Anda di halaman 1dari 7

Dampak dari Penerapan Kurikulum Kebersihan dan Pemasangan Tempat Cuci Tangan Sederhana dan tempat air Minum

di Sekolahan Utama Pedesaan Kenya Pada Kesehatan Siswa dan Praktik Kesehatan.

ABSTRAK Kebersihan dasar disekolah dan program perawatan air meningkatkan pengetahuan siswa, meningkatkan kebersihan, dan menurunkan angka absensi, namun studi dampak kesehatan dari program ini kurang. Kami mengumpulkan informasi dasar dari siswa di 42 sekolah di Kenya. Kami kemudian menerapkan kurikulum menghemat air dan menjaga kebersihan tangan dan memasang tempat air dipasang disekolah yang di observasi. Satu tahun kemudian, kami menerapkan intervensi di sekolah yang tersisa. Selama kunjungan kerumah siswa 2 minggu dan dua survei tahunan, kami membandingkan pengaruh intervensi pada praktik kebersihan dan melaporkan penyakit mahasiswa. Kami melihat peningkatan dalam teknik mencuci tangan yang tepat setelah program sekolah diperkenalkan. Kami mengamati penurunan persentase rata-rata siswa dengan penyakit pernapasan akut antara mereka yang terkena program, tidak ada penurunan diare akut terlihat. Mahasiswa dalam program sekolah menunjukkan perbaikan berkelanjutan dalam pengetahuan kebersihan dan penurunan risiko infeksi pernapasan setelah intervensi. PENDAHULUAN Penyakit infeksi saluran napas akut (ISPA) dan diare adalah dua penyebab tersering dari kematian anak usia dibawah 5 tahun di Negara berkembang. Mencuci tangan dengan sabun sudah disosialisasikan untuk menanggulangi risiko dari kedua penyakit tersebut dan perawatan air pada rumah tangga untuk mengurangi risiko diare. Namun upaya untuk mencapai penetrasi masyarakat luas intervensi keduanya memiliki masalah yang menantang. Usaha untuk menaikan angka penggunaaan mencuci tangan dengan sabun dan perawatan air dalam rumah tangga dengan melalui penggabungan layanan yang lain seperti kesehatan ibu dan anak, telah menunjukan beberapa janji. Program disekolah utama yang mengarah untuk menghindari diare dengan memasang tempat air yang dapat diminum dan tempat mencuci tangan disekolah, mengajarkan siswa tentang kebersihan dan perawatan air dan menyuruh mereka untuk memberitahu pesan ini kepada keluarga mereka sudah meningkatkan angka pengetahuan tentang kebersihan disekitar siswa dan kebiasaan porang tua mereka. Meskipun beberapa studi dari program dasar di sekolah ini telah ditemukan pengurangan absensi diantara siswa, keterbatasan data yang ada tentang imbas kesehatan langsung pada program dibawah ini. Dari 2007-2009 proyek nyando integrated child health and education (NICHE) upaya untuk meningkatkan akses keproduk pengolahan air (waterguard,pur, and aquatabs), sabun, vitamin, mikronutri dan kelambu tidur berinsektisida pada rumah tangga di pedesaan dibagian

barat Kenya melalui kombinasi dari pendekatan : 1. Marketing social, 2. Pemasangan air minum dan tempat cuci tangan disekolah klinik dan gereja. 3. Promosi kesehatan oleh guru, pekerja kesehatan, dan pemimpin agama, 4. Pendidikan kesehatan setempat dan penjualan produk oleh grup swadaya HIV yang diselenggarakan oleh savewater dan proyek AIDS, sebuah organisasi dikenya non pemerintahan. Kami mengevaluasi dasar mencuci tangan dan pengolah komponen air dari proyek NICHE untuk menentukan dampak pada pengetahuan siswa dari mencuci tangan, kebersihan, pengolahan air, praktek pada rumah siswa dan kesehatan siswa.

