saja dikolom jawaban. 4. Task 4

Task 4 responden mengerjakan soal-soal pembagian, dimana dalam kolom jawaban hanya dituliskan bilangan awal saja dari setiap jawaban soal. Contoh: 3 / 6 = Jawaban dari soal diatas adalah 0.5, maka responden hanya menuliskan angka 0 saja dikolom jawaban. 2.6. Metode Pengambilan Sampel Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan ukuran sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Secara skematik teknik sampling ditujukan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2. Teknik Sampling (Sumber: Sugiyono, 2002)

24

Dari gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat dikelornpokkan menjadi dua yaitu Probability sampling dan Non probability sampling. Probability sampling meliputi 4 jenis, yaitu: 1. 2. 3. 4. Simple random sampling, Proportionate stratified random sampling, Dispropotionate stratified random sampling, Area (cluster) sampling.

Non probability sampling meliputi 4 jenis, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sampling sistematis, Sampling kuota, Sampling aksidental, Purposive sampling, Sampling jenuh, Snowball sampling.

2.6.1. Menentukan Ukuran Sampel Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan populasi. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil. Menentukan ukuran sampel yang sangat praktis, dapat menggunakan tabel dan nomogram. Tabel yang digunakan adalah tabel Nomogram Harry King. Dengan kedua cara tersebut tidak perlu dilakukan perhitungan yang rumit. Krecjie dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas tingkat kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai tingkat kepercayaan 95% terhadap populasi. Tingkat kepercayaan adalah tingkat kebenaran terhadap penelitian yang dilakukan yang dinyatakan dengan persen (%). Sedangkan tingkat ketelitian () merupakan peluang maksimum, dimana kita bersedia untuk menanggung resiko kesalahan jenis I.

25

Harry King rnenghitung sampel tidak hanya didasarkan kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15%. Tetapi jumlah populasi paling tinggi hanya 2000. Nomogram ini ditujukan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.3. Nomogram Harry King (Sumber: Sugiyono, 2002)

Contoh: Misalkan populasi yang diteliti sebanyak 122 orang. Bila dikendaki kepercayaan terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan 5%, maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 68% (berdasarkan garis yang ditarik tegak lurus antara ukuran populasi terhadap tingkat kesalahan). Jadi banyaknya sampel minimum yang harus diambil adalah: 68% x 122 = 82.96 sampel atau 83 sampel. Jadi, jumlah sampel minimum untuk populasi sebanyak 122 data dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan sebesar 5% adalah 83 data. Cara

26

menentukan ukuran sampel seperti dikemukakan diatas didasarkan atas asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. 2.7. Metode Statistika dalam Pengolahan Data Untuk memperoleh hasil yang optimal dari data yang telah dikumpulkan, maka perlu dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan metode statistika yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penggunaan metode statistika tersebut diharapkan dapat membantu mempermudah dalam pengolahan data. Metode-metode yang digunakan dalam pengujian statisika yang sesuai dengan penelitian ini diantaranya Uji chi-square (uji kenormalan data), uji T dua sampel berpasangan dan ANOVA one way test (uji ANOVA faktor tunggal). 2.7.1. Uji Keseragaman Data Dalam uji keseragaman ini digunakan grafik batas kontrol untuk mengetahui data sampel yang diambil dari populasi apakah telah seragam atau data dapat dianggap wajar. Jika data ada yang keluar dari batas kontrol maka data tersebut belum seragam dan perlu dilakukan revisi dengan menghilangkan data yang keluar dari batas kontrol tersebut untuk kemudian dilakukan pengujian keseragaman ulang. Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Menghitung rata-rata subgrup =

( )

Xi n

Menghitung rata-rata dari rata-rata subgrup X =

( )

X k

2 Menghitung standar deviasi ( ) = (Xi X ) (N 30) N

Menghitung besarnya batas kontrol atas ( BKA ) =X +3 * Menghitung besarnya batas kontrol bawah ( BKB) =X 3 *

Bila setelah perhitungan mash ada data yang terdapat diluar batas kontrol, maka hapuslah data yang diluar tersebut lalu lakukan perhitungan ulang.

27

2.7.2. Uji Chi-Square (Kenormalan Data) Pengujian statistik dengan metode Chi-square ini, digunakan untuk Goodness of Fit Test karena ukuran sampelnya tergolong besar atau lebih dari 30 ( 30). Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji kenormalan data dengan metode ini adalah: 1. 2. 3. Menentukan uji hipotesis, untuk hipotesis awal (H0) dan hipotesis bandingannya (H1). Menentukan kriteria penolakan, dalam hal ini tingkat signifikansi yang diujikan adalah sebesar 5% ( = 5% ). Melakukan uji statistik, diantaranya: a. b. Menentukan Range = Dmax-Dmin Menentukan jumlah kelas = 1 + 3.322 log n dengan: n = jumlah data. c. d. e. f. g. h. i. Menghitung interval =
Range Jumlah Kelas

Tentukan batas atas dan batas bawah kelas. Menghitung frekuensi setiap kelas. Menghitung nilai mean =

