Anda di halaman 1dari 18

HIV

A. DEFINISI AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human immunodeficiency Virus).

B.

ETIOLOGI

AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus ini diketemukan oleh Montagner, seorang ilmuwan Perancis ( Institute Pasteur,Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus ( LAV ). Gallo ( National Institute of Health,USA 1984 ) menemukan virus HTLV-III ( Human T Lymphotropic Virus ) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of Viruses ( 1986 ) WHO memberikan nama resmi HIV. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS,disebut HIV-2, dan berbeda dengan HIV-1 secara genetic maupun antigenic. HIV-2 dianggap kurang patogen dibandingkan dengan HIV-1. Untuk memudahkan, kedua virus itu disebut sebagai HIV saja.

C PATOGENESIS Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan secret Vagina. Sebagaian besar ( 75% ) penularan terjadi melalui hubungan seksual. HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetic RNA. Bilaman virus masuk kedalam tubuh penderita ( sel hospes ), maka RNA virus diubah menjadi oleh ensim reverse transcryptase yang dimiliki oleh HIV . DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan kedalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus. HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen pembukaan CD4, terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan system kekebalan tubuh. Selain tifosit T4,virus juga dapat menginfeksi sel

monosit makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak Virus yng masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri.

D. GAMBARAN KLINIS Infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala ( asimtomatik ) pada stadium awal sampai pada gejala gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala gejala AIDS rata rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi. Gambaran klinis yang sesuai dengan perjalan penyakit dan lebih bermanfaat bagi kepentingan klinik diuraikan dalam fase-fase berikut. 1. Infeksi Akut Gejala infeksi akut biasanya timbul sesudah masa inkubasi selama 1-3 bulan. Gejala yang timbul umumnya seperti influenza (flu-like syndrome : demam, artragia, malaise, anoreksia), gejala kulit (bercak-bercak merah, urtikaria), gejala syaraf ( sakit kepala, nyeri retrobulber, radikulopati, gangguan kognitif dan afektif), gangguan Gastrointestinal (nausea, vomitus, diare, kandidiasis orofarings). Pada fase ini penyalit tersebut sangat menul;ar karena terjadi veremia. Gejala tersebut diatas, merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya virus dan berlangsung kirakira 1-2 minggu. 2. Infeksi kronis asitomatik

Setelah infeksi akut berlalu maka selama bertahun tahun kemudian, umumnya sekitar 5 tahun, keadaan penderita tampak baik baik saja, meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus secara lambat di dalam tubuh. Beberapa penderita mengalami pembesaran kelenjar limfe menyeluruh, meskipun ini bukanlah hal yang bersifat prognostic dan tidak berpengaruh bagi penderita. Saat ini ssudah mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4 sebagai petunjuk menurunnya kekebalan tubuh penderita. 3. Infeksi Kronik Simtomatik

Fase ini dimulai rata-rata sesudah 5 tahun terkena infeksi HIV. Berbagi gejala ringan atau berat timbul pada fase ini, tergantung pada tingkat imunitas penderita.

A.

Penurunan Imunitas Sedang

Pada awal sub-fase ini timbul penyakit penyakit yang lebih ringan misalnya rektivasi dari herpes zosrer atau herpes simpleks, namun dapat sembuh spontan atau hanya dengan pegobatan biasa B. Penurunan Imunitas Berat

Pada sub fase ini terjadi infeki oportunistik berat yang sering mengancam jiwa penderita, seperti Pneumocytiscarinii,toksoplasma

E. DIAGNOSIS AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV. Penderita dinyatakan sebagai AIDS bila dalam perkembangan infeksi HIV selanjutnya menunjukkan infeksi-infeksi dan kanker opurtonistik yang mengancam jiwa penderita. Selain infeksi dan kanker dalam penetapan CDC 1993, juga termasuk : ensefalopati, sindrom kelelahan yang berkaitan denagan AIDS dan hitungan CD$<200/ml. CDC menetapkan kondisi dimana infekssii HIV sudah dinyatakan sebagai AIDS.

F. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan penderita infeksi HIV dibagi atas 2 bagian yaitu untuk infeksi dini dan untuk infeksi lanjut termasuk AIDS. Perbedaan tatalaksana terletak pada prinsip pencegahan yang dapat dilakukan pada fase dini untuk mencegah timbulnya infeksi oportunutis serta memperpanjang hidup penderita, sedangkan pada tahap lanjut kita hanya dapat memberikan pengobatan untuk infeksi oportunitis dan keganasan serta perawatan pada fase terminal

ASUHAN KEPERAWATAN

A.

PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian 3 Desember 2004 1. a. Pengumpulan data Identitas : Sdr. R : 28 tahun

Nama Umur

Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam

Pendidikan Pekerjaan Alamat Tanggal MRS

: SMA : Swasta : Jl Kartini 21, Sidoarjo : 1 Desember 2004 : HIV AIDS

Diagnosa Medis

b. Keluhan Utama Pasien mengatakan demam dan diare terus menerus

c.

Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Penyakit sekarang Sejak tanggal 15 November 2004 pasien mengeluh demam dan diare kurang lebih 5x/hari dengan konsisten cair. Lalu dibawa ke dokter tapi tidak kunjung sembuh, tetapi penyakitnya semakin parah sehingga pada tanggal 1 desember 2004 pukul 08.00 dibawa ke rumah sakit dan disarankan oleh Dokter untuk opname 2) Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti saat beberapa hari saja 3) Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menular ( hepatitis, TBC ) dan penyakit menurun ( Asma ). ini, jika sakit biasanya hany

d. Pola Fungsi Kesehatan 1) Pola Persepsi dan Tatalaksana hidup Sehat Penderita sebelum sakit mengatakan memeiliki kebiasaan merokok 2 pak/hari, minum minuman keras dan memakai obat-obatan terlarang tapi sudah berhenti setahun yang lalu. Pasien mengerti tentang arti kesehatan, jika sakit biasanya pasien membeli obat yang dijual bebas di warung. 2) Pola Nutrisi dan Metabolisme Sebelum sakit klien mengatakan makan seperti biasa teratur yitu 3x/hari dengan komposisi nasi, lauk, sayur, pasien selau menghabiskan porsi makan 1 piring, minum 4-5 gelas/hari. Saat sakit pasien mengatakan tidak selera makan , hanya menghabiskan porsi saja dengan komposisi

nasi, lauk, sayur., karena mulutnya terasa tebal dan pasien selau berak. Pasien minum 4 gelas/hari. BB sebelum MRS 65 kg kg, saat MRs menjadi 53 kg. 3) Pola Aktifitas Sebelum MRS aktifitas pasien adalah bekerja sebagai pegawai swata, pasien tidak pernah berolah raga. Saat MRS aktivitas sehari-hari pasien berkurang karena sakit, aktivitasnya dibantu oleh keluarga. 4) Pola Eliminasi Sebelum MRS pasie BAB ix/hari tiap pagi dengan konsistensi lunak, warna kuning tengguli, BAK 4-5x/hari dengan warna kuning jernih. Saat MRS pasien BAB lebih dari 5x/hari dengan konsistensi cair, warna kuning, BAK 4x/hari dengan warna kuning. 5) Pola Istirahat dan Tidur Sebelum MRS pasien mengatakan biasanya tidur 6-7 jam/hari, tidak pernah tidur siang. Saat MRS pasien tidur 4-5 jam/hari, sering terbangun karena suhu tubuh terasa panas dan perut terasa sakit 6) Pola Sensori Kognitif Pasien tidak mengalami gangguan pada kelima pancainderanya, pasien mengerti tentng penyaklitnya 7) Pola Persepsi dan Konsep Diri Pasien mengatakan cemas dan takut terhadp penyakitnya. Pasien malu dengan keadaannya , pasien sering melamun dan pandangan kosong. 8) Pola Hubungan dan Peran Saat sakit hubungan pasin dengan keluarga tetap harmonis terbukti orang tua, serta familynya tetap menjaga pasien di Rs. Pasien anak ke 2 dari 4 bersauara 9) Pola Reproduksi dan Seksual Pasien berjenis kelami laki-laki, berumur 28 tahun dan belum menikah. 10) Pola Penanggulangan Stres Pasien mengatakan apabila mempunyai masalah lebih sering diselesaikan sendiri. 11) Pola Tata nilai dan Kepercayaan Pasien beragama Islam dan jarang melakukan ibadah.