METODE Tempat/Populasi Studi. Studi ini dilakukan di divisi Nyando, Provinsi Nyanza, Kenya; Kota di Provinsi Nyanza memiliki angka kematian tertinggi pada balita (95 kematian/1000 kelahiran) dan anak-anak < 5 tahun (149 kematian/1000 kelahiran). Pada survey terakhir, the 2 week period prevalence of diarrhea and ARIs was 16.2% and 7.9% respectively, for children < 5 tahun. Sampling/Seleksi. Ini merupakan sub studi dari studi terbesar NICHE, yang dilakukan untuk mendeteksi perubahan anemia 10% pada anak-anak usia 6-35 bulan dari 60% sampai 50% nya dengan 95% level kepercayaan, 80% kekuatan, 1,5 efek desain, dan 20% tanpa respon. Ukuran sample yang ditentukan untuk hasilnya adalah sebanyak 729, anak 6-35 bulan per studi. Untuk studi sekolah, kami menggunakan sample yang mudah dari anak-anak usia sekolah yang sudah diseleksi di rumah-rumah. Ukuran sample yang terpisah untuk anak usia sekolah tidak dihitung a priori. Sebuah strategi two-stage cluster-sampling digunakan untuk memilih 60 desa dari 17 sublokasi (sub-divisi) di Divisi Nyando. Pada seleksi yang pertama, 30 perantara dan 30 perbandingan desa-desa dipilih secara acak, dengan kemungkinan seleksi sesuai dengan ukuran, menggunakan sensus Divisi Nyando. Desa desa perbandingan dan perantara dipilih dari yurisdiksi politik terpisah (sublokasi) untuk menurunkan kemungkinan perantara diimplementasikan di desa-desa perantara di desa perantara in intervention villages would bleed into comparison villages. Desa desa di dan dekat pusat urban (N=38) dan desa-desa dengan kelompok SWAP (N=4) dikecualikan dalam seleksi. Sensus dari 60 desa dilakukan, dan dari ini, 25 anak-anak 6-35 bulan di setiap desa dipilih. Evaluasi murid di projek NICHE merupakan evaluasi observasional dalam konteks studi NICHE yang lebih besar; semua murid kelas 4-8 yang tinggal di rumah anak-anak yang terpilih adalah anak-anak yang memenuhi syarat untuk penerimaan. Tujuannya saat itu ialah untuk mengikuti murid yang terseleksi selama 2 tahun studi. Sekolah di desa-desa perantara diklasifikasikan sebagai sekolah perantara, dan sekolah di desa perbandingan diklasifikasikan sebagai sekolah perbandingan. Komunitas perantara terjadi di desa-desa perantara dan ditargetkan pada orang tua dari anak-anak kecil, dimana perantara terpisah yang terjadi pada anak-anak target di sekolah perbandingan. Tidak semua desa memiliki sekolah,

namun perpisahan geografis dari desa perbandingan dan desa perantara menekan angka kemiripan murid sekolah perantara yang mendatangi sekolah perbandingan, dan vice versa. Survey Dasar. Pada maret 2007, murid di kelas 4 sampai 8 diwawancara mengenai pengetahuan perawatan air dan perlakuannya dan diminta untuk menunjukkan cara mencuci tangan mereka. Prosedur mencuci tangan yang benar adalah yang mengginakan sabun, menyabun seluruh permukaan tangan, dan mengeringkan air dari tangan. Pengasuh murid juga diwawancara tentang demografi perumahan dan karakter sosioekonomi; penanganan air, kebersihan, dan latihan sanitasi; dan penggunaan produk air yang baik. Air rumah, kebersihan, dan rangka dasar sanitasi telah ditemukan. Air simpanan telah di tes untuk chlorine sisa dengan metode the N, N-diethylphenylenediamine (DPD) (La Motte, Chestertown, MD), dan tehnik mencuci tangan pengasuh telah diobservasi. Pelaksanaan: kelompok intervensi. Dimulai pada april 2007. Guru di sekolah intervensi dilatih tentang mencuci tangan dan pengolahan air dan menyediakan bahan pembelajaran untuk siswa mereka. Di sekolah intervensi, kelas untuk minum. Setiap tempat air terdiri dari 60L ember plastik dengan tutup dan ditempatkan pada logam berdiri diproduksi oleh tukang