Anda di halaman 1dari 78

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1.Gambaran Umum Desa Secara Geografis

1.1.1. Situasi Keadaan Umum

Desa Tanjung Pasir terletak di utara dari Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir pantai dan mempunyai luas wilayah 564,25 hektar dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari satu meter dari permukaan dengan suhu udara 300-370C.

Luas wilayah terdiri dari sawah sebesar 79 hektar, darat sebesar 108,185 hektar dan empang sebesar 377,065 hektar. Pada daratan terdiri dari dua hektar pemakaman umum.

Batas- batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar 1.1 adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara d. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Teluk Naga

Sumber: Profil Puskemas Tegal Angus 2010

Transportasi untuk mencapai wilayah Desa Tanjung Pasir sebagian besar dapat ditempuh dengan angkutan umum baik sepeda motor maupun mobil. Akan tetapi sebagian kecil hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Perbaikan sistem transportasi seperti perbaikan jalan dan penyediaan sarana angkutan umum akan mempermudah akses masyarakat ke tempat pelayanan kesehatan. Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah di atasnya secara berjenjang sebagai berikut:

a. Dengan kantor kecamatan berjarak : 12 Km b. Dengan ibukota kabupaten berjarak : 54 Km c. Dengan ibukota provinsi berjarak : 72 Km

Suasana sebelum memasuki Desa Tanjung Pasir melewati daerah Kampung Melayu Teluk Naga, selepas pasar maju sekitar 200 meter mengambil arah kanan. Setelah itu akan melewati Desa Tegal Angus sebelum sampai ke Desa Tanjung Pasir. Kondisi fisik jalan menuju Desa Tanjung pasir dari arah Bandara Soekarno Hatta cukup baik menggunakan aspal meskipun ada beberapa jalan yang berlubang namun tidak begitu mengganggu perjalanan. Sedangkan kondisi fisik jalan menuju Desa Tanjung Pasir dari arah Tanjung Burung berupa bebatuan.

Desa Tanjung Pasir memiliki tiga musim yaitu musim pengjuhan, kemarau dan angin. Musim yang mempengaruhi Desa Tanjung Pasir pada kurun waktu satu tahun ini adalah musim angin. Angin bertiup dari arah barat atau barat daya dengan kecepatan 15 Km/jam dengan curah hujan rata-rata 26,4 mm/tahun.

1.1.2 Gambaran Umum Desa Secara Demografi

a. Situasi Kependudukan

Desa Tanjung Pasir terdiri dari enam kepala dusun, 14 rukun warga (RW), dan 34 Rukun Tetangga (RT) yang dapat dilihat pada gambar 1.2. Berdasarkan data BPS tahun 2010 jumlah penduduk di wilayah Desa Tanjung Pasir adalah 10.225 jiwa terdiri dari 4.115 jiwa laki-laki dan 6.110 jiwa perempuan.

Kepadatan penduduk rata-rata 1,625 jiwa/km2. Dengan jumlah rumah tangga 1.4853 dan rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga adalah 3.7 jiwa.

Tabel 1.1. Jumlah penduduk berdasarkan umur. Usia 0 4 tahun 5 9 tahun 10 14 tahun 15 19 tahun 20 24 tahun 25 29 tahun 30- 34 tahun 35 39 tahun 40 44 tahun 45 49 tahun 50 54 tahun >55 tahun Jumlah penduduk 669 orang 914 orang 665 orang 452 orang 345 orang 231 orang 237 orang 122 orang 145 orang 119 orang 143 orang 178 orang

Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus 2010


3

Dilihat dari berbagai aspek, maka Desa Tanjung Pasir berbatasan langsung dengan kota Jakarta atau administratif Kepulauan Seribu yang mempunyai fungsi sebagai penyangga dari berbagai aspek kehidupan, yang tentunya sangat mempenngaruhi berbagai pembangunan dan sebagai alat dari perkembangan teknologi, transformasi dan telekomunikasi yang semakin luas dengan jumlah penduduk sebesar 10.225 jiwa serta didukung dari sarana dan prasana pendidikan dari tingkat TK sampai dengan tingkat SLTP/MTs.

Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan berdasarkan data yang tercatat di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut:

a. Tamat akademi/sederajat b. Tamat Perguruan Tinggi/sederajat c. Buta huruf

: 45 orang : 521 orang : 498 orang

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan perilaku masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat berperan dalam pembangunan kesehatan.

Tabel 1.2. Prasarana pendidikan di Desa Tanjung Pasir. Prasarana pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah (MI) SLTPN MTS SLTP Swasta Islam SMUN SMK Lembaga Pendidikan Pendidikan (PAUD) Kursus bahasa Kursus menjahit Usia Jumlah sekolah 5 buah 2 buah 2 buah 1 buah dini Jumlah murid 153 orang 1.269 orang 876 orang 413 orang Jumlah guru 5 orang 28 orang 16 orang 16 orang -

Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus 2010

c. Keadaan Sosial Ekonomi

Secara umum penduduk Desa Tanjung Pasir belum berkembang secara ekonomi. Keadaan ekonomi erat kaitannya dengan sumber mata pencaharian penduduk, dari jumlah penduduk 10.225 jiwa yang usia pekerjaan dan pencari kerja diperkirakan sebanyak 2.039 jiwa. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan, petani, pedagang dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan dikarenakan bertempat tinggal di wilayah pesisir pantai. Ada beberapa keluarga yang memiliki perahu milik sendiri namun kebanyakan mereka tidak memiliki perahu sendiri. Bagi keluarga yang tidak mempunyai perahu sendiri, mereka dapat bekerja dengan pemilik perahu yang dimiliki oleh warga yang umumnya berasal dari Jakarta. Para nelayan biasanya berangkat untuk bekerja dimulai sejak subuh dan baru kembali lagi pada sore harinya bahkan ada pula yang melaut hingga seminggu kemudian. Dari segi penghasilan rata-rata nelayan tidak memiliki penghasilan yang menentu.

Tabel 1.3. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian pokok. Mata Pencaharian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Jumlah ( orang )

Nelayan 2.331 orang Buruh/swasta 65 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) 15 orang Pedagang 1.213 orang Penjahit 24 orang Tukang Batu 62 orang Tukang kayu 42 orang Peternak 6 orang Pengrajin 5 orang Montir 25 orang Dokter/Bidan 6 orang Supir 30 orang Pengemudi Becak 43 orang TNI / POLRI 6 orang Pengusaha 8 orang Petani 176 orang Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus 2010

Tabel.1.4 Sarana perekonomian dan perdagangan di Desa Tanjung pasir Sarana perekonomian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Koperasi Pasar Warung/kedai Kios Kelontong Bengkel Toko Percetakan/sablon Material/ tokoo bangunan Swalayan : Jumlah 1 buah 100 buah 5 buah 8 buah 20 buah -

10. Super Mall 11. Pegadaian 12. Bank BRI 13. Bank Swasta 14. Pos Giro

Pendapatan Desa Tanjung Pasir berasal dari jual beli tanah serta urusan administrasi. Desa Tanjung Pasir tidak mendapatkan pendapatan dari wisata pantai Tanjung Pasir.

Berdasarkan topografi, Desa Tanjung Pasir adalah kawasan pantai yang landai sehingga di Desa Tanjung Pasir terdapat tambak yang luasnya mencapai 570 hektar. Walaupun demikian, pada awalnya lahan di Tanjung Pasir tidak cocok untuk kegiatan budidaya karena kurang baiknya sistem irigasi yang ada. Baru setelah adanya perbaikan irigasi oleh pemerintah, kegiatan budidaya dapat berkembang lebih baik. Sedangkan berdasarkan kepemilikan tambak, dari total luas tambak yang ada di Desa Tanjung Pasir hanya sekitar 20% saja yang dimiliki oleh penduduk desa setempat, selebihnya merupakan milik orang Jakarta dan sekitarnya. Komoditas budidaya tambak utama yang ada di Desa Tanjung Pasir adalah ikan bandeng, mujair dan kakap.

Desa Tanjung pasir juga merupakan daerah pariwisata yang biasanya di akhir minggu atau hari libur banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Tempat pariwisata yang terdapat di desa Tanjung Pasir adalah taman buaya, resort, serta wisata pantai Tanjung Pasir. Tempat yang paling banyak dikunjungi biasanya adalah kawasan pantai. Namun keadaan pantai di Tanjung Pasir tidak terawat dengan baik. Banyak sampah yang tidak terurus dan air pantai yang terlihat bewarna kecoklatan. Hal ini mungkin dapat juga disebabkan karena masih banyaknya warga setempat yang membuang sampah rumah tangganya ke pantai. Selain memancing dan bermain di pantai, Desa Tanjung Pasir juga merupakan salah satu tempat yang bisa dimanfaatkan untuk para wisatawan menyeberang ke kawasan Pulau Seribu.

d. Keadaan Sosial Budaya

Desa Tanjung Pasir memiliki beberapa suku di dalam masyarakatnya. Suku tersebut antara lain betawi, melayu dan sisanya adalah pendatang.

Berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh kantor kepala desa setempat, mayoritas warga desa Tanjung Pasir beragama Islam dan adapula yang beragama Hindu, sisanya menganut agama Kristen Katolik, Protestan dan agama Budha. Suasana beragama warga Desa Tanjung Pasir cukup baik, rukun, aman, saling menghormati dan tolong menolong.

Tabel 1.5. Jumlah penduduk berdasarkan agama Agama Islam Katolik Protestan Hindu Budha Jumlah penduduk 9.594 orang 12 orang 2 orang 56 orang 51 orang

Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus 2010

Tabel 1.6. Sarana peribadatan di Desa Tanjung Pasir. Sarana peribadatan Mesjid Musholla Majelis Taklim Gereja Pura Jumlah 6 unit 30 unit 12 unit Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus 2010

e. Transportasi

Sarana transportasi masyarakat Desa Tanjung Pasir dengan menggunakan angkutan umum, ojek motor, becak serta sepeda.

f. Kesehatan

Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan Instansi terkait, dalam hal ini Puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain :

1. Peningkatan Gizi keluarga

Pemberian Makanan tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
8

2. Pencegahan penyakit, Vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi polio bagi Balita, pemberian vitamin A.

3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah dengue, Flu Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.

4. Penanganan bagi Balita yang kekurangan Gizi dengan memberikan susu dan makanan yang bernutrisi

5. Penyuluhan Kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.

6. Pemanfaatan dengan ditanami sayur mayor dan tanaman Obat keluarga (TOGA), tabulapot, dan Tabulakar . Sebagai penunjang kegiatan tersebut, dibutuhkan sarana kesehatan yang tersedia di Desa Tanjung Pasir :

1. Poskesdes 2. Pos KB Keluarga 3. Posyandu 4. Pos Mandiri 5. Klinik Bersalin/BKIA 6. Praktek dokter/Bidan 7. Praktek Bidan 8. Paraji 9. Keluarga Berencana a. Jumlah Pos/ Klinik KB

: 1 unit : - unit : 6 unit : - unit : - unit : 4 unit : 4 unit : 4 orang : - orang : - unit

b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) : 334 Pasang c. Jumlah Akseptor KB 1. Pil 2. IUD 3. Kondom : 14 orang : - orang
9

: : 127 orang

4. Suntik 5. Implan

: 190 orang : 13 orang

g. Ketersediaan Jamban

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas tahun 2010, untuk ketersediaan jamban di seluruh Desa Tanjung Pasir baik jamban keluarga maupun jamban umum berjumlah 726 buah.

10

1.1.3 Gambaran umum keluarga binaan Keluarga binaan terdiri dari empat keluarga, yaitu keluarga Ibu Ani, keluarga Ibu Muni, Keluarga Ibu Yuna, dan keluarga Ibu Nina, rumah keluarga Ibu Yuna dan Ibu Nina berada di RT 03/ RW 04. Keluarga Ibu Ani dan keluarga Ibu Muni berada di RT 04/ RW 04 kampung Suka mulia, desa Tanjung pasir.

Gambar 1.2 Peta rumah keluarga binaan

11

1. Keluarga Binaan Ibu Ani : Keluarga ibu Ani berada di kampung Suka Mulya Rt 04/Rw 04, desa tanjung pasir

Nama Ibu Ani

Status Keluarga Istri

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Laki-laki

Usia 60 tahun 60 tahun 33 tahun

Alm. Bpk Suami Said Andi Anak pertama Halimah Faisal

Pendidikan Terakhir Tidak sekolah SD tidak tamat SMA

Pekerjaan

Penghasilan

Ibu rumah tangga _ _ Kuli Panggul Rp 600.000700.000 / bulan Ibu rumah tangga -

Awah

Menantu Perempuan (istri andi) Cucu Laki-laki (anak andi) Anak ke Perempuan dua Anak tiga ke Laki-laki

30 tahun 3 bulan

SMP -

30 tahun

SD

Pabrik lampu pelajar

Aan

8 tahun

SD kelas 2

Rp 800.000 - 1.000.000 /bulan --

Genogram keluarga Ibu Ani :

Gambar 1.3

12

Denah rumah Ibu Ani :

Gambar 1.4

No. 1 2 3 4 5

Faktor Internal Kebiasaan merokok Kebiasaan jajan Kebiasaan olahraga Kebiasaan cuci tangan Pola makan Frekuensi Nasi Lauk pauk

Ya/Tidak Ya Tidak Tidak Ya

Keterangan Anak pertama (Andi), tetapi tidak merokok di dalam rumah Setiap mau makan mencuci tangan 2 kali sehari

Ya Ya

Sayuran Buah-buahan Pola pengobatan Ansurasi/ jaminan

Ya Tidak Ya Tidak

Tahu, tempe, ikan asin, ikan segar, telor, ayam, daging. Namun ayam dan daging di sajikan tiga kali seminggu. Sayur asem disajikan tiga kali seminggu Biasanya berobat di Puskesmas Tegal Angus Seluruh keluarga tidak mempunyai jamkesmas

13

kesehatan masyarakat (jamkesmas) Keluhan yang biasanya di periksakan

Ibu Ani batuk,pilek, kesemutan, pusing (biasanya tekanan darah 180/...) ada riwayat hipertensi pada ibu kandung dan kakaknya Anak ke tiga batuk, pilek

No. 1

Faktor Eksternal Bangunnan tempat tinggal Kepemilikan rumah Luas Bangunan Bertingkat Dinding rumah Lantai rumah Atap rumah Ventilasi

Ya/Tidak

Keterangan

Milik sendiri 4,5 x 7 meter = 31,5 m2 Tidak Ya Ya Ya Ya Terbuat dari bilik bambu Semen Terbuat dari genteng susun tanpa plafon Tidak mencapai 10% dari luas lantai 3 buah (50x30cm) luas 1500 cm2x3 = 4500 cm2 0,45 m2 Dari lampu bohlam = 3 lampu Dan dari jendela = 3 buah (50x100 cm) Terdapat di pekarangan belakang rumah Lantai terbuat dari tanah BAB biasanya di sawah yang jauh dari rumah Dari sumur : Terdapat di belakng rumah Bercincin Air sumur bewarna kuning Tidak di tutup Untuk mandi, cuci Sumber air bersih : Diambil dari musolah Di tampung dalam dirigen terbuat dari plastic

