Anda di halaman 1dari 12

15 Orang Meninggal Akibat Banjir Bandang Mamasa

Sukma Indah Permana- detikNews Jakarta- Korban tewas yang telah ditemukan akibat banjir bandang di Mamasa, Sulawesi Barat menjadi 15 orang. Sementara itu, dua orang masih dinyatakan hilang hingga saat ini. "Dua orang masih dicari oleh tim SAR gabungan dengan menyusuri sungai hingga 7 km di hilir. Pencarian akan dilakukan hingga 14 November mendatang," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Minggu (11/11/12). Sementara itu, seorang korban yang mengalami luka-luka saat ini masih dirawat RS Sumarorong. "20 orang pengungsi saat ini masih menumpang di rumah kerabatnya," lanjutnya. Status tanggap darurat yang dinyatakan selama 14 hari sejak kejadian bencana (8-21 November 2012) dan masih akan dievaluasi. Desa Batangguru Timur, Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa memang merupakan daerah rawan banjir. "Sebelumnya pernah terjadi banjir bandang dua kali. Namun tidak ada korban," kata Sutopo. Pemda Mamasa berencana akan merelokasi warga setempat ke tempat yang lebih aman saat rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Untuk itu, warga akan dilibatkan untuk merundingkan rencana tersebut.

Liputan6.com, Mamasa:Sebanyak 14 jenazah korban banjir bandang di Mamasa, Sulawesi Barat, batal dimakamkan secara massal. Keluarga korban tewas lebih memilih memakamkan jenazah anggota keluarga mereka sendiri-sendiri. Satu per satu jenazah korban banjir bandang di Desa Batanguru, Kecamata Sumarorong, Mamasa, Sulawesi Barat, dibawa keluarganya. Korban tewas yang mayoritas anak-anak ini batal dimakamkan secara massal. keluarga korban yang dirundung duka, lebih memilih menguburkan keluarga mereka sendiri-sendiri daripada dikuburkan dalam satu liang lahad. Sejak kemarin, warga telah menyiapkan berbagai keperluan untuk upacara penguburan keluarga mereka. Warga saling bantu menyiapkan keperluan pemakaman, termasuk peti jenazah. Sementara itu, tujuh jenazah korban banjir asal Kecamatan Nosu, yang semula ditampung di sejumlah rumah warga juga dievakuasi kembali ke kampung halamannya. Tujuh korban tewas ini diduga penumpang bus yang terseret air bah saat melintas di tepi Sungai Batanguru, Kamis pekan lalu, saat terjadinya banjir bandang. (FRD

Penggundulan Hutan Picu Banjir Bandang di Mamasa


Oleh Christopel Paino (Kontributor Sulawesi), November 9, 2012 9:32 am A+ | A- Setidaknya 10 orang tewas, tujuh hilang dan belasan luka-luka akibat banjir bandang ini.

Terkait Potret Alam Negeri Ini di Hari Bumi Banjir Bandang di Pohuwato, Jalur Trans Sulawesi Terputus Modifikasi Cuaca Untuk Selamatkan Jakarta, Amankah Dari Dampak Lingkungan? Upaya Penyelamatan Satwa dari Kepungan Banjir Jakarta Jakarta Darurat Banjir, Lima Orang Tewas
BANJIR bandang kembali menghantam Desa Batanguru, Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), Kamis (8/11/12). Sampai Jumat(9/11/12), 10 orang tewas, tujuh hilang dan belasan luka-luka. Banjir diawali hujan deras dan salah satu sungai meluap yang langsung menyapu rumah-rumah di Desa Batanguru. Desa ini relatif sulit dijangkau karena ada di pegunungan Mamasa. Jika hujan, akses ke sana makin sulit karena jalan rusak. Walhi Sulbar menyakini, banjir bandang karena penebangan pohon di hulu hutan wilayah itu. Direktur Eksekutif Walhi Sulbar, Ikhsan Welly, kepada Mongabay.co.id, Jumat (9/11/12, selain penebangan pepohonan ada beberapa hal penyebab banjir bandang ini, antara lain, perencanaan pembangunan dengan konstruksi betonisasi tidak ramah lingkungan.


