21 adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan perusahaan ddan penyelenggara kegiatan. Atas gaji yang didapat oleh karyawan maka perusahaan mempunyai wewenang untuk menjadi pemotong PPh Pasal 21, karena perusahaan merupakan badan pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium dan pembayaran lain, pemotongan pajak penghasilan ini diatur dalam KEP-545/PJ/2000 yang telah diperbahurui dengan PER-15/PJ/2006 tentang pemotong pajak PPh pasal 21 yang selanjutnya disebut Pemotong PPh pasal 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan perusahaan dan penyelenggaraan kegiatan. Perhitungan PPh pasal 21 dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara masa dan tahunan. Perhitungan ,asa adalah perhitungan PPh pasal 21 dilakukan setiap bulan dalam satu masa pajak dan perhitungan tahunan adalah penghitungan PPh pasal 21 dilakukan hanya 1 kali saja yaitu pada akhir tahun. Dalam menghitung PPh pasal 21 karyawan, perusahaan akan mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan untuk tiap karyawan perhitungannya berbeda. Apakah karyawan tersebut pegawai tetap dan pegawai tidak tetap. Serta keadaan yang dimiliki setiap karyawan berbeda beda, ini menyebabkan tarif maupun PTKP yang dibebankan kepadanya pun juga akan berbeda. Sehingga perlu adanya untuk mempelajari cara penghitungan besarnya jumlah pajak penghasilan pasal 21 karyawan ini.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian PPh Pasal 21? 2. Siapa Pihak Pemotong Pph Pasal 21 ? 3. Siapa saja Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21? 4. Siapa saja Penerima Penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21? 5. Apa saja Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :? 6. Hal apa saja yang Tidak termasuk penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21? 7. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final? 8. PPh pasal 21 apa saja yang ditanggung Pemerintah? 9. Kategori apa saja PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah? 10. Bagaimana cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21?
1.3
Batasan Masalah
Agar pembuatan yang dilakukan penulis lebih terfokus, maka penulis menggunakan tahun pajak 2008 dan acuan peraturan perpajakan UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 Tahun 2000 dan terakhir UU No. 36 Tahun 2008 untuk memotong PPh Pasal 21 dalam peraturan MK No. 252/KMK.03/2008.
1.4
1.5
Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin diberikan dan diperolah penulis dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang materi Pajak Penghasilan Pasal 21 serta tata cara penghitungan PPh pasal 21 yang benar dan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
1.6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian PPh Pasal 21
PPh atau Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, honor / honorarium, upah, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, jabatan dan kegiatan
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
1. Penghasilan berupa uang pesangon dan uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh MK, serta tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, yang dibayarkan sekaligus oleh Badan Penyelenggara Pensiun atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 2. Penghasilan berupa honorarium, uang siding, uang hadir, uang lembur, imbalan prestasi kerja, dan imbalan lain dengan nama apapun yang diterima oleh pejabat Negara, PNS, anggota RNI/POLRI yang sumber dananya bersal dari keuangan Negara atau keuangan daerah, kecuali yang dibayarkan kepada PNS golongan II/d ke bawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur Tingkat Satu ke bawah. 3. Honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar asuransi. Barang dagangan yang dimaksud dalam hal ini adalah barang dagangan berupa kosmetik, sabun, pasta gigi, buku, dan barang- barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
2.8
2.9
PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah atas Penghasilan Pekerja pada Kategori Usaha Tertentu
PPh pasal 21 ditanggung pemerintah diberikan kepada pekerja yang bekerja pada pemberi kerja yang berusaha pada kategori usaha tertentu, dengan jumlah penghasilan di atas PTKP dan tidak lebh dari Rp. 5.000.000,- dalam satu tahun. Kategori usaha tertentu terssebut terdiri atas : 1. Kategori usaha pertanian termasuk perkebunan dan peternakan, perburuan, dan kehutanan.
