Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Latar Belakang Keluarga didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh perkawinan, darah (keturunan: anak atau cucu) atau adopsi yang biasanya tinggal bersama dalam satu rumah. Yang membedakan keluarga dengan kelompok lain adalah keluarga terbentuk oleh pernikahan atau kelahiran, memiliki hubungan yang permanent dan emosional, berorientasi pada hubungan antar pribadidan bukan pada suatu tujuan tertentu seperti halnya organisasi. Keluarga adalah pengaruh utama pada perilaku konsumen anggotanya. Ada banyak contoh tentang bagaimana keluarga mempengaruhi perilaku konsumsi anggotanya. Seorang anak belajar bagaimana menikmati permen dengan mengamati seorang kakak atau adik, belajar penggunaan dan nilai uang dengan mendengarkan dan menonton orang tuanya. Keputusan tentang mobil baru, perjalanan liburan, atau apakah untuk pergi ke sebuah perguruan tinggi lokal atau luar kota adalah konsumsi keputusan biasanya dibuat dalam konteks keluarga. Sebagai unit konsumsi utama, keluarga adalah juga merupakan target utama bagi Pemasaran produk dan jasa. Studi tentang keputusan keluarga sebagai konsumen kurang lazim dibandingkan studi tentang individu sebagai konsumen. Alasan untuk pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai organisasi. Survey dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu daripada untuk keluarga. Pemberian kuesioner kepada seluruh keluarga membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu yang lebih kurang sama, dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau pengaruh relative dalam keputusan tersebut. Alasan untuk pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai organisasi. Survey dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu daripada untuk keluarga. Pemberian kuesioner kepada seluruh keluarga membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu yang lebih kurang sama, dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau pengaruh relative dalam keputusan tersebut. Haverty mengidentifikasikan variabel utama yang terlibat didalam analisis seperti ini, yaitu: a) Fungsi Produksi Rumah Tangga b) Stok (Sumber Daya) Rumah Tangga c) Variabel Eksogen atau yang Ditetapkan Sebelumnya

Rumusan Masalah Setelah proses pemahaman mengenai latar belakang masalah yang terjadi dan akan dianalisa, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan menjadi bahasan untuk mempremudah alur analisa, yaitu: 1. Pengertian perilaku konsumen 2. Konsep keluarga 3. Pengertian keluarga 4. Peranan, tugas, serta fungsi keluarga 5. Bentuk keluarga 6. Variabel yang mempengaruhi struktural keluarga dan rumah tangga 7. Variabel yang mempengaruhi sosiologi keluarga dan rumah tangga 8. Fungsi keluarga dalam kaitan perilaku konsumen 9. Sosialisasi anggota keluarga 10. Pengambilan keputusan keluarga dalam pembelian 11. Siklus hidup keluarga 12. Studi kasus mengenai pengaruh keluarga terhadap perilaku konsumen

Tujuan Pembahasan Sedangkan tujuan adanya pembahasan makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai: 1. Menjelaskan pengertian perilaku konsumen 2. Menjelaskan mengenai konsep keluarga 3. Menjelaskan mengenai pengertian keluarga 4. Menjelaskan mengenai peranan, tugas, serta fungsi keluarga 5. Menjelaskan mengenai bentuk keluarga 6. Menjelaskan variabel yang mempengaruhi struktural keluarga dan rumah tangga 7. Menjelaskan variabel yang mempengaruhi sosiologi keluarga dan rumah tangga
2

8. Menjelaskan mengenai fungsi keluarga dalam kaitan perilaku konsumen 9. Menjelaskan mengenai sosialisasi anggota keluarga 10. Menjelaskan mengenai pengambilan keputusan keluarga dalam pembelian 11. Menjelaskan mengenai siklus hidup keluarga 12. Menjelaskan studi kasus mengenai pengaruh keluarga terhadap perilaku konsumen