Foto: BPNB Walhi meminta pemerintah daerah meninjau semua kebijakan yang tidak berbasis lingkungan maupun program konservasi. Kami juga mendesak agar dokumen kajian lingkungan hidup strategis dan

RTRW dikonsultasikan ke publik atau secara transparan, katanya. Sekretaris Kabupaten Mamasa, Benhard Buntutio, mengatakan, personil sudah turun untuk memberikan pertolongan kepada warga yang menjadi korban.

Banjir Bandang di Mamasa, 14 Tewas & 2 Hilang


Senin, 12 November 2012 12:47 wib Huzair Zainal - Sindo TV

Tim SAR mencari korban hilang banjir Mamasa (Foto: Andi Indra/Koran SI) MAMASA - Empat hari pascabanjir bandang yang menerjang permukiman di Desa Batanguru, Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, sebanyak 14 orang dinyatakan tewas dan dua warga masih dalam pencarian. Tim SAR gabungan dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Mamasa, Kepolisian, TNI, serta warga, hingga Senin (12/11/2012) siang, masih menyisir beberapa lokasi untuk mencari warga yang masih hilang. Penyisiran difokuskan di sepanjang aliran sungai. Operasi SAR untuk mencari korban masih akan dilakukan hingga sepekan mendatang. Selain korban hilang, saat ini ada dua warga yang menderita luka parah. Mereka dirawat di RSUD Mamasa. Korban luka setelah terseret banjir dan terbentur benda keras. Sementara itu, bantuan untuk para pengungsi terus dikirim. Bantuan tersebut sudah didistribusikan ke sejumlah posko di ibu kota Kecamatan Sumarorong sejak banjir bandang terjadi Kamis, 8 November lalu. Bantuan yang diberikan antara lain selimut, pakaian, makanan, dan air bersih. Bantuan dipriorotaskan bagi puluhan kepala keluarga yang mengungsi di posko-pokso. Mayoritas pengungsi merupakan warga yang kehilangan rumah tinggal akibat disapu banjir. (Huzair Zainal/Sindo TV/ton)

10 Tewas akibat banjir bandang di Mamasa Sulbar


Reporter : Lia Harahap Jumat, 9 November 2012 12:33:01

KategoriPeristiwa Berita tag terkaitBanjir Bengawan Solo diperkirakan terus naikMalam ini, Bojonegoro

diprediksi banjir besar


Banjir bandang. merdeka.com 0

Banjir bandang akibat hujan deras yang terjadi di wilayah Sulawesi Barat pada Kamis sore kemarin menimbulkan korban jiwa. Sampai Jumat siang, tercatat 10 orang warga tewas, 7 hilang, 2 orang lukaluka. "Korban luka masih dirawat di Puskesmas Sumarorong," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam rilisnya, Jumat (9/11). Kerugian materiil lainnya yakni dua rumah hanyut, empat rumah rusak berat, satu lumbung padi hanyut, dan satu unit kendaraan roda empat hanyut. Diduga jumlah warga yang hanyut akibat banjir tersebut akan terus bertambah. "BPBD Mamas bersama TNI, Polri dan masyarakat sekitar masih terus melakukan pencarian korban," jelasnya.

Saat ini, pihak BPBD sudah mendirikan posko penanganan darurat, dapur umum dan pos kesehatan. Berikut nama korban yang berhasil diidentifikasi: Korban meninggal dunia: 1. Tidan Linasih (40), perempuan 2. Imma (21), perempuan 3. Gutih (23), perempuan 4. Rammie (45), perempuan 5. Yuner (18), laki-laki 6. Dama (32), laki-laki 7. Sari (14), perempuan 8. Agustinus (14), perempuan 9. Lince (19), perempuan 10. Manggu (14) Nama orang yang belum diketemukan: 1. Mettang (9), perempuan 2. Penni (50), perempuan 3. Risto (12), laki-laki 4. Fandi (10), laki-laki 5. Anita (6 bln), perempuan 6. Alfin (20), laki-laki 7. Mr X Korban luka (dirawat di Puskesmas Sumarorong) 1. Rambulanji (26), laki-laki 2. Kasti (10), perempuan

Gubernur: Peristiwa banjir Mamasa murni bencana alam


Andi Indra
Minggu, 11 November 2012 03:19 WIB

Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh (Tengah), Bupati Mamasa Ramlan Badawi (kanan). (Foto: Andi Indra)

