Anda di halaman 1dari 4

SEIRING dengan bertambahnya usia, kulit akan mengalami penuaan dengan tanda-tanda kulit terasa kasar, kusam, dan

bersisik serta berbecakbercak(1). Untuk membantu memulihkan penampilan kulit, terdapat beberapa cara penanganan, antara lain dengan penggunaan antioksidan atau dengan melakukan proses pengangkatan sel-sel kulit mati(1,2). Pengangkatan sel-sel kulit mati dapat dilakukan dengan cara pengelupasan kulit, yang dapat merangsang pembentukan sel-sel kulit yang baru, membersihkan pori-pori kulit yang tersumbat, serta mempermudah penetrasi produk-produk perawatan topikal, serta menciptakan kulit yang sehat dan bercahaya. Proses pengelupasan kulit yang dilakukan secara teratur dapat membantu memperbaiki kerusakan kulit(3). Selain dengan pengelupasan kulit, penampilan kulit yang rusak juga dapat diperbaiki dengan penggunaan antioksidan. Salah satu antioksidan yang dapat digunakan sebagai zat antipenuaan dan pencerah kulit adalah vitamin C. Karena vitamin C memiliki stabilitas kimia yang kurang baik, telah dikembangkan senyawa turunan vitamin C yang lebih stabil dan mampu meningkatkan kemampuan absorpsi pada kulit(4). Senyawa turunan vitamin C tersebut salah satunya adalah etil vitamin C. Derivat vitamin C ini dapat larut dalam basis lemak maupun air, mudah berpenetrasi ke dalam kulit, mampu menghambat pembentukan melanin, mencegah dermatitis, serta meningkatkan elastisitas dan warna kulit, sehingga sangat potensial digunakan dalam sediaan kosmetika(5). Gel adalah suatu sistem padat atau setengah padat dari paling sedikit dua konstituen yang terdiri dari massa seperti pagar yang rapat dan diselusupioleh cairan(10). Gel memiliki sifat yang lunak, lembut, mudah dioleskan, serta tidak meninggalkan lapisan berminyak pada permukaan kulit. Hal ini merupakan nilai tambah yang menunjukkan kemerataan distribusi dari komponen pembentuk gel dalam pelarut(11).

Pendahuluan Buah delima (Punica granatum, Linn.) mengandung fitokimia dan tinggi kandungan zat antioksidan yang didalamnya terdapat polifenol, tanin, dan anthocyanins. Khususnya pada polifenol terdapat 60% komponen flavonoid yang dapat menghambat sel kanker dengan menginduksi apoptosis.

Mengkonsumsi bahan pangan yang memiliki sifat antioksidan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker. Konsumsi antioksidan setiap hari dapat mengurangi peluang munculnya penyakit degeneratif dan memperlambat penuaan. Antioksidan akan merangsang respon imun tubuh sehingga mampu menghancurkan radikal bebas, mempertahankan kelenturan pembuluh darah, mempertahankan besarnya jaringan otak dan mencegah kanker.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan telah meningkat secara nyata dalam dasa warsa terakhir ini (Golberg, 1994). Kenyataan ini menuntut suatu bahan pangan tidak hanya sekedar bergizi dan lezat, tetapi juga mempunyai khasiat menguntungkan bagi kesehatan, yang dikenal dengan istilah pangan fungsional. Pangan fungsional adalah bahan pangan yang mengandung senyawa atau komponen yang berkhasiat bagi kesehatan. Senyawa atau komponen tersebut antara lain serat pangan, oligosakarida, gula alkohol, asam amino, peptida, protein, glikosida, alkohol, isoprenoida vitamin, kolin, mineral, bakteri asam laktat, asam lemak tidak jenuh, dan antioksidan (Golberg, 1994). Senyawa golongan glikosida flavonoid yang berperan sebagai antioksidan terdapat dalam kedelai. Senyawa flavonoid tersebut adalah dari golongan isoflavon dengan kadar sekitar 0,25% (Snyder dan Kwon, 1987; Shahidi dan Naczk, 1995; Huang, Ho, dan Lee, 1992).

PENDAHULUAN Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia,dan mempunyai daya proteksi terhadap pengaruh luar.Kulit sangat mendukung penampilan seseorang sehingga perlu dirawat, dipelihara, dan dijaga kesehatannya. Dengan perawatan dan pemeliharaan, maka penampilan kulit akan terlihat sehat, terawat, serta senantiasa memancarkan kesegaran (Wirajayakusuma, 1998). Proses perusakan kulit yang ditandai oleh munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah lebih banyak disebabkan oleh radikal bebas. Selain tampak kusam dan berkerut, kulit menjadi lebih cepat tua dan muncul flek-flek hitam (Maysuhara, 2009). Salah satu penangkap efek buruk dari radikal bebas adalah senyawa antioksidan. Melinjo adalah tumbuhan berumah dua dan merupakan marga

tunggal (monogenera) dalam suku Gnetaceae, yang termasuk kelompok Gymnospermae (Hanan dan Sutrisno, 2000), diketahui memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Kadar antioksidan yang tinggi pada biji melinjo dapat menghambat radikal bebas dan juga sebagai anti aging. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pada biji melinjo terkandung senyawa polifenol (fenol sederhana, flavonoid, dan tanin), senyawa gnemonoside yang merupakan salah satu golongan stilbenoid yang berperan sebagai senyawa antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Selain itu, terkandung pula senyawa vitamin C dan tokoferol (Santoso, et al., 2010). Kandungan protein yang tinggi dalam biji melinjo, memberikan juga aktivitas antioksidan. Protein utama dengan berat molekul 30 kDa sangat efektif untuk

Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai sumber antioksidan dalam sediaan kosmetika (Mario,2001). Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi, dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2011). Kosmetika wajah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker. Bentuk sediaan masker yang banyak terdapat di pasaran adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan sediaan masker bentuk gel masih jarang dijumpai, padahal masker bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya penggunaan yang mudah, serta

mudah untuk dibilas dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik (Harry,1973). Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian mengenai pengujian antioksidan ekstrak etanol biji melinjo dan formulasi sediaan masker gel berbahan dasar ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) yang baik, efektif, stabil, dan aman dalam penggunaannya.

METODOLOGI
Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan adalah limbah kulit buah Delima(Punica granatum L.) yang didapatkan dari produsen tahu di Pasar Segar Panakukang JL. Pengayoman, Makassa. Bahan penunjang yang digunakan adalah. Bahan kimia yang dibutuhkan adalah Polivinil Alkohol 1 %, Propilen glikol 10%, Metil Paraben, Alkohol 70% dan akuades. Alat yang akan digunakan adalah magnetic stirer hot plate, penyaring vakum, Rotavapor vakum, cawan porselen, timbangan listrik, water-bath, autoclave, oven listrik, desikator, Spektroskop UV-VIS dan HPLC serta alat-alat gelas untuk analisis. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode eksperimental deskriptif 1. Air murni dipanaskan kemudian dimasukkan kedalam Metil Paraben. 2. Polovinil Alkohol dilarutkan dalam Larutan Nol. 3. Dilarutkan Ektrak kental kedalam dispersi polivinil alkohol 4. Dimasukkan Propil blikol dan diaduk hingga Homogen

Anda mungkin juga menyukai