lokal (gambar 1), dan sekolah diberi 3 bulan "permulaan" pasokan sabun dan waterguard solusi pengobatan (tersedia produk lokal). Sekolah tersebut diharapkan akan memberikan komoditas mereka sendiri setelah persediaan gratis. Aktif surveilans. Antara bulan juni 2007 dan Februari 2008. Pekerja lapangan dibuat terjadwal dua mingguan kunjungan rumah bagi rumah tangga yang terdaftar di kedua intervensi dan masyarakat dibandingkan dengan bertanya tentang penggunaan produk pengolahan air dan episode dari setiap penyakit, diare, ISPA atau kalangan mahasiswa terpilih dalam 24 jam sebelumnya, dan untuk menguji air minum yang disimpan status sisa khlorin air minum mereka. Kami mendefinisikan "setiap penyakit" seperti diare, batuk / sesak napas, rinorea /coryza, atau demam dalam 24 jam terakhir sebelum kunjungan, dan ISPA sebagaimana dilaporkan demam dan batuk atau kesulitan bernapas dalam 24 jam sebelumnya. Pertama tindak lanjut survei. Pada Maret-April 2008, kami mewawancarai siswa dari kelompok awal yang masih berada di sekolah dan pengasuh mereka, dengan menggunakan daftar pertanyaan yang mudah dan dasar. Pelaksanaan: kelompok pembanding. Pada april 2008, penyimpananan air dan program cuci tangan dilaksanakan di sekolah dibandingkan dengan pendekatan yang dijelaskan sebelumnya untuk sekolah intervensi. Baik intervensi dan sekolah pembanding menerima 3-bulan gratis "permulaan" pasokan sabun dan waterguard. Aktif surveilans. Antara Mei 2008 dan Februari 2009 kami kembali melakukan kunjungan dua mingguan rumah untuk menilai penggunaan produk kesehatan dan penyakit selama 24 jam sebelumnya seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Kedua tindak lanjut survei. Pada Maret-april 2009, kami mewawancarai siswa dari kelompok dasar yang tetap tinggal di sekolah dan pengasuh mereka, seperti yang dijelaskan sebelumnya. NISA HASIL Demografi dan karakteristik social ekonomi .Pada awalnya, 783 siswa dari kelas 4 sampai 8 yang terdaftar dari 43 sekolah (kisaran 1-48 siswa per sekolah). Pada bagian pertama memfollow-up survei, 478 (61%) siswa dari 783 yang berpartisipasi dari 42 sekolah (kisaran 135 siswa), dan saat follow-up yang kedua, 327 siswa (42%) dari 41 sekolah (kisaran 1-23 siswa per sekolah) berpartisipasi: dalam studi perwakilan, tidak dilakukan follow-up karena kelulusan, drop out , atau tidak hadir dari sekolah. Siswa yang tidak di follow-up tidak berbeda dari siswa yang menjadi sisa dalam penelitian yangberkaitan dengan usia, jenis kelamin, atau status sosial ekonomi. Salah satu sekolah yang terdaftar dalam kelompok intervensi tidak memiliki siswa yang terlibat dalam intervensi, namun, satu anak pindah ke sekolah intervensi dan termasuk dalam analisi data, dihitung untuk peningkatan sekolah dari 21 menjadi 22 pada saat follow up yang pertama. dua sekolah kecil di pedesaan dikeluarkan karena tidak memfollow-up semua siswanya. Pada awalnya, kelompok intervensi memiliki rata-rata 42% (IQR 38-57%), siswa perempuan ikut berpartisipasi dalam penelitian, grup pembanding mempunyai rata-rata 43% (IQR 36-53%). Kami mewawancarai pengasuh 643 (82%) dari 783 siwsa pada awal, 422 (89%) dari 478 pengasuh dari follow-up yang pertama dan 300 (92%) dari 327 pengasuh dari follow up yang kedua. Pada awal, pengasuh berusia rata-rata 37 tahun pada kelompok invervensi dan 39 tahun di kelompok pembanding. Hampir semua pemgasuh adalah perempuan. Rata-rata 0% dari rumah tangga (dikumpulkan oleh sekolah di mana anak itu terdaftar) pada kedua kelompok memiliki listrik dan lebih dari 94% tinggal di rumah dengan dinding lumpur atau kotoran. Pada awal, persentase rata-rata yang sama antara rumah tangga dalam intervensi dan komunitas perbandingan yang digunakan sumber air meningkat (40% versus 43%, masing-masing) persentase ini meningkat pada kedua kelompok pada pertama (88% versus 93%) dan follow- up kedua (keduanya % 100 ) terutama karena panen air hujan yang disebabkan oleh curah hujan meningkat pada tahun kedua penelitian. IRFA Data surveilans aktif. Selama putaran 1 sampai 17 dari pengawasan(tahun ke 1), rata-rata 43% dari pengasuh dalam komunitas intervensi dan 40% di komunitas pembanding melaporkan merawat air mereka dengan Waterguard (EDM 3% - 90% CI - 7 - 12%) dalam 36 jam sebelumnya . selama putaran 18-36 (tahun ke-2 2), rata-rata 58% dari pengasuh dalam komunitas intervensi dan 51% di komunitas pembanding melaporkan merawat air mereka dalam 36 jam sebelumnya (EDM 7%, 90% CI 2-15%). Persentase rata-rata rumah tangga yang terdeteksi terdapat residu klorin bebas dalam air selama putaran pengawasan 1-17% adalah 10%

komunitas intervensi dan 11% dalam komunitas pembanding (EDM-1%, 90% CI% -6-3) dan selama putaran 18-36 adalah 9% dalam komunitas intervensi dan komunitas pembanding (EDM 0%, 90% CI% -5-4. Selama 17 putaran pertama pengawasan, persentase yang dibawah rata-rata dari siswa di sekolah intervensi dibandingkan sekolah pembanding dilaporkan menjadi sakit dengan bebrbagai penyakit (5% dibandingkan EDM 7% - 3%, 90% CI% -4 dengan -1%) dan memiliki ISPA (2% dibandingkan 3%, EDM -2%, 90% CI% -4 dengan -1%) dalam 24 jam sebelumnya. Selama putaran 18-36 persentase dari pengawasan , persentase rata-rata yang sama pada siswa di sekolah intervensi dan seklah pembandin dilaporkan menjadi sakit (3% dibandingkan 25, EDM 1%, 90% CI-1-1%) dan memiliki ISPA (0,8% vs 0,7%, EDM 0%, 90% CI-1-1%) dalam 24 jam sebelumnya. Tidak ada perbedaan dalam persentase rata-rata siswa di sekolah intervensi dan sekolah pembanding yang melaporkan penyakit diare selama baik tahun pengawasan (tahun 1:. 0% dibandingkan 0,3%, EDM 0%, 90% CI 0-0% Tahun 2: 0% dibandingkan 0%, EDM 0%, 90% CI 0-0%). Tidak ada perbedaan musiman yang diamati untuk ISPA atau diare. DISKUSI Temuan dari study ini menyarankan bahwa instalasi mencuci tangan di sekolah dan ketentuan pelatihan yang higienis dapat menambah pengetahuan tentang cara mencuci tangan yang tepat dan mengurangi risiko terkena ARIs diantara para pelajar setelah mereka mendapat penyuluhan. Pengurangan beban dari ARI yang ditemukan di study ini hasilnya sesuai dengan study lain tentang efek mencuci tangan dengan kesehatan. Meskipun beberapa study telah menunjukan efek dari mencuci tangan diantara anak secara interneasional yang kebanyakan study ini fokus kepada anak dibawah umur 5 tahun. Study ini menunjukan bukti lain untuk mendukung upaya global untuk memperluas penyuluhan kesehatan, termasuk fasilitas di sekolah. Meskipun pengetahuan tentang pengolahan air dan menghemat air di sekolah bertambah diantara penyuluhan kepada pada pelajar di tahun pertama, kami tidak mengamati perbedaan di penyakit diare di antara dua kelompok selama periode ini. Ada beberapa penjelasan mengenai pengamatan ini. Pertama, angka diare diantara pelajar memang rendah (<1%). Kedua, pada dasarnya presentasi pelajar dan pengasuh mereka telah mendengar tentang WaterGuard, yang kemungkinan adalah hasil dari program sosial marketing yang dimulai tahun 2003. Lebih jauh lagi, presentase sejenis dari pengasuh dalam penyuluhan dan perbandingan kedua group tersebut dilaporkan dan kami membenarkan untuk mengelola air mereka selama kunjungan pengawasan di semua tahun study, sebuah penemuan yang juga seperti dipengaruhi oleh sosial marketing dan akses ke WaterGuard. Ketiga, meskipun hanya air pada penyuluhan sekolah yang dilaporkan telah diolah selama study tahun pertama, pelajar di kedua kelompok telah terekspose oleh sumber air minum yang bermacam-macam diluar sekolah yang mungkin saja dapat menyebabkan risiko yang mirip seperti diare.

