Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN

Malaria adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh dr. Fransisco Torti pada abad ke-17. Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu mal artinya kotor, sedangkan aria artinya udara, sehingga malaria dapat diartikan udara yang kotor. 1 Malaria mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan. Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan epidemiologi angka kesakitan malaria masih cukup tinggi, terutama di luar Jawa dan Bali, oleh karena didaerah tersebut terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah endermis dan non-endemis malaria.2 Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus plasmodium. Terdapat 5 jenis plasmodium yang virulen yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, dan Plasmodium knowlesi.3 Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana. Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale. Plasmodium malariae menyebabkan malaria kuartana. Dan Plasmodium knowlesi, yang merupakan parasit malaria yang ditemukan pada monyet, yang ditemukan sudah mulai menyerang manusia di beberapa kawasan di Asia Tenggara khususnya di Indonesia di daerah Kalimantan.4,5 Penularan malaria pada manusia ditularkan melalui 2 cara, yaitu penularan secara alamiah, dan penularan bukan alamiah. Penularan secara alamiah (natural infection) melalui gigitan nyamuk anopheles. Penularan secara bukan alamiah dibagi menurut cara penularan yaitu malaria kongenital disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya, penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik, dan penularan secara oral pernah dibuktikan pada ayam (plasmodium gallinasium), burung dara (Plasmodium relection), dan monyet (Plasmodium knowlesi). 6,7 Spesies terbanyak yang sering dijumpai adalah plasmodium falciparum dan plasmodium vivax. Plasmodium malariae dijumpai di daerah Indonesia bagian Timur,

Plasmodium ovale pernah ditemui di Irian Jaya dan Nusa Tenggara. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu Plasmodium yang dikenal sebagai infeksi campuran/majemuk (mixed infection). Pada umumnya dua jenis Plasmodium campuran yang paling banyak dijumpai adalah campuran antara Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae.
8

Secara klinis gejala malaria infeksi tunggal pada pasien non-imun terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu (paroksime), yang diselingi oleh suatu periode (periode laten) bebas panas. Periode paroksisme biasanya terdiri dari tiga stadium berurutan yaitu stadium dingin (cold stage), stadium demam (hot stage), dan stadium berkeringat (sweating stage). Sebelum demam pasien biasanya merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual dan muntah. 9 Malaria merupakan penyakit endemis dan hiperendemis didaerah tropis dan subtropis dan menyerang negara dengan penduduk padat. Kini malaria dapat dijumpai di Meksiko, sebagian Karabia, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Sub-Sahara, Timur Tengah, India, Asia Selatan, Indo Cina, dan pulau-pulau di Pasifik Selatan. Diperkirakan prevalensi malaria diseluruh dunia berkisar antara 160-400 juta kasus. World Health Organization (WHO), memperkirakan terdapat 300-500 juta orang terinfeksi malaria tiap tahunnya, dengan angka kematian berkisar 1,5 juta sampai 2,7 juta pertahun. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan dilebih dari 90 negara, dan mengenai hampir 40 % populasi dunia. Lebih dari 90 % kasus malaria terjadi di sub-Sahara Afrika.
10,11

Di Indonesia malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut. Berdasarkan API (Annual Parasite Incidence) tahun 2011 1,85 per 1000 penduduk dengan provinsi API tertinggi adalah Papua Barat dan NTT. Pada tahun 2011 jumlah kasus malaria di Indonesia 256.592 dari 1.322.451 kasus suspek malaria yang diperiksa.
12,13

Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah endemis malaria. Di tahun 2012 dilaporkan bahwa jumlah penderita malaria mencapai 8.691 orang. aktivitas seperti biasa tanpa merasa terganggu. Makan dan minum penderita mengalami penurunan sejak sakit.

Menurut ibu penderita didaerah tempat tinggalnya di ranomut lingkungan 8 terdapat 6 warga mengalami malaria dan 1 meninggal. Penderita tidak memiliki riwayat berpergian di daerah yang endemis malaria. Buang air besar setiap hari satu kali. Buang air kecil normal.

Anamnesis Ante Natal ANC di puskesmas teratur 9 kali TT 2 kali. Selama hamil ibu sehat.