b. Pemotong pajak tempat kerja yang baru dalam hal yang bersangkutan pindah kerja. c. Pemotong pajak dana pensiun dalam hal yang bersangkutan mulai menerima pensiun dalam tahun berjalan
tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp 2.025.000,00 dan atau tidak dibayarkan secara bulanan, maka PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif 5% dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp. 150.000,00. Bila dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp 2.025.000,00 sebulan, maka besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP sebenarnya dari penerima
penghasilan yang bersangkutan dibagi 360. 5. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI yang menerima honorarium dan imbalan lain yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah dipotong PPh Ps. 21 dengan tarif 15% dari penghasilan bruto dan bersifat final, kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. IId kebawah, anggota TNI/POLRI Peltu kebawah/ Ajun Insp./Tingkat I kebawah. 6. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan adalah: Lapisan Penghasilan Kena Pajak s.d Rp 50.000.000 Diatas Rp 50.000.000 s.d Rp 250.000.000 Diatas Rp 250.000.000 s.d Rp 500.000.000 Diatas Rp 500.000.000 Tarif 5% 15% 25% 30%
7. Bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif 20 % lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 17.
Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak 2013 sebagai berikut : 1. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi; 2. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; 3. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 TAHUN 2008; 4. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. *PTKP ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2013 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menjalankan kewajiban PPh Pasal 21 dan PPh Orang Pribadi
3. Penerapan PTKP dalam Perhitungan PPh Pasal 21 Dan PPh Orang Pribadi Tahun 2013
Penerapan ketentuan tersebut ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak. Penerapan PTKP Tahun 2013 untuk satu tahun : PTKP Untuk Laki-laki Tidak Kawin dan Wanita (kawin/tidak kawin) STATUS Wajib Pajak (Laki-laki tidak kawin & Wanita) Penjelasan :
TK/0
TK/1
TK/2
TK/3
24.300.000
26.325.000
28.350.000
30.375.000
Status Wanita meskipun sudah kawin tetap mempunyai PTKP tidak kawin kecuali dapat membuktikan bahwa suami tidak bekerja (dari Instansi terkait/kelurahan)
12
TK/0 = Tidak Kawin tidak ada tanggungan (24.300.000) TK/1 = Tidak Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan (24.300.000 + 2.025.000) TK/2 = Tidak Kawin memiliki 2 (dua) tanggungan (24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000)
TK/3 = Tidak Kawin memiliki 3 (tiga) tanggungan (24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000 + 2.025.000) PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Tidak Bekerja/Tidak Usaha STATUS Istri Tdk Kerja/ Tdk Usaha K/0 26.325.000 K/1 28.350.000 K/2 30.375.000 K/3 32.400.000
K/0 = Kawin tidak ada tanggungan (24.300.000 + 2.025.000) K/1 = Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan (24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000) K/2 = Kawin memiliki 2 (dua) tanggungan (24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000 + 2.025.000)
K/3 = Kawin memiliki 3 (tiga) tanggungan (24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000 + 2.025.000 + 2.025.000) PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Bekerja/Usaha STATUS Istri Kerja/Usaha K/I/0 50.625.00 K/I/1 52.650.000 K/I/2 54.675.000 K/I/3 56.700.000
Penjelasan Isteri Bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja atau usaha :
PTKP untuk isteri yang bekerja pada satu pemberi kerja tidak digabung dengan suami, yang digabung dengan PTKP suami hanya yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja dan/atau isteri yang usaha (penghasilan digabung dengan penghasilan suami)
K/I/0 = Kawin Isteri Bekerja/Usaha tidak ada tanggungan (24.300.000 + 24.300.000 + 2.025.000)
K/I/1 = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 1 (satu) tanggungan (24.300.000 + 24.300.000 + 2.025.000 + 2.025.000)
13
K/I/2 = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 2 (dua) tanggungan (24.300.000 +24.300.000+ 2.025.000+2.025.000+2.025.000)
14
Penghasilan netto setahun: 12 x 9.400.000 PTKP setahun: WP sendiri Tambahan WP kawin Total PTKP PKP setahun PPh Ps. 21= 5 % x 50.000.000 = Rp. 2.500.000 15% x 36.475.000 Total pph ps.21 setahun PPh Ps. 21 sebulan (Rp. 7.971.250 : 12 ) PPh pasal 21 yang harus dipotong karena yang bersangkutan belum memiliki NPWP: 120% x Rp 664.271 = Rp 797125 =Rp. 5.471.250 = Rp.7.971.250 = Rp. 664.271 = Rp. 24.300.000 = Rp. 2.025.000 = Rp. 26.325.000 = Rp 86.475.000 = Rp.112.800.000
15
2.