e.

Pemerisaan Fisik

1) Keadaan Umum Pasien lemah, GCS 4 5 6, T= 150/100 mmhg, S= 38 c, RR= 25x/mnt, N= 95x/mnt. 2) Kulit, rambut, kuku Kulit sawo matang, turgor kulit jelek, terdapat tato pada lengan kiri atas, rambut warna hitam lurus, kuku bersih. 3) Kepala dan Leher Pada kepala tidak terdapat adanya benjolan. Lrher di temukan pembesaran kelenjar limfe. 4) Mata Mata cekung, konjungtiva anemis, sclera tidak icterus. 5) Telinga, Hidung, mulut, Tenggorokan Telinga bentuk simetris, kebersihan cukup, hidung bentuk simetris, tidak ada polip, kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar mulut, tenggorokan tidak ada nyeri tekan, 6) Dada dan Thorak Inspeksi bentuk simetris, palpasi pergerakan daa kanan dan kiriseirama, perkusi sonor, auskultasi tidak terdapat suara tambahan. 7) Abdomen Inspeksi tidak terdapat acites, palpasi terdapat nyeri tekan, auskultasi peningkatan peristaltic usu 38x/mnt, perkusi kembung. 8) Sistem Respirasi Tidak adanya pergerakan cuping hidung, tidak ada otot Bantu pernafasan, tidak terdapat suara nafas tambahan. 9) Sistem Urogenital Tidak terpasang kateter, tidak ada nyeri waktu BAK 10) Sistem Extremitas Akral hangat, tidak ada gangguan pad pergerakan.

f.

Pemeriksaan Penunjang : 7,5 gr/dl (13,4 17,7 ) : 0,9 ( I,5 ) : 400/mm ( 600 2400/mm )

Tanggal 4 Desember 2004 1. Hemoglobin

2. Rasio Limfosit T4,T8 3. Limfosit T4

4. Globulin Gama Serum

: 4,6

(2,6 3,6 )

2.

Analisa Data

Dari pengkajian diatas kemudian dikelompokkan sehingga didapatkan suatu masalah sebagai berikut: Tanggal 3 Desember 2004 1. a. Kelompok Data Pertama Data Subyektif

Pasien mengatakan badannya terasa lemas b. Data Obyektif

Suhu tubuh meningkat, S = 38 c c. Kemungkinan Penyebab

Demam d. Masalah

Gangguan rasa nyaman Tanggal 3 Desember 2004 2. a. Data Kelompok Kedua Data Subyektif Pasien mengatakan diare b. Data Obyektif BAB frekuensi 5x/hari, konsistensi cair, warna kuning, Bising usus 38x/mnt, perut kembung, terdapat nyeri tekan, BB turun (I=65 kg) (II= 53 kg), porsi makan habis dari yang disediakan. c. Kemungkinan Penyebab

Out Put yang berlebihan d. Masalah Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Tanggal 3 Desember 2004 3 a. Kelompok Data Ketiga Data Subyektif

Pasien mengatakan cemas dan takut pada penyakirtnya b Data Obyektif

Pasaien malu denagan keadaanya, sering melamun dan pandangan kosong, TD = 150/100 c. Kemungkinan Penyebab Penyakit yang diderita d.. Masalah