Penyakit yang sudah pernah dialami Morbili Varicella Pertussis Diare Cacing Batuk/pilek : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (+) Lain-lain : (-)

Kepandaian/kemajuan bayi Pertama kali membalik Pertama kali tengkurap Pertama kali duduk Pertama kali merangkak Pertama kali berdiri Pertama kali berjalan Pertama kali tertawa Pertama kali berceloteh Pertama kali memanggil mama Pertama kali memanggil papa : 4 bulan : 5 bulan : 6 bulan : 8 bulan : 10 bulan : 12 bulan : 4 bulan : 8 bulan : 12 bulan : 12 bulan

Anamnesis makanan terperinci dari bayi sampai sekarang ASI : Lahir - 24 bulan

PASI Bubur susu

::-

Bubur saring : 12 bulan Bubur halus :-

Nasi lembek : 12 bulan - sekarang

Imunisasi DASAR I BCG POLIO DPT CAMPAK HEPATITIS B + + + + + + + + + + + II III

Riwayat Keluarga Dalam keluarga, hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga

Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan Penderita tinggal dirumah permanen. Beratapkan bambu, berdinding papan dan berlantai semen/beton. Jumlah kamar 3 buah, dihuni oleh 5 orang, 4 orang dewasa dan 1 orang anak. WC/KM di luar rumah Sumber air minum : Sumur Sumber penerangan listrik : PLN Penanganan sampah : dengan cara dibuang

PEMERIKSAAN FISIK Pada tanggal 21 Januari 2013

Umur : 7 11/12 tahun Keadaan umum Keadaan mental Gizi Sianosis Anemia Kejang : tampak sakit

BB : 19 kg

TB : 100 cm

: Compos mentis : kurang : (-) : (-) : (-) Ikterus : (-) Type : (-) Lamanya : (-)

Vital Sign Tensi Nadi Respirasi Suhu : 90/60 mmHg : 124 /menit : 24/menit : 38 C

Kulit Warna Efloresensi Pigmentasi Jaringan parut Lapisan lemak Turgor Tonus Oedema Lain-lain : sawo matang : (-) : (-) : (-) : kurang : kembali cepat : normal : (-) : (-)

Kepala Bentuk : mesocephal Ubun-ubun besar sudah menutup

Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut Mata : o Exopthalmus o Enopthalmus o Tekanan bola mata o Konjungtiva o Sklera o Kornea refleks o Pupil o Lensa o Fundus o Visus o Gerakan : -/: -/: tidak dievaluasi : anemis (-) : ikterik (-) : normal : bulat, isokor, 3mm/3mm : jernih : tidak di evaluasi : tidak di evaluasi : normal : sekret (-/-) : sekret (-/-) : sianosis (-) : mukosa basah : beslag (-) : karies (-) : perdarahan (-) : foetoer (-) : T1 T1 hiperemis (-) : hiperemis (-)

Telinga Hidung Mulut o Bibir o Selaput mulut o Lidah o Gigi o Gusi o Bau pernapasan

Tenggorokan o Tonsil o Faring

Laring o Trakea o Kelenjar o Kaku kuduk o Lain-lain : letak di tengah : pembesaran KGB (-) : (-) : (-)

Thorax Bentuk Rachitis Rosary Ruang Intercostal Precordial bulging Xiphosternum Harrisons groove Pernapasan paradoksal Retraksi : normal : (-) : normal : (-) : (-) : (-) : (-) : (-)

Paru-Paru Inspeksi Palpasi Palpasi Auskultasi : simetris, retraksi (-) : stem fremitus kanan = kiri : sonor kanan = kiri : Sp. Bronkovesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

JANTUNG Detak Jantung Iktus Batas kiri Batas kanan Batas atas Bunyi jantung apex Bunyi jantung aorta Bunyi jantung pulmo Bising : 124/menit : tidak tampak : linea midclavicularis sinistra : linea parasternalis dextra : ICS II III : M1 > M2 : A1 <A2 : P 1 < P2 : (-)

Abdomen Bentuk : datar, lemas, BU (+) Normal

Lien Hepar

: Teraba S-II : Teraba 1-1 cm bac

Genitalia

: Laki-laki, normal

Kelenjar

: pembesaran KGB (-) : akral hangat, CRT 2,

Anggota gerak

Tulang belulang

: deformitas (-)