( )

fi.CM fi

Menghitung nilai P1 dan P2, dengan rumus:


P1 =1 (e) LCB/ UCB/

P 2 =1 (e)

, dengan e = 2.71828

Menghitung nilai probabilitas (P) = P2 - P1 Menghitung nilai frekuensi teoritis (Ei) = n.P Jika nilai Ei terlalu kecil untuk suatu kelas, maka nilai 2 akan terlalu ketat sehingga menimbulkan banyak penolakan terhadap H 0. Untuk menghindari kesalahan akibat pengujian 2 . Kita harus mengikuti aturan umum, yaitu frekuensi harapan paling sedikit harus 5. Jika suatu kelas interval memiliki frekuensi harapan <5, maka frekuensi tersebut harus dinaikkan dengan cara menggabungkannya dengan kelas yang berdampingan.

28

j. k. 4.

Menentukan nilai chi-square ( 2 ) = Menghitung nilai chi-square total.

(Oi Ei )2 , dengan Oi = frekuensi.


E i

Melakukan analisis perbandingan chi-Square hitung terhadap chi-square teoritisnya. Nilai chi-square teoritis dapat dilihat dari tabel chi-square untuk nilai dan derajat kebebasan (df) tertentu. Untuk nilai df = jumlah kelas 1. Jika chi-square hitung < chi-square teoritis, maka data berdistribusi normal.

2.7.3. Uji T Dua Sampel Berpasangan Pengujian statistik ini digunakan untuk membandingkan antara dua sampel yang berpasangan, dimana variansi kedua populasi tidak perlu sama. Untuk pengujian dua arah, hipotesis dan rumus yang digunakan adalah (Walpole, 1995): 1. Menentukan uji hipotesis, untuk hipotesis awal (H0) dan hipotesis bandingannya (H1). H0 : 1 = 2 atau D = 1 2 = 0 H0 : 1 2 atau D = 1 2 = 0 2. 3. Menentukan nilai t hitung
d0 (t hit ) = d S n d

Menghitung simpangan baku dari selisih pengamatan dalam suatu percobaan


2

n n n d 2 d 1 1 i = 1 (S ) = i = 1 d n(n 1)

4.

Menentukan daerah kritis: t < -t /2 dan t < t /2, derajat kebebasan = n 1. Keterangan:
1 , 2

: Rataan sampel berpasangan yang diamati : Selisih sampel yang berpasangan : Rataan selisih sampel yang berpasangan : Simpangan baku dari selisih pengamatan dalam satuan percobaan : Jumlah pengamatan

d
d
S d

2.7.4. ANOVA One Way Test (Uji ANOVA Faktor Tunggal)

29

Analisis of Varian (ANOVA) adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji kesamaan tiga atau lebih rataan sampel sehingga dapat dilakukan inferensi apakah sampel berasal dari populasi yang memiliki rataan yang sama (Walpole, 1995). ANOVA faktor tunggal menyatakan sampel acak berukuran n yang diambil dari masing-masing k populasi yang berbeda, sering diklasifikasikan menurut perlakuan berbeda, k populasi akan dianggap saling bebas dan berdistribusi normal dengan rataan 1 , 2 ,..., k dan variansi yang sama. Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji ANOVA faktor tunggal adalah: 1. Menentukan hipotesis awal
(H 0 ) = 1 = 2 = ... = k

dan

hipotesis

tandingannya (H1), untuk H1 paling sedikit dua diantara rataan tidak sama. Hipotesis nol menyatakan rataan ke k populasi lawan tandingan bahwa paling sedikit dua rataan ini tidak sama dengan () hipotesis yang setara:
H 0 : 1 = 2 = ... = k , dengan H1 paling sedikit satu diantara rataan tidak

sama dengan () nol. 2. Menentukan tingkat keberartian dan derajat kebebasan yang dihitung berdasarkan tabel distribusi f untuk nilai kritisnya. Hitung nilai masingmasing untuk Jumlah Kuadrat Total (JKT), Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP), Jumlah Kuadrat Galat (JKB) dan terakhir, ambil kesimpulan berdasarkan f hitungan yang dihasilkan.
Tabel 2.1. Contoh Acak
Xi 1 y11 y21 Perlakuan 2 i y21 yi1 y22 yi2 y1 1 Ti* k yk1 yk2 T

yin Jumlah T1*

y11 T2*

y11 Tk* T

Dengan perhitungan yang digunakan adalah:

Jumlah Kuadrat Total ( JKT ) =

i =1 j =1

Y0 2

T 2* * nk

2 Jumlah Kuadrat Perlakuan ( JKP ) = T i * i=n

T 2** nk

30

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT JKP


Tabel 2.2. ANOVA Faktor Tunggal
Sumber Variasi Perlakuan Jumlah Kuadrat JKP Derajat Kebebasan k-1
2

Rataan Kuadrat

f Hitungan

S1 =
S1 =
2

JKA k 1
JKG k(n 1)

S1 2 S2

Galat Total

JKG JKT

k(n-1) Nk-1

Anda mungkin juga menyukai