ISI

1. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990), perilaku konsumen diartikan . Those actions directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services, including the decision processes that precede and follow this action. Perilaku konsumen merupakan tindakantindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tindakan tersebut. Menurut Mowen (1995), Consumer behavior is defined as the study of the buying units and the exchange processes involved in acquiring, consume, disposing of goods, services, experiences, and ideas. Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaanyang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2005). Perilaku
3

konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001). Katona (dalam Munandar, 2001) memandang perilaku konsumen sebagai cabang ilmu dari perilaku ekonomika (behavioral economics). Selain itu, menurut Dieben (2004) perilaku konsumen adalah the decision process and physical activity individuals engange in when evaluating, acquiring, using or disposing of goods and services mencakup perolehan, penggunaan disposisi produk, jasa, waktu, dan gagasan. Dalam perilaku konsumen terdapat consumer dan customer. Menurut Engel (dalam Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Loudon dan Bitta (1984) mendefinisikan perilaku konsumen yaitu sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, mempergunakan barang-barang dan jasa. Menurut Peter dan Oslo (dalam Rangkuti, 2002) menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan proses dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok dan oraganisasi dalam mendapatkan, menggunakan sesuatu produk sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan sumber-sumber lainnya. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Fokus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang.

2. Konsep Keluarga
Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dan proses pengambilan keputusannya dalam pembelian suatu barang, antara lain keluarga dan rumah tangga. Saat ini keberadaan keluarga dan rumah tangga sangat berpengaruh terhada pola hidup dan prilaku konsumsi seseorang. Hal ini didasari pada gaya hidup keluarga maupun rumah tangga itu sendiri. Semakin tinggi

derajat keluarga, semakin tinggi juga kebutuhan hidup. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting terhadap masyarakat. Di dalam keluarga dan rumah tangga sangat berpengaruh terhadap pembelian konsumen, karena kebutuhan keluarga dan rumah tangga sangat banyak. Secara ilmiah keluarga dapat diartikan sebagai sekelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang berhubungan darah, pernikahan, atau adopsi yang tinggal berdampingan. Sedangkan rumah tangga adalah semua orang, baik yang berelasi maupun tidak berelasi yang menempati sebuah unit rumah. Keluarga maupun pengaruh rumah tangga mempengaruhi sikap pembelian konsumen. Misalnya kelahiran anak mempengaruhi suatu keluarga untuk menambah perabotan, bahan makanan bayi, dan lain-lain. Rumah tangga berbeda dengan keluarga dalam rumah tangga mendeskripsikan semua orang, baik yang berkerabat maupun yang tidak, yang menempati satu unit perumahan. Baik untuk rumah tangga maupun keluarga, data dapat digunakan oleh organisasi pemasaran untuk analisis makro maupun pemasaran. Keluarga sebagai suatu lingkup paling dekat dengan konsumen keluarga merupakan pengaruh paling kuat pada si konsumen dalam memilih suatu produk. Mengapa demikian, pertama adalah keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari keluarga. Kedua adalah keluarga sebagai sumber keturunan. Jadi keluarga ada hubungannya dalam mempengaruhi prilaku konsumen. Dalam kehidupan rumah tangga situasi dari keadaan di dalamnya menjadikan patokan dari konsumen sebagai pembeli, dimana tindakan itu terjadi karena pembentukan sebuah emosional, yaitu terbentuknya suatu keprobadian dan gaya hidup dalam diri si konsumen tersebut. Dengan kata lain pembetukan suatu imej seseorang dalam pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh lingkunga sekitar yaiut kelurga,teman, dan sekitar yang berpengaruh besar dalam perilaku konsumen.

3. Pengertian Keluarga Keluarga (bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti "anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masingmasing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Keluarga (family) adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama. Keluarga inti (nuclear family) adalah kelompok langsung yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal bersama.
5

Keluarga besar (extended family) mencakupi keluarga inti, ditambah kerabat lain, seperti kakeknenek, paman dan bibi, sepupu, dan kerabat karena perkawinan. Keluarga di mana seseorang disebut keluarga orientasi (family orientation), sementara keluarga yang ditegakkan melalui perkawinan adalah keluarga prokreasi (family of procreation).

4. Peranan, Tugas, serta Fungsi Keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah, ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut: 1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya. 2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga. 3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masingmasing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga. 6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga. 7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas. 8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya. Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
1. Fungsi Pendidikan, dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak

untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak. 2. Fungsi Sosialisasi, anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
6

3. Fungsi Perlindungan, dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman. 4. Fungsi Perasaan, dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Agama, dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan

anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6. Fungsi Ekonomi, dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur

penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga. 7. Fungsi Rekreatif, dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masingmasing, dan lainnya.
8. Fungsi Biologis, dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi

selanjutnya. 9. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

5. Bentuk Keluarga Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas. Berdasarkan lokasi

Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri; Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami; Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;

Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian); Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri; Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami; Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri .

Berdasarkan pola otoritas


Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah) Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu) Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.

6. Variabel yang Mempengaruhi Struktural Keluarga dan Rumah Tangga Variabel struktural meliputi usia kepala rumah tangga atau keluarga, status perkawinan, kehadiran anak, dan status pekerjaan. Sebagai contoh, analis konsumen memiliki minat besar dalam apakah keluarga memiliki anak dan berapa banyak yang mereka miliki. Anak-anak keluarga meningkatkan permintaan untuk pakaian, makanan, furniture, rumah, perawatan medis, dan pendidikan, sementara mereka mengurangi permintaan untuk item diskresioner banyak, termasuk perjalanan, tinggi-harga restoran, dan pakaian dewasa. Perubahan struktural lain yang mempengaruhi jenis produk yang diproduksi. Sebagai contoh, di Jepang, perusahaan teknologi tinggi telah membentuk sebuah konsorsium untuk standarisasi teknologi yang telah dikembangkan untuk memantau dan mengelola rumah tangga.

7. Variabel yang Mempengaruhi Sosiologi Keluarga dan Rumah Tangga Pemasar dapat memahami keluarga dan keputusan rumah tangga yang lebih baik dengan memeriksa dimensi sosiologis tentang bagaimana keluarga membuat keputusan konsumen. Tiga variabel sosiologis yang membantu menjelaskan bagaimana fungsi keluarga meliputi kohesi, adaptasi, dan komunikasi.
8

Kohesi adalah ikatan Emosional antara anggota keluarga. Itu mengukur seberapa dekat satu sama lain merasa anggota keluarga pada tingkat emosional. Kohesi mencerminkan rasa keterhubungan atau keterpisahan dari anggota keluarga lainnya. Adaptasi mengukur kemampuan sebuah keluarga untuk mengubah struktur kekuasaannya, hubungan peran, dan aturan hubungan dalam respon terhadap stres situasional dan perkembangan. Tingkat adaptasi menunjukkan seberapa baik keluarga dapat memenuhi tantangan yang disajikan oleh situasi berubah. Komunikasi adalah dimensi memfasilitasi, penting untuk gerakan pada dua dimensi lainnya. Positif keterampilan komunikasi (seperti empati, mendengarkan reflektif, komentar mendukung) memungkinkan anggota keluarga untuk berbagi kebutuhan mereka berubah karena mereka berhubungan dengan kohesi dan kemampuan beradaptasi. keterampilan komunikasi negatif (seperti pesan ganda, ganda mengikat, kritik) meminimalkan kemampuan untuk berbagi perasaan, sehingga membatasi gerakan dalam dimensi kohesi dan kemampuan beradaptasi. Memahami apakah keluarga anggota puas dengan pembelian keluarga membutuhkan komunikasi dalam keluarga. Untuk menentukan bagaimana keluarga membuat keputusan pembelian dan bagaimana keluarga mempengaruhi perilaku pembelian masa depan anggotanya, hal ini berguna untuk memahami fungsi yang disediakan dan peran yang dimainkan oleh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka. 8. Fungsi Keluarga Dalam Kaitan Perilaku Konsumen Empat fungsi dasar yang disediakan oleh keluarga sangat relevan dengan diskusi tentang perilaku konsumen. Ini termasuk kesejahteraan ekonomi, dukungan emosional, gaya hidup keluarga cocok, dan sosialisasi anggota keluarga. (1) Kesejahteraan Ekonomi Menyediakan sarana keuangan untuk tanggungan adalah diragukan lagi fungsi dasar keluarga. Bagaimana keluarga membagi tanggung jawabnya untuk memberikan kesejahteraan ekonomi telah berubah selama 25 tahun terakhir. Peran tradisional sebagai penyedia ekonomi suami dan istri sebagai pengurus rumah dan kuda yg berkeras kepala anak masih berlaku. Peran ekonomi anak-anak telah berubah. Hari ini, bahkan jika beberapa anak remaja bekerja, mereka jarang membantu keluarga secara finansial. Orangtua mereka masih diharapkan untuk menyediakan kebutuhan mereka. Tetapi beberapa dari mereka mendapatkan cukup uang saku untuk memutuskan konsumsi barang diskresioner. (2) Dukungan Emosional Pemberian asupan emosional (termasuk cinta, kasih sayang, dan keintiman) untuk anggotanya adalah fungsi dasar yang penting dari keluarga kontemporer. Dalam memenuhi fungsi ini, keluarga memberikan dukungan dan dorongan dan membantu anggotanya dalam mengatasi masalah pribadi atau sosial. Untuk membuatnya lebih mudah bagi orangtua yang bekerja untuk menunjukkan kasih sayang cinta dan dukungan untuk anak-anak mereka, kartu ucapan perusahaan telah kartu pemasaran khususnya bagi orangtua untuk memberikan anak-anak mereka. Misalnya, di kebanyakan komunitas, pusat pendidikan dan psikologi banyak tersedia yang dirancang untuk membantu orang tua yang ingin membantu anak-anak mereka meningkatkan belajar mereka dan keterampilan komunikasi, atau secara umum, lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka.
9

