Anda di halaman 1dari 16

GEOLISTRIK

A. TEORI DASAR
Metode geofisika yang secara luas banyak dilakukan dalam eksplorasi adalah
metode seismik, magnetik, gaya berat, tahanan jenis listrik dan elektromagnetik.
Metode geolistrik merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang dapat
diterapkan untuk mempelajari karakteristik suatu sistem geothermal, penentuan
lithologi lapisan batuan, posisi reservoar, pola aliran serta sebaran fluida geothermal
di bawah permukaan bumi. Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh
Conrad Schlumberger pada tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda
geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah
permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang
mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2
buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu.
Metode geolistrik ini digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan
batuan bawah permukaan, untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer
yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya yang dicari
adalah confined aquifer yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air
(misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. Confined akifer ini
mempunyai recharge yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik
bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat.
Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang
mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan
bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman bedrock untuk fondasi
bangunan. Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi
(geothermal) di bawah permukaan. Hanya saja metoda ini merupakan salah satu
metoda bantu dari metoda geofisika yang lain untuk mengetahui secara pasti
keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan.
Prinsip dasar metode ini adalah menginjeksikan arus listrik ke
dalam bumi menggunakan dua buah elektroda arus, kemudian
mengukur beda potensial melalui dua buah elektroda lainnya di
permukaan bumi. Arus listrik yang di-injeksikan akan mengalir
melalui lapisan batuan di bawah permukaan, dan menghasilkan
data beda potensial yang harganya bergantung pada tahanan jenis
(resistivity) dari batuan yang dilaluinya. Fenomana inilah yang
dimanfaatkan untuk mengetahui dan menentukan jenis batuan
termasuk fluida apa saja yang ada di bawah permukaan.
Pemanfaatan metode geolistrik tahanan jenis telah banyak digunakan untuk
pengamatan lapisan geologi dangkal. Kemampuan metode geolistrik sangat ditunjang
keadaan bawah permukaan yang tersusun oleh lapisan-lapisan dengan tahanan jenis
berbeda. Adanya variasi tahanan jenis lapisan, dapat diamati dengan menginjeksikan
arus listrik ke dalam bumi dan mencatat tahanan jenis pada titik-titik pengamatan di
permukaan bumi. Dengan mengubah-ubah jarak elektroda sesuai dengan konfigurasi
tertentu, maka dapat diinterpretasi perubahan tahanan jenis secara vertikal dan
horizontal.
Penyelidikan geolistrik ini terdiri atas dua jenis kegiatan yaitu pemetaan
tahanan jenis (Mapping) dan pendugaan tahanan jenis (Sounding). Hasil pengukuran
mapping akan berupa peta-peta tahanan jenis semu untuk berbagai bentangan
elektroda arus, sedangkan pengukuran sounding akan berupa profil-profil nilai
tahanan jenis sebenarnya.
Secara umum, pendekatan sederhana pembahasan gejala
kelistrikan bumi adalah dengan menganggap bumi sebagai medium
homogen (jenis lithologi sama) dan bersifat isotropis (diukur dari berbagai
arah akan memberikan harga yang sama). Dengan perlakuan tersebut medan
listrik dari sumber titik di dalam bumi merupakan simetri bola. Prinsip
metode geolistrik adalah dengan menginjeksi arus melalui elektroda arus
C
1
yang dibenamkan di dalam bumi. Elektroda ini dihubungkan dengan
Gambar 2.3. Model aliran arus listrik dua titik sumber di
permukaan bumi
elektroda arus C
2
lainnya yang berada di permukaan tetapi berjarak cukup
jauh, sehingga pengaruhnya dapat diabaikan. Elektroda arus dapat
dipandang sebagai titik sumber yang memancarkan arus listrik kesegala
arah dalam medium bumi dengan tahanan jenis .
Ekuipotensial di setiap titik di dalam bumi membentuk permukaan
bola dengan jari-jari r. Arus listrik yang diinjeksikan melalui elektroda arus
sebagai fungsi jarak dan kedalaman, mengalir keluar bola secara radial ke
segala arah sebesar,
J A I
...(1)
Dimana A adalah luas permukaan bola yang besarnya
2
4 r dan J
adalah rapat arus yang menyatakan besarnya arus yang mengalir dalam
suatu luasan yang dinyatakan dengan persamaan
E J
....(2)
dimana adalah konduktivitas listrik dan E adalah medan listrik
yang dinyatakan dengan persamaan
2
r
Q
k E ....(3)
Dengan mensubtitusikan persamaan (2), (3), dan luas permukaan
bola ke dalam persamaan (1) maka diperoleh persamaan
Q k I 4
....(4)
Kemudian beda potensial (tegangan) diberikan oleh persamaan
r
Q
k V
r V Q k
.....(5)
Subtitusi persamaan (5) ke dalam persamaan (4) sehingga
menghasilkan persamaan
r V I 4

