Anda di halaman 1dari 18

REFERAT : HYPERTENSI

BAB I
Pendahuluan Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat, di negara-negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama, seperti di Amerika hanya sekitar tujuh puluh persen yang mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi. Sedangkan di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, kepedulian masyarakat terhadap hipertensi perlu ditingkatkan. Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian, di Amerika Serikat seperempat jumlah penduduk dewasa menderita hipertensi dan insidennya lebih tinggi dikalangan orang kulit hitam setelah usia remaja. Mereka yang menderita hipertensi mempunyai resiko besar bukan saja terhadap penyakit jantung, tetapi juga terhadap penyakit lain, seperti penyakit syaraf, ginjal dan vaskular. Makin tinggi tekanan darah makin tinggi resikonya. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelebungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala, sifatnya non spesifik misalnya sakit kepala atau pusing. Kalau hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat maka akan mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke, atau payah ginjal. Penemuan dini hipertensi dan perawatan yang efektif dapat mengurangi kemungkinan morbiditas dan mortalitas. Dengan demikian, pemeriksaan tekanan darah secara teratur mempunyai arti penting dalam perawatan hipertensi. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan penyakit lain. Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak penelitian dilakukan terhadap hipertensi primer baik mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya.

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

BAB II
A. Definisi Sampai saat ini belum ada definisi yang tepat mengenai hipertensi karena tidak ada batas yang tegas untuk membedakan hipertensi dan normotensi. Berbagai tingkat tekanan darah ditetapkan untuk mendefinisikan peningkatan resiko dan kejadian penyakit karidovaskular dan atau untuk kepentingan terapi secara medias. Hal ini melibatkan tidak hanya tekanan diastol, tetapi juga tekanan sistol, umur, jenis kelamin, ras, dan penyakit yang berhubungan. Sebagai contoh, orang-orang dengan tekanan diastol >90 mmHg mempunyai angka kesakitan dan kematian yang dapat dikurangi jika mendapat terapi yang adekuat hal ini merupakan hipertensi dan perlu dipertimbangkan untuk penanganannya. Tingkat tekanan sistol memainkan peran yang penting dalam hal berhubungannya dengan tekanan arteri pada penyakit kardiovaskular, beberapa data menyebutkan bahkan lebih penting daripada tekanan diastol. Sebagai contoh: pria dengan tekanan diastol yang normal (<82 mmHg) tetapi terdapat peningkatan tekanan sistol (>158 mmHg) mempunyai resiko terkena penyakit kardiovaskular 2,5 kali lebih tinggi dibanding orang dengan tekanan diastol yang sama tetapi tekanan sistol normal (<130 mmHg). Peninggian tekanan sistol yang tidak disertai peninggian tekanan diastol disebut hipertensi sistolik (hipertensi sistolik terisolasi) yang umumnya dijumpai pada usia lanjut. Hipertensi malignant adalah tekanan darah diatas 200/140 mmHg yang dapat dipastikan dengan ditemukannya papiledema yang biasa disertai pendarahan retina dan eksudat. Hipertensi Urgensi adalah hipertensi berat yang tidak disertai kerusakan organ target, yang memerlukan penurunan tekanan darah dalam beberapa jam, biasanya menggunakan obat peroral. Hipertensi emergensi adalah keadaan hipertensi berat disertai kerusakan target orang yang progresif, memerlukan penurunan tekanan darah