Pencahayaan Kamar mandi

Ya Ya

Jamban Sumber air

Tidak Ya

Selokan Kandang Perkarangan Pagar Dapur

Tidak Ada Ada Tidak Ada

Berada di dalam rumah (di dapur)

Lantai tanah Bila masak menggunakan (dengan bahan kayu)

tungku

14

Alat makan Kamar Ruang keluarga

Ada Ada Ada

Piring kaca dan plastik, gelas kaca dan plastik, sendok dan garpu dari logam 2 buah 1 buah

Kepadatan Penduduk Kepadatan rumah Sistem pembuang sampah

Cukup Tidak Di buang di tanah kosong dekat rumah, Bila sudah banyak, sampah di bakar Bila hujan lahannya menjadi genangan air

Sistem pembuangan limbah Lingkungan pemukiman Pemicu dalam lingkungan rumah Asap dapur Asap rokok Debu

Tidak

Padat penduduk

Ya Ya Ya

15

2. Keluarga binaan Ibu Muni Keluarga ibu Muni berada di kampung Suka Mulya Rt 04/Rw 04, desa tanjung pasir

Nama

Status keluarga

Jenis kelamin perempuan

Usia

Pendidikan Pekerjaan terakhir

Penghasilan

Ibu Muni

Istri

60 tahun Tidak tamat Ibu rumah SD tangga Rp 300.000450.000/bulan Pabrik Rp 600.000800.000/bulan

Bpk Uja

suami

Laki-laki

70 tahun Tidak tamat Becak SD

Muhidin

Anak

Laki-laki

18 tahun SD

Genogram keluarga Ibu Muni :

Gambar 1.5

16

Denah rumah Ibu Muni :

Gambar 1.6

No.

Faktor Internal

Ya/Tida k

Keterangan

1 2 3 4 5

Kebiasaan merokok Kebiasaan jajan Kebiasaan olahraga Kebiasaan cuci tangan Pola makan Frekuensi Nasi Lauk pauk Sayuran Buah-buahan

Ya Tidak Tidak Ya

Suami ( bpk. Uja ) dan anak ( muhidin ) Setiap mau makan mencuci tangan

3 kali sehari Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Tahu, tempe, ikan asin, telor Sayur asem disajikan tiga kali seminggu Biasanya berobat di Puskesmas Tegal Angus mempunyai jamkesmas

Pola pengobatan Ansurasi / jaminan kesehatan masyarakat

17

(jamkesmas) Keluhan yang biasanya di periksakan Ibu muni pusing (biasanya tekanan darah 150/90) Suami dan anak badan pegal-pegal dan batuk

No. 1

Faktor Eksternal Bangunnan tinggal Kepemilikan rumah Luas Bangunan Bertingkat Dinding rumah tempat

Ya/Tidak

Keterangan

Milik sendiri 8 x 7,5 meter = 60 m2 Tidak Ya Terbuat dari bilik dan batu bata (bagian depan rumah)

Lantai rumah

Ya

Keramik pada ruang tengah, tanah pada bagian kamar dan dapur

Atap rumah Ventilasi Pencahayaan

Ya tidak Ya

Terbuat dari genteng susun tanpa plafon

Dari lampu bohlam = 1 lampu Dan dari jendela = 1 buah (50x100 cm) Terdapat didapur Lantai terbuat dari tanah BAB biasanya di sungai Dari sumur : Terdapat di kamar mandi Bercincin Air sumur bewarna kuning Tidak di tutup Untuk mandi, cuci

Kamar mandi Jamban Sumber air

Ya Tidak Ya

Sumber air bersih : Dari PAM (beli Rp. 500,- / dirigen (dibeli saat musim kemarau ) Di tampung dalam gentong terbuat dari plastik dan ember tanpa tutup
18

Selokan Kandang Perkarangan Pagar Dapur

Tidak Ya tidak tidak Ada Ada didalam dapur Lantai tanah Bila masak menggunakan tungku (dengan bahan kayu) Tidak ada cerobong asap Terbuat dari kaca dan plastik, untuk sendok dan garpu dari logam

Alat makan

Ya

Kamar

Ya

Kamar tidak ada jendela, lantai terbuat dari tanah

Ruang keluarga

Ya

Lantai terbuat dari keramik, mempunyai 1 jendela,

Kepadatan Penduduk Kepadatan rumah Sistem pembuang sampah Sistem pembuangan limbah Lingkungan pemukiman Ya Tidak 60 m2 : 3 orang = 20m2 Dibuang dikali

Ya

Saluran

terbuka,

mencemari

lingkungan air

sekitar,tidak

mencemari

lingkungan

tanah,tidak ada sptik tenk Ya Tidak sampah Jika hujan biasanya air sering masuk kerumah 3 Pemicu dalam mempunyai tempat pembuangan

lingkungan rumah Asap dapur Ya Saat memasak sering membuat mata sakit dan batuk-batuk karena tidak ada cerobong asap Asap rokok tidak Tn. Uja dan muhidin jika merokok diluar rumah Debu Ya Sering berdebu karena tidak plafon

19

3. Keluarga Binaan Ibu Yuna :

Keluarga Ny. Yuna tinggal di rumah sendiri di kampung Suka Mulia RT 03/RW 04 Desa Tanjung Pasir

Nama

Status keluarga

Jenis kelamin

Usia

Pendidikan terakhir Tidak sekolah SD

Pekerjaan Penghasilan

Ibu Yuna

Janda

Perempuan 50 tahun

Ibu rumah tangga Buruh pabrik 400.000500.000/bulan Rp 400.000-

Juniarsi

Anak ke dua

Perempuan 30 tahun Laki-laki 33 tahun

Dana

Menantu (suami juniar)

SD

Buruh serabutan

500.000/bulan

M. Febrian

Cucu (anak Juniar)

Laki-laki

13 tahun

SMP satu

kelas Pelajar

Hubaidilah

Cucu (anak Juniar)

Perempuan 6 tahun

Junaidi

Anak ketiga

Laki-laki

28tahun SMP

Penjahit

700.000800.000/bulan

Siti khoiroh Menantu (isteri junaidi) Saibah Cucu (anak junaidi) Arwini

Perempuan 25tahun SD

Ibu rumah tangga

Perempuan 3tahun

Anak ke Perempuan 25tahun SD empat

Pabrik

Rp

500.000-

600.000/bulan

20

Suherman

Menantu (suami arwini)

Laki-laki

30tahun SD

Buruh serabutan

Rp 400.000500.000/bulan

Siti rusnia

Cucu (anak Arwini)

Perempuan 10tahun SD kelas4

Savina

Cucu (anak Arwini)

Perempuan 3bulan

Ayati

Anak ke perempuan 22tahun SMA lima

Buruh pabrik

Rp 1000.000/bulan

Naci

Orang tua Yuna Ibu

Perempuan 73tahun Tidak sekolah

Ibu rumah tangga

Genogram keluarga Ibu Yuna :

Gambar 1.7

21

Denah rumah Ibu Yuna :

Gambar 1.8

No.

Faktor Internal

Ya/Tida k

Keterangan

1 2 3 4 5

Kebiasaan merokok Kebiasaan jajan Kebiasaan olahraga Kebiasaan cuci tangan Pola makan Frekuensi Nasi Lauk pauk Sayuran

Tidak Tidak Tidak Ya

Setiap mau makan mencuci tangan

3 kali sehari Ya Ya Ya Tahu, tempe, ikan asin, telor Sayur asem disajikan tiga kali seminggu

22

Buah-buahan

Tidak Ya Biasanya berobat di Puskesmas Tegal Angus

Pola pengobatan

Ansurasi / Ya jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) Keluhan yang biasanya di periksakan

Ibu Yuna pusing (biasanya tekanan darah 140/...) Savina demam, batuk,pilek.

No. 1

Faktor Eksternal Bangunnan tinggal Kepemilikan rumah Luas Bangunan Bertingkat Dinding rumah Lantai rumah Atap rumah Ventilasi Pencahayaan Kamar mandi Jamban tempat

Ya/Tidak

Keterangan

Milik sendiri 5 x 7,5 meter Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Seluruh bangunan terbuat dari batu bata Keramik Terbuat dari genteng susun tanpa plafon Tidak mencapai 10% dari luas lantai 3buah lampu bohlam untuk seluruh ruangan Terletak di dalam rumah menyatu dengan dapur

Sumber air

Ya

Dari sumur : Terdapat di dalam rumah dekat dapur Bercincin Air sumur jernih dan tidak berbau Tidak di tutup Untuk mandi, cuci,minum

Sumber air bersih : Dari Jet PAM


23

Selokan Kandang Perkarangan Pagar Dapur Alat makan Tidak Tidak Ada Tidak ada Ada Ada

Di tampung dalam gentong terbuat dari tanah liat

Lantai keramik Bila masak menggunakan kompor gas Piring kaca dan plastik, gelas kaca dan plastik, sendok dari logam

Kamar Ruang keluarga

Ada Ada

2 buah 1 buah

Kepadatan Penduduk Ya Kepadatan rumah Tidak Sistem pembuang sampah Ya Sistem pembuangan limbah Lingkungan pemukiman Pemicu dalam lingkungan rumah Asap dapur Asap rokok Debu Ya Tidak Ya

Sampah langsung dibakar

Terdapat di belakang rumah tepat di balik tembok dapur Padat penduduk

24

4. Keluarga Binaan Ibu Nina : Keluarga ibu Nina berada di kampung Suka Mulya Rt 03/Rw 04, desa tanjung pasir

Nama

Status keluarga

Jenis kelamin

Usia

Pendidikan terakhir

Pekerjaan

Penghasilan

Ibu Nina

Istri

Perempuan 46 tahun

Tidak sekolah Ibu rumah tangga

Bpk Mbun

Suami

Laki-laki

60 tahun

Tidak sekolah Becak

Rp

300.000-

450.000/bulan

Yana

Anak ke tiga

Perempuan 25 tahun

SD

Ibu rumah tangga

Mardi

Menantu (suami yana)

Laki-laki

28 tahun

SD

Buruh serabutan

Rp

400.000-

500.000/bulan

Hera

Cucu (anak yana)

Perempuan 4,3 bulan

Ibu Eni

Ibu kandung ibu eni

Perempuan 70 tahun

Tidak sekolah Ibu rumah tangga

25

Genogran keluarga Ibu Nina :

Gambar 1.9

26

Denah rumah Ibu Nina :

Gambar 1.10

No.

Faktor Internal

Ya/Tida k

Keterangan

Kebiasaan merokok

Ya

Ibu kandung (ibu eni), tetapi tidak merokok di dalam rumah

2 3 4 5

Kebiasaan jajan Kebiasaan olahraga Kebiasaan cuci tangan Pola makan Frekuensi Nasi Lauk pauk Sayuran Buah-buahan

Tidak Tidak Ya

Setiap mau makan mencuci tangan

3 kali sehari Ya Ya Ya Tidak Tahu, tempe, ikan asin, telor Sayur asem disajikan tiga kali seminggu

27

Pola pengobatan

Ya

Biasanya berobat di Puskesmas Tegal Angus Seluruh keluarga tidak mempunyai jamkesmas

Ansurasi / Tidak jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) Keluhan yang biasanya di periksakan

Ibu Nina pusing (biasanya tekanan darah 140/...) ada riwayat hipertensi pada bapaknya Hera demam

No. 1

Faktor Eksternal Bangunnan tinggal Kepemilikan rumah Luas Bangunan Bertingkat Dinding rumah tempat

Ya/Tidak

Keterangan

Milik sendiri 4 x 7,5 meter = 30 m2 Tidak Ya Terbuat dari bilik dan batu bata (bagian depan rumah)

Lantai rumah Atap rumah Ventilasi

Ya Ya Ya

Semen Terbuat dari genteng susun tanpa plafon Tidak mencapai 10% dari luas lantai 6 buah (75x8cm) luas 600 cm2x6=3600 cm2 0,30 m2

Pencahayaan

Ya

Dari lampu bohlam = 4 lampu Dan dari jendela = 2 buah (50x100 cm)

Kamar mandi

Ya

Jamban Sumber air

Tidak Ya

Terdapat di pekarangan belakang rumah Lantai terbuat dari tanah BAB biasanya di kebun yang jauh dari rumah Dari sumur : Terdapat di pekarangan rumah Bercincin Air sumur bewarna kuning Tidak di tutup belakang

28

Untuk mandi, cuci

Sumber air bersih : Selokan Kandang Perkarangan Pagar Dapur Tidak Tidak Ada Ada Ada Dari kayu Lantai tanah Bila masak menggunakan tungku (dengan bahan kayu) Piring kaca dan plastik, gelas kaca dan plastik, sendok dan garpu dari logam Kamar Ruang keluarga Ada Ada 2 buah 1 buah Dari PAM (beli Rp. 500,- / dirigen Kadang-kadang diambil dari musolah Di tampung dalam gentong terbuat dari plastik

Alat makan

Ada

Kepadatan Penduduk Kepadatan rumah Sistem pembuang sampah Sistem pembuangan limbah Lingkungan pemukiman dalam Cukup Tidak Di buang di tanah kosong dekat rumah, Bila sudah banyak, sampah di bakar Bila hujan lahannya menjadi genangan air Terdapat di pekarangan belakang rumah Dekat dengan kamar mandi Padat penduduk

Ya

Pemicu

lingkungan rumah Asap dapur Asap rokok Debu Ya Ya Ya

29

1.1.4 Penentuan Area Masalah

Setelah melihat, mengamati, dan mewawancarai masing-masing anggota keluarga binaan RT 03 / RW 04 dan RT 04/ RW 04 Desa Tanjung Pasir tentang kondisi rumah, kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal serta perilaku hidup mereka sehari-hari, kami menemukan berbagai macam permasalahan yang terdapat pada masyarakat tersebut, yaitu:

1. Kurangnya ventilasi rumah di keluarga binaan RT 03 / RW 04 dan RT 04/RW 04 Desa Tanjung Pasir.

2. Tidak adanya sistem pembuangan limbah rumah tangga di keluarga binaan RT 03 / RW 04 dan RT 04/RW 04 Desa Tanjung Pasir.

3. Kurangnya jamban yang sesuai di keluarga binaan RT 03 / RW 04 dan RT 04/RW 04 Desa Tanjung Pasir. (1 keluarga binaan yang mempunyai jamban tapi tidak memenuhi syarat, dan 3 keluarga binaan yang tidak mempunyai jamban)

4. Terdapatnya sumur yang tidak memenuhi syarat di keluarga binaan RT 03 / RW 04 dan RT 04/RW 04 Desa Tanjung Pasir.

5. Kurangnya pencahayaan pada rumah masyarakat RT 03 / RW 04 dan RT 04/RW 04 Desa Tanjung Pasir.

6. Penduduk lansia : a) Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang pada lansia di keluarga binaan RT 03 / RW 04 dan RT 04/RW 04 Desa Tanjung Pasir. b) Perilaku pola makan yang kurang seimbang pada lansia di keluarga binaan RT 03 / RW 04 dan RT 04/RW 04 Desa Tanjung Pasir. c) Terdapatnya hipertensi dan riwayat hipertensi di keluarga binaan RT 03 / RW 04 dan RT 04/RW 04 Desa Tanjung Pasir.

30

Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, maka diputuskan untuk mengangkat permasalahan Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran pada Lansia Terhadap Kesehatannya pada Keluarga Binaan di RT 03 / RW 04 dan RT 04/RW 04 Desa Tanjung Pasir. Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai pertimbangan yaitu :

1. Berdasarkan survei pada lansia di keluarga binaan di temukan pola hidup lansia yang tidak memenuhi standar kesehatan lansia 2. Berdasarkan hasil wawancara di dapatkan kurangnya pengetahuan lansia tentang kesehatan pada lansia

31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1 Konsep Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai cakupan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Atau perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Seiring dengan tidak disadari bahwa interaksi itu sangat kompleks sehingga kadang- kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, selama ia mampu mengubah perilaku tersebut.

Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner disebut teori S O - R atau Stimulus Organisme Respon (Notoatmodjo, 2007).

32

Dilihat dari Segi Biologis

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dari sudut pandang biologis, semua makhluk hidup mulai dari tumbuhan, hewan, dan manusia berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing masing. Perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas manusia, baik yang diamati lansung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar

Dilihat dari Segi Psikologis

Menurut Skiner (1938 ), perilaku adalah suatu respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus ( rangsangan dari luar pengertian itu dikenal dengan teori S-O-R (stimulusorganisme-respons) skinner membedakan respons tersebut menjadi 2 jenis, yaitu respondent response (reflexive) dan operant response (instrumental response).

Secara lebih proposional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk 2 macam, yakni:

Bentuk pasif (respon tertutup) adalah respon internal yaitu terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Dengan kata lain perilaku itu tidak dapat ditangkap melalui indera, melainkan harus menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti psikotes Misalnya berpikir , tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.

Bentuk aktif (respon terbuka) yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung dengan indra manusia. Perilaku sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata makan disebut overt behavior. Contohnya seperti tertawa, berjalan, berbaring, dan lain-lain.

33

Terdapat beberapa jenis perilaku yang ditinjau dari sudut pandang yang berbeda, antara lain:

1. Perilaku reflektif dan perilaku non reflektif. Perilaku reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme. Misal reaksi kedip mata bila kena sinar, menarik jari bila kena panas, dan sebagainya. Perilaku reflektif ini terjadi dengan sendirinya secara otomatis tanpa perintah atau kehendak orang yang bersangkutan, sehingga di luar kendali manusia. Lain halnya dengan perilaku non reflektif. Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak. Proses perilaku ini disebut proses psikologis.

2. Perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perilaku kognitif atau perilaku yang melibatkan proses pengenalan yang dilakukan oleh otak, yang terarah kepada obyektif, faktual, dan logis, seperti berpikir dan mengingat. Perilaku afektif adalah perilaku yang berkaitan dengan perasaan atau emosi manusia yang biasanya bersifat subyektif. Perilaku motorik yaitu perilaku yang melibatkan gerak fisik seperti memukul, menulis, lari, dan lain sebagainya

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut L. Green perilaku dipengaruhi tiga faktor yaitu faktor pendahulu, pemungkin, dan penguat. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003):

1. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat

34

desa, dokter atau bidan praktik swasta. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.

3. Faktor pendorong (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas terlebih lagi petugas kesehatan. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

35

2.1.3 Pembentukan Perilaku

Ada beberapa cara pembentukan perilaku, antara lain sebagai berikut:

1. Melalui conditioning atau pembiasaan, yaitu dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, yang akhirnya terbentuklah perilaku tersebut. Misalnya anak dibiasakan bangun pagi, atau menggosok gigi sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain, membiasakan diri untuk tidak terlambat datang ke sekolah, dan sebagainya. Cara ini didasarkan pada teori behaviorisme, terutama teori conditioning Pavlov, Thorndike, dan Skinner.

2. Melalui pengertian (insight), yaitu memberikan dasar pemahaman atas alasan tentang perilaku yang akan dibentuk, misalnya datang kuliah jangan terlambat, karena hal tersebut dapat mengganggu teman-teman yang lain. Bila naik sepeda motor pakai helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri. Salah seorang tokoh yang menganut teori ini adalah Kohler, yang juga merupakan tokoh psikologi Gestalt. Dia

menemukan dalam eksperimennya bahwa dalam belajar yang penting adalah pengertian atau insight.

3. Melalui penggunaan model, yaitu pembentukan perilaku melalui model atau contoh teladan. Orang mengatakan bahwa orang tua pemimpin sebagai panutan yang sebagai contoh anak-anaknya, hal tersebut menunjukkan

dipimpinnya,

pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Cara ini disarankan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura.

Berdasarkan penelitian, Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. 3. Evaluation (menimbangnimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
36

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting) (Notoatmodjo, 2003).

Skiner membedakan adanya dua proses pembentukan perilaku, antara lain: 1. Respondent response atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Responden respon ini juga mencakup perilaku emosional misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya. 2. Operant response atau instrumental response, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

2.1.4 Perubahan- perubahan perilaku

Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Banyak teori tentang perubahan perilaku ini, antara lain adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003):

37

1. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Hosland mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini.

Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.

38

2. Teori Festinger (Dissonance Theory)

Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan). Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda atau bertentangan di dalam diri individu sendiri maka terjadilah dissonance.

3. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang yaitu apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz, perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :

a. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar menjadi kebutuhannya.

b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya, dengan perilaku dan tindakan tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya, orang dapat menghindari penyakit demam berdarah karena penyakit tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.

39

c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut, seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya, bila seseorang merasa sakit kepala maka secara cepat tanpa berpikir lama ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan meminumnya, atau tindakantindakan lain.

d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan "layar" dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya, orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.

Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu, didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terusmenerus dan berubah secara relatif.

4. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni :

a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulusstimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara pentingnya anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak
40

banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber-KB dinaikkan dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha lain.

b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulusstimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya contoh tersebut di atas, dengan memberikan pengertian kepada orang tersebut bahwa banyak anak banyak rezeki, banyak adalah kepercayaan yang salah maka kekuatan penahan tersebut melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut.

c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti contoh diatas, penyuluhan KB yang berisikan memberikan pengertian terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya kepercayaan anak banyak, rezeki banyak, akan meningkatkan kekuatan pendorong dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.

2.1.5 Faktor-faktor yang Berperan dalam Pembentukan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (1993) faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

1. Faktor internal

Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi merupakan penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut: a. Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda. b. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu. c. Penguatan positif/positive reinforcement menyebabkan satu perilaku tertentu yang cenderung untuk diulang kembali. d. Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat tidak menyenangkan.
41

2. Faktor eksternal

Faktor-faktor yang berada di luar individu yang bersangkutan yang meliputi objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang disajikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.

2.1.6 Domain Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Notoatmodjo perilaku mencakup tiga domain, yakni: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan atau praktik (practice).