Otot-otot

: eutrofi : Refleks Fisiologi +/+ Refleks Patologis -/-

Refleks-refleks

Resume Masuk Laki-laki, usia 7 11/12 tahun, berat badan 19 kg, tinggi badan 100 cm, masuk rumah sakit tanggal 21 Januari 2013 jam 17.00 WITA dengan keluhan utama panas sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Keadaan Umum : Tampak Sakit Kesadaran : Compos Mentis Tekanan Darah : 90/60 mmHg Nadi : 124kali/menit Pernapasan : 24 kali/menit Suhu Badan : 380C Kepala : Bentuk mesocephal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pernapasan cuping hidung (-) Thoraks : simetris, retraksi (-), suara pernapasan bronkovesikuler, Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)

Cor : dalam batas normal Pulmonal : dalam batas normal Abdomen : Datar, Lemas, Bising usus ada normal. Hepar : Teraba 1-1 cm bawah arcus costa Lien : Teraba S-II Ekstermitas : Hangat, CRT 2 Diagnosis Sementara : Suspek Malaria Pengobatan: IVFD NaCl 0,45% in D5% (HS) 62-63 cc/jam = 20-21 gtt/mnt Artesunat 1 x 80 mg tab Amodiakuin 1 x 200 mg tab Primakuin 1 x 15 mg tab Paracetamol 3 x 250 mg tab Oralit ad libitum Pro : DL, DDR, Parasit Count, IgG, IgM

Hasil Laboratorium : DDR : (++) plasmodium falciparum IgG : Negatif (-) IgM : Negatif (-) Hematokrit : 36,1% Hemoglobin : 12,3 gr/dl Leukosit : 4.200/mm3 Trombosit : 83.000/mm3 Eritrosit: 4,590.000 /mm3

22 Januari 2013 S : Keluhan demam tidak ada, menggigil tidak ada, berkeringat ada O : Keadaan Umum : Tampak Sakit Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 90/60 mmHg Respirasi : 25x/menit

Nadi : 90x/menit Suhu : 36,20C

Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pernapasan cuping hidung (-) Thoraks : simetris, retraksi (-), suara pernapasan bronkovesikuler, Wheezing (-/-), Rhonki (-/-) Cor : dalam batas normal Pulmonal : dalam batas normal Abdomen : Datar, Lemas, Bising usus ada normal. Hepar : Teraba 1-1 cm bawah arcus costa Lien : Teraba S-II Ekstermitas : Hangat, CRT 2 A : Malaria Tropika P : IVFD NaCl 0,45% in D5% (HS) 62-63 cc/jam = 20-21 gtt/mnt Artesunat 1 x 80 mg tab (Hari I) Amodiakuin 1 x 200 mg tab (Hari I) Primakuin 1 x 15 mg tab (Hari I) Paracetamol 3 x 250 mg tab Oralit ad libitum Pro : DL, DDR Hasil Laboratorium: Hematokrit Hb Leukosit Trombosit Eritrosit DDR : 30,6% : 11,2g/dl : 5.200/mm3 : 91.000/mm3 : 4.090.000/ mm3 : P. Falciparum (++) (Ring)

23 Januari 2013 S : Keluhan demam tidak ada, muntah ada sedikit-sedikit O : Keadaan Umum : Tampak Sakit

Kesadaran : Compos Mentis Tekanan Darah : 90/60 mmHg Respirasi : 38x/menit Nadi : 102x/menit Suhu : 36,00C

Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pernapasan cuping hidung (-) Thoraks : simetris, retraksi (-), suara pernapasan bronkovesikuler, Wheezing (-/-), Rhonki (-/-) Cor : dalam batas normal Pulmonal : dalam batas normal Abdomen : Datar, Lemas, Bising usus ada normal. Hepar : Teraba 1-1 cm bawah arcus costa Lien : Teraba S-II Ekstermitas : Hangat, CRT 2 A : Malaria Tropika P : IVFD NaCl 0,45% in D5% (HS) 62-63 cc/jam = 20-21 gtt/mnt Artesunat 1 x 80 mg tab (Hari II) Amodiakuin 1 x 200 mg tab (Hari II) Paracetamol 3 x 250 mg tab (k/p) Oralit ad libitum Pro : DDR Hasil Laboratorium : DDR I (-)