(3) Gaya Hidup Keluarga Cocok Fungsi lain keluarga yang penting dalam hal perilaku konsumen adalah pembentukan gaya hidup yang cocok untuk keluarga. Komitmen gaya hidup keluarga, termasuk alokasi waktu, sangat mempengaruhi pola konsumsi. Misalnya, peningkatan jumlah wanita menikah bekerja di luar rumah telah mengurangi waktu mereka telah tersedia untuk pekerjaan rumah tangga, dan telah menciptakan pasar untuk produk kenyamanan dan restoran cepat saji. (4) Sosialisasi Anak dan Anggota Keluarga Lainnya Sosialisasi anggota keluarga, terutama anak muda, adalah fungsi keluarga pusat. Dalam sebagian besar, proses ini terdiri dari menyampaikan kepada anak-anak nilai dasar dan mode perilaku yang konsisten dengan budaya. Ini umumnya mencakup prinsip-prinsip moral dan agama, keterampilan interpersonal, pakaian dan perawatan standar, perilaku yang sesuai dan pidato, dan pemilihan tujuan pendidikan dan pekerjaan atau karir yang cocok. Sosialisasi keterampilan (sopan santun, tujuan, nilai, dan kualitas lainnya) yang diberikan kepada anak secara langsung melalui instruksi dan secara tidak langsung melalui pengamatan perilaku orang tua dan saudara kandung yang lebih tua. Pemasar sering menargetkan orang tua mencari bantuan dalam tugas sosialisasi anak remaja. 9. Sosialisasi Angota Keluarga Secara tradisional, keluarga didefinisikan sebagai dua orang atau lebih dikaitkan oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi yang tinggal bersama sama. Dalam arti yang lebih dinamis, para individu merupakan satu keluarga yang dapat digambarkan sebagai anggota kelompok sosial paling mendasar yang hidup bersama sama dan berinteraksi untuk memuaskan kebutuhan pribadi bersama.

1. Sosialisasi konsumen untuk anak anak Aspek aspek yang relevan dengan sosialisasi anak anak didefinisikan sebagai proses dimana anak anak memperoleh keahlian, pengetahuan, sikap dan pengalaman penting untuk berfungsi sebagai konsumen. 2. Sosialisasi konsumen dewasa Proses sosialisasi mulai dari anak anak dan diteruskan seumur hidup oleh setiap orang. 3. Sosialisasi antar generasi Pada umumnya untuk memastikan loyalitas produk dan preferensi merek yang ditransfer dari satu generasi ke generasi yang lainnya mungkin untuk kegiatan tiga atau empat generasi dalam keluarga yang sama. Contoh produk yang dikonsumsi dari generasi ke generasi antara lain selai kacang, coklat, es krim, kopi, kecap, dan lain lain.
10

