Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada hakekatnya setiap masyarakat yang hidup di suatu negara memiliki potensi untuk menjadi wajib pajak. Dan yang menjadi objek pajak adalah atas penghasilan yang diperoleh dan diterima oleh masyarakat. Pengertian dari penghasilan adalah setiap tambahan kemampan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun. Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak disebut Pajak penghasilan. Pengertian dari Pajak Penghasilan sendiri itu adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat. Salah satu jenis pajak penghasilan adalah PPh Pasal 21. PPh pasal 21 merupakan pajak terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban bagi wajib pajak orang pribadi yang bekerja pada satu pemberi kerja (pegawai / karyawan) untuk membayarnya. Penghasilan yang dimaksud disini adalah penghasilan yang berupa penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, grafikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya. Disebur PPh Pasal 21 karena ketentuan perpajakan yang berkenaan dengan penghasilan karyawan itu diatur dalam Undang Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 pasal 21. Dalam hal pemungutan pajak yang berkenaan dengan PPh pasal 21 akan dilakukan oleh pihak ketiga atau yang lebih dikenal dengan istilah withholding tax. Withholding tax memiliki arti suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terhutang oleh Wajib Pajak. Pihak ketiga yang dimaksud adalah badan atau perusahaan yang memberi kerja. Pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 yang selanjutnya disebut Pemotong PPh pasal PPh Pasal 21Untuk Karyawan 1

21 adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan perusahaan ddan penyelenggara kegiatan. Atas gaji yang didapat oleh karyawan maka perusahaan mempunyai wewenang untuk menjadi pemotong PPh Pasal 21, karena perusahaan merupakan badan pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium dan pembayaran lain, pemotongan pajak penghasilan ini diatur dalam KEP-545/PJ/2000 yang telah diperbahurui dengan PER-15/PJ/2006 tentang pemotong pajak PPh pasal 21 yang selanjutnya disebut Pemotong PPh pasal 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan perusahaan dan penyelenggaraan kegiatan. Perhitungan PPh pasal 21 dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara masa dan tahunan. Perhitungan ,asa adalah perhitungan PPh pasal 21 dilakukan setiap bulan dalam satu masa pajak dan perhitungan tahunan adalah penghitungan PPh pasal 21 dilakukan hanya 1 kali saja yaitu pada akhir tahun. Dalam menghitung PPh pasal 21 karyawan, perusahaan akan mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan untuk tiap karyawan perhitungannya berbeda. Apakah karyawan tersebut pegawai tetap dan pegawai tidak tetap. Serta keadaan yang dimiliki setiap karyawan berbeda beda, ini menyebabkan tarif maupun PTKP yang dibebankan kepadanya pun juga akan berbeda. Sehingga perlu adanya untuk mempelajari cara penghitungan besarnya jumlah pajak penghasilan pasal 21 karyawan ini.

1.2

Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian PPh Pasal 21? 2. Siapa Pihak Pemotong Pph Pasal 21 ? 3. Siapa saja Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21? 4. Siapa saja Penerima Penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21? 5. Apa saja Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :? 6. Hal apa saja yang Tidak termasuk penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21? 7. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final? 8. PPh pasal 21 apa saja yang ditanggung Pemerintah? 9. Kategori apa saja PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah? 10. Bagaimana cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21?

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

11. Seperti apa saja tarif Pajak Penghasilan Pasah 21 / PPh21?

1.3

Batasan Masalah
Agar pembuatan yang dilakukan penulis lebih terfokus, maka penulis menggunakan tahun pajak 2008 dan acuan peraturan perpajakan UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 Tahun 2000 dan terakhir UU No. 36 Tahun 2008 untuk memotong PPh Pasal 21 dalam peraturan MK No. 252/KMK.03/2008.

1.4

Tujuan Penulisan 1.4.1 Tujuan Akademik


Makalah yang berjudul Pajak Penghasilan Pasal 21 ini, penulis buat sebagai tugas Perpajakan II yang diberikan Tim Dosen Perpajakan II pada awal semester IV pembelajaran subject tersebut.

1.4.2 Tujuan Material


Dengan pembuatan makalah yang berjudul Pajak Penghasilan Pasal 21 ini, kami sebagai tim penulis dapat mengetahui mengenai PPh Pasal 21 dari pengertian, Penghasilan yang termasuk dan tidak termasuk pemotongan untuk PPh Pasal 21, PPh Pasal 21 Final, serta cara penghitungan PPh 21 itu sendiri.