Kecemasan Tanggal 3 Desember 2004 4. Kelompok Data Keempat a. Data Subyektif

Pasien mengatakan mulutnya terasa tebal b. Data Obyektif

Kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar mulut c. Kemungkinan Penyebab

Penurunan Sistem Imun d. Masalah Resiko terhadap perubahan membran mukosa

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguaaan rasa nyaman berhubungan dengan demam, ditandai dengan suhu tubuh

meningkat,S = 38c 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihan

ditandai dengan BAB 5x/hari, konsistensi cair warna kuning, terdapat nyeri tekan, perut kembung,bising usus 38x/menit,porsi makan habis dari yang disediakan, BB (I=65 kg) (II=53 kg) 3. Kecemasan berhubungan dengan penyakitnya ditandai dengan pasien cemas,dan takut,

sering melamun dan pandangan mata kosong. 4. Resiko terhadap perubahan mukosa oral berhubungan dengan penurunan system imun

ditandai dengan kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar mulut

C. PERENCANAAN 1. Diagnosa Keperawatan Pertama

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihan

ditandai dengan diare 5x/hari konsistensi cair warna kuning, terdapat nyeri tekan, perut kembung, bising usus meningkat 38x/menit, porsi makan habis dari yang disediakan, BB menurun (I=65kg) (II=53kg) Tujuan :

Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dalam waktu 2x24 jam Kriteria Hasil 1. 2. 3. 4. :

Porsi makan yang disediakan habis Peristaltik Usus dapat kembali normal (5-35x/menit) Pasien dapat BAB dengan normal 1-2x/hari BB mengalami peningkatan min 1 kg :

Rencana Tindakan 1. 2. 3. 4.

Catat intake dan out put yang adekuat Timbang BB tiap hari bila perlu Dorong penderita untuk makan sesuai dengan diet TKTP sedikit tapi sering Kolaborasi dengan ahli Gizi untuk membantu peningkatan BB

Rasional 1. 2. 3. 4. 2. Membantu perawatan yang tepat untuk mengurangi over hidrasi Merupakan indicator untuk mengetahui status gizi Diet yang tepat merupakan hal yang tepat dalam proses penyembuhan Peningkatan gizi perlu dilakukan untuk mempertahankan BB Diagnosa Keperawatan Kedua

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan demam ditandai dengan Pasien lemah, suhu tubuh meningkat S= 38 c Tujuan :

Demam berkurang atau suhu tubuh kembali normal dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria Hasil 2. 3. 4. :

Demam berkurang atau hilang Pasien tampak rileks Suhu kembali normal 37 c :

Rencana Tindakan

1. 2. 3. 4.

Kaji tentang penyebab Demam Beri penjelasan pasien tentang penyebab demam Berikan posisi yang nyaman Lakukan kolaborasi dengan tim Medis dalam hal pengobatan :

Rasional 1. 2. 3. 4.

Untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan Dengan memberikan penjelasan diharapkan pasien tidak merasa cemas Diharapkan dapat memberikan kenyamanan pada pasien Dengan melakukan kolaborasi dengan tim medis diharapkan dapat mengurangi atau

menghilangkan demam D. PELAKSANAAN 1. Diagnosa Keperawatan pertama Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihanditandai dengan diare 5x/hari konsistensi cair, warna kuning, terdapat nyrio tekan, perut kembung, bising usus meningkat 38x/menitporsi makan habis dari yang disedfiakan, BB (I=65kg) (II=53kg) Pelaksanaan tanggal 3 Desember 2004 1. Memberikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi dan sebab gangguan pada saluran

pencernaan Respon : Padien mengerti dan sangat kooperatif 2. Memberikan diet TKTP dengan porsi sedikit tapi sering Respon : Pasien dapat menghabiskan porsi 3. Melakukan observasi dan catat mengenai pemasukan makanan Respon : Pasien sangat kooperatif 2. Diagnosa Keperawatan Kedua Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan demam ditandai dengan pasien lemah, suhu meningkat S= 38 c Pelaksanaan tanggal 3 Desember 2004 1. Mengkaji penyabab demam

Respon : Pasien kooperatif 2. Memberi penjelasan kepada pasien tentang penyebab demam

Respon :Pasien mengangguk pertanda setujudan mengerti tentang apa yang disampaikan peawat 3. Memberikan posisi yang nyaman Respon : Pasin mengatakan lebih nyaman 4 .Melakukan instruksi dokter dalam pengobatan Respon : Pasien mau dilakukan tindakan dan sangat kooperatif

E.