10. Pengambilan Keputusan Keluarga dalam Pembelian Dinamika pengambilan keputusan suami istri: kebanyakan studi mengenai pengaruh suami istri menggolongkan keputusan konsumsi keluarga sebagai didominasi suami, didominasi istri, bersama (sederajat atau tidak) dan otonomi (sendiri atau sepihak). Pengaruh relative suami dan istri terhadap keputusan konsumsi tertentu sebagian tergantung pada kategori produk dan jasa. Dalam hal pengambilan keputusan mengenai keuangan, terdapat kecenderungan umum mengenai pergeseran dari keputusan yang didominasi istri menjadi keputusan bersama. Beberapa faktor spesifik yang menentukan dalam membuat keputusan pembelian pada sebuah keluarga adalah: 1. Kebutuhan antar pribadi, tingkatan seseorang pada investasi dalam kelompok, misalnya seorang remaja bisa jadi lebih peduli tentang apa yang dibeli keluarganya untuk rumah tangga daripada seorang mahasiswa yang sementara tinggal di asrama. 2. Keterlibatan dan manfaat produk, yaitu produk mana akan digunakan atau akan memuaskan sebuah kebutuhan. 3. Pertanggungjawaban, (usaha memperoleh, maintenance, pembayaran dan seterusnya), orang lebih menyukai tidak setuju dengan sebuah keputusan jika itu membawa konsekuensi dan komitmen jangka panjang. 4. Kekuasaan, keputusan membeli dalam keluarga dipengaruhi oleh keputusan yang lainnya. Pada keluarga tradisional suami cenderung mempunyai kekuasaan lebih daripada istri, kemudian pada anak yang lebih tua dan seterusnya Aspek sosialisasi anak anak paling relevan dengan studi perilaku konsumen adalah sosialisasi konsumen yang didefinisikan sebagai proses yang memungkinkan anak anak memperoleh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang diperlukan oleh seorang konsumen. Kebanyakan anak anak pra remaja memperoleh norma norma perilaku konsumen melalui pengamatan terhadap orangtua atau saudara kandung mereka yang lebih tua, fungsinya sebagai model peran dan sumber petunjuk pembelajaran konsumsi utama. Sebaliknya remaja usia belasan tahun mungkin melihat teman teman mereka untuk model perilaku konsumen yang dapat diterima. Pasar untuk anak anak dapat disusun atas tiga pasar berbeda, yaitu: 1. Pasar utama, anak anak menghabiskan uang untuk membeli kebutuhan dan keinginan utama mereka, seperti mainan, pakaian, menonton film, games, makanan, dan lain lain. 2. Pasar pengaruh, kekuasaan orang uta terjadi ketika orang tua membuat sebuah keputusan yang dipengaruhi oleh permintaan dan penyerahan seorang anak. 3. Pasar masa depan, anak anak mempunyai jalan untuk tumbuh menjadi dewasa dan kecerdasan pemasar dapat mengunci loyalitas merek pada usia dini. 11. Siklus Hidup Keluarga Konsep family life cycle merupakan lat untuk menggambarkan serangkaian tahap perkembangan kebanyakan keluarga. Meskipun perkembangan keluarga cenderung mengalami perubahan
11

namun konsep family life cycle tetap merupakan alat pemasaran yang berguna. Analisis family life cycle memungkinkan para pemasar membagi keluarga dari segi serangkaian tahap sepanjang hidup sebuah unit keluarga. Family life cycle merupakan variabel gabungan yang diciptakan dengan menggabungkan secara sistematis berbagai variabel demografi yang biasa digunakan seperti status perkawinan, jumlah anggota keluarga, umur anggota keluarga, dan status pekerjaan kepala rumah tangga. Untuk menggambarkan realitas berbagai macam tatanan keluarga dan gaya hidup sekarang maka konsep family life cycle dapat dibagi dua, yaitu: 1. Skema family life cycle Model family life cycle tradisional terdiri dari lima tahap dasar yaitu: Tahap I, masa lajang, orang muda lajang hidup terpisah dari orang tua. Tahap II, pasangan yang berbulan madu. Tahap III, orang tua, mempunyai satu anak dan tinggal serumah. Tahap IV, pasca-orang tua, suami istri yang sudah tua, anak anak tidak tinggal serumah. Tahap V, disolusi, seorang suami atau istri yang masih hidup. 2. Tahap tahap family life cycle alternatif Family life cycle tradisional tidak dapat lagi sepenuhnya mewakili kemajuan tahap tahap perubahan tatanan keluarga dan gaya hidup dewasa ini. Tahap tahap family life cycle alternatif terpilih menerangkan beberapa rumah tangga keluarga non tradisional penting yang semakin banyak menjadi target pasar bagi para pemasar. Walaupun dimodifikasi model family life cycle alternatif ini dengan memasukan perceraian dengan dan tanpa anak tetapi model ini hanya mengakui keluarga yang memasuki pernikahan dengan mengabaikan rumah tangga dengan orang tua tunggal atau lajang yang mengadopsi anak. Tahap tahap family life cycle alternatif yang penting adalah: a. Rumah tangga keluarga terdiri dari: pasangan yang tidak mempunyai anak, pasangan terlambat menikah, orang tua tunggal (mempunyai anak, pria atau wanita muda punya satu atau lebih anak tanpa menikah dan lajang mengadopsi satu anak atau lebih) dan keluarga diperluas (misalnya anak anak dewasa kembali kerumah untuk menghindari biaya tinggi karena mengejar karir, perceraian atau orang tua yang tinggal dirumah anaknya). b. Rumah tangga bukan keluarga: pasangan tidak menikah, pasangan bercerai tanpa anak, orang lajang dan janda/duda yang sudah tua.

12

12. Studi Kasus Studi kasus yang saya angkat yang berkaitan dengan pengaruh keluarga terhadap perilaku konsumen mengambil penenlitian dari Bapak Munparidi, Dosen Politeknik Negeri Sriwijaya dengan judul, Pengaruh Pendapatan dan Ukuran Keluarga Terhadap Pola Konsumsi, Studi Kasus: Desa Ulak Kerbau Lama, Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir. Studi kasus ini memiliki abstrak sebagai berikut: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendapatan dan ukuran keluarga terhadap pola konsumsi. Penelitian ini dilakukan di Desa Ulak Kerbau Lama Kecamatan Tanjung Raja dengan jumlah populasi sebanyak 408 rumah tangga, berlangsung dari bulan Juli sampai Agustus 2009. Pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan standar error of proportional sehingga diperoleh responden sebanyak 103 kepala keluarga. Kemudian teknik acak berstratifikasi diperoleh sebanyak 45 responden rumah tangga miskin dan 58 responden rumah tangga tidak miskin. Data dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi pangan berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan total keluarga. Sebaliknya proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi non pangan berbanding lurus dengan pendapatan total keluarga, (2) Besarnya ukuran keluarga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pola konsumsi rumah tangga.

13

Dengan latar belakang: Todaro (2004:21) menyatakan, tantangan utama pembangunan adalah memperbaiki kualitas kehidupan. Kualitas hidup yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang lebih tinggi, namun yang dibutuhkan bukan hanya itu. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya juga harus diperjuangkan, yakni pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi (pangan), pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, peningkatan kebebasan individual dan pelestarian ragam kehidupan budaya. Lebih lanjut ia katakan, pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial. Konsumsi merupakan salah satu kegiatan ekonomi rumah tangga dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa. Dari barang dan jasa yang dikonsumsi itulah rumah tangga akan mempunyai kualitas hidup tersendiri. Oleh karena itu, konsumsi seringkali dijadikan salah satu indikator kesejahteraan keluarga. Makin besar pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, maka makin tinggi tahap kesejahteraan keluarga tersebut. Salah satu strategi untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat miskin adalah menurunkan ketidakberdayaan penduduk terhadap kebutuhan yang fundamental seperti makanan, sandang, papan, kesehatan dan gizi (Cicih, 2002:36). Kekurangan konsumsi terutama pangan erat kaitannya dengan kemiskinan. Menurut De Vos, miskin adalah suatu keadaan seseorang mengalami kekurangan atau tidak mampu memenuhi kebutuhan yang paling rendah atau tidak mampu mencapai tingkat minimal daritujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dapat berupa konsumsi, kebebasan, hak mendapatkan sesuatu, menikmati hidup dan lain-lain (Malika, 2003:14). Menurut Badan Pusat Statistik (Malika, 2003:14) rumah tangga miskin umumnya mempunyai karakteristik sebagai berikut : mempunyai anggota rumah tangga yang banyak, dimana kepala keluarganya merupakan pekerja rumah tangga; tingkat pendidikan kepala keluarga maupun anggotanya rendah; sering berubah pekerjaan; sebagian besar mereka yang telah bekerja masih mau menerima tambahan pekerjaan lagi bila ditawarkan; dan sebagian besar pendapatannya bersumber dari sector pertanian. Desa Ulak Kerbau lama sebagai salah satu desa yang ada di kecamatan Tanjung Raja. Desa ini sejak tahun 1996 hingga sekarang masih terdaftar sebagai desa penerima dana Inpres Desa Tertinggal (IDT). Pada hal secara historis menurut keterangan Kepala Desa, sampai dengan tahun 1980-an sebagian besar masyarakat di desa ini terkenal dengan petani penghasil jeruk yang cukup sejahtera, namun dalam perkembangannya hingga sekarang ini lebih dikenal sebagai desa tukang jahit / bordir pakaian jadi. Jumlah penduduk dan pekerjaan utama kepala keluarga di Desa Ulak Kerbau Lama Kecamatan Tanjung Raja sekarang ini adalah sebagai berikut :