Meskipun program di sekolah dilakukan untuk menemukan sasaran, sebagai peragaan oleh presentasi tertinggi dari penyuluhan dari pada perbandingan pelajar yang menunjukan peningkatan pengetahuan tentang pengolahan air dan menyalurkan informasi ini kepada pengasuh mereka, ini tidak untuk menunjukan perubahan pada pelatihan pengasuh. Tidak ada perbedaan antara penyuluhan dan perbandingan kelompok yang diamati dalam laporan pengolahan air rumah tangga. Kehadiran botol WaterGuard di rumah atau endapan klorin yang terdeteksi di tempat penampungan air. Study lain juga sudah melaporkan itu , meskipun transfer informasi dari pelajar ke pengasuh telah terjadi, hambatan latihan pengasuh bisa terjadi belakangan. Dalam masalah ini, integrasi dari penyuluhan lainnya pada level pengaruh yang berbeda (individu, organisasi seperti sekolah, klinik, dan gereja, media masa dan pemerintah) juga bisa memberikan efek pada pengetahuan dan kebiasaan pengasuh. Selanjutnya research pada faktor yang menentukan perubahan kebiasaan dapat membantu menguraikan alasan untuk efek yang sedikit disini dan di study yang lainnya sebagai perbandingan dengan study yang telah menunjukan dampak pada kebiasaan pengolahan air pengasuh. Meskipun hasilnya bermacam-macam, penyuluhan di sekolah menunjukan dampak yang mendukung. Selama rangkaian pelajaran selama 2 tahun study, pelajar dalam penyuluhan di sekolah menunjukan kemajuan dalam pengetahuan (seperti mengetahui tujuan dari WaterGuard) dan perubahan kebiasaan yang positive (mencuci tangan di sekolah dan memiliki kemampuan untuk menunjukan cara mencuci tangan yang benar). Selain itu, meskipun sekolah hanya memberikan 3 bulan suplai gratis WaterGuard, pelajar dalam penyuluhan dilaporkan kalau sekolah mereka dapat mengelola air setelah penyuluhan. Ini diadakan selama 2 tahun antara kedua kelompok. Sebuah kemiripan implementasi yang mendukung dari sekolah dengan latar belakang penyuluhan telah menunjukan sebelumnya dimana sekolah yang yang memandu penghematan air ditemukan 10 bulan setelah berakhirnya pemanduan. Penelitian ini memiliki keterbatasan penting. pertama, karena program sekolah dilaksanakan bersamaan dengan sejumlah lainnya di tingkat desa intervensi dan strategi implementasi dalam proyek niche, terutama di tingkat rumah tangga, itu tidak mungkin untuk menentukan hasil cuaca terutama berasal dari sekolah atau komunitas intevensi. Namun komunit intervensi targetnya merupakan orang dewasa, sedangkan intervensi di sekolah targetnya adalah siswa. meskipun tidak ada perbedaan yang ditemukan pada kemampuan ibu untuk menunjukkan cuci tangan yang tepat antara intervensi dan kelompok pembanding selama penelitian, kami mengamati perbedaan yang signifikan antara intervensi dan siswa comparisson sekolah di tahun 1, dan mahasiswa perbandingan "terjebak" untuk anak intervensi pada tahun 2. perbedaanperbedaan dalam pengetahuan para siswa dalam dua kelompok wereparalleeled oleh perbedaan dalam penyakit pernapasan. itu tidak masuk akal untuk menyimpulkan bahwa pemasangan stasiun mencuci tangan sekolah dan instruksi dalam lingkungan belajar mungkin telah menyebabkan hasil ini di kalangan siswa. furtheremore, untuk meningkatkan pengetahuan diamati dalam penelitian ini adalah mirip dengan lain berbasis sekolah program hygine dari daerah yang sama, dan dampak pada penyakit.Populasi pernapasan secara biologis masuk akal.

batasan kedua adalah bahwa hasil penyakit dilaporkan dan tidak dikonfirmasi secara klinis meningkatkan kemungkinan kesalahan klasifikasi penyakit. tambahan, siswa tidak ditanya tentang penyakit.Populasi mereka secara langsung, dan jika mereka gagal untuk menginformasikan pengasuh dari penyakit mereka, maka episode penyakit tidak akan ditangkap. kemungkinan bahwa penyakit yang dilaporkan oleh anak-anak untuk pengasuh akan lebih mungkin menjadi parah di alam, ini bias pelaporan potensial bisa mengakibatkan understimation dampak intevention tersebut. ketiga, kunjungan rumah dua mingguan bisa mengakibatkan kelelahan responden dan menurunkan tingkat penyakit yang dilaporkan. keempat, kunjungan rumah berulang dengan pengamatan rumah tangga praktek mungkin telah mempengaruhi perilaku siswa dan pengasuh melalui efek Hawthorne. kelima, banyak siswa yang hilang untuk menindaklanjuti dalam penelitian ini melalui lulus dan putus. meskipun siswa hilang untuk menindaklanjuti tidak berbeda dari keseluruhan populasi yang disurvei pada awal, akan sulit untuk menyalahkan dampak anak-anak yang hilang akan di data. untuk alasan ini, kami tidak membandingkan tingkat penyakit antara tahun pertama dan kedua dari penelitian. penelitian ini memiliki ukuran sampel yang kecil, yang membatasi analisis kami untuk batas kepercayaan 90% daripada batas kepercayaan 95% seperti standar. Dengan demikian, temuan yang terbatas bila dibandingkan dengan penelitian yang lebih kuat lainnya. Akhirnya, bias kehormatan bisa memberikan kontribusi untuk lebih-pelaporan penggunaan produk pengolahan air dan mencuci tangan oleh peserta. Dalam kesimpulan, instalasi stasiun cuci tangan dan pendidikan kebersihan mungkin telah berkontribusi untuk mengurangi tingkat penyakit keseluruhan dan ARIs pada siswa sekolah dasar. meskipun kami mengamati keuntungan dalam pengetahuan para siswa tentang pengolahan air dan meningkatkan akses ke air minum yang aman di sekolah, perubahan ini tidak menerjemahkan untuk menilai diare berkurang, mungkin. karena pengaruh dari intervensi tambahan air bersamaan dalam komunitas proyek. meskipun temuan campuran, sederhana, program murah seperti yang menjelaskan dalam pekerjaan ini, bersama dengan bahan kurikuler untuk meningkatkan belajar tentang pengolahan air, hygine, dan sanitasi, Kelebihan ekspansi dan evaluasi lebih lanjut sampai cakupan universal oleh pipa, air yang diolah dan infrastruktur sanitasi di sekolah dicapai

Anda mungkin juga menyukai