24 Januari 2013 S : Keluhan demam tidak ada, muntah tidak ada O : Keadaan Umum : Tampak Sakit Kesadaran : Compos Mentis Tekanan Darah : 90/60 mmHg Respirasi : 38x/menit Nadi : 102x/menit Suhu : 36,00C

Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pernapasan cuping hidung (-) Thoraks : simetris, retraksi (-), suara pernapasan bronkovesikuler, Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)

Cor : dalam batas normal Pulmonal : dalam batas normal Abdomen : Datar, Lemas, Bising usus ada normal. Hepar : Tidak teraba Lien : Tidak teraba Ekstermitas : Hangat, CRT 2 A : Malaria Tropika P : IVFD NaCl 0,45% in D5% (HS) 62-63 cc/jam = 20-21 gtt/mnt Artesunat 1 x 80 mg tab (Hari III) Amodiakuin 1 x 100 mg tab (Hari III) Paracetamol 3 x 250 mg tab (k/p) Oralit ad libitum Pro : DDR Hasil Laboratorium : DDR II (-)

25 Januari 2013 S : Keluhan demam tidak ada, muntah tidak ada, menggigil tidak ada. O : Keadaan Umum : Tampak Sakit Kesadaran : Compos Mentis Tekanan Darah : 90/60 mmHg Respirasi : 26x/menit Nadi : 92x/menit Suhu : 36,00C

Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pernapasan cuping hidung (-) Thoraks : simetris, retraksi (-), suara pernapasan bronkovesikuler, Wheezing (-/-), Rhonki (-/-) Cor : dalam batas normal Pulmonal : dalam batas normal Abdomen : Datar, Lemas, Bising usus ada normal. Hepar : Tidak teraba Lien : Tidak teraba

Ekstermitas : Hangat, CRT 2 A : Malaria Tropika P : Paracetamol 3 x 250 mg tab (k/p) Pro : DDR Hasil Laboratorium : DDR III (-)

26 Januari 2013 S : Keluhan demam tidak ada, muntah tidak ada, menggigil tidak ada, berkeringat tidak ada O : Keadaan Umum : Tampak Sakit Kesadaran : Compos Mentis Tekanan Darah : 90/60 mmHg Respirasi : 26x/menit Nadi : 92x/menit Suhu : 36,00C

Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pernapasan cuping hidung (-) Thoraks : simetris, retraksi (-), suara pernapasan bronkovesikuler, Wheezing (-/-), Rhonki (-/-) Cor : dalam batas normal Pulmonal : dalam batas normal Abdomen : Datar, Lemas, Bising usus ada normal. Hepar : Tidak teraba Lien : Tidak teraba Ekstermitas : Hangat, CRT 2 A : Malaria Tropika P : Paracetamol 3 x 200mg tab (k/p) Rawat Jalan

DISKUSI

Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus plasmodium. Penularan malaria pada manusia ditularkan melalui 2 cara, yaitu penularan secara alamiah, dan penularan bukan alamiah.6 Penularan secara alamiah (natural infection) melalui gigitan nyamuk anopheles. Penularan secara bukan alamiah yaitu secara kongenital, mekanik, dan oral. Terdapat 5 jenis plasmodium yang virulen yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, dan Plasmodium knowlesi.7 Malaria mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan. Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan epidemiologi angka kesakitan malaria masih cukup tinggi, terutama di luar Jawa dan Bali, oleh karena didaerah tersebut terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah endermis dan non-endemis malaria. 8,9

Seperti pada penyakit lainnya, diagnosis malaria ditegakan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis dengan cepat dan tepat

merupakan hal yang diperlukan untuk penatalaksanaan kasus malaria. Hal ini berhubungan dengan infeksi Plasmodium falciparum yang dapat menyebabkan malaria berat dengan komplikasi. 10 Dari anamnesis pasien mengeluh panas. Panas dialami penderita sejak 4 hari Sebelum masuk rumah sakit (Jumat sore) kira-kira jam 16.00 WITA. Awalnya panas sumer-sumer pada perabaan kemudian naik menjadi panas tinggi. Panas turun tanpa obat penurun panas, penderita dapat melakukan aktivitas seperti biasa, tetapi panas naik lagi setelah sehari panas hilang. Panas disertai menggigil, tanpa disertai dengan berkeringat. Peningkatan suhu terjadi oleh karena pecahnya skizon darah yang mengeluarkan berbagai macam antigen yang akan merangsang sel-sel radang untuk mengeluarkan