1.5

Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin diberikan dan diperolah penulis dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang materi Pajak Penghasilan Pasal 21 serta tata cara penghitungan PPh pasal 21 yang benar dan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

1.6

Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan dengan membaca dan mempelajari sejumlah buku, mengumpulkan data-data dari buku-buku dan situs-situs internet yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian PPh Pasal 21
PPh atau Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, honor / honorarium, upah, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, jabatan dan kegiatan

2.2

Pihak Pemotong PPh Pasal 21


Pemotong PPh Pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 Tahun 2000 dan terakhir UU No. 36 Tahun 2008 untuk memotong PPh Pasal 21 dalam peraturan MK No. 252/KMK.03/2008 adalah : 1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan 2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah 3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua. 4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar : a. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan/ kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya. b. Honorarium tau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri. c. Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan magang 5. Penyelenggara kegiatan

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

2.3

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21


a. b. Pegawai; Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;. c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi, 1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris; 2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/ peragawati,pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya; 3. Olahragawan; 4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator, 5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah; 6. Pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk teknik, computer dan system aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial, serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan; 7. Agen iklan; 8. Pengawas atau pengelola proyek; 9. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara; 10. Petugas penjaja barang dagangan; 11. Petugas dinas luar asuransi; 12. Distributor multilevel marketing atau direct selling;dan kegiatan sejenisnya. d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaanya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi : 1. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya; 2. peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungan kerja; 3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

4. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang; 5. peserta kegiatan lainnya.

2.4

Penerima Penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21


a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat : - bukan Warga Negara Indonesia; dan - di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik; b. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan sepanjang bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

2.5

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :


a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur; b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya; c. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus erupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis; d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah dibayarkan secara bulanan; e. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan; f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

2.6

Tidak termasuk penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :


a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan,asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa; b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit). c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja; d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; e. Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal/ nonformal yang terstruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri.

2.7

Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final


PPh bersifat final artinya bahwa seluruh pajak yang telah dipotong/dipungut oleh pihak pemotong/pemungut dianggap final (telah selesai) tanpa harus menunggu perhitungan dari pihak fiskus, atau dapat dikatakan bahwa pajak yang telah dipotong atau dibayar dianggap telah selesai penghitungannya walupun surat ketetapan pajak belum ada. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pemungutan PPh bersifat final berarti jumlah pajak yang telah dibayarkan dalam tahun berjalan melalui pemotongan (oleh pemberi kerja atau pemotong yang lain ) tidak dapat dirkreditkan dari total PPh yang terutang pada akhir suatu tahun saat mengisi surat pemberitahuan(SPT). Beberapa penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 yang bersifat final adalah :

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

1. Penghasilan berupa uang pesangon dan uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh MK, serta tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, yang dibayarkan sekaligus oleh Badan Penyelenggara Pensiun atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 2. Penghasilan berupa honorarium, uang siding, uang hadir, uang lembur, imbalan prestasi kerja, dan imbalan lain dengan nama apapun yang diterima oleh pejabat Negara, PNS, anggota RNI/POLRI yang sumber dananya bersal dari keuangan Negara atau keuangan daerah, kecuali yang dibayarkan kepada PNS golongan II/d ke bawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur Tingkat Satu ke bawah. 3. Honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar asuransi. Barang dagangan yang dimaksud dalam hal ini adalah barang dagangan berupa kosmetik, sabun, pasta gigi, buku, dan barang- barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

2.8

Penghasilan yang PPh Pasal 21-nya Ditanggung Pemerintah


1. PPh yang terutang atas penghasilan teratur atau gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri Sipil. 2. PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima oleh karyawan asing yang bekerja pada kontraktor, konsultan, dan pemsok utama atas penhsilan yang diterima atau diperoleh karena pekerjaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah. 3. PPh atas penghasilan pekerja pada kategori usaha tertentu.