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

segera dalam satuan menit sampai jam untuk mencegah kerusakan target organ lebih lanjut, menggunakan obat parenteral. Hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi merupakan keadaan krisis hipertensi dimana tekanan sistol lebih dari 220 mmHg dan atau tekanan diastol lebih dari 130 mmHg. Merupakan keadaan yang lebih jarang terjadi (1 - 2% pada penderita hipertensi ). B. Epidemologi Dari penyelidikan yang ada, terlihat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi. Harmaji dan kawankawan mendapatkan prevalensi 9,3% untuk masyarakat kota Semarang. Perbedaan yang jelas, terlihat jika dibandingkan dengan laporan masyarakat pedesaan di daerah Randublatung Blora Jawa Tengah yang mendapatkan angka 8,6%. Kalau ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% pada pria dan 11,6% pada wanita. Budi Darmaji dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai penelitian melaporkan bahwa 1,8 sampai dengan 28,6% penduduk berusia di atas 20 tahun adalah pasien hipertensi. Lima puluh juta penduduk Amerika mempunyai tekanan darah yang meningkat (tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg). Dari jumlah tersebut, 68% menyadari diagnosis penyakit mereka, 53% menerima pengobatan dan hanya 27% dipantau pada nilai ambang batas 140/90 mmHg. Jumlah individu yang mengalami hipertensi meningkat sejalan dengan meningkatnya usia dan hal ini lebih banyak dijumpai pada orang kulit hitam dibandingkan orang kulit putih. Laju mortalitas untuk stroke dan penyakit jantung koroner, yang merupakan komplikasi utama hipertensi, telah menurun sampai 60% dalam 3 dekade terakhir akan tetapi sekarang laju tersebut menetap, sedangkan insiden tetap sebagai penyebab utama dan hal itu masih tetap meningkat.

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

Morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler meningkat meningkat sejalan dengan meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolik tetapi pada individu yang berusia lebih dai 50 tahun tekanan darah sistolik merupakan prediktor komplikasi yang lebih baik. Pada Penelitian oleh 18.700 dokter, peningkatan tekanan darah kematian kardiovaskuler 56%. C. Etiologi dan Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia. 2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. Klasifikasi dan penanganan tekanan darah untuk umur 18 tahun atau lebih berdasarkan The Sevent Report of The Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure dapat dilihat pada tabel di bawah ini : sistolik perbatasan (140 159 mmHg) berhubungan dengan peningkatan kejadian stroke sebanyak 42% dan

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

Klasifikasi tekanan darah Normal Prehipertensi Hipertensi Stage 1

Sistol (mmHg) < 120 120 139 140 159 dan atau atau

Diastol (mmHg) < 80 80 89 90 99

Modifikasi Gaya hidup Pertahankan Ya Ya

Terapi antihipertensi tanpa faktor yang mempengaruhi Tidak ada indikasi Terutama diuretik tiazid pilihan lain ACE, ARB, Bloker, CCB atau komibanasi Terutama kombinasi 2 obat biasanya : diuretik tiazid dan ACE, atau ARB, atau Bloker, atau CCB (tergantung penyebabnya)

Stage 2

169

atau

100

Ya

Bila ada faktor yang mempengaruhi maka obat disesuaikan dengan faktor yang ada pada individu tersebut. Batasan tekanan darah di atas adalah untuk individu yang berusia 18 tahun ke atau lebih dan tidak sedang dalam pengobatan anti hipertensi atau sedang dalam keadaan sakit mendadak. Seseorang dikatakan hipertensi jika pada 2 kali kunjungan atau lebih yang berbeda waktu didapatkan tekanan darah rata-ratanya diastolik > 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. D. Manifestasi Klinis Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal , mata, otak dan jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. Biasanya hipertensi esensial ringan sampai sedang, tidak menunjukkan gejala, tampak sehat selama bertahun-tahun. Nyeri kepala suboksipital berpulsasi, yang khas terjadi pada permulaan pagi dan berkurang ketika siang hari, adalah khas dan dapat terjadi nyeri kepala jenis apapun. Hipertensi yang