sitokin-sitokin yang akan merangsang termoregulator hipotalamus. Sitokin ini, sehingga terjadi peningkatan suhu. Pada plasmodium falciparum, daur pecahnya skizon terjadi setiap 36-48 jam. 11,12 Pada pasien, demam yang ditemui adalah demam pola intermitten yang naik

kemudian turun sampai normal kemudian naik lagi hal ini sesuai dengan teori yang ada. Hal lain yang penting dalam penegakkan malaria adalah apakah pasien ini tinggal di daerah endemis malaria, atau pernah bepergian ke daerah endemis malaria. Menurut peta Sratifikasi Malaria 2009, Sulawesi Utara termasuk wilayah stratifikasi sedang-tinggi malaria. Pasien tinggal didaerah ranomut dan berdasarkan anamesis didaerah tempat tinggal terdapat 8 kasus malaria, 1 diantaranya meninggal. Pasien juga mengeluh mengigil tanpa disertai berkeringat. Malaria memiliki

interval yang dikenal dengan paroksisme. Dimana gejala paroksisme adalah demam, menggigil, berkeringat. Pasien juga mengeluh terdapat mual muntah dan sakit kepala. Berdasarkan teori, gejala awal sebelum demam adalah mual muntah, lemah, nafsu makan menurun, dan sakit kepala. Pada pemeriksaan fisik hal pertama yang perlu dikonfirmasi adalah suhu badan, apakah benar penderita panas. Pada saat masuk, suhu badan penderita adalah 38,0 oC. sesuai dengan teori yang ada panas pada malaria adalah naik-turun. Pada pemeriksaan fisik

abdomen, hal yang khas pada malaria yang diderita pasien ini adalah hepatosplenomegali. Hal ini disebabkan sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan berkembang menjadi tropozoit di dalam daerah RES khususnya hati dan limfa. 13 Karena adanya berbagai variasi malaria pada anak, perlu dibedakan apakah demam disebabkan oleh penyakit lain seperti tifoid, meningitis, appendisitis, gastroenteritis, tuberkulosis, demam dengue, atau hepatitis. Malaria dengan manifestasi lebih ringan harus dibedakan dengan influenza atau penyakit virus lainnya. 14,15 Untuk memastikan diagnosis malaria, dilakukan pemeriksaan hapusan darah dari darah perifer. Pemeriksaan darah tepi dengan pewarnaan giemsa dan tetes tebal merupakan metode yang baik untuk diagnosis malaria. Hapusan ini diambil untuk mengetahui ada atau tidaknya parasit malaria, spesies dan plasmodium malaria, dan kepadatan dari parasit malaria tersebut. Pada pemeriksaan apusan darah tepi dapat dijumpai trombositopenia dan leukositosis, peningkatan kadar ureum,
16

kreatinin,

bilirubin

dan

enzim

seperti

aminotransferase dan 5-nukleotide.

Pada pasien ini, berdasarkan pemeriksaan hapusan darah tepi ditemukan plasmodium falsiparum stadium ring, dengan kepadatan +2 berarti ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, ditegakkan diagnose pada pasien R.A yaitu malaria tropika (malaria falsiparum). Penanganan malaria menurut keperluan dibagi menjadi pencegahan bila obat diberikan sebelum infeksi terjadi, pengobatan supresif bilaobat diberikan untuk mencegah timbulnya gejala klinis, pengobatan kuratif bila obat diberikan untuk pengobatan infeksi yang sudah terjadi dari serangan akur dan radikal, dan pengobatan untuk mencegah transmisi/penularan bila obat digunakan terhadap gametosit sel darah. 17 Penanganan malaria menurut rekomendasi dari World Health Organization (WHO) yaitu dengan pemakaian OAM (obat anti malaria) yang mengandung derivat artemisin (Artemisin Combination Therapy/ACT) sebagai lini pertama dalam penanganan malaria tanpa komplikasi. Sedangkan untuk penanganan malaria berat, OAM pilihan pertama adalah derivat artemisin (artesunat intravena, artemeter intramuskular, artemotil intramuskular). 18