2.9

PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah atas Penghasilan Pekerja pada Kategori Usaha Tertentu
PPh pasal 21 ditanggung pemerintah diberikan kepada pekerja yang bekerja pada pemberi kerja yang berusaha pada kategori usaha tertentu, dengan jumlah penghasilan di atas PTKP dan tidak lebh dari Rp. 5.000.000,- dalam satu tahun. Kategori usaha tertentu terssebut terdiri atas : 1. Kategori usaha pertanian termasuk perkebunan dan peternakan, perburuan, dan kehutanan.

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

2. Kategori usaha perikanan 3. Kategori usaha industry pengolahan.

2.10 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak


Hak-hak Wajib Pajak PPh pasal 21 adalah : 1. Wajib pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh pasal 21 kepada pemotong Pajak. Jumlah PPh pasal 21 yang telah dipotong dapat dikreditkan dari pajak penghasilan untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali PPh pasal 21 yang bersifat final. 2. Wajib pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal pajak, jika PPh pasal 21 yang dipotong oleh pemotong pajak tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengajuan surat keberatan ini dilakukan dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak yang dipotong menurut penghitungan wajib pajak disertai alasan-alasan yang jelas. Pengajuan surat keberatan ini dapat dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan setelah tanggal pemotongan, kecuali apabila Wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. 3. Wajib pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alas an yang jelas kepada Badan Peradilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Kewajiban Wajib Pajak PPh pasal 21 adalah : 1. Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan surat pernyataan kepada Pemotong pajak yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada permulan tahun takwim atau pada permulaan menjadi subjek pajak dalam negeri. 2. Wajib Pajak juga berkewajiban menyerahkan surat pernyataan kepada pemotong pajak dalam hal ada perubahan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan takwim. 3. Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan bukti pemotongan PPh pasal 21 kepada: a. Pemotong pajak kantor cabang baru dalam hal yang bersangkutan dipindahtugaskan.

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

b. Pemotong pajak tempat kerja yang baru dalam hal yang bersangkutan pindah kerja. c. Pemotong pajak dana pensiun dalam hal yang bersangkutan mulai menerima pensiun dalam tahun berjalan

2.11 Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21


Secara umum cara menghitung PPh pasal 21 adalah : PPh Pasal 21 = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak

2.12 Tarif Pajak Penghasilan Pasah 21 / PPh21


1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, bukan pegawai yang memiliki NPWP dan menerima penghasilan secara berkesinambungan dalam 1 (satu) tahun dikenakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP dihitung berdasarkan sebagai berikut: Pegawai Tetap: Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 6.000.000,00 setahun atau Rp 500.000,00 sebulan); dikurangi iuran pensiun, Iuran jaminan hari tua, dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Penerima Pensiun Bulanan: Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 2.400.000,00 setahun atau Rp 200.000,00 sebulan) dikurangi PTKP. Bukan Pegawai yang memiliki NPWP dan menerima penghasilan secara berkesinambungan: 50 % dari Penghasilan bruto dikurangi PTKP perbulan. 2. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dikenakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a dikalikan dengan 50% dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan yang tidak berkesinambungan; 3. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan dikenakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a dikalikan dengan jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah; 4. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai, serta pegawai tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian yang besarnya melebihi Rp.150.000 sehari PPh Pasal 21Untuk Karyawan 10

tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp 2.025.000,00 dan atau tidak dibayarkan secara bulanan, maka PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif 5% dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp. 150.000,00. Bila dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp 2.025.000,00 sebulan, maka besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP sebenarnya dari penerima

penghasilan yang bersangkutan dibagi 360. 5. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI yang menerima honorarium dan imbalan lain yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah dipotong PPh Ps. 21 dengan tarif 15% dari penghasilan bruto dan bersifat final, kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. IId kebawah, anggota TNI/POLRI Peltu kebawah/ Ajun Insp./Tingkat I kebawah. 6. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan adalah: Lapisan Penghasilan Kena Pajak s.d Rp 50.000.000 Diatas Rp 50.000.000 s.d Rp 250.000.000 Diatas Rp 250.000.000 s.d Rp 500.000.000 Diatas Rp 500.000.000 Tarif 5% 15% 25% 30%

7. Bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif 20 % lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 17.

2.13 PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) 1. Pengertian PTKP


PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan neto Wajib Pajak Orang Pribadi jumlahnya dibawah PTKP tidak akan terkena Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek PPh Pasal 21, maka penghasilan tersebut tidak akan dilakukan pemotongan PPh Pasal 21.