Secara rinci dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Notoatmodjo (2003) mendefinisikan pengetahuan apabila telah terjadi penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif terdapat enam tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contoh : dapat menyebutkan tahap-tahap perkembangan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar.
42

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthetis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

43

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2003). Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu (Azwar,2003). Komponen Pokok Sikap (Notoatmodjo, 2003). Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu: a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga componen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Berbagai Tingkatan Sikap yakni : (Notoatmodjo, 2003)

a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan meyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

44

d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

e. Praktik kesehatan ( health practice) Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. Tindakan atau praktik kesehatan ini juga meliputi 4 faktor yaitu : 1. Tindakan atau praktik sehubungan dengan risiko yang bisa saja terjadi selama kehamilan. 2. Tindakan atau praktik sehubungan faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi kesehatan. 3. Tindakan atau praktik sehubungan fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun tradisional. 4. Tindakan atau praktik sehubungan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum (Notoatmodjo, 2003). Notoadmodjo menyatakan bahwa suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

2.1.6 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usahausaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. 2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. 3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.
45

2.2 Lanjut Usia

2.2.1 Pengertian Lanjut Usia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun,

2.2.2 Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifiaksi pada lansia : 1. Pra-lansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun 2. Lansia Seseorang yang berusia antara 60 tahun atau lebih. 3. Lansia risiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. (Depkes RI, 2003) 4. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003) 5. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)

2.2.3 Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.

Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No 13 tentang

kesehatan).

46

2.

Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladatif.

3.

Lingkungan tempat tinggal yang bervarisai.

Teori kejiwaan sosial (psikososial) :

1. Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory) a. Ketentuan akan meningkatnya penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. b. Ukuran otimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. c. Memperytahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

2. Kepribadian berlanjutan (Continuity theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia menurut teori ini perubahan yang terjadi pada lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.

3. Teori pembebasan (Disengagement theory) Putusnya pergaulan atau hubungan dengn masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss) yakni : a. Kehilangan peran (loss of role) b. Hambatan kontak sosial (retraction of contacs and relation ships). c. Berkurangnya komitmen (reduce commitmen to social mores and values). (Nugroho, 2000)

2.2.4 Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia tergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Nugroho, 2000).
47

Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tipe arif dan bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut,

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan kegiatan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

48

Sedangkan bila dilhat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan utuk melakukan aktifitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial. Lansia di panti wreda, lansia yang dirawat di rumah sakit dan lansia dengan gangguan mental.

Usia lanjut sehat adalah usia lanjut yang dapat mempertahankan kondisi fisik dan mental yang optimal serta tetap melakukan aktivitas sosial dan produktif.

Ciri usia lanjut sehat :

Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena merasa hidupnya bermakna, mampu menerima kegagalan yang dialaminya sebagai bagian dari hidupnya yang tidak perlu disesali dan justru mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya.

Memiliki integritas pribadi yang baik, berupa konsep diri yang tepat dan terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada di antara orangorang yang memiliki kedekatan emosi dengannya, yang memberi perhatian dan kasih sayang yang membuat dirinya masih diperlukan dan dicintai.

Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, didukung oleh kemampuan melakukan kebiasaan dan gaya hidup yang sehat. Memiliki keamanan finansial, yang memungkinkan hidup mandiri, tidak menjadi beban orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri, sehingga dapat menentukan nasibnya sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Hal ini dapat menjaga kestabilan harga dirinya.

2.2.5 . Kebutuhan Hidup Lansia

Penduduk lansia juga mempunyai kebutuhan hidup seperti orang lain agar kesejahteraan hidup dapat dipertahankan. Kebutuhan hidup seperti kebutuhan makanan yang
49

mengandung gizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin dan sebagainya diperlukan oleh lansia agar dapat mandiri. Menurut pendapat

Maslow dalam Suhartini (2004), kebutuhan manusia meliputi :

1. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. 2. Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan kemandirian dan sebagainya 3. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya 4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan 5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar

pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

2.2.6 Pembinaan kesehatan lansia

Tujuannya meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam masyarakat (Depkes RI, 2003).

Sasarannya adalah :

1.

Sasaran langsung a. Kelompok pralansia (45-59 tahun) b. Kelompok lansia (60 tahun ke atas) c. Kelompok lansia dengan risiko tinggi (70 tahun ke atas).

50

2.

Sasaran tidak langsung a. Keluarga dimana usia lanjut berada. b. Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut. c. Masyarakat.

Pedoman pelaksanaannya :

1.

Bagi petugas kesehatan a. Upaya promotif yaitu upaya untuk menggairahkan semangat hidup para lansia agar merasa tetap dihargai dan berguna, baik bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat. b. Upaya preventif, yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi dari penyakit-penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan. c. Upaya kuratif, yaitu upaya pengobatan yang penanggulangannya perlu melibatkan multidislipin ilmu kedokteran. d. Upaya rehabilitatif, yaitu upaya untuk memulihkan fungsi tubuh yang telah menurun.

2.

Bagi lansia itu sendiri Untuk kelompok pralansia, membutuhkan informasi sebagai berikut: a. Adanya proses penuaan, b. Pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala c. Pentingnya melakukan latihan kesegaran jasmani d. Pentingnya melakukan diet dengan menu seimbang e. Pentingnya melakukan kegiatan sosial di masyarakat

Untuk kelompok lansia, membutukan informasi sebagai berikut: a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala b. Kegiatan olahraga c. Pola makan dengan menu seimbang d. Perlunya alat bantu sesuai dengan kebutuhan e. Pengembangan kegemaan sesuai dengan kemampuannya

Untuk kelompok lansia dengan risiko tinggi, membutuhkan informasi sebagai berikut: a. Pembinaan diri sendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi dan melakukan aktifitas, baik didalam maupun di luar rumah
51

b. Pemeriksaan kesehatan berkala c. Latihan kesehatan jasmani d. Pemakaian alat bantu sesuai kebutuhan e. Perawatan fisioterapi

3.

Bagi keluarga dan lingkungannya a. Membantu mewujudkan peran serta kebahagiaan dan kesejahteraan lansia b. Upaya pencegahan dimulai dalam rumah tangga c. Membimbing dalam ketakwaan kepada Tuhan YME. d. Melatih berkarya dan menyalurkan hobi e. Menghargai dan kasih sayang terhada para lansia

2.2.7 Hal-hal yang perlu diperhatikan Lansia

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh lansia berkaitan dengan perilaku yang baik (adaptif) dan tidak baik (maladatif) :

1.

Perilaku yang kurang baik a. Kurang berserah diri b. Pemarah, merasa tidak puas, murung dan putus asa c. Sering menyendiri d. Kurang melakukan aktifitas fisik/olah raga/kurang gerak e. Makan tidak teratur dan kurang minum f. Kebiasaan merokok dan meminum minuman keras g. Minum obat penenang dan penghilang rasa sakit tanpa aturan h. Melakukan kegiatan yang melebihi kemampuan i. Mengangap kehidupan seks tidak diperlukan lagi j. Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur

2.

Perilaku yang baik a. Mendekatkan diri pada Tuhan YME b. Mau menerima keadaan, sabar dan optimis serta meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan c. Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga dan masyarakat
52

d. Melakukan olah raga ringan setiap hari e. Makan dengan porsi sedikit tapi sering, memilih makanan yang sesuai serta banyak minum f. Berhenti merokok dan meminum minuman keras g. Minumlah obat sesuai anjuran dokter/petugas kesehatan h. Mengembangkan hobi sesuai kemampuan i. Tetap bergairah dan memelihara kehidupan seks j. Memeriksakan kesehatan secara teratur

3.

Manfaat perilaku yang baik a. Lebih takwa dan tenang b. Tetap ceria dan banyak mengisi waktu luang c. Keberadaannya tetap diakui oleh keluarga dan masyarakat d. Kesegaran dan kebugaran tubuh tetap terpelihara e. Terhindar dari kegemukan dan kekurusan serta penyakit berbahaya seperti jantung, paru-paru, diabetes, kanker dan lain-lain f. Mencegah keracunan obat dan efek samping lainnya g. Mengurangi stress dan kecemasan h. Hubungan harmonis tetap terpelihara i. Gangguan kesehatan dapat diketahui dan diatasi sedini mungkin

2.2.8 Tugas perkembangan lansia

Menurut Erickson, kesiapan untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap selanjutnya.

Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur yang baik serta membina hubungan yang serasi dengan orangorang disekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olah raga, mengembangkan hobi bercocok tanam dan lain-lain.

53

Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun 2. Mempersiapkan diri untuk pensiun 3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya 4. Mempersiapkan kehidupan baru 5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai 6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan

54

2.3 Pola Hidup Sehat Pada Lansia

2.3.1 Hidup Sehat

Setiap orang pasti berkeinginan untuk terus dapat hidup sehat dan kuat sampai tua, untuk mencapainya ada berbagai cara yang dapat dilakukan, salah satu caranya adalah berperilaku hidup sehat.

Sebelum membahas tentang cara hidup sehat sebaiknya terlebih dahulu diketahui apa itu sehat. Karena banyak masyarakat yang beranggapan bahwa sehat adalah tidak sakit secara fisik saja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera jiwa dan raga juga sosialnya. Sehat adalah suatu hadiah dari menjalankan hidup sehat. Oleh karena itu jika ingin terus menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan cara-cara hidup sehat.

2.3.2 Cara Hidup Sehat

Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara-cara tersebut adalah:

1. Makan makanan yang bergizi dan seimbang

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 1991):

Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur.

55

Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang bersumber dari hidrat arang komplex (sayur sayuranan, kacang- kacangan, biji bijian).

Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan. Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau. Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan bahan yang segar dan mudah dicerna. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng gorengan. Makan disesuaikan dengan kebutuhan

2. Minum air putih 1.5 2 liter Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 2 liter per hari.

Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit.

Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk

56

kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan sebagainya.

3. Olah raga teratur dan sesuai Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun.

Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.

Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif.

4. Istirahat, tidur yang cukup

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan.

5. Menjaga kebersihan

Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku

57

dan lubang-lubang ( telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih.

Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik.

Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk mandiri dan hanya diberi pengarahan.

6. Minum suplemen gizi yang diperlukan

Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan.

7. Memeriksa kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat.

58

8. Mental dan batin tenang dan seimbang

Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah:

Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.

Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.

9. Rekresi Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi.

Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.

10. Hubungan antar sesama yang sehat

Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan
59

meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

11. Back to nature (kembali ke alam)

Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur awetan, jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya tekhnologi yang modern seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot debu, bepergian dengan kendaran walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita menjadi manja, karena kurang bergerak, tubuh jadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit.

Oleh karena itu salah satu upaya untuk hidup sehat adalah back to nature atau kembali lebih dekat dengan alam. Kita tidak harus menjauhi tekhnologi tetapi paling tidak kita harus menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan, makanan yang diawetkan, makanan siap saji dan harus lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar dan juga minum air putih.

12. Semua yang dilakukan tidak berlebihan

Untuk menciptakan hidup yang sehat segala sesuatu yang kita lakukan tidak boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal itu sesuai dengan kebutuhan.

60

2.4 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan (Notoatmodjo, 2003).

2.4.1 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang mencakup dalam domain kongnitif, mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo,2003).

1. Tahu (know), merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah diterima. 2. Memahami (comperehension) yaitu,kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terdapat objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (application), yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari ada situasi kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan penggunaan gagasan umum, prosedur, prinsip, teknis, teori-teori yang harus diingatkan dan dilaksanakan. 4. Analisis (analiysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu lain. 5. Sintestis (synthesis),yaitu menunjukkan kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis ini adalah dapat menyusun, merencanakan, meringkas dan sebagainya terhadap suatu teori yang ada. 6. Evaluasi (evaluation)yaitu, kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
61

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

Menurut Sadulloh 2003 dalam Setiabudi 2004 mengatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat diperoleh oleh hal-hal :

1. Pengalaman Apa yang telah dan sedang kita ataupun orang lain ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya pengetahuan dan sikap.

2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah level/tingkat suatu proses yang berkaitan dalam

mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai dan sikapnya serta keterampilannya.

3. Keyakinan Keyakinan adalah kepercayaan yang dipegang seseorang terhadap sesuatu tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu, biasanya keyakinan ini diperoleh secara turun-temurun.

4. Fasilitas Fasilitas adalah segala sesuatu yang bertujuan untuk kemudahan-kemudahan dalam mencapai tujuan, yakni sarana dan prasarana kesehatan serta sumber-sumber informasi yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan pengetahuan seseorang.

5. Penghasilan Penghasilan adalah apa yang telah didapat sebagai hasil dari segi penyediaan sumbersumber informasi dan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan sarana dan prasarana yang ada.

6. Sosial Budaya Sosial budaya adalah suatu kehidupan bermasyarakat di mana seseorang hidup dan dibesarkan di lingkungan masyarakat, hal tersebut berpengaruh besar terhadap pembentukan perilaku dan pengetahuan.
62

2.5 Hubungan perilaku lansia terhadap kesehatannya dengan teori Lawrence Green

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor yang memperkuat (reinforcing factors).

63

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

64

BAB III

METODE

Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah, langkah langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara objektif dan rasional.

3.1 Populasi Pengumpulan Data

Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah keluarga di RW 04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.

3.2 Sampel Pengumpulan Data

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah empat keluarga binaan di RW 04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.

3.3 Jenis dan Sumber data

3.3.1 Jenis data

a. Data primer Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner semua anggota warga binaan di Desa Tanjung Pasir, Teluk Naga melalui wawancara terpimpin dan observasi.

b. Data sekunder Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus.
65

c. Data tersier Data yang didapat dari buku dan internet.

Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data, pencatatan data harus dilengkapi dengan:

1. 2. 3. 4. 5.

Nama pengumpul data. Nama peserta yang datanya diambil. Tanggal dan waktu pengumpulan data. Lokasi pengumpulan data. Keterangan-keterangan tambahan data.

Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi, dan sebagainya. Berdasarkan uraianuraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan data berupa wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara langsung, diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari

responden secara langsung sehingga tercipta hubungan yang baik antara pewawancara dan responden, selain itu dapat diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup efisien dalam penggunaan waktu untuk mengumpulkan data. Cara pengumpulan data melalui pengamatan langsung (observasi) untuk mengetahui dan melihat langsung kondisi dan keadaan rumah disetiap keluarga.

3.3.2 Sumber data

Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu empat keluarga binaan di RW 04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.

66

3.4 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah.

Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti cek list, kuesioner, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala, kamera foto dan sebagainya.

Instrumen pengumpulan data merupakan suatu yang amat penting dan strategis kedudukannya di dalam keseluruhan kegiatan pengumpulan data atau suatu penelitian. Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan penting untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan untuk mencapai tujuan dan untuk membuktikan hipotesis.

3.5 Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-langkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data.

3.5.1 Metode wawancara

Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara.

Menurut Patton dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.

67

Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan pewawancara mengenai aspekaspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian pewawancara harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung (Patton dalam Poerwandari, 1998). Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara, yaitu:

1.

Pedoman wawasan tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis wawancara ini cocok untuk penilaian khusus.

2.

Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda (check) pada nomor yang sesuai. Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk semi structured. Dalam hal ini maka mula-mula pewawancara menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.

3.

Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :

1.

Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh pewawancara dengan memberikan penjelasan.

2. 3.

Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu. Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat teknik lain sudah tidak dapat dilakukan.

68

Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu :

1.

Rentan

terhadap

bias

yang

ditimbulkan

oleh

kontruksi

pertanyaan

yang

penyusunannya kurang baik. 2. 3. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh pewawancara.