Penanganan malaria tropika lini pertama adalah pemberian artesunat dan amodiakuin yang diberikan selama 3 hari, ditambah dengan primakuin pada hari pertama. Dosis pemberian artesunat adalah 4 mg/kgBB, amodiakuin 10 mg/kgBB pada hari pertama dan hari kedua, pemberian pada hari ketiga 5mg/kgBB, dan primakuin 0,75 mg/kgBB. 18 Artesunat merupakan salah satu derivat dari artemisin merupakan bentuk garam sodium dari hemisuksinat ester artemisin. Mekanisme kerjanya adalah melalui tahap besi heme intraparasitik mengatalisis endoperoksida dan kemudian diikuti dengan rusaknya protein malaria spesifik akibat terbentuknya karbon radikal. Primakuin merupakan derivat 8-aminokuinolon, yang kerjanya sebagai mediator oksidasi-reduksi parasit. Obat ini efektif sebagai gametosid terhadap keempat spesimen plasmodium. Sediaan artesunat adalah tablet 50mg atau 200 mg sodium artesunat, ampul serbuk 60 mg yang dilarutkan dalam sodium bikarbonat 5%, kapsul rektal 100 mg atau 400 mg. Keunggulan artesunat adalah onset of action yang cepat,efektivitas tinggi, toksisitas rendah, larut dalam air dan tersedia dalam bentuk oral, injeksi intramuskular/intravena, supersitoria. 19 Amodiakuin merupakan senyawa 4 aminokuionolin, yang bekerja secara farmakologis mengikat cincin hematin yang merupakan hasil metabolism hemoglobin di dalam parasit. Amodiakuin bereaksi baik terhadap plasmodium falciparum yang telah resisten terhadap klorokuin walaupun terdapat resistensi silang dengan klorokuin. Amodiakuin di absorpsi dari saluran cerna dengan cepat dan diubah menjadi bentuk aktif desetilamodiakuin dihati. Amodiakuin tersedia dalam bentuk tablet 200mg amodiakuin hidroklorida atau 153,1 mg amodiakuin klorohidrat, dan dalam bentuk sirup yang mengandung 10mg amodiakuin dalam 1ml. Efek sampingnya seperti klorokuin tapi resiko agranulositosis lebih besar dan resiko hepatitis toksik lebih kecil. Over dosis menyebabkan sinkop, spastisitas, kejang dan gerakan involuntar. 20 Pada pasien ini, diberikan kombinasi artesunat+amodiakuin+primakuin. Berat badan pasien adalah 19 kg. dosis yang harus diberikan adalah artesunat 80 mg, amodiakuin 200 mg untuk hari pertama dan kedua, pada hari ketiga diberikan amodiakuin 100mg dan primakuin 15 mg. Sesuai dengan sediaan artesunat tablet 50 mg , amodiakuin tablet 200 mg selama 3 hari, Primakuin tablet 15 mg diberikan dosis tunggal.

Setelah pemberian obat, dilakukan pemantauan dengan pemeriksaan lab dan tandatanda vital untuk mengetahui keberhasilan dari pengobatan. Pasien dinyatakan telah sembuh dari malaria apabila pada pemeriksaan parasit selama 3x berturut-turut tidak ditemukan adanya parasit malaria. Setelah tidak ditemukan lagi parasit malaria dalam darah pasien, dan adanya perbaikan dari keadaan fisik, maka pasien diizinkan pulang. Komplikasi untuk malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum yaitu bisa menyebabkan malaria berat, malaria cerebral, sampai menyebabkan gagal ginjal akut. Pada pasien ini tidak terjadi komplikasi.Prognosis pada pasien RA baik, pasien pulang pada hari ke-6 perawatan Prognosis malaria yang disebabkan oleh plasmodium falciparum tanpa penyulit berlangsung sampai satu tahun. Infeksi falciparum dengan penyulit prognosis bisa menjadi buruk. Prognosis buruk bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat bahkan dapat meninggal terutama pada gizi buruk. 21 WHO mengemukakan indikator prognosis buruk apabila Indikator klinisnya :umur 3 tahun atau kurang, koma yang berat, kejang yang berulang, refleks kornea negatif, deserebrasi, dijumpai disfungsi organ (gagal ginjal, edema paru), terdapat perdarahan retina. Serta indikator laboratorium : hiperparasitemia, skizontemia dalam darah perifer, leukositosis, PCV <15%, Hemoglobin <5g/dL, glukosa darah <40mg/dL, ureum >60mg/dL, glukosa likuor serebrospinalis rendah, kreatinin >3,0 mg/dL, laktat dalam likuor serebrospinalis meningkat, SGOT meningkat, antitrombin rendah, peningkatan kadar plasma 5-nukleotida. 22,23