Pegawai tetap dg gajih mingguan Didi Handoyo, menikah dengan satu anak, bekerja sebagai pegawai tetap pada Perusahaan PT Asiabagus pada tahun 2013 menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp 1.000.000,00 Penghitungan PPh Pasal 21 : Gaji sebulan 4 x Rp1.000.000,00 Pengurangan : Biaya Jabatan 5% x Rp 4.000.000,00 Penghasilan neto sebulan = Rp = Rp 200.000,00 3.800.000,00 = Rp 4.000.000,00
Penghasilan neto setahun 12 x Rp 3.800.000,00 PTKP setahun : WP sendiri tambahan menikah tambahan 1 anak = Rp 24.300.000,00 = Rp = Rp 2.025.000,00 2.025.000,00 = Rp 28.350.000,00 Penghasilan Kena Pajak setahun = Rp 17.250.000,00 PPh Pasal 21: 5% x Rp 17.250.000,00 PPh Pasal 21 sebulan: Rp 862.500,00 : 12 = Rp 71.875,00 17.969,00 = Rp 862.500,00 = Rp 45.600.000,00
3.
Pegawai tetap dg gajih harian Tugino dengan status belum menikah pada bulan Oktober 2013 bekerja sebagai buruh harian CV. Sapu Jagat. Ia bekerja selama 15 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 150.000,00 Penghitungan PPh Pasal 21 terutang: Upah sehari 150.000 16
Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan pemotongan PPh Penghasilan Kena Pajak sehari PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari:
150.000 0 0
Sampai dengan hari ke-13, karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp 2.025.000,00, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong. Pada hari ke-14 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp 2.025.000,00, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang pada hari ke-14 : Upah s/d hari ke-14 (150.000 x 14) PTKP sebenarnya 14 x (24.300.000/360) Penghasilan Kena Pajak s/d hari ke-14 (2.100.000 - 945.000) PPh Pasal 21 terutang s/d hari ke-14 (5 % x 1.155.000) PPh Pasal 21 yang telah dipotong s/d hari ke-13 PPh Pasal 21 yang harus dipotong 2.100.000
945.000
1.155.000
57.750 0 57.750
Sehingga pada hari ke-14, upah bersih yang diterima Tugino sebesar: Rp 150.000,00 Rp 57.750,00 = Rp 92.250,00 Apabila Tugino bekerja selama 15 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke 15 adalah sebagai berikut : Pada hari kerja ke-15, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah: Upah sehari PTKP sehari (untuk WP sendiri : 24.300.000/360) PPh Pasal 21Untuk Karyawan 150.000 67.500
17
Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21 terutang (5% x 82.500) Sehingga pada hari ke-15, Sentot menerima Rp 150.000,00 Rp 4.125,00 = Rp 145.875,00
4.
