Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 5

Rita widaningsih Desri yulianty Inas khatina Ummu kultsum Nurlaita Ranza

Vibrio cholerae

MORFOLOGY
Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil (batang) dan bersifat motil (dapat bergerak Kuman batang bengkok seperti koma, berukuran 2-4 m, bergerak sangat aktif dengan adanya flagel monotrikh, tidak membentuk spora, tidak memiliki kapsul. Patogenik, menyebabkan kolera. Spesies Vibrio kerap dikaitkan dengan sifat patogenisitasnya pada manusia, terutama V. cholerae penyebab penyakit kolera di negara berkembang yang memiliki keterbatasan akan air bersih dan memiliki sanitasi yang buruk. V. cholerae ditemukan pertama kali oleh ahli anatomi dari Italia bernama Filippo Pacini pada tahun 1854. Namun, penemuan awal ini baru dikenal luas setelah Robert Koch, yang mempelajari penyakit kolera di Mesir, pada tahun 1883 berhasil membuktikan bahwa bakteri tersebut adalah penyebab kolera.

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Bakteria Filum : Proteobakteria Kelas : Gama Proteobakteria Ordo : Vibrionales Famili : Vibrionaceae Genus : Vibrio Spesies : Vibrio cholerae

Patogenesis Vibrio cholerae


Vibrio cholerae menyebabkan penyakit kolera (cholera) yaitu penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi.

Patogenesis Vibrio cholerae


Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila penanganan tidak kuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu, Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline). Dalam keadaan normal hanya patogen untuk manusia, Tidak bersifat invasif, kuman tidak pernah masuk dalam sirkulasi darah, tetapi menetap/terlokalisasi dalam usus. Menghasilkan toksin kholera (enterotoksin), musinase dan Endotoksin. Toksin kholera diserap di permukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida dan menghambat absorbsi natrium.

Enterotoksin yang tidak tahan asam dan panas, BM 90.000 yang mengandung 98% Protein, 1% lipid dan 1% karbohidrat. Menyebabkan peningkatan aktifitas Adenil siklase dan konsentrasi AMP siklik serta hipersekresi usus kecil sehingga menyebabkan diare masif dengan kehilangan cairan mencapai 20 liter perhari pada kasus berat. Vibrio biotip El Tor menghasilkan: solube hemolysin yang dapat melisiskan sel darah merah. Struktur antigen:
Antigen flagel H; bersifat heat labile Antigen somatik O; terdiri dari lipopolisakarida

Toksin Vibrio cholerae

Masa inkubasi 1-4 hari Gejala: mual, muntah, diare dan kejang perut Ricewater stools (feces berwarna seperti air cucian beras) yang terdiri dari mukus, sel epitel dan kuman vibrio dalam jumlah besar. Gejala kehilangan cairan dan elektrolit; dehidrasi, kolaps sirkulasi dan anuri Angka kematian tanpa pengobatan: 25-50% Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus. Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang menusuk. Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak. Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya. Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat. Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi

Gejala Klinis

Diagnosis Laboratorium
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah gumpalan mucus dari tinja dan/atau muntahan. Pemeriksaan yang digunakan adalah uji secara mikroskopis, kultur dan uji spesifik ( uji Biokimia).

Kultur/Isolasi
Untuk melakukan isolasi dan pemeliharaan vibrio, dapat menggunakan media Thiosulfate-citrate-bile salts agar (TCBS) yang merupakan media selektif untuk isolasi dan pemurnian Vibrio. Vibrio mampu menggunakan sukrosa sebagai sumber karbonakan berwarna kuning, sedangkan yang lainnya berwarna hijau. Akan tetapi terdapat beberapa mikroba yang dapat tumbuh pada media ini seperti Staphylococcus, Flavobacterium, Pseudoalteromonas, and Shewanella. Sedangkan untuk perbanyakan vibrio, dapat digunakan media Alkaline Pepton Water (APW) yang memiliki pH yang relatif tinggi yaitu berkisar 8.4 dan mengandung NaCl sebesar 1-2%. Adapun pertumbuhan optimum vibrio adalah pada suhu berkisar antara 20- 35oC.

Mikroskopis
Pengamatan dengan mikroskop lapangan gelap atau fase kontras akan memperlihatkan Vibrio cholerae yang bergerak dengan cepat.