r V
I

...(6)
Ingan bahwa konduktivitas listrik merupakan kebalikan dari
resistivitas listrik, persamaan (6) menjadi
I
V
r 4 ....(7)
Karena sumber arus terdapat di permukaan bumi, maka permukaan
yang dilalui arus adalah setengah bola sehingga persamaan (7) menjadi
I
V
r 2 ....(8)
Apabila jarak antara dua elektroda arus tidak terlalu besar,
potensial disetiap titik dekat permukaan akan dipengaruhi oleh kedua
elektroda arus. Adapun potensial listrik yang dihasilkan dari kedua
sumber arus ini adalah beda potensial yang terukur pada dua titik
pengukuran pengukuran potensial (P1 dan P2). Adapun beda potensial
terukur antara titik P1 dan P2 adalah,
) ( ) (
2 1
P V P V V
1
]
1

,
_

,
_


4 3 2 1
1 1 1 1
2 r r r r
I
V

....(9)
dimana: r
1
= jarak C
1
ke P
1
r
2
= jarak C
2
ke P
1
r
3
= jarak C
1
ke P
2
r
4
= jarak C
2
ke P
2
untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut
Dengan mengatur persamaan (9), kita peroleh persamaan untuk resistivitas
I
V
K


.(10)
Dimana K adalah factor koreksi geometri yang dinyatakan dengan
1
4 3 2 1
1 1 1 1
2

1
]
1

,
_

,
_


r r r r
K .(11)
Factor koreksi ini berubah ubah tergantung dari konfigurasi apa yang
digunakan. Factor koreksi ini dilakukan karena pada umumnya lapisan batuan
tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti yang dipersyaratkan pada
pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan
permukaan tanah akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan
dan ini akan membuat data geolistrik menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya.
Yang dapat mempengaruhi homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan
Gambar 2.4 Model dua elektroda arus dan dua
elektroda potensial
lain yang menyisip pada lapisan, faktor ketidak-seragaman dari pelapukan batuan
induk, material yang terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan
dari bahan logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung
ke tanah dan sebagainya. Tegangan listrik alami yang umumnya terdapat pada
lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara kimiawi
menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari lapisan batuan yang
berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan batuan.
B. KONFIGURASI PENGUKURAN GEOLISTRIK
Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah
elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN
yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan
Schlumberger. Selain kedua konfigurasi tersebut ada juga konfigurasi yang sering
digunakan yakni dipole-dipole, pole-dipole dan azimuth dipole. Setiap konfigurasi
mempunyai metoda perhitungan dan factor koreksi tersendiri untuk mengetahui nilai
ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan. Namun, yang akan
dipaparkan disini hanya dua konfigurasi saja yakni Wenner dan Schlumberger.
a. Konfigurasi Wenner
Susunan elektroda pada konfigurasi Wenner diperlihatkan pada gambar di atas,
dimana jarak elektroda potensial P
1
P
2
selalu 1/3 dari jarak elektroda arus C
1
C
2
. Jika
jarak elektroda arus C
1
C
2
diperlebar maka jarak elektroda potensial P
1
P
2
juga
diperlebar sehingga jarak jarak elektroda potensial P
1
P
2
tetap 1/3 dari jarak elektroda
arus C
1
C
2
. Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan
pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang
relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan
impedansi yang relatif lebih kecil. edangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi
homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan.
Factor koreksi dari konfigurasi Wenner ini diberikan oleh persamaan
a K 2
.(12)
Dimana a adalah jarak (spasi) antar elektroda.
Untuk membuktikan persamaan (12), kita lihat kembali persamaan (11). Untuk
konfigurasi Wenner r
1
sampai r
4
mempunyai harga sebagai berikut ;
r
1
= a, r
2
= 2a, r
3
= a, r
4
= 2a
kita masukkan harga harga di atas ke dalam persamaan (11), yuk kita lihat
prosesnya.
1
4 3 2 1
1 1 1 1
2

1
]
1

,
_

,
_


r r r r
K
1
1
2
1
2
1 1
2

1
]
1

,
_


,
_


a a a a
K
1
2
2 1
2
1 2
2

1
]
1

,
_



,
_

a a
K
1
2
1
2
1
2

1
]
1

+
a a
K
1
1
2

1
]
1

a
K
a K 2
terbuktiji.
b. Konfigurasi Shlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya,
sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan
alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya
dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB.
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan
pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh,
sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik impedansi
tinggi dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit
atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim
arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan
untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu
dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak
elektroda MN/2.
Factor koreksi dari konfigurasi ini diberikan oleh persamaan
( )
l
l L
K
2
2 2