Pegawai tetap menerima uang rapel Ahmad Zakaria sebagaimana contoh 1 pada bulan Juni 2013 menerima kenaikan gaji menjadi Rp. 11.00.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2013. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut maka Ahmad menerima rapel sejumlah Rp 5.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2013). Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk masa Januari s.d. Mei 2013 atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji. Dengan demikian penghitungan PPh Pasal 21 terutangnya adalah sebagai berikut Penghitungan PPh Pasal 21 Gaji Pengurangan : 1. Biaya jabatan : 5% x Rp 11.000.000,00 = Maksimal 500.000 2. Iuran Pensiun Penghasilan neto sebulan Penghasilan neto setahun : 12 x Rp 10.400.000,00 PTKP - untuk wajib pajak - menikah Rp 11.000.000,00
Rp 550.000,00 Rp 500.000,00 Rp 100.000,00 Rp Rp Rp Rp 24.300.000,00 Rp 2.025.000,00 Rp Rp 26.325.000,00 98.475.000,00 600.000,00 10.400.000,00 124.800.000,00
Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21 setahun 5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00 15%x 48.475.000,00 Rp. 7.271.250,00 PPh Pasal 21 sebulan Rp 9.771.250,00 : 12 = Rp 814.271,00 PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2013 seharusnya adalah : 5 x Rp 814.271,00 = PPh Pasal 21Untuk Karyawan
Rp. 9.771.250
Rp
4.071.355,00 18
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Mei 2013 5 x Rp Rp 664.271,00 (dari perhitungan contoh I) = PPh Pasal 21 untuk uang rapel 5.
Rp Rp
3.321.355,00 750.000,00
Pegawai tetap yg dipindah tugaskan dalam thun berjalan Tommy Susanto yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Raywon Izzatta di Jakarta. Sejak 1 Juni 2013 dipindah tugaskan ke Kantor Cabang di Madiun. Gaji Tommy Susanto sebesar Rp 5.500.000,00 dan pembayaran iuran pensiun yang dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp 100.000,00 Penghitungan PPh Pasal 21: 1. Kantor Pusat di Jakarta Gaji (Januari s.d Mei 2013) 5 X Rp 5.500.000,00 Pengurangan : Biaya Jabatan 5% X Rp 27.500.000,l00 Iuran Pensiun 5 X Rp 100.000,00 = Rp 500.000,00 + = Rp 1.875.000,00 Penghasilan Neto 5 bulan adalah Penghasilan Neto disetahunkan 12/5 X Rp 25.625.000,00 PTKP (TK/-) Penghasilan Kena Pajak = Rp 61.500.000,00 = Rp 24.300.000,00 = Rp 37.200.000,00 = Rp 25.625.000,00 = Rp 1.375.000,00 = Rp 27.500.000,00
PPh Pasal 21 terutang setahun : 5% X Rp 37.200.000,00 PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp 1.860.000,00 : 12 = Rp 115.000,00 = Rp 1.860.000,00
PPh Pasal 21 terutang dan harus dipotong untuk masa Januari s.d Mei 2013: 5/12 x Rp 1.860.000,00 Ph Pasal 21 yg sudah dipotong masa Jan s.d Mei 2013 5 X Rp 115.000,00 PPh Pasal 21Untuk Karyawan = Rp 775.000,00 19 = Rp 775.000,00
= NIHIL
6.
Pegawai tetap yg baru mulai bekerja pada thun berjalan Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan pegawai yang kewajiban pajak subjektifnya sebagai Subjek Pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun kalender tetapi baru bekerja pada pertengahan tahun. Budiyanta bekerja pada PT Xiang Malam sebagai pegawai tetap sejak 1 September 2013. Budiyanta menikah tetapi belum punya anak. Gaji sebulan adalah sebesar Rp 6.000.000,00 dan iuran pensiun yang dibayar tiap bulan sebesar Rp 150.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulan : Gaji sebulan Pengurangan : 1. Biaya Jabatan 5% X Rp 10.000.000,00 Rp 500.000,00 2. Iuran Pensiun Rp 150.000,00 Penghasilan neto sebulan Penghasilan neto setahun 4 x Rp 9.350.000,00 = PTKP - untuk WP sendiri - tambahan WP kawin Rp 10.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun PppPh Pasal 21 terutang Rp 553.750,00 5% X Rp 11.075.000,00 PPh Pasal 21 sebulan Rp 553.750,00 : 4 = Rp 138.438,00 7. Pegawai tetap yg berhenti bekerja pada tahun berjalan
Lewis Oshea (K/3) mulai bekerja Mei 2013 dan berhenti bekerja sejak 1 Juni 2013 dan meninggalkan Indonesia ke negara asalnya (kehilangan kewajiban pajak subjektif). Selama tahun 2009 menerima gaji perbulan sebesar Rp 15.000.000,00 dan pada bulan April 2009 menerima bonus sebesar Rp 20.000.000,00 A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji adalah: Gaji sebulan PPh Pasal 21Untuk Karyawan Rp 15.000.000,00 20
Pengurangan : Biaya Jabatan 5% X Rp 15.000.000 Maksimum diperkenakan Penghasilan Neto atas gaji sebulan Penghasilan Neto disetahunkan 12 X Rp 14.500.000,00 PTKP (K/3) - untuk Wajib Pajak - tambahan WP kawin - tambahan 3 orang anak (3 X Rp 2.025.000,00)
= Rp 750.000,00
Rp
500.000,00
Rp 14.500.000,00 Rp 174.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21 atas gaji setahun : 5% X Rp 50.000.000,00 15% X Rp 91.600.000,00 PPh Pasal 21 atas gaji sebulan Rp 16.240.000,00 : 12 B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus Gaji disetahunkan (12 x Rp 15.000.000,00) Bonus Rp 180.000.000,00 Rp 2.500.000,00 Rp13.740.000,00
Rp 141.600.000,00
Rp 16.240.000,00 Rp 1.353.333,00
Rp 20.000.000,00 Rp 200.000.000,00
Pengurangan : Biaya Jabatan 5% X Rp 200.000.000,00 Maksimum diperkenakan 12 X Rp 500.000,00 Penghasilan Neto atas gaji PPh Pasal 21Untuk Karyawan
Rp 10.000.000,00 Rp (6.000.000,00)
Rp 194.000.000,00 21
setahun dan bonus PTKP (K/3) - untuk Wajib Pajak - tambahan Wp kawin - tambahan 3 orang anak (3 X Rp2.025.000,00) Rp 24.300.000,00 Rp 2.025.000,00 Rp 6.075.000,00 Rp (32.400.000,00) Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21 atas gaji setahun dan bonus : 5% X Rp 50.000.000,00 15% X Rp 111.600.000,00 Rp 2.500.000,00 Rp 16.740.000,00 Rp 19.240.000,00 Rp 161.600.000,00
D. Penghitungan kembali PPh Pasal 21 terutang pada saat pegawai yang bersangkutan berhenti dan meninggalkan Indonesia untuk selama selamanya, yang dicantumkan dalam Form 1721 A1: Gaji selama 5 bulan (5 X Rp Rp 75.000.000,00 15.000.000,00) Bonus Jumlah seluruh penghasilan selama 5 bulan Pengurangan: Biaya Jabatan 5% X Rp 95.000.000,00 Maksimum diperkenankan 5 x Rp 500.000,00 Penghasilan Neto selama 5 bulan Jumlah seluruh penghasilan PPh Pasal 21Untuk Karyawan 22 Rp 4.750.000,00 Rp 2.500.000,00 Rp 92.500.000,00 Rp 20.000.000,00 Rp 95.000.000,00
neto disetahunkan 12/5 x Rp 92.500.000,00 PTKP (K/3) - untuk Wajib Pajak - tambahan WP kawin - tambahan 3 orang anak (3 X Rp 2.025.000,00) Rp 24.300.000,00 Rp 2.025.000,00 Rp 6.075.000,00
Rp 222.000.000,00
Rp 32.400.000,00 Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21 atas gaji setahun dan bonus : 5% X Rp 50.000.000,00 15% X Rp 139.600.000,00 PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan 5 bulan: 5/12 X Rp 23.440.000,00 = PPh Pasal 21 telah dipotong sampai dengan bulan April 2009 atas gaji dan bonus : (4 X Rp 1.353.333,00) + Rp 3.000.000,00 PPh Pasal 21 terutang dan harus dipotong Untuk bulan Mei 2009 = Catatan: Cara penghitungan di atas berlaku juga bagi pegawai yang kehilangan kewajiban subjektifnya pada tahun berjalan karena meninggal dunia Rp 2.500.000,00 Rp 20.940.000,00 Rp 23.440.000,00 Rp 189.600.000,00
Rp 9.766.666,00
Rp
8.413.333,00
Rp
1.353.333,00
8.
Penghasilan Neto Bagi Penerima Pensiun Berkala Yang Dipotong PPh Pasal 21 Teja status kawin dengan 1 anak, Teja pegawai PT. Mulia pensiun tahun 2008. Tahun 2013 Teja menerima pensiun sebulan Rp. 4.000.000,00 Penghitungan PPh Ps. 21 :
23
= Rp. 4.000.000
(Maksimum diperkenankan Rp. 200.000) Penghasilan Netto sebulan Penghasilan Netto setahun PTKP (K/1) WP K 1 anak = Rp. 24.300.000 = Rp. 2.025.000 = Rp. 2.025.000 = Rp.28.350.000 PKP PPh Ps. 21 setahun 5% x 17.250.000 PPh Ps. 21 sebulan (Rp. 862.500 : 12) = Rp. 71.875 = Rp. 862.500 = Rp. 17.250.000 = Rp. 3.800.000 = Rp.45.600.000
9.
Apabila
Bukan
Pegawai
Yang
Menerima
Imbalan
Bersifat
Berkesinambungan maka Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) adalah : sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto. Contoh 1 : Wagino sebagai Pengajar (Bukan Pegawai) di tempat kursus Bahasa Inggris Harapan Bangsa . Pada bulan Januari 2013 memperoleh penghasilan sebesar Rp.2.400.000,- (honor 6 kali mengajar) dengan status belum menikah. Wagino hanya bekerja di kursus Bahasa Inggris Harapan Bangsa dan dapat menyerahkan fotocopi NPWP. Penghasilan kena pajak : 50 % x (2.400.000 2.025.000) = 187.500 PPh Pasal 21 yang harus dipotong : 5 % x 187.500 = 9.375
Fatimah sebagai Pengajar (Bukan Pegawai) di tempat kursus Bahasa Inggris Harapan Bangsa. Pada bulan Pebruari 2013 memperoleh penghasilan sebesar Rp.2.400.000,- (honor 6 kali mengajar) dengan status belum menikah. Fatimah selain sebagai pengajar juga bekerja sebagai Guru di sebuah sekolah swasta dan belum memiliki NPWP. Penghasilan kena pajak : 50 % x 2.400.000 = 1.200.0000 PPh Pasal 21 yang harus dipotong : (5 % x ((100%+20% ) x 1.200.000) = 72.000
10. Jumlah/Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) Bagi Pegawai Tidak Tetap Dalam Perhitungan PPh Pasal 21 yaitu : Wagino sebagai Pegawai Tidak Tetap CV.Rukun Makmur dengan status menikah dan mempunyai tanggungan Satu Anak memperoleh penghasilan sebulan sebesar Rp.5.000.000,Penghasilan Kena Pajak Setahun adalah : Penghasilan Bruto Sebulan : Gaji Penghasilan Bruto Setahun (5.000.000 x 12) Dikurangi : PTKP (K/1) : Diri WP Sendiri : 24.300.000 2.025.000 : 28.350.000 31.650.000 : 5.000.000 : 60.000.000
= Rp.1.582.500
25
3.2
Penutup
Demikian makalah yang kami susun mudah-mudahan dengan adanya makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi pembaca dan bermanfaat bagi kita semua. Sebagai warga negara Indonesia sebaiknya kita tidak hanya bekerja untuk mencari keuntungan/penghasilan tapi kita juga harus memikirkan kepentingan negara yaitu penghasilan negara melalui pajak, yang dapat kita penuhi yaitu dengan menyisihkan beberapa persen pendapatan kita sebagai karyawan / pegawai.
26