Uji Sapesifik
Test Reaksi Indophenol Oxidase Indol O/129 sensitive Lecithinase Pertumbuhan tanpa penambahan NaCl Lysine decarboxylase Ornithine decarboxylase Arginin dihydrolase Citrate utilization Pertumbuhan pada suhu 5 C Test Fermentasi sukrosa Reaksi pada TSI + + + + + + + +/Reaksi + Acid/Acid, gas (-)

Koloni cembung (convex), bulat, smooth, opak dan tampak granuler; tes oksidase positif Bersifat aerob atau anarob fakultatif Suhu optimum 37oC(18-37oC) Ph optimum 8,5-9,5. Tidak tahan asam. Bila dalam perbenihan terdapat karbohidrat yang dapat diragi, kuman dapat mati. Tumbuh baik pada medium yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Contoh: agar Alkaline taurocholate tellurite Agar Thiosulfate Citrate Bilesalt Sucrose (TCBS). Meragi sukrosa dan manosa tanpa menghasilkan gas, tidak meragi arabinosa. Meragi nitrat. Pada medium pepton (banyak mengandung triptofan dan nitrat) akan membentuk indol, yang dengan asam sulfat akan membentuk warna merah (tes indol positif). Reaksi nitroso indol (merah cholera) positif. Tes ini dapat dihambat oleh glukosa.

Sifat Biakan

Pengendalian Vibrio cholerae


Asam lambung menyediakan beberapa perlindungan dalam melawan Vibrio cholerae. Setiap serangan kolera diikuti dengan kekebalan terhadap infeksi, tetapi durasi atau derajat kekebalan tidak diketahui. Pada hewan percobaan antibodi IgA terjadi dalam lumen usus. Antibodi vibriosidal (titer 1: 20) memiliki hubungan dengan perlindungan untuk melawan kolonisasi penyakit.

Transmisi
Kontaminasi air yang dikonsumsi manusia oleh feses yang mengandung kuman kolera merupakan penyebab infeksi kolera, selain itu makanan seperti sayuran yang dipupuk dengan kotoran manusia dan tidak dibersihkan pada waktu mengkonsumsinya. Pada feces penderita kolera dijumpai jutaan atau lebih kuman Vibrio cholerae di setiap mililiter fecesnya. Penyebaran penyakit kolera ini melalui jalur pengapalan, rute perdagangan dan rute migrasi. Penyakit ini menyebar melalui kontak orang ke orang yang melibatkan individu yang terinfeksi ringan atau asimptomatis (carrier), melalui air, makanan yang terkontaminasi dengan tinja yang terinfeksi juga melalui serangga. Kuman Vibrio ini dapat bertahan hidup di dalam air hingga tiga minggu.

Prinsip dalam pengobatan kolera ini adalah mengganti air dan elektrolit untuk mengurangi dehidrasi dan kekurangan garam dengan memasukkan secara intravena cairan yang mengandung Natrium, Kalium, Chloride dan Bicarbonate. Antibiotik yang sering digunakan untuk melawan kuman ini adalah Tetrasiklin. Tetrasiklin yang diberikan peroral dapat megurangi keluarnya tinja yang mengandung kuman kolera dan memperpendek masa ekskresi

Pengobatan

Vibrio cholerae.
Tetrasiklin juga memperpendek waktu timbulnya gejala klinik pada penderita kolera. Pada beberapa daerah endemic, V. Cholerae yang resisten dengan tetrasiklin telah muncul, dibawa oleh plasmid yang mudah berpindah. Tertrasiklin juga berguna pada penderita carrier sebab konsentrasinya pada empedu.

Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi khususnya makanan dan air melalui pendidikan. Pasien kolera seharusnya diisolasi, ekskresinya di disinfeksi dan orang-orang kontak diawasi. Bagi Wisatawan yang memasuki daerah endemic kolera, sebaiknya memasak makanan samapai matang sebelum mngkonsumsinya. Kepiting harus dimasak lebih kurang 10 menit, memakan uah harus dicuci, mamakan es harus dihindari kecuali kita tahu es tersebut berasal dari air yang mendidih. Pemberian imunisasi dengan vaksin yang mengandung ekstrak lipopolisakarida dari vibrio atau suspensi pekat vibrio dapat memberikan perlindunga yang terbatas pada orang-orang yang rentan (misal kontak dengan antar keluarga) tetapi tidak efektif sebagai alat kontrol endemic. Vaksin ini memberikan proteksi 60-80 % untuk masa 36 bulan. Di beberapa negara meminta kepada pelancong yang datang dari daerah endemik untuk memberikan bukti bahwa mereka telah divaksinasi. Sertifikasi vaksin untuk kolera dari WHO hanya berlaku selama 6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai