Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan satu dari 4 species dari genus plasmodium,

yaitu P. falcifarum, P.vivax, P. malaria dan P. ovale. Empat puluh persen dari populasi dunia berisiko terinfeksi. Malaria merupakan penyebab utama kematian di beberapa negara tropis dan subtropis1. Menurut WHO pada tahun 2009 diperkirakan terdapat 225 juta kasus malaria didunia. Jumlah kasus tersebut diperkirakan telah meningkat dari tahun 2000 - 2005. Kasus malaria di Asia Tenggara diperkirakan mencapai 34 juta jiwa, di Indonesia kasus malaria dilaporkan mencapai 544.4702. Tantangan utama pengobatan saat ini adalah munculnya resistensi terhadap kloroquin. Species yang dilaporkan mengalami resistensi secara luas adalah P.falcifarum. Plasmodium sp. dilaporkan dapat menghasilkan gen-gen ekspresi tertentu yang menyebabkan dapat bertahan dari obat-obat malaria4. Echinacea merupakan salah satu tanaman herbal yang mempunyai manfaat sebagai imunomodulator. Kandungan echinacea antara lain cichroid acid, alkalamide, serta polysacarida yang dapat meningkatkan imunitas tubuh5. Penelitian ini ingin mengetahui efek pemberian echinacea terhadap perubahan gambaran histologi pada lien mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei. Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah pemberian echinacea mempengaruhi keberadaan parasit dan aktivitas makrofag pada gambaran histologi lien mencit swiss yang di infeksi Plasmodium berghei? Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui efek pemberian echinacea terhadap perubahan gambaran histologi pada lien mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei. Tujuan khusus adalah mengetahui persebaran jumlah dan aktivitas sel mikroglia pada otak mencit yang di infeksi Plasmodium berghei. Bahan dan Cara Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik murni, dengan pendekatan the post test control group design yang menggunakan mencit strain DDI sebagai subjek penelitian. Jumlah mencit yang digunakan sebagai sampel adalah enam belas ekor dengan empat ekor pada setiap kelompok perlakuan. Semua mencit dalam kelompok perlakuan diinfeksi dengan Plasmodium berghei. Terdapat empat kelompok perlakuan, yaitu: kelompok kontrol negatif (tidak diberi terapi), kelompok kontrol positif (klorokuin selama 3 hari dengan dosis 1,56 mg), kelompok PI (ekstrak echinacea 0,65 mg selama 5 hari), kelompok PII (ekstrak echinacea 1,3 mg selama 5 hari). Semua mencit diambil organ lien kemudian dibuat preparat histologi pada akhir penelitian. Sebagai kriteria inklusi adalah mencit yang memenuhi kriteria tertentu, yaitu jenis kelamin betina, strain DDI, usia antara 2,5-3 bulan, berat badan antara 20-30 gram, dan sehat. Kriteria eksklusi ditetapkan dengan kriteria tertentu, yaitu Tidak terjadi malaria setelah dilakukan inokulasi dan terjadi infeksi selain malaria. Sebagai variabel independen adalah ekstrak echinacea. Variabel dependen adalah jumlah parasit Plasmodium berghei dan aktivitas makrofag pada lien mencit. Variabel terkendali adalah umur mencit, spesies mencit, infeksi sekunder

dan ketelitian pengamatan. Variabel tidak terkendali adalah variasi genetik dan metabolisme mencit. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan ohauss, spuit injeksi, sonde, mikroskop, mikrometer, pisau bedah, dan tabung dengan penutup. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Echinacea, klorokuin, aquades, dan formalin 10%. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY serta Laboratorium Patologi Anatomi FKH-UGM. Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan. Pelaksanaan diawali mengaklimatisasi mencit terlebih dahulu selama 1 minggu. Lalu diinfeksi Plasmodium berghei. Mencit pada kelompok kontrol positif diberikan klorokuin sebanyak 1,56 mg/ekor selama dua hari pertama dan pada hari ketiga dosis diturunkan menjadi 0,8 mg/ekor. Mencit pada kelompok P1 diberikan echinacea sebanyak 0,65 mg/ekor selama 5 hari. Mencit pada kelompok P2 diberikan echinacea sebanyak 1,3 mg/ekor selama 5 hari. Klorokuin dan echinacea diencerkan dengan akuades 1 ml lalu diberikan kepada mencit menggunakan sonde ukuran 1 ml. Setelah hari kelima, euthanasia dilakukan dengan pemberian eter 35%. Organ lien diambil dan dibuat preparat histologi di Laboratorium Patologi Anatomi FKHUGM. Data yang diperoleh berupa data numerik dan ordinal sehingga dianalisis secara statistik dengan menggunakan non-parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan Mann-Whitney yang menggunakan program SPSS for Windows Release 16.06. Hasil Penelitian Hasil penelitian didapatkan dari pengamatan adanya parasit pada lien mencit, serta pengukuran jarak dua pulpa alba untuk menentukan lebar dari pulpa rubra untuk mengetahui peningkatan aktivitas makrofag. Tabel 1 merupakan hasil Uji Kruskal-Wallis untuk jumlah parasit. Tabel 1 Adanya parasit Plasmodium berghei pada lien mencit Kelompok K(-) Kontrol Negatif K(+) Kontrol positif P I (Perlakuan I) Echinacea 0,65 mg No hewan uji 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Parasit pada lien Ada P sedang ada P sedang ada P sedang ada P sedang Ada P sedikit Ada P sedikit Ada P sedikit Ada P sedang ada P banyak ada P sedikit ada P banyak ada P banyak P

0, 027

P II (Perlakuan II ) Echinacea 1,3 mg

1 2 3 4

ada P banyak ada P sedikit ada P banyak ada P banyak

Dari hasil analisis KruskalWallis test diperoleh nilai p=0,010 (p < 0,05), berarti dari perhitungan analisis terdapat perbedaan pengaruh pemberian echinacea pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei dengan dosis rendah 0,65 mg dan dosis tinggi 1,3 mg setiap hari selama 5 hari. Pemberian echinacea dimaksudkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh mencit terhadap infeksi malaria. Tabel 2 Hasil uji Mann Whitney antar kelompok perlakuan. No 1 2 3 4 5 6 Perbandingan Kelompok K negatif & K positif K negatif & perlakuan I K negatif & perlakuan II K positif & perlakuan I K positif & perlakuan II Perlakuan I & perlakuan II P 0,010 0,011 0,046 0,040 0,350 0,405

Uji Mann-Whitney dilakukan bertujuan untuk mengetahui perbandingan kelompok manakah yang paling efektif dalam memberantas parasit pada lien mencit. Dari tabel di atas, nilai siginifikan didapatkan pada perbandingan kelompok kontrol negatif dengan tiap kelompok (p<0,05), sedangkan perbandingan control positif dengan perlakuan dua serta perbandingan perlakuan I dan II tidak memperoleh hasil signifikan (p>0,05). Tabel 3 Jarak antara dua pulpa alba pada lien mencit.

Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat hasil signifikan No Rata-rata rata-rata Hewan jarak jarak P Kelompok Uji terlebar (m) tersempit(m) P lebar sempit K(-) 1 47 7,67 Kontrol 2 28,33 11,33 Negatif 3 32,33 12,67 4 60,67 30,67 K(+) 1 37,67 21,33 Kontrol 2 51 30,33 positif 3 45,33 28 0, 010 0, 177 4 48,67 35,67 P I (Perlakuan I) 1 77.67 27.33 Echinacea 2 79.33 24,67 0,65 mg 3 78.33 20,00 4 67.33 24,67 P II (Perlakuan II) 1 83,67 18,87 Echinacea 2 72 23,67 1,3 mg 3 79 22,33 4 72,33 22,33 pada pelebaran jarak pulpa rubra (p=0,010), sedang pada jarak tersempit tidak didapat hasil signifikan p=0,177 (p>0,05).Hal tersebut menunjukkan pemberian echinacea dapat memberikan perbedaan bermakna dibandingkan dengan kelompok yang lain. Tabel 4 Hasil uji Mann Whitney antar kelompok berdasar jarak dua pulpa alba. No Perbandingan Kelompok P lebar P sempit 1 K negatif & K positif 0,564 0,149 2 K negatif & perlakuan I 0,021 0,245 3 K negatif & perlakuan II 0,020 0,245 4 K positif & perlakuan I 0,021 0,146 5 K positif & perlakuan II 0,020 0,146 6 Perlakuan I & perlakuan II 0,772 0,144 Berdasarkan Tabel 4 diatas, peningkatan jaral terlebar pulpa rubra memiliki nilai signifikansi yang lebih tinggi. Pada jarak tersempit pulpa rubra, berdasarkan hasil analisis tidak didapatkan nilai siginifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa, pemberian echinacea dapat meningkatkan aktivitas makrofag pada lien mencit. Diskusi

Pada perbandingan antara perlakuan I dengan kontrol positif menunjukkan bahwa parasit pada perlakuan I lebih banyak. Hal tersebut terjadi karena kontrol positif diberikan klorokuin yang merupakan skizontisid darah dengan mekanisme menghambat sintesis enzimatik DNA dan RNA yang mencegah terjadinya replikasi RNA parasit7. Pada pemberian Echinacea 0,65 mg menimbulkan efek peningkatan imunitas tubuh yang diakibatkan dari kandungan poliscaride di Echinacea. Perbandingan dengan perlakuan II tidak memberikan efek pada penurunan parasit pada lien mencit. Hal tersebut dikarenakan, klorokuin yang mempunyai aksi skizontisida membunuh parasit yang ada di darah, sehingga destruksi darah tidak sebesar pada kelompok perlakuan tanpa diberi klorokuin. Pada perlakuan II, echinacea berupaya meningkatkan imunitas tubuh dengan meningkatkan aktivitas makrofag melalui kandungan polisakaride yang mempengaruhi pengeluaran toksin ekstraseluler yang melawan target tumor8. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa parasit pada kontrol positif lebih sedikit dari yang lain, sedang pada perlakuan I dan perlakuan II parasit yang terlihat banyak. Hal ini menunjukkan bahwa, klorokuin dan echinacea mempunyai target yang berbeda dalam mengeliminasi parasit pada mencit. Klorokuin yang berfungsi sebagi skizontisida darah, sehingga skizon yang ada di darah telah mati terbunuh akibat dari penghambatan pembentukan replikasi RNA parasit7. Seperti yang telah diketahui, Plasmodium sp. memerlukan nutrisi dari pencernaan haemoglobin dan vakuola makanan yang bersifat asam. Haemoglobin yang tercerna dapat menghasilkan asam amino sebagai nutrient bagi parasit dan zat toksik (ferryprotoporphoryn / FP IX). Klorokuin yang mempunyai struktur cincin quinolin mampu berikatan dengan ferryprotoporphoryn dalam vakuola parasit. Hal tersebut berakibat terhambatnya pembentukan pigmen parasit, dan menghambat ambilan makanan sehingga parasit mati kelaparan. Selain itu, komplek FP IX ini juga mengganggu permeabilitas parasit dan pompa proton membran parasit9. Pada echinacea, proses pengeleminasi parasit berbeda. echinacea mempunyai efek untuk meningkatkan imunitas tubuh, sehingga target dari echinacea bukan parasit tetapi imunitas tubuh terutama imunitas nonspesifik10. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa polyscaride yang terkandung pada echinacea berupa arabinogalactan terbukti dapat memacu peningkatan ekhibisi makrofag serta beberapa sitokin antara lain TNF , IL-1, interferon 11. Peningkatan kemampuan fagosit makrofag pada echinacea angustifolia meningkat 2x lipat12. Hal tersebut terjadi karena ketika aktivitas makrofag meningkat,maka keluar interferon yang kemudian dapat memacu peningkatan fagositosis serta kenaikan sel limfosit T melalui aksi pengeluaran sitokin13. Tabel 4 menunjukkan perbedaan jarak antara dua pulpa alba baik dari jarak terlebar maupun tersempit. Hasil diambil dari preparat histologi lien mencit dengan satuan m. Untuk jarak terlebar, perbandingan dengan kontrol negatif memberikan kemaknaan. Hal tersebut terjadi karena pada semua perlakuan terjadi peningkatan imunitas akibat dari infeksi parasit. Pada infeksi parasit malaria, respon imunitas tubuh utama adalah lien. Hal tersebut terjadi karena selain menginfeksi sel kupfer di hepar, Plasmodium sp juga menginfeksi eritrosit. Eritrosit yang terinfeksi plasmodium akan mengalami destruksi, sehingga rusak.

Eritrosit yang melewati spleen untuk didestruksi akibat terinfeksi plasmodium akan memacu munculnya makrofag. Peningkatan aktivitas makrofag pada lien muncul sebagai respon terhadap adanya infeksi Plasmodium berghei di eritrosit. Pada kelompok dengan pemberian echinacea baik dosis rendah maupun dosis tinggi, makrofag yang dihasilkan lebih banyak dari pada kontrol positif. Hal itu ditunjukkan dari nilai probability terhadap perlakuan 1= 0,021 ( p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan bermakna. Pada perhitungan manual terdapat pelebaran rata-rata 33,5825 m. Pelebaran rata-rata 34,6675 m didapatkan dari perbandingan kontrol negatif dengan perlakuan II yang mempunyai p=0,020 (p<0,05). Kemampuan meningkatkan aktivitas makrofag terlihat pada perbandingan antara kontrol positif (klorokuin) dengan perlakuan I dan II. Hal ini terjadi karena klorokuin bekerja sebagai skizontisida darah, sehingga darah yang didestruksi oleh lien tidak banyak mengandung parasit. Rata-rata pelebaran jarak dua pula alba pada kontrol positif memiliki nilai terkecil sebesar 33,585 m. Perlakuan II (Echinacea 1,3 mg) memberikan rata yang paling tinggi yaitu 76,75 m dan memiliki nilai p=0,020, nilai p mendekati p=0,05 sehingga dapat dikatakan dosis yang paling efektif. Penggunaan dosis echinacea sendiri sampai saat ini belum ada standar minimal yang dapat dipakai tetapi penggunaannya dianjurkan maksimal selama 8 minggu karena ditakutkan akan menimbulkan efek hepatotoksik14. Mekanisme peningkatan aktivitas makrofag diikuti dengan peningkatan pengeluaran TNF- dan interferon- yang diinduksi oleh polisacaride sebagai kandungan aktif Echinacea angustifolia. Pada lien tikus normal yang diberi echinacea selama 4 hari menunjukkan bahwa peningkatan lipopolisacaride meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang diberikan 11. Semakin tinggi aktivitas makrofag, maka pelebaran jarak pulpa semakin nyata. Pulpa rubra pada spleen terlihat sebagai daerah disekitar pulpa alba. Pada pewarnaan giemsa pulpa rubra tampak berwarna merah keunguan dan menyebar. Perbandingan antara kelompok perlakuan I dan II tidak didapat perbedaan yang signifikan, baik dari uji statistik ataupun di lihat secara manual dengan cara melihat selisih jarak yang dihasilkan (1,085 m). Perbedaan dosis yang diberikan kurang besar, tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Pada perbandingan antar kelompok untuk subjek jarak tersempit semuanya menyatakan tidak adanya perbedaan. Hal tersebut terjadi karena mencit yang terinfeksi parasit Plasmodium sp. akan berusaha meningkatkan aktivitas makrofag di lien. Hal tersebut menyebabkan jarak antara dua pulpa alba yang semakin lebar karena makrofag terdapat di pulpa rubra. Dari pemeriksaan histologi jarak tersempit antara dua pulpa alba pun melebar bila dibandingkan satu dengan yang lain. Nilai p rata-rata yang didapatkan adalah p= 0,179 (p>0,05). Kesimpulan Pemberian echinacea efektif meningkatkan aktifitas makrofag, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan infeksi malaria. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang dosis optimal echinacea sebagai imunomodulator. 2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang mekanisme kerja echinacea dalam meningkatkan imunomodulator tubuh Daftar Pustaka 1. Irving, W., Boswell, T., Alaaldeen, D. (2005). Medical Microbiology. 1sted. New York: Taylor & Francis Group. pp. 190-92. 2. World health organization. (2010). World Malaria Report 2010. Diakses 1 April 2011. http://www.who.int/topics/malaria/en/. 3. Carmen, et al. (2002). Genetic of Drug-Resistant Plasmodium falcifarum in the Venezuelan State of Bolivar. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 67(4), 400-405. 4. Dlamini, S.V., Beshir, K., and Sutherland C.J. (2010). Markers of antimalarial drug resistance in Plasmodium falciparum isolates from Swaziland: identification of pfmdr1-86F in natural parasite isolates. Malaria jurnal. 5. Leigh, Evelyn. (2001). Herb Information Greenpaper Echinacea. Diakses 2 Maret 2011, dari http://www.herbs.org/greenpapers/echinacea.html 6. Dahlan, M. S. (2008). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. 7. Goldsmith, R.S. (1998). Obat obat Antiprotozoa. Dalam :Katzung, B.G. Farmakologi Dasar dan Klinik (Edisi keempat)(Agus. A., Chaidir. J., Munaf. S., Tanzil. S., Kamaluddin. M. T., Nattadiputra . S., dkk, penerjemah). Jakarta: EGC, hlm.813 825. 8. Stimpel, M. (1984). Macrophage activation and induction of macrophage cytotoxicity by purified polysaccharide fractions from the plant Echinacea purpurea. Infect Immun. 6:845-49. 9. Syamsudin. (2005). Mekanisme Kerja Obat Antimalaria. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 3(1),37-40. 10. Kuddah, A. H. (2009). Pengaruh Pemberian Echinacea purpurea terhadap produksi TNF- Makrofag dan Indeks Apoptosis Sel Tumor Mencit C3H dengan Adenokarsinoma Mammae Yang Mengalami Stress. (Tesis), Universitas Diponegoro, Semarang. 11. Goel, et al. (2002). Alkylamides of Echinacea purpurea stimulate alveolar macrophage function in normal rats [Abstrak]. Department of Agricultural, Food and Nutritional Science, University of Alberta, Edmonton, Canada, 381-7. 12. Hertanto, Didi. (2009). Pengaruh Pemberian Echinacea Oral Terhadap Jumlah Sel T CD 4 dan Ukuran Tumor Pada Penderita Karsinoma Mamma yang Mendapat Kemoterapi. (Thesis). Universitas Diponegoro, Semarang. 13. Oneill et al. 2002. Immunological and haematinic consequences of feeding a standardised Echinacea (Echinacea angustifolia) extract to healthy horses [Abstrak]. Equine Veterinary Journal, Abstract. 222-7.

14.

Cheeseman, Mark (2002). Echinacea. Complementary Summary. Diakses 10 Oktober www.ukmi.nhs.uk/Med.../EchinaceaCMS.pdf

Medicines 2011.

Anda mungkin juga menyukai