EVALUASI

Diagnosa Keperawatan Pertama Tanggal 4 Desember 2004 Data Subyektif Data Obyektif : Pasien mengatakan diare : BAB 5x/hari konsistensi cair, waran kuning, terdapat nyeri tekan, bising

usus meningkat 38x/menit, porsi makan habis dari yang disediakan Asiment Planing : Masalah belum teratasi : Rencana tindakan no 1,2,3,4

Tanggal 5 Desember 2004 Data Subyektif Data Obyektif : Pasien mengatakan masih diare : BAB 4x/hari konsistensi lembek, warna kuning, terdapat nyeri

tekan sedikit ,bising usus 30x/menit Assesment Plannng : Masalah teratasi sebagian : Rencana tindakan dilanjutkan no 1,2,3,4

Diagnosa Keperawatn Kedua Tanggal 3 Desember 2004 Data Subyektif Data Obyektif Assesment Planning : Pasiuen mengatakan badannya panas : Suhu tubuh meningkat S= 38 c : Masalah belum teratasi : Rencana tindakan no 1,2,3

Tanggal 4 Desember 2004 Data Subyektif Data Obyektif : Pasien mengatakan tubuhnya sedikit panas : Suhu tubuh S= 37,6 c

Assesment Planning

: Masalah teratasi sebagian : Rencana Tindakan dilanjutkan no 1,2,3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN KOMPLIKASI HERPES SIMPLEKS DAN ZOSTER

3.1 Pengkajian Anamnese 1. Biodata Dapat terjadi pada semua umur, namun pada herpes simpleks sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dan pada herpes zoster sering terjadi pada usia dewasa dari pada anak-anak. Jenis kelamin ; dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pekerjaan pada herpes simpleks berisiko tinggi pada penjajak seks komersial. 2. Keluhan utama Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul. 3. Riwayat kesehatan a) Riwayat penyakit sekarang

Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien. Pada beberapa kasus, timbul lesi/vesikel perkelompok pada penderita yang mengalami demam atau penyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun psikis. Penderita mengalami nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat. b) Riwayat penyakit dahulu Sering terjadi pada orang yang pernah mengalami penyakit herpes atau memiliki riwayat penyakit seperti ini. Terjadi juga pada pasien denagan penurunan sistem kekebalan tubuh (HIV/AIDS) sebagai komplikasi. c) Riwayat keluarga Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus herpes. d) Riwayat psikososial 14

Biasanya mengalami gangguan konsep diri karena adanya lesi pada kulit terutama pada muka yang dapat diluihat orang. Hal ini meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri. Reaksi yang mungkin timbul adalah : e) Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh Menarik diri dari kontak sosial Kemampuan untuk mengurus diri berkurang Pola kehidupan

1. Aktivitas dan istirahat Klien merasa cemas, tidak bisa tidur karena gatal dan nyeri. 2. Nutrisi dan metabolik Penurunan nafsu makan, anoreksia 3. Eliminasi Terjadi gangguan BAB dan BAK pada herpes simpleks genetalis. 4. Psikoseksual sering terjadi pada seseorang yang terbiasa menggunakan alat secara bersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. 5. Aktivitas dan latihan Terjadi penurunan aktivitas karena nyeri dan gatal 6. Hubungan dan peran sosial

Penurunan psikologis, isolasi adanya karena gangguan citra tubuh.

Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum : bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh klien 2. TTV : secara umum mengalami peningkatan TTV , pada kondisi awal atau saat peradangan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam. 3. Fokus Pengkajian pada Pemeriksaan head to toe a) General survei b) .Intugumen : adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri, edema disekitar lesi, dapat pula timbul ulkus, pada infeksi sekunder. Juga dapat timbul diaforesis. c) Kepala : mata ; dikaji adanya vesikel atau tida, tidak ada masa, nyeri tekan, dan penurunan penglhatan. Hidung ; tidak ada sekret, tidak ada lesi. Telinga ; tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan . d) Leher : trakea simetris, pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis (-), tidak ada nyeri tekan. e) Thoraks : bentuk; simetris, pernafasan; reguler, tidak ada otot bantu nafas, f) Abdomen : bentuk; simetris, tidak ada benjoan, tidak nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar. Perkusi; suara timpani. g) Genetalia : Pria ; daerah yang perlu diperhatikan adalah gland penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Wanita ; daerah yang per lu diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris, introitus vaginalis, dan serviks. Jika timbul lesi maka harus dicatat jenis, bentuk, ukuran,/luas, warna, dan keadaan lesi. h) Ekstremitas : tidak ada luka dan spasme otot. 7. Pengkajian nyeri Pada pengkaijan nyeri dapat ditemukan perilaku menangis, merintih, atau marah. Dilakukan pengukurang nyeri dengan menggunakan skala nyeri.

Pemeriksaan diagnostik 1. Biopsy kulit dari vesikel karena virus yang khas akan menunjukkan : lesi inta epidermal atau di dermis tengah sampai atas, degerasi hidropik dari banyak 2. Suatu preparat apus sitologi dari vesikula, tujuannya mencari sel-sel raksasa 3. Virus bisa dibiakkan dengan mudah dan cepat dari cairan vesikula (48 jam) sel-sel raksasa karena virus besar dan berinti

4. Titer antibody pentral akan meningkat sesuadah minggu pertama dari infeksi primer dan mencapai puncak dalam 2-3 minggu.

3.2 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul 1. 2. 3. 4. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi virus dan erupsi dermal. Gagguan integritas kulit berhubungan dengan lesi , krusta pada kulit, dan pruitis Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus herpes Gangguan citra tubuh behubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit (timbulnya becakbercak vesikel di tubuh) 5. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi dan urupsi dermal

3.3 Intervensi no No. Diagnosa


1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi virus dan erupsi dermal. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukkan nyeri berkurang / hilang. Kriteria Hasil : 1. Skala nyeri berkurang 2. Klien tidak menggarugaruk daerah yang bervesikel 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian : Kumur pembersih Obat rendam mulut 4. Anjurkan mengganti pakaian dalam sesering mungkin 3. Dapat menyebabkan otot-otot menjadi relaksasi dan mengurangi rangsangan / hantaran nyeri,gatal 4. Dapat menghindari berkembangnya bakteri/virus yang dapat memperberat keadaan klien 5. Dapat mengurangi / menghilangkan keluhan nyeri 3. 2. Anjurkan klien klien untuk tidak menggaruk terlalu keras pada daerah yang gatal Ajarkan dan anjurkan klien melakukan tehnik relaksasi dan distraksi 1.

Intervensi
Observasi lokasi dan intensitas nyeri, gatal

Rasional
1. Mengetahui lokasi dan intensitas nyeri sehingga dapat merencanakan tindakan selanjutnya 2. Menghindari terjadinya lesi yang terlalu dalam

3. TTV normal

Analgetik

2.

Gagguan integritas kulit berhubungan dengan lesi , krusta pada kulit, dan pruitis Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukkan inetegritas kulit yang baik Kriteria Hasil : 1. 2. Tidak ada lesi Kulit tampak utuh 3. Vesikel hilang

1.

Anjurkan klien meningkatkan personal hygiene kulit dengan mandi 3x sehari secara teratur dengan air bersih

1.