14

Data di tabel 1 di atas, selain menunjukkan perkembangan jumlah penduduk dan pekerjaan utama kepala keluarga di desa Ulak Kerbau Lama pada tahun 2005 hingga 2008, juga mencerminkan bagaimana bervariasinya pekerjaan utama kepala keluarga terutama tahun 2008, dimana pekerjaan utama sebagai petani (termasuk peternak) hanya tinggal 182 KK atau sekitar 44,6 persen, kemudian diikuti pekerjaan utama di bidang jasa tukang jahit / bordir sebanyak 67 KK atau 16,4 persen, di bidang industri kerajinan sebanyak 56 KK atau sekitar 13,7 persen dan di bidang jasa lainnya seperti : guru mengaji, jasa angkutan tak bermotor, sopir, tukang kayu, dan tukang cukur mencapai sebanyak 49 KK atau sekitar 12 persen. Jika seluruh pekerjaan di bidang jasa-jasa ini dijumlahkan maka akan didapat sebanyak 116 KK atau 28,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa data pada desa yang dipilih sebagai lokasi studi kasus ini secara materiil memiliki relevansi dengan data regional yang menggambarkan distribusi penduduk miskin serta peningkatan kemiskinan sektoral terbesar terjadi pada lapangan pekerjaan bidang pertanian dan jasa-jasa. Adapun gambaran kemiskinan penduduk di Desa Ulak Kerbau Lama Kecamatan Tanjung Raja dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