.(13)
Dimana
2
2 1
C C
L dan
2
2 1
P P
l
Persamaan (13) di atas dapat juga kita buktikan, mari kita buktikan dan ikuti
prosesnya. Kita mulai dari persamaan (11), dimana untuk konfigurasi Schlumberger
harga r
1
sampai r
4
diberikan oleh
r
1
= L l, r
2
= L + l, r
3
= L + l, r
4
= L l
mari kita masukkan harga harga di atas ke dalam persamaan (11)
1
4 3 2 1
1 1 1 1
2

1
]
1

,
_

,
_


r r r r
K
1
1 1 1 1
2

1
]
1

,
_

+

,
_

l L l L l L l L
K
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
1
2

1
]
1

,
_

+
+

,
_

+
+

l L l L
l L l L
l L l L
l L l L
K
1
2 2 2 2
2 2
2

1
]
1

,
_

+
,
_

l L
l
l L
l
K
1
2 2
4
2

1
]
1

l L
l
K
l
l L
K
2
2 2

terbuktiji juga..
C. PENGUKURAN DI LAPANGAN
1. SURVEY
Bila daerah yang disurvei cukup luas, hendaknya dibuat rencana sejumlah titik
pengukuran pada peta lokasi. Jarak antar titik pengukuran bisa bervariasi, tergantung
dari luas daerah, dana yang tersedia serta ketelitian yang diinginkan.
Untuk keperluan survei diperlukan peralatan :
a) Alat utama pengirim arus listrik DC tegangan tinggi
b) Sumber arus listrik, aki 12 Volt kapasitas sekitar 50 AH
c) 2 buah multimeter, high impedance, high precision
d) Kabel 2 gulung a 500 m untuk jarak elektroda AB
e) Kabel 2 gulung a 50 m untuk jarak elektroda MN
f) 2 buah elektroda stainless steel untuk elektroda AB
g) 3 buah Handy Talky
h) Laptop
i) GPS (Global Positioning System) untuk penentuan koordinat lokasi Peta
lokasi untuk plotting lokasi titik pengukuran pada peta.
2. PENENTUAN LOKASI
Untuk penentuan lokasi, hendaknya dipilih :
daerah yang relatif datar. Untuk daerah yang bergelombang (naik turun),
ukuran meter dalam gulungan kabel bisa tidak tepat pada jarak yang
semestinya
daerah yang tidak terpengaruh oleh medan listrik tegangan tinggi ataupun
adanya petir sewaktu hujan. Hindari pengukuran sewaktu hujan turun.
daerah yang bebas dari perpipaan dalam tanah dengan bahan dari logam.
daerah yang bebas dari bahan logam yang terhubung ke tanah, misalnya pagar
besi atau rel kereta api.
di daerah batuan sedimen, usahakan bentangan kabel searah dengan jurus
lapisan batuan, pergunakan kompas geologi untuk mengetahui jurus
perlapisan batuan.
Untuk daerah yang mempunyai genangan air, hendaknya diperiksa apakah kabel yang
digunakan mempunyai kebocoran listrik. Kabel yang bocor akan menyebabkan arus
listrik akan mengalir melalui kebocoran ke air yang tergenang dan akan diteruskan ke
dalam tanah. Dalam hal ini jarak elektroda AB menjadi lebih pendek, sehingga data
yang didapat akan cacat.
3. PENGAMBILAN DATA
Setelah semuanya sudah tidak ada lagi masalah, maka pengambilan data dapat segera
dilakukan. Pastikan bahwa rangkaiannya sudah tersusun secara benar sesuai pada
gambar berikut.
Pada konfigurasi Wenner, jarak antar elektroda (spasi) selalu sama (P
1
P
2
=C
1
C
2
/3).
Kita bisa lihat pada gambar di atas ketika n = 1 spasinya adalah a, ketika n = 2
spasinya menjadi 2a dan pada saat n = 3 spasinya menjadi 3a begitu seterusnya
hingga pada datum point terakhir. Pada saat pengukuran dilakukan, nilai yang terbaca
baik arus pada amperemeter dan potensial pada voltmeter itu dicatat ke dalam table
pengamatan untuk setiap datum point. Format table pengamatan sebagai berikut :
Spasi Arus (A) Potensial (V)
Pada konfigurasi Schlumberger, jarak elektroda yang berubah adalah jarak elektroda
arus C
1
C
2
sedangkan jarak elektroda potensial P
1
P
2
tetap. Untuk lebih jelasnya lihat
gambar.
.
Data yang telah diperoleh dicatat ke dalam table dengan format sebagai berikut
L (m) Arus (A) Potensial (V)
D. PENGOLAHAN DATA
Setelah data pengukuran rampung, langkah selanjutnya adalah mengimput data yang
kita peroleh menghitung resistivitasnya dengan menggunakan Ms. Excel. Pertama,
kita akan membahas cara pengolahan pada konfigurasi Wenner. Berikut ini adalah
data hasil pengukuran mahasiswa fisika bumi jurusan fisika UNM yang dilakukan
pada tanggal 21 januari 2009 dengan lokasi pengukuran di area halaman belakang
jurusan fisika FMIPA UNM. Data yang di peroleh adalah sebagai berikut
a (m) P (V) C (A)
3 0,023
0,0000
05
3 0,02
0,0000
03
3 0,018
0,0000
61
3 0,016
0,0000
01
3 0,017
0,0000
91
3 0,015
0,0000
01
3 0,015
0,0000
8
3 0,014
0,0000
02
3 0,014
0,0000
69
3 0,013
0,0000
04
3 0,013
0,0000
22
3 0,012
0,0000
2
6 0,01
0,0000
04
6 0,01
0,0000
03
6 0,01
0,0000
01
6 0,01
0,0000
1
6 0,01
0,0005
58
6 0,01
0,0000
16
6 0,009
0,0000
06
6 0,009
0,0000
35
6 0,009
0,0000
76
9 0,01
0,0000
77
9 0,009
0,0000
08
9 0,01
0,0001
16
9 0,009
0,0000
02
9 0,008
0,0014
3
9 0,008
0,0004
6
12 0,009
0,0005
83
12 0,008
0,0000
64
12 0,008
0,0002
44
kemudian data tersebut di atas di imput ke dalam Ms. Excel untuk menghitung harga
resistivitasnya, seperti pada gambar di bawah ini.
Kolom A harga potensial yang terukur
Kolom B harga arus yang terukur
Kolom C koreksi geometri
a K 2
Kolom D Datum point
Kolom E Spasi (a = 3 untuk n = 1, a = 6 untuk n = 2, a = 9 untuk n = 3, a = 12
untuk n = 4)
Kolom F resistivitas
I
V
K