2. Besarnya PTKP Untuk Tahun Pajak 2013


PPh Pasal 21Untuk Karyawan 11

Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak 2013 sebagai berikut : 1. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi; 2. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; 3. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 TAHUN 2008; 4. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. *PTKP ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2013 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menjalankan kewajiban PPh Pasal 21 dan PPh Orang Pribadi

3. Penerapan PTKP dalam Perhitungan PPh Pasal 21 Dan PPh Orang Pribadi Tahun 2013
Penerapan ketentuan tersebut ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak. Penerapan PTKP Tahun 2013 untuk satu tahun : PTKP Untuk Laki-laki Tidak Kawin dan Wanita (kawin/tidak kawin) STATUS Wajib Pajak (Laki-laki tidak kawin & Wanita) Penjelasan :

TK/0

TK/1

TK/2

TK/3

24.300.000

26.325.000

28.350.000

30.375.000

Status Wanita meskipun sudah kawin tetap mempunyai PTKP tidak kawin kecuali dapat membuktikan bahwa suami tidak bekerja (dari Instansi terkait/kelurahan)

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

12

TK/0 = Tidak Kawin tidak ada tanggungan (24.300.000) TK/1 = Tidak Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan (24.300.000 + 2.025.000) TK/2 = Tidak Kawin memiliki 2 (dua) tanggungan (24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000)

TK/3 = Tidak Kawin memiliki 3 (tiga) tanggungan (24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000 + 2.025.000) PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Tidak Bekerja/Tidak Usaha STATUS Istri Tdk Kerja/ Tdk Usaha K/0 26.325.000 K/1 28.350.000 K/2 30.375.000 K/3 32.400.000

Penjelasan Isteri Tidak Bekerja:


K/0 = Kawin tidak ada tanggungan (24.300.000 + 2.025.000) K/1 = Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan (24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000) K/2 = Kawin memiliki 2 (dua) tanggungan (24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000 + 2.025.000)

K/3 = Kawin memiliki 3 (tiga) tanggungan (24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000 + 2.025.000 + 2.025.000) PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Bekerja/Usaha STATUS Istri Kerja/Usaha K/I/0 50.625.00 K/I/1 52.650.000 K/I/2 54.675.000 K/I/3 56.700.000

Penjelasan Isteri Bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja atau usaha :

PTKP untuk isteri yang bekerja pada satu pemberi kerja tidak digabung dengan suami, yang digabung dengan PTKP suami hanya yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja dan/atau isteri yang usaha (penghasilan digabung dengan penghasilan suami)

K/I/0 = Kawin Isteri Bekerja/Usaha tidak ada tanggungan (24.300.000 + 24.300.000 + 2.025.000)

K/I/1 = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 1 (satu) tanggungan (24.300.000 + 24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000)

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

13

K/I/2 = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 2 (dua) tanggungan (24.300.000 +24.300.000+ 2.025.000+2.025.000+2.025.000)

K/I/3 = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 3 (tiga) tanggungan (24.300.000 + 24.300.000+2.025.000+2.025.000+2.025.000+2.025.000)

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

14

2.14 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21


1. Penghasilan Pegawai Tetap yang diterima Bulanan Saefudin adalah pegawai tetap di PT Insan Selalu Lestari sejak 1 Januari 2013. Ia memperoleh gaji sebulan sebesar Rp.10.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 100.000,00 sebulan. Saefudin menikah tetapi belum mempunyai anak (status K/0). Penghitungan PPh Ps. 21 Penghitungan PPh Ps. 21 terutang: Gaji Sebulan Pengh. bruto Pengurangan By. Jabatan 5% x 10.000.000 Iuran pensiun Total Pengurangan Penghasilan netto sebulan = Rp. 500.000 = Rp. 100.000 (+) = Rp. 600.000 = Rp 9.400.000 = Rp. 10.000.000 = Rp. 10.000.000

Penghasilan netto setahun: 12 x 9.400.000 PTKP setahun: WP sendiri Tambahan WP kawin Total PTKP PKP setahun PPh Ps. 21= 5 % x 50.000.000 = Rp. 2.500.000 15% x 36.475.000 Total pph ps.21 setahun PPh Ps. 21 sebulan (Rp. 7.971.250 : 12 ) PPh pasal 21 yang harus dipotong karena yang bersangkutan belum memiliki NPWP: 120% x Rp 664.271 = Rp 797125 =Rp. 5.471.250 = Rp.7.971.250 = Rp. 664.271 = Rp. 24.300.000 = Rp. 2.025.000 = Rp. 26.325.000 = Rp 86.475.000 = Rp.112.800.000

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

15

2.