Sindonews.com Peristiwa banjir bandang yang terjadi di Desa Batanguru Timur, Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa, SUlawesi Selatan, yang

mengakibatkan belasan korban tewas murni bencana alam akibat hujan deras yang mengguyur wilayah itu. Hal tersebut disampaikan Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) Anwar Adnan Saleh usai melakukan kunjungan ke lokasi bencana serta laporan dan hasil koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Mamasa. Mengenai jebolnya bendungan atau penampungan air untuk kebutuhan persawahan warga setempat, Anwar membantahnya. Sebab, dari hasil koordinasi dengan Pemkab Mamasa, serta BPBD, TNI, maupu warga setempat, belum ada yang bisa menyaksikan apakah air yang tumpah dari atas pengunungan Kolong Lao tersebut diakibatkan karena penampungan air yang jebol. Sebab, peristiwa banjir tersebut ternyata bukan baru pertama kali terjadi, melainkan sudah kejadian ketiga kalinya. Hanya saja, baru peristiwa kali ini yang mengakibatkan korban jiwa hingga belasan orang warga tewas, serta tujuh rumah penduduk dan empat unit kendaraan. Ya, kesimpulannya, sebagian penduduk Batanguru atau daerah yang menjadi sasaran banjir bandang kita relokasi atau pindahkan ke tempat yang lebih aman yakni jauh dari aliran sungai, terang Anwar kepada SINDO, Sabtu (10/11/2012). Hal tersebut kata Anwar, untuk mengantisipasi peristiwa yang sama kembali terjadi. Apalagi, kedepan sudah memasuki musim hujan. Selain itu, peristiwa banjir bandang seperti yang terjadi dua hari lalu merupakan peristiwa ketiga kalinya terjadi. Mengenai teknisnya, Gubernur serahkan ke Pemkab untuk mengatur. Dia menilai, relokasi atau pemindahan penduduk disekitar pinggiran sungai merupakan solusi terbaik untuk mencegah korban jiwa berjatuhan selanjutnya jika kejadian itu kembali terulang. Selain itu, sebagai bentuk perhatian Pemerintah Provinsi terhadap para korban bencana alam tersebut, kata Gubernur, ia akan memberikan bantuan kepada pihak keluarga korban yang telah meninggal dalam peristiwa itu. Masing-masing, korban yang meninggal akan diberikan bantuan sebesar Rp10juta untuk biaya pemakaman. Begitupun dengan korban yang selamat yang saat ini masih menjalani perawatan medis, pemrintah provinsi akan menanggung seluruh biayanya. Dalam proses evakuasi korban, gubernur meminta kepada tim SAR untuk terus melakukan pencairan terhadap korban yang belum ditemukan. Bahkan, seluruh warga hingga ke Messawa diminta keterlibatannya untuk membantu Tim SAR mencari korban yang belum ditemukan. Sementara itu, terhadap korban yang sudah ditemukan, ia juga meminta kepada Pemkab Mamasa untuk menyiapkan fasilitas seperti mobil ambulance untuk proses evakuasi atau pemulangan jenazah korban ke keluaranya yang sampai saat ini masih berada di posko bencana alam. Sebab, ternyata, sebagian besar korban merupakan penduduk dari daerah tetangga yakni Kecamatan Nosu. Dalam kunjungan itu, gubernur memantau kondisi pasca banjir bandang diwilayah itu, sekaligus bertemu dengan masyarakat di Desa Batanguru, serta melihat langsung para korban jiwa yang sudah ditemukan akibat terseret air dan bebatuan pada peristiwa itu. Pada saat bersamaan, Pemerintah Kabupaten Mamasa, juga menyerahkan dua ekor kerbau kepada warga Desa Batanguru. Dua ekor sapi tersebut dipotong yang merupakan adat istiadat bagi warga setempat untuk menghindari bencana.

Penyerahan dua ekor sapi untuk dipotong tersebut permintaan warga setempat sebagai bentuk adat istiadat jika terjadi bencana, kata Bupati Mamasa Ramlan Badawi. Ramlan menanggapi, terkait dengan keinginan pemrov merelokasi penduduk yang tinggal dipinggir sungai, Pemkab Mamasa akan lebih dulu melakukan pendataan. Namun, proses tersebut dilakukan setelah masa tenang. Karena saat ini, semua masih suasana berduka. Sementara itu, terkait dengan tujuh buah rumah yang dihantam banjir, pemerintah belum menyatakan sikap apakah akan membangunkan kembali atau tidak. Baik kepada rumah penduduk yang hancur total maupun sebagian. Warga berharap, pemerintah bisa menyalurkan bantuan atau pembangunan rumah sebagai tempat tinggal para korban yang rumahnya ikut hancur.