Yang membuat kita biasanya pusing adalah penentuan datum point, mau tahu
caranya? Mari kita tunjukkan.
Perhatikan gambar di bawah, pada n = 1, misal a = 3 m, datum point pertama berjarak
1,5a (4,5 m) dari elektroda (patok) pertama (C
1
). Datum point kedua berjarak 2,5a
(7,5 m) begitu seterusnya. Untuk n = 2, datum point pertamanya berjarak 3a (9 m)
dari elektroda (patok) pertama (C
1
). Datum point keduanya berjarak 4a (12 m) dan
seterusnya. Begitu pula untuk n = 3, 4, 5,. Datum point selalu dihitung mulai dari
elektroda pertama sampai pada datum point yang akan kita tentukan.
Datum
point
Mudah kan ????
Sekarang kolom D, E, F (datum point, spasi, resistivitas) kita blok, lalu dicopy ke
dalam bentuk notepad seperti pada gambar dibawah ini.
Di notepad datanya kita lengkapi dengan menambahkan beberapa baris data. Susunan
data pada notepad terdiri dari
Baris pertama berisi nama tempat pengukuran misal Praktek Geolistrik Parang
tambung
Baris kedua berisi jarak spasi terkecil misal 3 m
Baris ketiga berisi kode konfigurasi (1 untuk wenner, 7 untuk Schlumberger)
Baris keempat jumlah data (datum point) misal 30
Baris kelima ketik saja 1
Baris keenam ketik 0
Data hasil pengukuran yang telah di Ms. Excel tadi yang berisi tiga kolom (datum
point, spasi, resistivitas).
Setelah data terakhir ketik saja 0 pada lima baris terakhir.
Contoh datanya seperti pada gambar berikut.

Jika susunan datanya sudah benar silahkan save dengan ekstensi dat (.dat) misal
latihan.dat.
Sekarang kita akan membuat penampang melintangnya dengan bantuan software
Res2dinv karya M. H. Loke. Untuk mengoprasikannya klik saja iconnya pada
dekstop atau bisa juga pada all program kemudian cari program Res2dinv.
Tampilannya seperti pada gambar berikut

Anda mungkin juga menyukai