Pegawai tetap dg gajih mingguan Didi Handoyo, menikah dengan satu anak, bekerja sebagai pegawai tetap pada Perusahaan PT Asiabagus pada tahun 2013 menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp 1.000.000,00 Penghitungan PPh Pasal 21 : Gaji sebulan 4 x Rp1.000.000,00 Pengurangan : Biaya Jabatan 5% x Rp 4.000.000,00 Penghasilan neto sebulan = Rp = Rp 200.000,00 3.800.000,00 = Rp 4.000.000,00

Penghasilan neto setahun 12 x Rp 3.800.000,00 PTKP setahun : WP sendiri tambahan menikah tambahan 1 anak = Rp 24.300.000,00 = Rp = Rp 2.025.000,00 2.025.000,00 = Rp 28.350.000,00 Penghasilan Kena Pajak setahun = Rp 17.250.000,00 PPh Pasal 21: 5% x Rp 17.250.000,00 PPh Pasal 21 sebulan: Rp 862.500,00 : 12 = Rp 71.875,00 17.969,00 = Rp 862.500,00 = Rp 45.600.000,00

PPh Pasal 21 atas gaji/upah mingguan Rp 71.875,00 : 4 = Rp

3.

Pegawai tetap dg gajih harian Tugino dengan status belum menikah pada bulan Oktober 2013 bekerja sebagai buruh harian CV. Sapu Jagat. Ia bekerja selama 15 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 150.000,00 Penghitungan PPh Pasal 21 terutang: Upah sehari 150.000 16

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan pemotongan PPh Penghasilan Kena Pajak sehari PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari:

150.000 0 0

Sampai dengan hari ke-13, karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp 2.025.000,00, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong. Pada hari ke-14 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp 2.025.000,00, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang pada hari ke-14 : Upah s/d hari ke-14 (150.000 x 14) PTKP sebenarnya 14 x (24.300.000/360) Penghasilan Kena Pajak s/d hari ke-14 (2.100.000 - 945.000) PPh Pasal 21 terutang s/d hari ke-14 (5 % x 1.155.000) PPh Pasal 21 yang telah dipotong s/d hari ke-13 PPh Pasal 21 yang harus dipotong 2.100.000

945.000

1.155.000

57.750 0 57.750

Sehingga pada hari ke-14, upah bersih yang diterima Tugino sebesar: Rp 150.000,00 Rp 57.750,00 = Rp 92.250,00 Apabila Tugino bekerja selama 15 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke 15 adalah sebagai berikut : Pada hari kerja ke-15, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah: Upah sehari PTKP sehari (untuk WP sendiri : 24.300.000/360) PPh Pasal 21Untuk Karyawan 150.000 67.500

17

Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21 terutang (5% x 82.500) Sehingga pada hari ke-15, Sentot menerima Rp 150.000,00 Rp 4.125,00 = Rp 145.875,00

82.500 4.125 upah bersih sebesar:

4.

Pegawai tetap menerima uang rapel Ahmad Zakaria sebagaimana contoh 1 pada bulan Juni 2013 menerima kenaikan gaji menjadi Rp. 11.00.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2013. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut maka Ahmad menerima rapel sejumlah Rp 5.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2013). Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk masa Januari s.d. Mei 2013 atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji. Dengan demikian penghitungan PPh Pasal 21 terutangnya adalah sebagai berikut Penghitungan PPh Pasal 21 Gaji Pengurangan : 1. Biaya jabatan : 5% x Rp 11.000.000,00 = Maksimal 500.000 2. Iuran Pensiun Penghasilan neto sebulan Penghasilan neto setahun : 12 x Rp 10.400.000,00 PTKP - untuk wajib pajak - menikah Rp 11.000.000,00

