Anda di halaman 1dari 3

Nama : IMAM LUQMANUL HAKIM NPM : 170110090003 URL blogs : http://blogs.unpad.ac.

id/imamhakim129/ APA KABAR INDONESIA MALAM TV one Jumat, 6 Mei 2011 Benarkah gagasan negara Islam telah hilang ? YAH !! Setelah sebelumnya dinyatakan telah tidak ada lagi, belakangna ini perbincangan mengenai isu isu negara islam kembali menyeruak ke permukaan. Bukan sekedar isu isu, tapi sudah ada contoh beberapa kasus yang menunukan bahwa paham negara islam kembali mulai berkembang dan bahkan meresahkan masyarakat. Tentunya telah kita ketahui semua ini menjurus kepada NII, lebih tepat saat ini di sebut NII KW9. Itu mungkin sebabnya media media cetak maupun elektronik ramai ramai membahasnya. Kebetulan di APA KABAR INDONESIA MALAM TV one , hari Jumat, 6 Mei 2001 pukul 20.30 22.30 membahas mengenai hal ini. Dengan headline pembahasan Benarkah gagasan negara Islam telah hilang ?. Ada 2 fokus utama masalah yang di bahas yaitu masalah NII dilihat dari sisi konstitusi dan kaitannya dengan pesantren Al-Zaytun dan yang kedua apakah ada hubungannya anatara NII dan aksi aksi teror yang selama ii terjadi. Pembahasan ini di lihat dari 3 perspektif berbeda sesuai dengan narasumber yang ada. Yang pertama yaitu Prof. Jimly Asshidiqe (Mantan ketua MK), yang kedua adalah Sarjono Kartosuwiryo anak bungsu dari Kartosuwiryo (Pendiri NII atau dahulu lebih dikenal DI/TII), yang ketiga adalah Al Chaidar (Pengamat Terorisme). Bila di lihat pemilihan narasumber narasumbernya tepat.

Perbincangan ini dimulai dengan adanya pernyataan dari Prof. Jimly Asshidiqe mengenai pesantren Al-Zaytun yang selama ini diindikasikan merupakan bagian dari NII. Kebetulan beliau merupakan orang yang ikut dalam peresmian pesantern Al-Zaytun pada waktu itu. Beliau menyatakan, Memang pada saat awal peresmiannya pun muncul kecurigaan saya karena ketidakwajaran pesantren ini. Saya melihat pesantren ini bagaikan istana di tengah hutan seperti daam kisah-kisah dongeng. Begitu megah, begitu mewah disertai dengan segala faslitasnya. Ada satu pertnyaan mendasar yang timbul, dari mana pendanaan pesantern ini. Dan pihak pesantren menjawab dari hasil budidaya sapi yang di sumbangkan 1 sapi tiap santri baru yang masuk. Jelas kurang rasional, saya menilai ada indikasi kebohongan. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa setelah berjalannya pesantren ini

ada laporan dari Majelis Ulama Indonesia yaitu adanya masalah dalam sistem pegajaran di Al-Zaytun, ada indikasi penyimpangan. Ada pelaporan pelaporan lain yang menyatakan bahwa anatara Al-Zaytun, NII dan tindakan terorisme ada kaitannya. Katanya al-Zaytun didanai oleh NII. Lepas dari masalah ini beliau berbicara soal impian negara Islam yang tumbuh di kalangan intelektual inelektual muslim. Beliau berpendapat hal ini harus dirumuskan dalam sistem pembelajaran intelektual muslim (mungkin disini dimaksudkan pada pesantren), perlu juga didakwahkan bahwa tidak perlu lagi ada impian negara Islam. Sebagai contoh pada zaman Nabi Muhammad SAW terbentuknya suatu negara itu berdasarkan atas kesepakatan, seperti yang terjadi di Madinah, begitu halnya terbentuknya Indonesia merupakan kesepakatan. Jadi, beliau memandang Indonesia sudah menjadi negara ideal seerti zaman Nabi Muhammad SAW. Ada 4 poin penting dalam negara yang terbentuk berdasar pada kesepakatan yaitu ada sanksi bagi yang melanggar kesepakatan, Nabi Muhammad mencontohkan negara terbentuk karena kesepakatan dengan sistem Republik, adanya konstitusi tertulis (konstitusi tertulis pertama yang tercatat dalam sejarah yaitu piagam Madinah, dan yang terakhir idealitas demokrasi. Lebih lanjut beliau berpendapat mengenai impian negara Islam ditengah negara yang plural seperti Indonesia. Dilhat dari sisi konstitusi, telah dijelaskan sebelumnya tidak perlu ada lagi impian negara Islam. Yah mungkin kalau hanya impian saja tidak masalah tapi jika ada tindakan untuk mewujudkan itu ya harus ditindak. Maka gerakan NII seperti sekarang ini harus ditindak, karena jelas NII saat ini sudah meresahkan dan jelas alam UUD pun tidak ada perlindungan bagi organisasi manapun yang mengajarkan dan menanamkan kebencian dan semacamnya.

Sementara Sarjono Kartosuwiryo menyatakan NII yang didirikan oleh ayahnya atau disebut DI/TII sudah tidak ada. Beliau menjelaskan yang ingin di perjuangkan DI/TII adalah hdup dalam negara Islam yang benar-benar berlandaskan Islam. Beliau juga berpendapat NII atau DI/TII yang dididirikan ayahnya berbeda dengan NII yang sekarang ini berkembang. Dalam NII zaman Kartosuwiryo makmum taat pada imam utama yaitu Kartosuwiryo, dan ketika Kartosuwiryo ditangkap dan akan dieksekusi mati ada maklumat terakhir yaitu maklumat no.14 6 Juni 1962 yang isinya memerintahkan semua anggota NII harus kembali kepada NKRI dan penghentian tembak menembak. Lebih lanjut Sarjono Kartosuwiryo bercerita mengnai ayahnya. Ayah saya, Kartisuwiryo pernah berkata saya ingin bertemu dengan sang pencipta, dan bertanya apaka kebijakan-kebijakab yang saya ambil telah tepat. Menurutnya, ayahnya ditangkap dan dieksekusi bukan karena kekacauan yang ditimbulkan

DI/TII, tapi karena percobaan pembunuhan yang dilakukannya terhadap kepala negara pada saat Idul Adha di mesjid Baiturrahim. Ada 13 arahan dari Kartosuwiryo kepada pasukannya, 3 diantaranya yaitu bila terjun ke laut jadilah buaya, bila terjun ke hutan jadilah singa, dan bila terjun ke tengah-tengan masyarakat jadilah mukmin.

Narasumber ke tiga yaitu Al Chaidar berbicara lebih kepada sisi historical. Beliau menuturkan NII yang dibentuk Kartosuwiryo adalah lanjuan dari NII yang dibentuk Soekarkno sebelumnya. Ada perbedaan pernyataan yang di ungkapkan Al Chaidar dan Sarjono Kartosuwiryo tentang maklumat no.14. Al Chaidar menuturkan bahwa dalam catatan sejarah maklumat no.14 itu tidak pernah ada. Lebih lanjut menuturkan bahwa setelah DI/TII bubar bersamaan dengan ditangkap dan dieksekusinya Kartosuwiryo ada 3 faksi yaitu faksi filah (sipil), faksi Sabilillah (militer) dan faksi yang tidak termasuk keduanya. Nah dari faksi sabilillah ini lah muncul tokoh-tokoh yang diduga ada hubungannya dengan aksi-aksi terorisme di Indonesia. Ada juga yang membentuk JI. Sebenarnya pendanaan NII (DI/TII) pada masa Kartosuwiryo berasal dari sumbangan-sumbangan dan ditujukan untuk perang, dan karena pada saat itu perang telah usai maka dana tersebut tidka pernah terpakai. Pada masa NII Kartosuwiryo ada 3 pembagian daerah yaitu D1 (daerah hukum Islam), D2 (setengah-setengah), D3 (daerah musuh). Menurut beliau tuduhan makar yang ditujukan kepada Kartosuwiryo atas kekacauan yang di timbulkan DI/TII tidak berdasar. Kekacauan kekacauan pada saat itu sebenarnya dilakukan oleh oknum oknum PKI ntuk menghancurkan NII (DI/TII). Beliau juga menyebutkan bahwa Kartosuwiyo pernah menyatakan tidak bertanggung jawab atas prajurit prajuri NII yang bertindak tidak sesuai maklumat. Selesai sudah pembahasan tentang masalah ini. Ketiga narasumer masing masing memberika closing statement. Yang pertama Prof. Jimly Asshidiqe, pemerintah harus segera bertindak atas kasus NII sekarang ini, bawa ke pengadilan kasus-kasus yang muncul tentang NII ini, janagn selalu berdalih tidak ada landasan hukum untuk mengusutnya. Lalu Sarjono Kartosuwiryo, orang-orang yang merasa masih NII, baiklah kembali kepada NKRI sesuai maklumat no.14. Dan terakhir Al Chaidar, masalah NII sekarang ini harus ditinjau dan ditelaah lebih dalam, apakah memang NII saat ini merupakan lanjutan NII sebelumnya? Sebelum fakta terungkap jangan menyudutkan satu pihak, seperti yang dilakukan kepada ponpes AL-Zaytun sebagai bagian dari NII.

Anda mungkin juga menyukai