Banjir bandang Mamasa disebabkan tanah longsor


Andi Indra
Senin, 12 November 2012 03:00 WIB

Ilustrasi (istimewa)

Sindonews.com Banjir bandang Mamasa, yang terjadi di Desa Batanguru, Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), pada Kamis, 8 November pekan lalu, yang disebabkan oleh jebolnya sebuah penampungan air diatas gunung ternyata tidak benar. Melainkan disebabkan oleh tanah longsor akibat hujan. Kapolres Mamasa AKBP Imade Sunarta mengatakan, hasil investigasi terhadap peristiwa tersebut bukan akibat jebolnya tanggul. Melainkan akibat longsor yang terjadi di atas pegunungan ke sungai Batanguru yang jaraknya sekira 500 meter sebelum banjir terjadi. "Longsor tersebut menutupi aliran sungai, sehingga terjadi penampungan air atas pemukiman yang merupakan aliran sungai. Karena kondisi cuaca di Desa Batanguru yang terus dilanda hujan, akhirnya longsoran tersebut tidak bisa menahan beban air yang semakin banyak," jelas Imade, di Mapolres Mamasa, Minggu 11 November 2012. Menurutnya, karena hal itu, terjadi pengikisan yang mengakibatkan air yang tertampung sebelumnya secara tiba-tiba tumpah dan menghantam pemukiman warga yang ada di pinggir sungai lereng gunung Kolong Lao. Itu penyebab terjadinya banjir. Memang selama ini, informasinya bendungan, tapi setelah dilakukan investigasi dari sumber air, ternyata penyebabnya adalah longsor. Dan murni bencana alam akibat kondisi cuaca, jelas Imade.

Dalam peristiwa itu, bukan hanya air yang tumpah secara tiba-tiba, melainkan juga bebatuan serta kayu-kayu yang tertahan diatas longsor. Sehingga, saat banjir terjadi, selain mengakibatkan korban jiwa belasan orang, bebatuan dan kayu yang terbawa arus yang menghantam tujuh rumah penduduk yang mengakibatkan dua rumah hanyut, satu lumbung hanyut, serta empat rumah lainnya rusak berat. Sebelumnya, Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh membantah peristiwa itu terjadi karena jebolnya penampungan air. Sebab, dalam kunjungannya, ternyata tidak ada yang bisa memastikan. Pada kesempatan itu, Gubernur menyatakan banjir itu murni bencana alam. Sementara itu, dalam proses pencarian terhadap dua korban lainnya yang hingga hari ketiga belum ditemukan, tim SAR gabungan terpaksa menghentikan proses pencarian terhadap korban yang belum ditemukan siang kemarin. Sebab, kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. Kita hentikan pencarian korban karena hujan. Pencarian akan dilanjutkan besok, jelas Imade. Sementara itu, Ketua posko evakuasi bencana alam Komandan Kodim Polewali Mamasa Yudhi Murfi mengatakan, sebagaimana yang ditetapkan Gubernur masa siaga bencana selama satu pekan sejak kejadian. Karena itu, pencarian akan terus dilakukan hingga sepekan. (rsa)

SULBAR : Banjir Bandang Menelan puluhan korban jiwa di Mamasa apa penyebabnya ??
Banjir Bandang Mamasa Foto milik merdeka.com Opini Oleh Muhammad Nur Ditulis di Media Sosial pada tanggal 12 Nopember 2012. Banjir kondisi yang sangat sering terjadi bukan saja di Negeri kita di Negeri Adidaya seperti Amerika Serikat juga kerap dilanda banjir, banjir dapat dikategorikan sebagai bencana alam, sebelum kita membahas lebih jauh tentang Banjir bandang yang melanda Kabupaten Mamasa dan apa penyebabnya, mungkin lebih baik kita melihat beberapa fakta dan kejadian banjir yang hampir mirip dengan banjir yang pernah terjadi di Waisor Irian Jaya beberapa waktu yang lalu, dimana terdapat 15 Orang tewas berikut desa mereka luluh lantak oleh banjir bandang yang tak pernah diperkirakan sebelumnya datang secara tiba-tiba menyapu dan menyeret warganya. Seprti banjir bandang yang terjadi di Mamasa pada tanggal 8 Nopember 2012 sampai dengan hari Minggu 11/11/2012 Tim Sar telah menemukan 15 korban tewas dan 2 Orang masih dinyatakan hilang dan akan terus dilakukan pencarian hingga batas waktu yang telah ditentukan, Pemerintah Kabupaten