Rp 550.000,00 Rp 500.000,00 Rp 100.000,00 Rp Rp Rp Rp 24.300.000,00 Rp 2.025.000,00 Rp Rp 26.325.000,00 98.475.000,00 600.000,00 10.400.000,00 124.800.000,00

Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21 setahun 5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00 15%x 48.475.000,00 Rp. 7.271.250,00 PPh Pasal 21 sebulan Rp 9.771.250,00 : 12 = Rp 814.271,00 PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2013 seharusnya adalah : 5 x Rp 814.271,00 = PPh Pasal 21Untuk Karyawan

Rp. 9.771.250

Rp

4.071.355,00 18

PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Mei 2013 5 x Rp Rp 664.271,00 (dari perhitungan contoh I) = PPh Pasal 21 untuk uang rapel 5.

Rp Rp

3.321.355,00 750.000,00

Pegawai tetap yg dipindah tugaskan dalam thun berjalan Tommy Susanto yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Raywon Izzatta di Jakarta. Sejak 1 Juni 2013 dipindah tugaskan ke Kantor Cabang di Madiun. Gaji Tommy Susanto sebesar Rp 5.500.000,00 dan pembayaran iuran pensiun yang dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp 100.000,00 Penghitungan PPh Pasal 21: 1. Kantor Pusat di Jakarta Gaji (Januari s.d Mei 2013) 5 X Rp 5.500.000,00 Pengurangan : Biaya Jabatan 5% X Rp 27.500.000,l00 Iuran Pensiun 5 X Rp 100.000,00 = Rp 500.000,00 + = Rp 1.875.000,00 Penghasilan Neto 5 bulan adalah Penghasilan Neto disetahunkan 12/5 X Rp 25.625.000,00 PTKP (TK/-) Penghasilan Kena Pajak = Rp 61.500.000,00 = Rp 24.300.000,00 = Rp 37.200.000,00 = Rp 25.625.000,00 = Rp 1.375.000,00 = Rp 27.500.000,00

PPh Pasal 21 terutang setahun : 5% X Rp 37.200.000,00 PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp 1.860.000,00 : 12 = Rp 115.000,00 = Rp 1.860.000,00

PPh Pasal 21 terutang dan harus dipotong untuk masa Januari s.d Mei 2013: 5/12 x Rp 1.860.000,00 Ph Pasal 21 yg sudah dipotong masa Jan s.d Mei 2013 5 X Rp 115.000,00 PPh Pasal 21Untuk Karyawan = Rp 775.000,00 19 = Rp 775.000,00

PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong

= NIHIL

6.

Pegawai tetap yg baru mulai bekerja pada thun berjalan Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan pegawai yang kewajiban pajak subjektifnya sebagai Subjek Pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun kalender tetapi baru bekerja pada pertengahan tahun. Budiyanta bekerja pada PT Xiang Malam sebagai pegawai tetap sejak 1 September 2013. Budiyanta menikah tetapi belum punya anak. Gaji sebulan adalah sebesar Rp 6.000.000,00 dan iuran pensiun yang dibayar tiap bulan sebesar Rp 150.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulan : Gaji sebulan Pengurangan : 1. Biaya Jabatan 5% X Rp 10.000.000,00 Rp 500.000,00 2. Iuran Pensiun Rp 150.000,00 Penghasilan neto sebulan Penghasilan neto setahun 4 x Rp 9.350.000,00 = PTKP - untuk WP sendiri - tambahan WP kawin Rp 10.000.000,00

Rp 650.000,00 Rp 9.350.000,00 Rp 37.400.000,00 Rp 24.300.000,00 Rp 2.025.000,00 Rp 26.325.000,00Rp 11.075.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun PppPh Pasal 21 terutang Rp 553.750,00 5% X Rp 11.075.000,00 PPh Pasal 21 sebulan Rp 553.750,00 : 4 = Rp 138.438,00 7. Pegawai tetap yg berhenti bekerja pada tahun berjalan

Lewis Oshea (K/3) mulai bekerja Mei 2013 dan berhenti bekerja sejak 1 Juni 2013 dan meninggalkan Indonesia ke negara asalnya (kehilangan kewajiban pajak subjektif). Selama tahun 2009 menerima gaji perbulan sebesar Rp 15.000.000,00 dan pada bulan April 2009 menerima bonus sebesar Rp 20.000.000,00 A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji adalah: Gaji sebulan PPh Pasal 21Untuk Karyawan Rp 15.000.000,00 20

Pengurangan : Biaya Jabatan 5% X Rp 15.000.000 Maksimum diperkenakan Penghasilan Neto atas gaji sebulan Penghasilan Neto disetahunkan 12 X Rp 14.500.000,00 PTKP (K/3) - untuk Wajib Pajak - tambahan WP kawin - tambahan 3 orang anak (3 X Rp 2.025.000,00)

= Rp 750.000,00

Rp

500.000,00

Rp 14.500.000,00 Rp 174.000.000,00

Rp 24.300.000,00 Rp 2.025.000,00 Rp 6.075.000,00 Rp 32.400.000,00

Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21 atas gaji setahun : 5% X Rp 50.000.000,00 15% X Rp 91.600.000,00 PPh Pasal 21 atas gaji sebulan Rp 16.240.000,00 : 12 B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus Gaji disetahunkan (12 x Rp 15.000.000,00) Bonus Rp 180.000.000,00 Rp 2.500.000,00 Rp13.740.000,00

Rp 141.600.000,00

Rp 16.240.000,00 Rp 1.353.333,00

Rp 20.000.000,00 Rp 200.000.000,00

Pengurangan : Biaya Jabatan 5% X Rp 200.000.000,00 Maksimum diperkenakan 12 X Rp 500.000,00 Penghasilan Neto atas gaji PPh Pasal 21Untuk Karyawan

Rp 10.000.000,00 Rp (6.000.000,00)

Rp 194.000.000,00 21

setahun dan bonus PTKP (K/3) - untuk Wajib Pajak - tambahan Wp kawin - tambahan 3 orang anak (3 X Rp2.025.000,00) Rp 24.300.000,00 Rp 2.025.000,00 Rp 6.075.000,00 Rp (32.400.000,00) Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21 atas gaji setahun dan bonus : 5% X Rp 50.000.000,00 15% X Rp 111.600.000,00 Rp 2.500.000,00 Rp 16.740.000,00 Rp 19.240.000,00 Rp 161.600.000,00

C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas bonus Rp 19.240.000,00 Rp 16.240.000,00 = Rp 3.000.000,00

D. Penghitungan kembali PPh Pasal 21 terutang pada saat pegawai yang bersangkutan berhenti dan meninggalkan Indonesia untuk selama selamanya, yang dicantumkan dalam Form 1721 A1: Gaji selama 5 bulan (5 X Rp Rp 75.000.000,00 15.000.000,00) Bonus Jumlah seluruh penghasilan selama 5 bulan Pengurangan: Biaya Jabatan 5% X Rp 95.000.000,00 Maksimum diperkenankan 5 x Rp 500.000,00 Penghasilan Neto selama 5 bulan Jumlah seluruh penghasilan PPh Pasal 21Untuk Karyawan 22 Rp 4.750.000,00 Rp 2.500.000,00 Rp 92.500.000,00 Rp 20.000.000,00 Rp 95.000.000,00

neto disetahunkan 12/5 x Rp 92.500.000,00 PTKP (K/3) - untuk Wajib Pajak - tambahan WP kawin - tambahan 3 orang anak (3 X Rp 2.025.000,00) Rp 24.300.000,00 Rp 2.025.000,00 Rp 6.075.000,00

Rp 222.000.000,00

Rp 32.400.000,00 Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21 atas gaji setahun dan bonus : 5% X Rp 50.000.000,00 15% X Rp 139.600.000,00 PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan 5 bulan: 5/12 X Rp 23.440.000,00 = PPh Pasal 21 telah dipotong sampai dengan bulan April 2009 atas gaji dan bonus : (4 X Rp 1.353.333,00) + Rp 3.000.000,00 PPh Pasal 21 terutang dan harus dipotong Untuk bulan Mei 2009 = Catatan: Cara penghitungan di atas berlaku juga bagi pegawai yang kehilangan kewajiban subjektifnya pada tahun berjalan karena meninggal dunia Rp 2.500.000,00 Rp 20.940.000,00 Rp 23.440.000,00 Rp 189.600.000,00

Rp 9.766.666,00

Rp

8.413.333,00

Rp

1.353.333,00

8.

