Anda di halaman 1dari 2

SUARA PEMBARUAN DAILY

Alternatif Energi Baru dari Minyak Jarak


Terobosan baru di bidang energi segera dinikmati masyarakat Indonesia. Tim ahli dari Laboratorium Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Nedo dan Mitsubishi Research Institute (MIRI) dari Jepang telah mampu menghasilkan bahan bakar dengan bahan baku 100 persen minyak jarak (jatropha oil). Pembaruan/Rieska Wulandari MESIN DIESEL TENAGA MINYAK JARAK - Mesin diesel pembangkit listrik bertenaga minyak jarak (jatropha oil) hasil riset tim peneliti di Laboratorium Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung (ITB) yang disponsori oleh Nebo ( Jepang), Jumat (18/2). Bahan bakar yang dihasilkan dari minyak jarak ini diharapkan bisa menjadi alternatif energi baru untuk diimplementasikan pada mesinmesin di Indonesia. ahan bakar dari jarak bisa digunakan untuk mengaktifkan mesin diesel pembangkit tenaga listrik dan bisa diaplikasikan pada berbagai mesin lain. Berdasarkan penelitian mereka, minyak jarak yang dihasilkan dari cangkang biji jarak diketahui memiliki komposisi kimia berupa lemak kasar 47,25 persen, protein kasar 24,60 persen, serat kasar 10,12 persen, kelembaban 5,5 persen, abu 4,50 persen dan karbohidrat 7.99 persen. Minyak ini pun memiliki kandungan iodin yang tinggi, yaitu 105,2 mg iodin/g. Biji jarak yang mengandung minyak kadar tinggi mudah untuk diektraksi. Sementara itu kandungan asam lemak tak jenuh yang mencapai 90 persen sangat potensial untuk dijadikan pengganti minyak sawit pada aplikasi nonpangan. Di Indonesia pohon jarak banyak ditemukan tumbuh secara liar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan daerah tandus lainnya. Sementara di Pulau Jawa, pohon jarak digunakan untuk pembatas ladang, sedangkan buah dan daunnya buat pakan ternak. Ketua Riset Indonesia Dr Ir Robert Manurung kepada wartawan ketika memperkenalkan temuan ini kepada publik internasional di Bandung mengatakan sumber energi alternatif itu sangat murah, mudah dibuat, dan tak berbahaya bagi lingkungan karena pohon jarak mengandung zat nontoksin. Selain bisa mensubtitusi solar, minyak jarak juga diperkirakan bisa mensubtitusi minyak tanah melalui proses yang mudah dan sederhana. Caranya, buah jarak dimasukkan dalam mesin pemipilan, kemudian ditekan dan menghasilkan minyak. Minyak tersebut diberi ekstraksi pelarut dan kemudian dilanjutkan dengan proses pirolisis yang menghasilkan crude bio oil. Selanjutnya dilakukan proses partial cracking dan akan menghasilkan modified bio oil yang bisa mensubtitusi minyak tanah. Temuan ini diharapkan bisa membantu masyarakat untuk mendapatkan pilihan dalam mencari alternatif sumber energi, apalagi saat ini pemerintah Indonesia akan menarik subsidi untuk bahan bakar solar. "Ada kemungkinan pemerintah mengurangi subsidi solar. Kita membutuhkan sumber energi baru yang harganya tidak jauh dengan harga solar, bahkan mungkin bisa lebih murah dari solar, namun kualitas kerjanya setara dengan solar. Diharapkan temuan ini bisa membantu kalangan usaha dan rakyat kecil untuk mendapat alternatif energi dan tidak melulu bergantung pada solar atau minyak tanah," ujarnya. Menurut Robert, bahan bakar biji jarak ini diharapkan pada masa mendatang juga bisa digunakan untuk mobil dengan mesin diesel, penggilingan beras, dan kapal-kapal nelayan. Saat ini saja terdapat 158.000 penggilingan padi di seluruh Indonesia dengan tenaga mesin mencapai 25 PK ke atas. NTT Penemuan itu segera disambut baik oleh Wakil Gubernur NTT, Frans Lebu Raya yang mengatakan lahan tidur di kawasannya yang mencapai jutaan hektare akan segera dijadikan lahan produktif, khusus untuk menanam pohon jarak. "Penemuan ini sangat menggembirakan karena memberikan pilihan bagi kita untuk menggunakan sumber energi alternatif. Bagi NTT sendiri, penemuan ini adalah sebuah tantangan sekaligus kesempatan baru karena lahan NTT yang cenderung kering sangat cocok untuk ditanami pohon jarak. Di NTT saat ini pohon jarak tumbuh liar dan tidak pernah dijadikan sebagai komoditas ekonomi yang berarti," ujarnya. Dalam perhitungan matematis dibutuhkan 90 hektare pohon jarak untuk membangkitkan pembangkit listrik tenaga diesel berkekuatan satu megawatt. "Ini sangat ideal, karena prospek ekonominya sangat jelas. Selain itu, kami bisa membangkitkan listrik tanpa harus tergantung pada impor solar dari Jawa atau pulau lain," ujarnya.

Sedangkan, Direktur Jenderal Listrik dan Energi Baru Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dr Ir Yogo Pratomo mengatakan saat ini pihaknya terus mendorong Departemen Pertanian untuk meningkatkan produksi biji jarak per hektare. "Petani akan sangat diuntungkan bila menanam pohon jarak sebab jika harga jual bijinya Rp.1000/kg saja, sementara lahan per hektare bisa menghasilkan 15 ton biji jarak, dipastikan hasilnya mencapai Rp 15 juta, jauh lebih tinggi dari harga gabah," ujarnya. Dalam sejarahnya, pohon jarak yang berasal dari Afrika Selatan sudah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak dekade 40-an, saat penjajah Jepang menggunakan minyak jarak untuk penerangan di rumah-rumah penduduk dan sumber energi untuk menggerakkan alat-alat perang. Namun, kini dengan bantuan dari Jepang, Indonesia sudah bisa menghasilkan minyak jarak untuk keperluan pembangkit tenaga listrik, mesin industri, mobil, truk dan suatu saat untuk berbagai keperluan alat rumah tangga. "Kalau sekarang sudah ada mesin kapal nelayan berbahan bakar minyak tanah, maka bukan mustahil jika sebentar lagi akan muncul mesin perahu motor yang menggunakan bahan baku minyak jarak," tambah Robert. Milik Rakyat Robert mengharapkan teknologi penghasil minyak jarak tidak hanya akan dimiliki oleh masyarakat, tapi bisa menjadi milik seluruh rakyat Indonesia. "Rencananya dalam enam bulan ke depan kami akan memantau perkembangan penggunaan bahan bakar alternatif ini terhadap mesin-mesin percobaan. Bila hasilnya bagus, kita akan memperkenalkan mesin pembuat minyak jarak ini kepada seluruh lapisan masyarakat, sehingga masyarakat bisa memiliki mesin penghasil minyak sendiri karena kami sudah merancang teknologi yang mudah dan murah. Tentu, kepemilikan mesin ini ini bisa melalui koperasi rakyat," ujarnya. Strategi ini diharapkan bisa membuat masyarakat Indonesia lebih berdaya dalam menghasilkan sumber energi. "Selain itu, kami juga minta koperasi untuk mengatur suplai biji jarak dari para petani, sekaligus menjadi pintu gerbang pemantau standar kualitas biji dan keberlangsungan pengadaan bahan baku untuk keperluan dalam skala besar," katanya. PEMBARUAN/RIESKA WULANDARI Last modified: 25/2/05

Anda mungkin juga menyukai