Tumor Buli Buli
Tumor Buli Buli
Tumor Buli Buli
NO. DOKUMEN : RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN (SAK) NO. REVISI : HALAMAN : 1/3
DITETAPKAN OLEH : DIREKTUR UTAMA, TANGGAL TERBIT : MEI 2013 ABDUL KADIR NIP 196205231989031001 :
PENGERTIAN
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam bulibuli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa
ETIOLOGI
1. Faktor risiko untuk kanker kandung kemih mencakup karsinogen dalam lingkungan kerja seperti : bahan pewarna, karet, bahan kulit, tinta, atau cat. 2. Faktor risiko lain adalah infeksi bakteri kambuhan atau kronis pada saluran kemih dan kebiasaan merokok. 3. Disamping itu, terdapat kemungkinan hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kanker kandung kemih. Skistosomiasis kronis (infeksi parasit yang mengiritasi kandung kemih) juga merupakan faktor resiko. 4. Kanker yang tumbuh dari kelenjar prostat, kolon, serta rectum pada laki-laki dan dari traktus ginekologis bawah pada wanita dapat bermetastasis ke kandung kemih. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kencing campur dara yang intermitten Merasa panas waktu kencing Merasa ingin kencing Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing Nyeri suprapubik yang konstan Panas badan dan merasa lemah Nyeri pinggang karena tekanan saraf Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
MANIFESTASI KLINIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium a) Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria b) Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat
pus dan bakteri dalam urine c) RFT normal d) Lymphopenia (N = 1490-2930) 2. Radiology a) Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya. b) Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor c) Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli-buli d) Angiography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe 3. Cystocopy dan biopsy a) Cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor b) Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin 4. Cystologi Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil cel daripada tumor
adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping Resiko tinggi kurangnya volume cairan b/d output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
RENCANA KEPERAWATAN
Kode Diagnosa Keperawatan 1 Intervensi Keperawatan Uraian A. Mandiri 1. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya. 2. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai. B. Observasi 1. Observasi tingkat kenyamanan klien 2. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll. C. Edukasi 1. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system. 2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman. 3. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar 4. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. 5. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan. 6. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat. D. Kolaborasi 1. Kolaborasi dengan bagian Psikologi bila diperlukan Kode
A. Mandiri 1. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas 2. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya 3. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik. B. Observasi 1. Observasi keadaan umum klien 2. Kaji tanda-tanda vital 3. Observasi rasa nyaman klien C. Edukasi
1. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV 2. Ajarkan klien teknik relaksasi D. Kolaborasi 1. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu. 2. Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien 3. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll 3 A. Mandiri 1. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya. 2. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan. 3. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis. 4. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas. 5. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga. B. Observasi 1. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis. 2. Observasi keadaan umum klien 3. Kaji tanda-tanda vital dan perubahan pada klien C. Edukasi 1. Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan. 2. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. 3. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien. 4. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien. D. Kolaborasi 1. Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin 2. Berikan pengobatan sesuai indikasi 3. Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida 4. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus A. Mandiri 1. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung
keseimbangan selama 24 jam. 2. Timbang berat badan jika diperlukan. 3. Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil. 4. Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien. 5. Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah. B. Observasi 1. Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie. C. Edukasi 1. Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu. D. Kolaborasi 1. Berikan cairan IV bila diperlukan. 2. Berikan therapy antiemetik. 3. Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dongoes. 2000. Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta 2. Elizabeth. J.C. 2000.Patofisiologi. EGC. Jakarta 3. FKUA, 1988. Ilmu Bedah dan Teknik Operasi. Baratajaya-FKUA. Surabaya 4. Linda Jual. 2000. Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC. Jakarta 5. Soelarso. Urologi. EGC. Jakarta