DAFTAR PUSTAKA 1. Behrman, Kliegman, Arvin. Editor Bahasa Indonesia Wahab AS. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta: ECG. Volume 3;2000. Hal ; 2264-89 Elyazar IRF, et al. Malaria Drug Resistence control in Indonesia. In: Adv Parasitol. 2011 ; 74:41-175 Faculty of Medicine University of Indonesia. Prevalence of Malaria. Indonesia. The Institute ;1964. Hal. 134-56 Rampengan TH. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2007. Hal.190-225 Soerdarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Cetakan Ketiga. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012. Hal 40836 Latif A, Tumbelaka AR, Matondang CS, Chair Imral, Bisanto J, dkk. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi 2. Jakarta; CV Sagung Seto; 2003. Hal. 95-119 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sulawesi Utara Rawan Malaria. [Internet]. 2012 [Update 2012 December; Cited 2013 February 1]. Avaible from : http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/sulawesi-utara-rawanmalaria.html Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2011. Hal.1-33 Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehat Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta: Bakti Husada. 2008; Hal 70-9 Theodorus. Obat Malaria. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2009. Hal. 54-66

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Departement Kesehatan RI . Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Gebrak Malaria.2006:27-38 Dondorp AR, Nosten F, Yi P, Das D, Phyo AP, dkk. Artemisin Resistance in Plasmodium falciparum Malaria. The New England Journal of Medicine. 2009; Volume 361:445-67 Nyarango PM, Gebremeskel T, Mebrahtu G, Mufunda J, Abdulmumini U, dkk. A steep decline of malaria morbidity and mortality trends in Eritrea between 2000 and 2004. Malaria Journal. 2006; Volume 5:33 Kuadzi JT, Badu GA, Addae MM. Plasmodium falciparum malaria in children at a tertiary teaching hospital. Pan African Medical Journal. 2011; Volume 10:2 Elradhi AS, Caroll J, Klein N, Abbas A. Clinical manual of fever in children. 9th edition. Berlin : Springer Verlag; 2009. P. 1-24 Sutanto I, Pribadi W. Dalam : Sutanto E, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S, editor. Parasit Malaria. Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008. 189-241 Caro F, Milier MG, Derisi JL. Plate-based trasfection and culturimh technique for genetic manipulation of Plasmodium falciparum. Malaria Journal. 2012; Volume 11:1-36 Ratcliff A, Siswantoro H, Kenangalem E, et all. Two fexd dose artemisin combination for drug resistant falciparum and vivax malaria in Papua Indonesia. Lancet Journal. 2007: P. 757-65 Rachmawati, Rampengan NH, Tatura SN, Rampengan TH. Comparison of the efficacy of artemether-lumefantrine vs. Artesunat plus sulfadoxine-pyrimethamine in children with uncomplicated falciparum malaria. Paediatrica Indonesiana. 2010; Volume 50:113-117 Thayib AH, Rampengan NH, Johanes E, Rampengan TH. Resistensi Plasmodium Falciparum terhadap Kombinasi Klorokuin dan Primakuin pada Anak. Majalah Kedokteran Indonesia. 2005; Volume 55:724-729

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

Gething PW, Patil AP, Smith DL, Guerra CA, Elyazar IRF, dkk. A new world malaria map Plasmodium falciparum endemicity in 2010. Malaria Journal. 2011; Volume 10:378-94 Ferreira A.Balla J.A Central Role for free heme in the Pathogenesis of Severe Malaria .J Mol Med. 2008;86:1097-1111 Rampengan TH. Dalam : Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA, editor. Malaria Pada Anak. Malaria dari Molekuler ke Klinis. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2008. Hal 156-191

22.

23.

Anda mungkin juga menyukai