3.5.2 Metode Observasi

Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan cara yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.

Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena :

1.

Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti atau yang akan terjadi.

69

2.

Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

3.

Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.

4.

Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.

5.

Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.

3.5.2.1 Macam- Macam Observasi

3.5.2.1.1 Observasi Partisipatif

Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas yang diteliti

3.5.2.1.2 Observasi Terus Terang atau Tersamar

Peneliti berterus terang kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian. Suatu saat peneliti melakukan tidak berterus terang agar dapat mengetahui informasi yang dirahasiakan narasumber.

3.5.2.1.3 Observasi tak Berstruktur

Dilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus penelitian belum jelas. Apabila masalah sudah jelas, maka dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.

70

3.5.2.2 Manfaat Observasi

Menurut Nasution (1988) 1. 2. 3. 4. 5. Peneliti akan mampu memahami konteks data secara menyeluruh. Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang diamati oleh orang lain. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap saat wawancara. Peneliti dapat memperoleh kesan-kesan pribadi terhadap obyek yang diteliti.

3.5.2.3 Keuntungan Metode Observasi

1.

Banyak gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih akurat dan sulit dibantah.

2.

Banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya hanya dengan observasi, misalnya terlalu sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai atau mengisi kuesioner.

3.

Kejadian yang serempak dapat diamati dan dicatat serempak pula dengan memperbanyak observer.

4.

Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain, yang ternyata sangat menentukan hasil penelitian.

3.5.2.4 Kelemahan Metode Observasi

1. 2. 3.

Observasi tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat. Kelemahan-kelemahan pengamat dalam pencatatan. Banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama yang menyangkut kehidupan peribadi yang sangat rahasia.

4.

Pengamat sering menjumpai observee yang bertingkah laku baik dan menyenangkan karena tahu bahwa ia sedang diobservasi.

5.

Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan tertentu, sehingga dapat terjadi gangguan yang menyebabkan observasi tidak dapat dilakukan.

71

3.5.3 Metode Angket atau Kuesioner (questionnaire)

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya.

Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan maksud yang jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode pengumpulan data terdapat beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada responden dapat distandarkan, responden dapat menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan yang diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya dapat dipercaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan seragam. 3.5.3.1 Macam Macam Kuesioner

1.

Kuesioner tertutup. Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban. Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.

2.

Kuesioner terbuka. Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga responden harus memformulasikan jawabannya sendiri.

3.

Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup. Dimana pertanyaan tertutup kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.

4.

Kuesioner semi terbuka. Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi, tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban.

3.5.3.2 Keuntungan Metode Kuesioner

1. 2. 3.

Dalam waktu singkat diperoleh banyak keterangan. Pengisiannya dapat dilakukan di tempat, tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Bila lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data yang paling mudah adalah dengan angket.
72

4.

Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu yang efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.

5.

Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan yang sukar dijawab.

6.

Dengan angket responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja, kapan saja, tanpa terkesan terpaksa.

3.5.3.3 Kelemahan Metode Kuesioner

1.

Tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena jawaban terbatas pada halhal yang ditanyakan.

2.

Dapat menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya jika dia menghendaki demikian.

3. 4.

Jawaban hanya mengungkap keadaan pada saat angket diisi. Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan metode ini adalah kurang tepat.

5.

Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada pertanyaan yang ada.

6.

Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan global dari pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di atas secara spontan dapat berubah setelah melihat pertanyaan dilain nomor.

7.

Sulit bagi peneliti untuk mengetahui maksud dari apakah sudah responden sudah terjawab atau belum.

8.

Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini terjadi karena kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan responden menjawab. Halhal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam teknik kuesioner.

3.5.4 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah sekumpulan berkas berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya. Data yang diperoleh dapat berupa data primer, sekunder dan tersier. Data primer didapatkan dari wawancara dan kuesioner dengan keluarga binaan di Desa Tegal angus, data sekunder diperoleh dari data Puskesmas

73

Tegal Angus, Balai Desa Tanjung pasir dan kader di desa tanjung pasir, sedangkan data tersier diperoleh dari penelusuran tinjauan pustaka.

Pengumpulan data dilakukan di Desa Tanjung pasir , Kecamatan Teluk Naga, Kebupaten Tangerang. Pengumpulan data ini dilakukan selama sembilan hari, mulai dari 12 Maret 2012 sampai 19 Maret 2012 dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen dengan teknik wawancara terpimpin kepada responden.

Wawancara dengaan kuesioner dilakukan terhadap enam keluarga binaan yang telah ditentukan oleh pengurus Puskesmas Tegal Angus. Dari keenam keluarga binaan ini diambil empat lansia sebagai responden untuk menjawab kuesioner.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data

Tanggal Senin, 12 maret 2012

Kegiatan Perkenalan dan sambung rasa dengan keluarga binaan.

Selasa, 13 meret 2012

Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga binaan Observasi rumah keluarga binaan Dokumentasi rumah keluarga binaan dan lingkungan sekitar Pengumpulan data dari Puskesmas tegal Angus yang berhubungan dengan beberapa masalah yang ditemukan pada keluarga binaan

Rabu, 14 maret 2012

Mengunjungin keluarga binaan untuk melengkapi datadata yang kurang

Kamis, 15 maret 2012

Diskusi kelompok dan penentuan area permasalahan kurang pengetahuan dan kesadaran pada lansia terhadap kesehatannya pada keluarga binaan Rt 03/ Rw 04 dan Rt04/ Rw 04 di desa Tegal angus kecamatan Teluk naga kabupaten Tangerang

Senin, 19 maret 2012

Mengunjungi keluarga binaan untuk dokumentasi dan pengisian kuesioner

melengkapi

74

Selasa, 20 maret 2012

..............

3.6. Pengolahan Data dan Analisa Data Untuk pengolahan data tentang Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran pada Lansia Terhadap Kesehatannya pada Keluarga Binaan di RT 03 / RW 04 dan RT 04/RW 04 Desa Tanjung Pasir digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.

Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.

Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Pemenuhan perawatan diri lansia Pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia Pemenuhan pemeliharaan kesehatan lansia Pemenuhan ketersediaan sarana posbindu Pemenuhan peran petugas kesehatan dalam pelayanan kesehatan pada lanjut usia.

75

BAB IV HASIL

4.1 Karakteristik keluarga binaan

Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram pie yang diambil dari data dasar karakteristik responden yang terdiri dari empat keluarga binaan di RW 04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Keluarga Binaan di RT 03 RW 04 dan RT 04 RW 04, Desa Tanjung Pasir, Maret 2012

39%

61%

PEREMPUAN LAKI-LAKI

Dari diagram 4.1 jumlah Perempuan (61%) lebih banyak dari pada jumlah Laki-laki (39%)

76

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Pada Keluarga Binaan di RT 03 RW 04 dan RT 04 RW 04, Desa Tanjung Pasir, Maret 2012

7% 10% 48% SD TIDAK SEKOLAH 35% SMP SMA

Dari diagram 4.2 pendidikan terakhir SD (48%) lebih banyak daripada jumlah pendidikan terakhir Tidak Sekolah (35%), SMP (10 %) dan SMA (7%)

77

Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT 03 RW 04 dan RT 04 RW 04, Desa Tanjung Pasir, Maret 2012

25%

46%

DEWASA ANAK LANSIA

29%

Dari diagram 4.3 tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia dewasa (46 %)

4.2 Analisis Univariat

Analisis Univariat

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel dalam kuesioner yang dijawab empat responden pada bulan Maret 2012.

78

Anda mungkin juga menyukai