15

Jika kategori rumah tangga miskin dikelompokkan dari keluarga Pra Sejahtera (PS) dan Keluarga Sejahtera (KS) I dengan alasan ekonomi (Mubyarto, 2002:1) maka berdasarkan tabel diatas tingkat kemiskinan di Desa Ulak Kerbau Lama Kecamatan Tanjung Raja mencapai angka 178 KK atau 43,63 persen. Dengan melihat tingginya tingkat kemiskinan atau rendahnya pendapatan rumah tangga dan bervariasinya lapangan pekerjaan utama kepala keluarga serta ukuran keluarga, timbul suatu perhatian yaitu "bagaimana pengaruh tingkat pendapatan rumah tangga dan ukuran keluarga terhadap pola konsumsi rumah tangga ? Dengan Metode penelitian: Penelitian ini dilakukan di desa Ulak Kerbau Lama, kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir. Lokasi penelitian yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan bahwa pada desa tersebut mempunyai jumlah keluarga menyebar relatif merata menurut tahapan keluarga dan jenis pekerjaan yang bervariasi. Populasi dari penelitian ini yaitu semua kepala keluarga yang ada pada Desa Ulak Kerbau Lama Kecamatan Tanjung Raja, yaitu sebanyak 408 kepala keluarga. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan standar error of proportional yang rumusnya menurut Maholtra (1999:361) adalah sebagai berikut : N = {p ( 1 - p ).Z2 } / D2 Dengan mengestimasi 90 persen dari populasi sebagai target, maka nilai N diperoleh = 138 Dari nilai N di atas kemudian dengan memasukkan jumlah populasi sebesar 408 KK, maka dapat dihitung jumlah sampel dengan rumus Maholtra (1999:364) sebagai berikut : Jumlah sampel (n) = N. P / P +(n-1), atau sebanyak 103 responden. Pengambilan sampel keluarga dilakukan dengan tehnik random kuota berlapis. Dalam menganalisis data, dipergunakan kerangka analisis statistik deskriptif dan statistic inferensial. Peneliti kemudian mendapatkan hasil dari penelitian tersebut dan dapat merumuskan kesimpulan bahwa ukuran keluarga tidak memiliki pengaruh terhadap pola konsumsi rumah tangga, sedangkan proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi non pangan berbanding lurus dengan besarnya pendapatan total keluarga. Untu lebih rincinya berikut adalah kesimpulan menurut hasil penelitian tersebut: 1. Persentase pendapatan total rumah tangga yang kurang dari atau sama dengan Rp. 480.000,- perbulan sebanyak 34 persen. Sedangkan persentase pendapatan kepala keluarga responden sebanyak 45,6 persen, berarti terjadi penurunan persentase pendapatan rumah tangga pada kelompok rendah sebesar 11,6 persen. Angka 11,6 persen ini merupakan kontribusi dari pendapatan anggota rumah tangga responden. 2. Rata-rata pengeluaran pada keluarga miskin yaitu Rp.566.858,- untuk alokasi pangan dan Rp.114.620,- perbulan untuk non pangan sedangkan rata-rata pengeluaran untuk keluarga tidak miskin yaitu Rp. 962.795, perbulan untuk pangan dan Rp.458.368,- perbulan untuk kebutuhan non pangan. 3. Proporsi alokasi pengeluran untuk konsumsi pangan berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan total keluarga, artinya semakin besar pendapatan total keluarga maka proporsi alokasi untuk konsumsi pangan semakin berkurang. Sebaliknya proporsi alokasi
16

pengeluaran untuk konsumsi non pangan berbanding lurus dengan besarnya pendapatan total keluarga, artinya proporsi alokasi untuk konsumsi non pangan bertambah seiring dengan pertambahan pendapatan total keluarga. 4. Rata-rata Ukuran Keluarga sebanyak 4,4 orang, berarti rata-rata jumlah anggota keluarga termasuk kepala keluarga sebanyak 4 - 5 orang setiap keluarga. Tidak ada hubungan yang signifikan antara besarnya ukuran keluarga terhadap pola konsumsi rumah tangga.

KESIMPULAN
Keluarga sebagai sebuah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh perkawinan, darah (keturunan: anak atau cucu) atau adopsi yang biasanya tinggal bersama dalam satu rumah. Yang membedakan keluarga dengan kelompok lain adalah keluarga terbentuk oleh pernikahan atau kelahiran, memiliki hubungan yang permanent dan emosional, berorientasi pada hubungan antar pribadidan bukan pada suatu tujuan tertentu seperti halnya organisasi. Seorang anak yang biasanya berperan sebagai pengguna akhir dari produk yang dibeli dapat memberi pengaruh yang tidak kecil pada pengambilan keputusan pembelian suatu barang dalam keluarganya. Biasanya anak mencoba memberi pengaruh pada orang tuanya untuk membeli.Walaupun anak tidak mendominasi pengambilan keputusan beli, mereka mempunyai potensi yang besar untuk membentuk aliansi baik dengan ayahnya maupun dengan ibunya dalam membentuk
17

mayoritas pengambilan keputusan beli. Anak bisa berpengaruh pada setiap tahap proses membeli kecuali pada keputusan berapa banyak uang yang akan dibelanjakan. Dalam proses pembelian suatu produk anak berpotensi sebagai konsumen skunder yaitu dapat mempengaruhi orang tua untuk membeli produk yang mereka sukai. Selain itu, ada faktor penting yang dapat menjadi pengaruh paling utam dalam suatu keluarga atau rumah tangga dalam kaitannya dengan pola konsumsi, yaitu total pendapatan keluarga. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka tingkatan keinginan dan kebutuhan akan suatu barang akan semakin tinggi karena mereka menyadari kemampuan konsumsi mereka.

18

Anda mungkin juga menyukai