Penghasilan Neto Bagi Penerima Pensiun Berkala Yang Dipotong PPh Pasal 21 Teja status kawin dengan 1 anak, Teja pegawai PT. Mulia pensiun tahun 2008. Tahun 2013 Teja menerima pensiun sebulan Rp. 4.000.000,00 Penghitungan PPh Ps. 21 :

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

23

Pensiun sebulan Pengurangan Biaya Pensiun 5% x 4.000.000

= Rp. 4.000.000

= Rp. 200.000 (-)

(Maksimum diperkenankan Rp. 200.000) Penghasilan Netto sebulan Penghasilan Netto setahun PTKP (K/1) WP K 1 anak = Rp. 24.300.000 = Rp. 2.025.000 = Rp. 2.025.000 = Rp.28.350.000 PKP PPh Ps. 21 setahun 5% x 17.250.000 PPh Ps. 21 sebulan (Rp. 862.500 : 12) = Rp. 71.875 = Rp. 862.500 = Rp. 17.250.000 = Rp. 3.800.000 = Rp.45.600.000

9.

Apabila

Bukan

Pegawai

Yang

Menerima

Imbalan

Bersifat

Berkesinambungan maka Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) adalah : sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto. Contoh 1 : Wagino sebagai Pengajar (Bukan Pegawai) di tempat kursus Bahasa Inggris Harapan Bangsa . Pada bulan Januari 2013 memperoleh penghasilan sebesar Rp.2.400.000,- (honor 6 kali mengajar) dengan status belum menikah. Wagino hanya bekerja di kursus Bahasa Inggris Harapan Bangsa dan dapat menyerahkan fotocopi NPWP. Penghasilan kena pajak : 50 % x (2.400.000 2.025.000) = 187.500 PPh Pasal 21 yang harus dipotong : 5 % x 187.500 = 9.375

Contoh 2 : PPh Pasal 21Untuk Karyawan 24

Fatimah sebagai Pengajar (Bukan Pegawai) di tempat kursus Bahasa Inggris Harapan Bangsa. Pada bulan Pebruari 2013 memperoleh penghasilan sebesar Rp.2.400.000,- (honor 6 kali mengajar) dengan status belum menikah. Fatimah selain sebagai pengajar juga bekerja sebagai Guru di sebuah sekolah swasta dan belum memiliki NPWP. Penghasilan kena pajak : 50 % x 2.400.000 = 1.200.0000 PPh Pasal 21 yang harus dipotong : (5 % x ((100%+20% ) x 1.200.000) = 72.000

10. Jumlah/Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) Bagi Pegawai Tidak Tetap Dalam Perhitungan PPh Pasal 21 yaitu : Wagino sebagai Pegawai Tidak Tetap CV.Rukun Makmur dengan status menikah dan mempunyai tanggungan Satu Anak memperoleh penghasilan sebulan sebesar Rp.5.000.000,Penghasilan Kena Pajak Setahun adalah : Penghasilan Bruto Sebulan : Gaji Penghasilan Bruto Setahun (5.000.000 x 12) Dikurangi : PTKP (K/1) : Diri WP Sendiri : 24.300.000 2.025.000 : 28.350.000 31.650.000 : 5.000.000 : 60.000.000

Tambahan WP Kawin : 2.025.000 Tambahan 1 Anak :

Penghasilan Kena Pajak : Pph ps. 21 yang di potong 5% x Rp.31.650.000

= Rp.1.582.500

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

25

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri. Pajak Penghasilan Pasal 21 dipotong, disetor dan dilaporkan oleh pemotong pajak yaitu pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan. Pajak penghasilan Pasal 21 yang telah dipoton dan disetorkan secara benar oleh pemberi kerja atas penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan dari satu pemberi kerja merupakan pelunasan pajak terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan.

3.2

Penutup
Demikian makalah yang kami susun mudah-mudahan dengan adanya makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi pembaca dan bermanfaat bagi kita semua. Sebagai warga negara Indonesia sebaiknya kita tidak hanya bekerja untuk mencari keuntungan/penghasilan tapi kita juga harus memikirkan kepentingan negara yaitu penghasilan negara melalui pajak, yang dapat kita penuhi yaitu dengan menyisihkan beberapa persen pendapatan kita sebagai karyawan / pegawai.

PPh Pasal 21Untuk Karyawan

26

Anda mungkin juga menyukai