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

terakselerasi berkaitan dengan terjadinya somnolen, bingung, gangguan visual, mual dan muntah (ensafalopati hipertensi). Pasien dengan feokromositoma yang mensekresi terutama norepinefrin biasanya mengalami hipertensi terus menerus tetapi dapat pula mengalami hipertensi episodik. Serangan (berlangsung selama bermenit-menit sampai berjam-jam) berupa kecemasan, palpitasi, perspirasi berlebihan, pucat, tremor, mual dan muntah; tekanan darah meningkat dengan nyata serta dapat terjadi angina atau edema pilmoner akut. Pada aldosteronisme primer, pasien daoar mengalami kelemahan muskuler generalisata atau paralisis, selain parestesia, selain parestesia, poliuria dan nokturia akibat hipokalemia; jarang terjadi hipertensi maligna. Hipertensi kronik sering mengakibatkan hipertropi ventrikel kiri, yang dapat berkaitan dengan disfungsi diastolik, atau pada tahap lanjut, disfungsi sistolik. Dapat terjadi exertional dyspnea (dispnea akibat kerja atau aktivitas) dan dispnea noktural paroksimal. Hipertropi ventrikel kiri yang berat cenderung mengakibatkan iskemi miokrad (terutama jika disertai dengan penyakit arteri koroner), aritmia ventrikuler dan mati mendadak. Terkenanya serebral dapat mengakibatkan : (1) stroke akibat trombosis atau (2) hemoragi kecil atau luas akibat dari mikroaneurisma arteri intrakranial yang berpenetrasi. Ensefalopati hipertensif mungkin disebabkan oleh kongestif kapiler akut dan eksudasi dengan edema serebral. Gambaran ini biasanya bersifat reversibel jika diberikan terapi adekuat secara tepat. Meskipun tidak terdapat hubungan yang tegas antara tekanan darah distolik dengan ensefalopati hipertensif, biasanya pada ensefalopati hipertensif terjadi pada tekanan darah diastolik melebihi 130 mmHg. E. Diagnosa Diagnosa hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejal klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukur yang terbaik. Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskular dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan (seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan dan sebagainya). Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lenan kontralateral. Dikaji perbandingan berat badan dan tinggi pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising karotid, pembesaran vena atau kelenjar tiroid. Dicari tanda-tanda gangguan irama dan denyut jantung, pemebesaran ukuran, bising, derap dan bunyi jantung ketiga atau keempat. Paru diperiksa untuk mencari ronki dan bronkospasme, Pemeriksaan abdomen dilakuakn untuk mencari adanya massa, pembesaran ginjal, dan pulpasi aorta yang abnormal. Pada ekstrimitas dapat ditemukan pulpasi arteri perifer yang menghilang, edema dan bising. Dilakukan juga pemeriksaan neurologi. F. Penatalaksanaan The Sevent Report of The Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure menetapkan acuan terbaru untuk pencegahan dan penanganan hipertensi, yaitu : 1. Umur > 50 tahun dengan tekanan sistol > 140 mmHg merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular yang lebih berperan dibandingkan tekanan diastol.

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

2. Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115 / 75 mmHg dan meningkat 2 kali lebih tinggi setiap kenaikan 20 / 10 mmHg. 3. Individu dengan tekanan sistol 120 139 mmHg atau tekanan diastol 80 89 mmHg dikategorikan prehipertensi dan membutuhkan modifikasi gaya hidup untuk peningkatan kesehatannya dan mencegah penyakit kardiovaskuler. 4. Diuretik tiazid harus digunakan untuk sebagian besar pasien hipertensi tanpa komplikasi secara tunggal atau dikombinasi dengan antihipertensi kelas lain. 5. Sebagian besar pasien hipertensi membutuhkan 2 atau lebih antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah < 140 / 90 mmHg atau 130 / 80 mmHg untuk pasien dengan Diabetes Melitus atau Chronic Disease. 6. Jika tekanan darah > 20 / 10 mmHg di atas target, perlu dipikirkan terapi menggunakan 2 macam antihipertensi yang salah satunya diuretik tiazid. Tujuan terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg dan mengontrol faktor-faktor risiko, sehingga dapat mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) akibat komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah, mencegah pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis), mencegah memberatnya tekanan darah tinggi, pengobatan penyakit penyerta hipertensi yang memperberat kerusakan organ dan memperkecil efek samping pengobatan. Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Pada prinsipnya ada dua macam terapi yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit hipertensi, yaitu : terapi farmakologi dengan menggunakan obat dan terapi non farmakologi, yaitu dengan modifikasi pola hidup. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi. 1. Terapi Non Farmakologi Modifikasi pola hidup merupakan langkah pencegahan yang baik agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Tindakan

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

pencegahan adalah :

bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak kambuh

a. Pengurangan Berat Badan Hubungan antara kegemukan dan kenaikan tekanan darah telah terbukti. Berat badan dapat diturunkan dengan pengurangan kalori. Penurunan berat badan saja, tanpa pembatasan garam, terbukti dapat menurunkan tekanan darah, walaupun berat badan yang ideal belum tercapai. Tujuan yang akan dicapai adalah berat badan dalam batas 15% dari berat badan yang ideal. Kegemukan menaikan preload, yang kemudian menyebabkan pembesaran ventrikel kiri yang eksentrik, yang akhirnya akan menyebabkan payah jantung. Ganguan toleransi glukosa pada orang gemuk disertai kemudian dengan timbulnya diabetes melitus merupakan resiko dari berat badan yang berlebih. Hal ini akan menimbulkan hiperinsulinemia ini berkaitan dengan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi pada pasien yang mendapat terapi insulin (tipe I) atau pasien gemuk dengan kadar insulin endogen yang tinggi. b. Pembatasan Alkohol Alkohol yang berlebihan dapat menaikan tekanan darah. Mekanisme kerjanya adalah melalui hambatan fungsi membran sel untuk mengeluarkan kalsium. Tonus pembuluh darah akan meningkat terjadi vasokonstriksi pembuluh darah ginjal dan retensi natrium. Pasien golongan ini cenderung tidak patuh pada pengobatan, sering terjadi hipertensi yang refrakter. Sebaliknya dosis alkohol yang rendah dikatakan mempunyai efek proteksi terhadap serangan jantung. c. Diet Rendah Kalium Diet rendah kalium menaikan tekanan darah, sedangkan diet dengan kadar kalium > 80 mEq/hari, sedikit menurunkan tekanan darah. Kalium menimbulkan natriuresis, dan mengurangi vasokontriksi

Halaman - 10

REFERAT : HYPERTENSI

yang disebabkan oleh inhibitor yang bersifat seperti stimulan terhadap Na, K-ATP asepump, atau oleh noradrenalin. Kalsium dan magnesium belum jelas manfaatnya dalam merendahkan tekanan darah. Pada saat ini manipulasi diet dengan tambahan ketiga kation ini belum jelas keuntungannya, masih menunggu hasil manipulasi lebih lanjut. d. Pembatasan Natrium Terhadap golongan pasien hipertensi yang sensitif terhadap pembatasan natrium tidak ada salahnya diberikan diet rendah Na. Diet dengan natrium yang tinggi akan menghilangkan keuntungan dari penurunan tekanan darah oleh obat. Natrium juga berperan dalam mempertahankan tensi yang telah tinggi. Penurunan tekanan darah dapat dicapai dengan restriksi natrium, 70 100 mEq Na/hari (4-6 gram NaCl). Terdapat beberapa kritik mengenai manfaat pembatasan natrium tidak dapat disamakan dengan manfaat obat antihipertensi. Memang pada diet yang rendah sekali natriumnya, pengeluaran renin akan dirangsang, dengan akibat peningkatan tekanan darah. e. Pantang Merokok Nikotin menaikkan tekanan darah secara cepat, tetapi penggunaan nikotin yang lama tidak menaiikan tekanan darah. Nikotin menaikkan resiko penyakit jantung koroner dan kematian mendadak menjadi dua kali lipat. Selain itu terdapat resiko untuk timbulnya kangket paru, hipertensi malignant dan pendarahan subarachnoid. f. Relaksasi Sedikit penurunan tekanan darah dapat dihasilkan dengan cara relaksasi otot. Penurunan tekanan darah ini terbukti dapat bertahan cukup lama. Pasien yang melaksanakan pengobatan dcngan cara relaksasi haruslah dipantau dengan baik, karena bila tekanan darah tekanan menurun, maka obat anti hipertensi harus diberikan. Pasien

Halaman - 11

REFERAT : HYPERTENSI

mungkin terlalu percaya kepada pengobatan cara ini, karena berkaitan dengan masalah kejiwaan/kepercayaan. g. Olahraga Olahraga teratur yang isotonik akan menurunkan darah, penyakit kardiovaskular menurunkan. Keuntungan lain adalah menurunkan berat badan. Mengkin pula pasien yang sudah terbiasa berolah raga secara teratur akan menghentikan kebiasaan merokok. h. Modifikasi Lemak Yang Dimakan Pengurangan lemak jenuh, penambahan lemak jenuh, penggunaan minyak ikan bertujuan merendahkan kolesterol. Dengan demikian resiko untuk timbulnya penyakit jantung koroner dapat diperkecil. Efek penurunan darah dari perubahan diet lemak ini tidak nyata. 2. Terapi Farmakologi Obat-obatan yang digunakan disesuaikan dengan kondisi pasien. Obat-obat utama digunakan adalah Diuretika, Beta Bloker, ACE (Angiotensin Converting Enzym) Inhibitor, Angiostensin II Receptor Blocker, Calcium Antagonis. Obat-obatan diberikan bertahap dari satu macam, mulai dengan dosis rendah sampai kombinasi juga dimulai dengan dosis rendah. a. Diuretika (Furosemid, HCT, Spironolakton) Sangat berguna untuk : Pasien yang lebih tua, payah jantung dan bangsa kulit hitam. Sebaliknya dihindarkan pada pasien diabetes melitus, hiperlipidemia, kehamilan dan gout. Dihentikan bila : timbul impotensi dan timbul hiperlipidemia dan hiperglikemia Kadar kalium harus dipantau dengan baik. Bila kadar kalium turun, sebaiknya diganti dengan diuretik yang mempunyai daya menahan kalium (spironolakton). Kombinasi antara tiasid dengan captoril

Halaman - 12

REFERAT : HYPERTENSI

adalah kombinasi yang baik, karena captopril bersifat menekan kalium. Diuretika juga bermanfaat untuk ditambahkan, bila efek

antihipertensi dari obat lain tidak tercapai maksimal. Efek hiperlipidemik dari diuretik mungkin tidak timbul, bila dipakai dosis kecil. b. Penyekat Beta (Propanolol, metaprolol, acebutolol, dll) Penyekat beta sangat berguna untuk : pasien yang lebih muda, pasien yang tidak tenang, tidak merokok, insufisiensi ginjal, kehamilan, agina pektoris dan setelah infark jantung. Penyekat beta dihindarkan pada pasien yang mempunyai penyakit : asma bronkhiale, diabetes yang tidak stabil, perlu insulin, claudicatio intermittent, sindrom Reynauld, heart-block derajat II dan II, serta payah jantung. Walaupun obat golongan ini dianggap tidak baik pada profil lipid, tetapi jelas mempunyai daya kerja yang baik pada pasien pasca infark. Perbedaan sifat diantara jenis-jenis obat penyekat beta mungkin tidak begitu bermakna, apalagi bila takaran yang dipakai cukup pasar. c. Antagonis Kalsium Antagonis kalsium berguna pada pasien : yang lebih tua, bangsa kulit hitam, penyakit vaskuler perifer dan penyakit serebrovaskuler. Verapamil tidak diberika pada payah jantung dan gangguan hantaran jantung. d. ACE Inhibitor ACE inhibitor berguna pada pasien : yang muda dan tua, ancaman payah jantung/payah jantung ringan dan bila ada efek samping obat lain. ACE inhibitor harus hati-hati diberikan pada : stenosis arteri renalis dan dehidrasi karena diuretik

Halaman - 13

REFERAT : HYPERTENSI

ACE inhibitor harus dihindarkan pada penderita hamil.

e. Penyekat Alfa Penyekat alfa berguna pada insusfisiensi ginjal dan payah jantung. Obat ini menurunkan kholesterol dan trigliserid, tidak mengubah HDL kholesterol. Selanjutnya untuk tahap kedua dapat dilakukan kombinasi, subtitusi dengan obat golongan lain atau menaikkan takaran obat tahap pertama. I. Komplikasi Hipertensi Yang Tidak Diterapi Komplikasi hipertensi berkaitan dengan tekanan darah yang sudah meningkat sebelumnya dengan konsekuensi perubahan dalam pembuluh darah dan jantung, maupun dengan aterosklerosis yang menyertai hipertensi dan dipercepat oleh hipertensi yang suda lama diderita. Morbiditas dan mortalitas yang meningkat yang berhubungan dengan hipertensi bersifat progresif sesuai dengan besarnya tekanan darah sistolik dan diastolik, resiko kira-kira menjadi dua kali lipat untuk tiap kenaikan 6 mmHg tekanan darah diastolik. Namun, kerusakan organ target bervariasi nyata diantara individu dengan derajat hipertensi yang hampir sama. Tekanan darah yang naik turun atau tidak stabil sangat erat kaitannya dengan kerusakan organ target. Komplikasi spesifik antara lain : 1. Penyakit Kardiovaskular Hipertensif Komplikasi jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada hipertensi esensial. Tujuan utama terapi adalah mencegah komplikasi jantung tersebut. Bukti eletrokardiografi tentang adanya hipertropi ventrikel kiri ditemukan pada 2-15% pasien hipertensi kronik. Ketika diagnosis ditegakkan, hipertropi ventrikel kiri merupakan indikasi meningkatnya morbiditas dan mortalitas, untuk tiap derajat tekanan darah, adanya hipertropi ventrikel kiri berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit. Ekokardiografi hipertropi ventrikel kiri dapat menyebabkan atau mempermudah berbagai macam komplikasi jantung akibat hipertensi,

Halaman - 14

REFERAT : HYPERTENSI

termasuk gagal jantung kongestif, aritmia ventrikel , iskemi miokard dan mati mendadak. Disfungsi diastolik ventrikel kiri, yang dapat menunjukkan semua tanda dan gejala gagal jantung kongestif, biasa dijumpai pada pasien yang telah lama menderita hipertensi. Hipertropi ventrikel kiri hipertensif mengalami regresi dengan terapi. Regresi ini erat kaitannya dengan derajat pengurangan tekanan darah sistolik dan nampaknya tidak bergantung pada terapi spesifik yang diberikan. Diuretik dapat sama-sama menurunkan tekanan darah atau bahkan lebih kuat jika dibandingkan dengan kelas obat lainnya. Uji klinis awalnya menunjukkan bahwa pengendalian tekanan darah yang efektif dapat memodifikasi risiko atau laju progresif disfungsi kognitif. 2. Penyakit Serebrovaskuler Hipertensif dan Demensia Hipertensi cenderung merupakan penyebab utama stroke, terutama perdarahan intraserebral, juga infark serebral iskemik. Komplikasi serebrovaskuler sangat erat berkaitan dengan tekanan darah sistolik daripada diastolik. Insiden komplikasi ini dengan nyata berkurang oleh terapi anthihipertensi. Hipertensi yang terjadi sebelumnya berhubungan dengan insiden demensia yang lebih tinggi, baik tipe vaskuler maupun tipe alzheimer. 3. Penyakit Renal Hipertensif Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis dan merupakan penyebab umum dari insufiensi renal; hal ini dapat dihilangkan melalui pengendalian tekanan darah agresif. Pada pasien dengan nefropati hipertensif, tekanan darah sebaiknya 130/85 mmHg atau lebih rendah jika terdapat proteinuria. Penyakit ginjal sekunder lebih biasa dijumpai pada orang kulit hitam, khususnya jika diserta juga dengan diabetes melitus. Hipertensi juga berperan penting dalam mempercepat perkembangna penyakit ginjal lainnya, paling sering nefropati diabetik. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme) telah terbukti sangat efektif dalam

Halaman - 15

REFERAT : HYPERTENSI

mencegah komplikasi lanjut, tetapi agen ini juga dapat mencegah progresi bentuk nefropati. 4. Komplikasi Aterosklerotik Sebagian besar pasien hipertensi di Amerika Serikat meninggal akibat komplikasi aterosklerotis, tetapi hubungan antara hipertensi dan penyakit kardiovakuler aterosklerotis kurang erat jika dibandingkan dengan komplikasi yang telah dibicarakan sebelumnya. Oleh karena itu anthihipertensi yang efektif kurang bermanfaat dalam mencegah komplikasi penyakit jantung koroner, tetapi dapar mengurangi terjadinya penyakit koroner pada pasien risiko tinggi. J. Prognosis Hipertensi yang tidak diterapi dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, komplikasi jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada hipertensi esensial, tetapi dengan terapi dan penatalaksanaan serta pencegahan yang baik dapat mencegah komplikasi jantung tersebut. Penemuan dini hipertensi dan perawatan yang efektif dapat mengurangi kemungkinan morbiditas dan mortalitas. Hipertensi cenderung merupakan penyebab utama stroke terutama perdarahan intraserebral juga infark serebral iskemik, hipertensi juga berperan penting dalam mempercepat perkembangan penyakit ginjal paling sering nefropati diabetik. Dengan demikian, pemeriksaan tekanan darah secara teratur mempunyai arti penting dalam perawatan hipertensi pendekatan kesehatan masyarakat seperti modifikasi gaya hidup, diet rendah lemak jenuh, rendah garam dan peningkatan aktivitas fisik dapat menurunkan distribusi pasien hipertensi, sehingga mengurangi angkata kesakitan, angka kematian dan resiko seseorang terkena hipertensi.

Halaman - 16

REFERAT : HYPERTENSI

BAB III

Kesimpulan Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi dalam 2 golongan hipertensi primer atau idiopatik yang diketahi sebabnya dan hipertensi sekunder yang disebabkan penyakit lain. Batasan hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah untuk individu yang berusia 18 tahun ke atas dan tidak sedang dalam pengobatan antihipertensi atau sedang dalam keadaan sakit mendadak. Seseorang dikatakan hipertensi jika pada 2 kali kunjungan atau lebih yang berbeda waktu didapatkan tekanan darah ratarata diastolik > 90 mmHg atau sistolik > 140 mmHg. Gejala yang biasa berhubungan dengan hipertensi antara lain : sakit kepala biasanya pada hipertensi yang berat, terutama di daerah oksipital, terjadi saat bangun tidur di pagi hari dan spontang menghilang dalam beberap jam. Keluhan lain yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darag : pusing, berdebardebar, mudah lelah, dan impoten. Pemeriksaan penunjang ditunjukkan pada organ target untuk menilai sudah sejauh mana hipertensi mempengaruhi organ target. Tujuan penanganan hipertensi adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit kardiovaskuler dan ginjal. Penanganan tekanan darah sampai target kurang dari 140 / 90 mmHg berhubungan dengan penurunan komplikasi kardiovaskular. Pada pasien diabetes atau penyakit ginjal target tekanan darah adalah kurang dari 130 / 80 mmHg. Modifikasi gaya hidup menurunkan tekanan darah, meningkatkan efektivitas obat antihipertensi, dan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Diuretik tipe tiazid merupakan dasar terapi obat antihipertensi pada banyak studi, karena dapat meningkatkan efektivitas antihipertensi dapat digunakan tunggal maupun dikombinasi dengan obat antihipertensi lain.

Halaman - 17

REFERAT : HYPERTENSI

DAFTAR PUSTAKA

1. Barry M. Massie. Hipertensi Sistematik. In : Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, editor. Fatofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995: p. 301-403 2. Hanapi B. Trisnohadi. Revitalisasi Diuretika. In : Setiadi S, Alwi I, Simadibrata M, Sari Kemala N, editor, Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan IPD. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2004. p. 9-11 3. http://www.pikiran-rakyat.com/1004/14/cakrawala/lainnya4.htm 4. http://www.kompas.com/kesehatan/news/0407/26/011112.htm 5. http://www.sinarharapan.co.id /iptek/kesehatan/2002 /093/kes3.htm 6. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Buku Penerbit FKUI. Jakarta. 1997 7. Mansjoer, Arif / Kuspuji Triyanti / Rakhmi Savitri / Wahyu Ika Wardhani / Wiwiek Setiowulan : Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculpius FKUI. Jakarta. 2001 8. Mardi Santoso. Standar Pelayanan Medis Penyakit Dalam RSUD Koja. Jakarta. 2003 9. Mardi Santoso. Kapita Selekta Indonesia. Jakarta. 2004 Ilmu Penyakit Dalam. Yayasan Diabetes

10. Pengendalian Hipertensi. In : Laporan Komisi Pakar WHO. Penerbit ITB Bandung. 2001 11. Price Sylvia A, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Prosesproses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995: p. 533

Halaman - 18

Anda mungkin juga menyukai