Mencegah penyebaran virus serta mencegah terjadinya infeksi sekunder

2.

Anjurkan memperbaiki status gizi, dan diet TKTP

3.

Anjurkan untuk selalu memakai obat kumur / obat rendam yang sesuai dengan infeksi yang diderita 2. Status gizi yang baik mencegah terjadinya infeksi semakin berat 3. Mencegah lesi menyebar luas dan semakin dalam

4.

Ajarkan cara oral hygiene dan vulva hygiene sesuai prosedur

4.

Mencegah infeksi menyebar

3.

Hipertermia berhubungan

1. Pantau adanya tanda-tanda kejang dan hidrasi

1. Menghindari resiko yang fatal akibat peningkatan suhu tubuh 2. Mengetahui perkembangan pasien 3. Mengurangi produksi panasyang

dengan proses 2. Pantau TTV infeksi virus herpes. 3. Lepaskan pakaian yang berlebih

berlebih 4. Menuunkan suhu tubuh

Tujuan : setela 4. Gunakan kompres dingin/hangat sesuai dilakukan kenaikan suhu tubuh keperawatan 5. Anjurkan cairan per oral yang adekuat pasien menunjukkan 6. Kolaborasikan pemberian antipiretik, suhu tubuh dalam sesuai indikasi rentang normal (36,5-37,5 C) Kriteria Hasil : 1. Suhu tubuh

5. Menhindai dehidrasi akibat peningkatan suhu tubuh 6. Menrunkan suhu tubuh

normal (36,5-37,5 C) 2. 3. TTV normal Warna kulit kemerahan (norma) 4. Tidak mengaami distres pernafasan, gelisah, atau letargi 4. Gangguan citra 1. tubuh behubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit 2. Bina hubungan saling percaya dengan klien 3. 3. Beri kesempatan klien untuk mengunkapkan perasaannya 2. Kaji mekanisme koping klien 1. Mengetahui koping yang dipergunakan klien dalam menghadapi masalahnya untuk menentukan tindakan yang akan diberikan Kepercayaan akan dapat menyebabkan klien kooperatif atas tindakan yang dilakukan Menunjukkan penerimaan dan memudahkan untuk belajar dan untuk mengetahui keadaan psikologi sklien 4. 4. Berikan motivasi pada klien bahwa masalah kulit yang diderita akan dapat diatasi dengan kesadaran klien untuk berobat 5. Berikan alternatif pemecahan masalah 5. Memudahkan klien untuk beradaptasi terhadap keadaan yang dialaminya saat ini Meningkatkan kepercayaan diri klien dan merangsang klien untuk menuntaskan pengobatan yang harus dilakukan

(timbulnya becakbercak vsikel di tubuh) Tujuan : setelah dilakukan keperawatan pasien menunjukkan konsep diri yang baik 1. Klien dapat menerima keadaannya 2. Klien tidak malu bergaul 3. Klien tidak merasa rendah diri 5. Resiko infeksi 1. berhubungan dengan lesi dan

Identifikasi faktor faktor predisposisi terjadinya penularan

1.

Agar mengetahui factor predisfosis terjadinya penyakit sehingga dapat untuk dihindari

urupsi dermal Tujuan : setelah

2.

Anjurkan klien menjaga kebersihan diri ( 2. kulit terutama daerah oral dan vulva,pakaian , lingkungan ) Anjurkan klien untuk melakukan pengobatan dan perawatan penyakitnya secara teratur dan sampai tuntas 3. Anjurkan klien untuk menghindari kontak

Dengan menjaga kebersihan diri dapat mencegah berkembangbiakan virus

dilakuka tindakan keperawtan menunjukkan resiko penularan berkurang/hilang 4. Kriteria Hasil : 3.

Pengobatan yang teratur dan tuntas dapat mencegah kekambuhan, selain itu untuk mempercepat penyembuhan

langsung dengan orang lain terutama hubungan seksual

4.

Mencegah terjadinya penularan

Anda mungkin juga menyukai