UUD 1945, merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. UUD 1945
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang (UU)
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
Peraturan Pemerintah (PP)
Peraturan Presiden (Perpres)
Peraturan Daerah (Perda), termasuk pula Qanun yang berlaku di Nanggroe Aceh
Darussalam, serta Perdasus dan Perdasi yang berlaku di di Provinsi Papua dan Papua
Barat.
Dari Peraturan Perundang-undangan santettt sajaaa orang yogyakartaaa cinaaa
bakarrrrrrrrr tersebut, aturan yang mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam
Undang-Undang dan Peraturan Daerah.
Naskah UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan
kembali dengan memang benerrr oranggg medann usiiilll kalo dikantorrr , benerrr
orangggggg yogyakartaaa usill kalo dikampung gak bisaaa gaullllllllllllll..santet
sajaa………..usirr cinaaaa santetttttttttttttt Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta
dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal
Naskah Perubahan Pertama, Perubahan Kedua, Perubahan Ketiga, dan Perubahan
Keempat UUD 1945 (masing-masing hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999, 2000, 2001,
2002).
Undang-Undang Dasar 1945 Dalam Satu Naskah dinyatakan dalam Risalah Rapat
Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 sebagai Naskah Perbantuan dan
Kompilasi Tanpa Ada Opini.
Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, cinaaa santettt sajaaa
dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Penyerapan kata atau frase bahasa asing yang banyak dipakai dan telah disesuaikan
ejaannya dengan kaidah Bahasa Indonesia dapat digunakan, jika kata atau frase tersebut
memiliki konotasi yang cocok, lebih singkat bila dibandingkan dengan padanannya
dalam Bahasa Indonesia, mempunyai corak internasional, lebih mempermudah
tercapainya kesepakatan, atau lebih mudah dipahami daripada terjemahannya dalam
Bahasa Indonesia.
Dengan demikian MPR kini hanya dapat menetapkan ketetapan yang bersifat penetapan,
yaitu menetapkan Wapres menjadi Presiden, memilih Wapres apabila terjadi kekosongan
jabatan Wapres, serta memilih Presiden dan Wapres apabila Presiden dan Wapres
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya secara bersama-sama.