Mamasa Provinsi Sulawesi Barat telah memberlakukan keadaan tanggap darurat selama 2 minggu ( 14 hari ) sejak hari kejadian tanggal 8/11/2012 hingga tanggal 21 Nopember 2012 yang akan datang. Gubernur Sulawesi Barat H. Anwar Adnan Saleh mengatakan kepada Wartawan bahwa, "Banjir bandang yang terjadi Desa Batangguru Timur, Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa murni Bencana Alam, demikian kata beliau seperti yang saya kutip dari media elektronik. Sebuah sumber menyebutkan bahwa daerah Kecamatan Sumarorong rentan dan rawan terhadap bahaya banjir hanya dalam beberapa waktu berselang sudah dua kali terjadi banjir bandang walau saat tak ada korban jiwa, sesungguhnya banjir yang terjadi sebelumnya merupakan sebuah peringatan awal agar masyarakat dapat mengantisipasi bila terjadi banjir yang lebih besar dikemudian hari. Untuk menanggulangi nasib Warga yang rumah dan desanya tergerus oleh air bah Pemerintah Kabupaten Mamasa berencana akan merelokasi warga setempat ke tempat yang lebih aman saat rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana, untuk itu perlu diadakan pendekatan secara kekeluargaan agar mereka bisa dengan sukarela pindah dari Desanya. Namun yang paling penting saat ini mereka sangat memerlukan bantuan sandang pangan bantuan dari kita semua akan meringankan penderitaan mereka. Banjir bisa terjadi kapan saja dimana saja maka ada baiknya kita saling mengingatkan tentang difinisi daripada banjir serta mengapa banjir bisa terjadi menurut para ahli hydrologie ada 3 jenis banjir yang sering terjadi di negeri kita, yang pertama disebabkan karena air sungai meluap, yang kedua Banjir Lokal, dan yang ketiga banjir akibat pasang surut air laut. Saya tak perlu menjelaskan lebih jauh satu perssatu dari 3 jenis banjir disamping sudah umum halaman yang tersedia juga kurang menunjang untuk menuliskan secara utuh. Kita semua tahu bahwa banjir bisa saja terjadi dimanapun di dunia baik ditempat yang tinggi apalagi ditempat yang rendah, hujan secara terus menerus dengan curah yang sangat tinggi menyebabkan air tidak dapat lagi diserap oleh tanah dan akar tanaman yang tumbuh disekitar, hukum air selalu mencari tempat yang lebih rendah mengalir dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah kencangnya aliran air tergantung berapa besar curah hujan debet air dan kemiringan tanah yang dilewati untuk mencari tempat yang lebih rendah. Apalagi kalau di daerah yang rawan banjir tersebut saluran kurang memadai, tanggul atau sungai kurang terawatdan tidak memadai untuk menampung dan dialiri oleh kelebihan air yang tidak dapat diserap oleh tanah dan tanaman pohon, matahari yang tak kunjung terbit agar air bisa menguap ke udara karena panas , ketika itu terjadi banjir kiriman dari dari hulu terjadilah banjir bandang. Tak ada yang bisa disalahkan karena banjir, banjir sendri merupakan musibah yang sifatnya alami menurut ahlinya banyak hal sehingga banjir terjadi antara lain perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang. Dan kedua adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri. Penyebab utama dari terjadinya banjir adalah hujan, banjir akan datang ketika musim penghujan dengan intensitas yang tinggi, namun ada hal penting yang perlu mendapatkan perhatian Tidak bisa kita pungkiri, dengan semakin meningkatnya populasi manusia telah menyebabkan semakin terdesaknya kondisi lingkungan. Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan adalah terjadinya pemanasan global akibat penggundulan hutan dan sebagainya , selain itu kita juga telah merubah penggunaan lahan ~yang juga perubahan lingkungan~ yang berakibat pada berkurangnya tutupan lahan, hal seperti ini terjadi di Kota-kota yang sedang membangun kurang memperhatikan lingkungan hidup. Tanpa disadari akibat pemanasan Global terjadilah perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan, maka dari itu tak heran kalau sewaktu-waktu hujan yang turun bisa sangat tinggi intensitasnyayang berakibat pada terjadinya luapan air banjir yang bisa mendatangkan malapetaka.

Sebagai penduduk Provinsi Sulawesi Barat Kita semua meyakini apa yang terjadi di Mamasa ini memang murni akibat bencana alam bukan karena pengrusakan lingkungan dan penebangan pohon, atas nama masyarakat Sulbar kami turut berbela sungkawa atas wafatnya beberapa orang Warga akibat bencana alam banjir semoga arwah mereka diterima disisi Tuhan dan kelurga yang ditinggalkan tabah menerima cobaan***

Pemprov Sulbar Santuni Korban Banjir


Minggu, 11 November 2012 17:41 WITA | Sulbar Mamasa, Sulbar (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, ikut memberikan santunan masing-masing Rp10 juta untuk korban meninggal dan Rp5 juta bagi korban yang mengalami lukaluka akibat bencana banjir bandang dan longsor di Desa Batanghuru Timur, Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa. "Kami telah menyaipkan bantuan berupa uang santunan bagi keluarga korban. Bantuan ini diberikan untuk digunakan para keluarga korban pada proses pemakaman," kata Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh di Mamasa, Minggu. Menurutnya, bencana banjir bandang dan longsor yang terjadi 28 November lalu ini murni karena bencana alam. Karena itu, bagi keluarga korban yang kehilangan anggota keluarganya untuk tetap bersabar menerima cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa. "Tak seorang pun yang menghendaki datangnya bencana. Musibah yang telah merenggut 14 korban jiwa dan dua masih hilang serta dua lainnya masih dirawat di Puskesmas ini, telah menggugah hati kita semua,"katanya. Gubernur menyampaikan, bencana banjir di Desa Batanghuru ini sudah yang ketiga kalinya terjadi dalam beberapa tahun terakhir dan peristiwa saat ini terparah karena paling banyak menelan korban jiwa. Karena itu kata dia, dirinya akan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak termasuk pemkab Mamasa, untuk dilakukan rencana relokasi pemukiman warga. "Pemerintah berencana merelokasi pemukiman penduduk di sekitar bantaran sungai ini. Tetapi, saat ini kami masih fokus untuk penanganan bencana karena masih ada dua orang yang belum ditemukan,"ujarnya. Dalam kesemepatan itu, Bupati Mamasa, Ramlan Badawi, mengatakan pencarian korban akan dilakukan hingga tujuh hari pascabencana banjir yang terjadi pada 8 November. "Jika petugas belum mendapatkan sisa korban hingga tujuh hari pascabencana, maka dengan sangat menyesal kami terpaksa hentikan. Ini sudah menjadi acuan yang telah ditentukan pemerintah tentang penanganan bencana,"ungkap Ramlan. Ramlan menyampaikan, bencana banjir yang melanda daerahnya cukup mengejutkan karena jumlah korban yang jatuh sangat besar.

"Kami atas nama keluarga dan pemerintah tentu ikut merasakan duka yang mendalam. Musibah bencana banjir yang datang secara tiba-tiba itu membuat sebagian pemukiman penduduk porakporanda,"katanya. Dia mengatakan, semua tim yang melakukan penanganan bencana baik TNI maupun Polri, Basarnas dan berbagai organisasi kemanusiaan lainnya telah bekerja optimal. "Bumi Kondosapata Mamasa sangat berduka atas kejadian ini. Banyak anak-anak menjadi yatim dan adapula satu anggota keluarga tewas dalam kejadian itu,"urainya. Pada saat ini kata dia, seluruh mayat yang ditemukan telah disemayamkan di rumah duka dan akan dikebumikan sesuai dengan prosesi adat dan keyakinan agama. Mengenai jumlah kerugian kata dia, belum dapat ditaksir karena masih dilakukan pendataan oleh tim penaggulangan bencana daerah. "Jumlahnya pasti tidak sedikit karena dua rumah dinyatakan rata dengan tanah dan lima rumah lainnya mengalami rusak berat dan ringan,"pungkasnya. (T.KR-ACO/N001

Anda mungkin juga menyukai