Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH VIROLOGI VIRUS POLIO KELOMPOK IV

OLEH

EKO BUDI H EOUDIA T ESTI K FRANSISKA M

(A.101.15.014) (A.101.15.015) (A.101.15.016) (A.101.15.017)

AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN 2013 / 2014

BAB I PENDAHULUAN

Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3 tahun.Jenis-jenis Polio antara lain :

1. Non-Paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.

2.PolioParalisisSpinal Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.

3.PolioBulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen. Penyakit polio pertama terjadi di Eropa pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio juga menyebar ke negara maju belahan bumi utara yang bermusim panas. Penyakit polio menjadi terus meningkat dan rata-rata orang yang menderita penyakit polio meninggal, sehingga jumlah kematian meningkat akibat penyakit ini. Penyakit polio menyebar luas di Amerika Serikat tahun 1952, dengan penderita 20,000 orang yang terkena penyakit ini ( Miller,N.Z, 2004 ). A. Bentuk dan Struktur Anatomi Virus Polio Virus polio adalah virus RNA cukup sederhana dari keluarga

Picornaviridae virus. Sebuah partikel virus polio (virion) pada dasarnya

merupakan untai RNA dikelilingi oleh kapsid. Kapsid memiliki reseptor pada permukaannya yang membantu virus mengenali dan mengikat untuk menargetkan neuron motor dalam tubuh inang. Struktur virus polio pertama kali ditemukan pada tahun 1985 adalah salah satu struktur virus pertama yang pernah ditemukan. B. Replikasi Tahap-tahap replikasi sebagai berikut : 1. Satu virus polio mendekati sebuah sel saraf melalui aliran darah 2. Reseptor-reseptor sel saraf menempel pada virus. 3. Capsid (kulit protein) dari virus pecah untuk melepaskan RNA (materi genetik) ke dalam sel. 4. RNA polio bergerak menuju sebuah ribosom-stasiun perangkai protein pada sel. 5. RNA polio menduduki ribosom dan memaksanya untuk membuat lebih banyak RNA dan capsid polio. 6. Capsid dan RNA polio yang baru bergabung untuk membentuk virus polio baru. 7. Sel inang membengkak dan meledak, melepaskan ribuan virus polio baru kembali ke aliran darah. Dari sel tidak diketahui dengan jelas hanya sebagian kecil dari partikel virus baru yang disintesis merupakan virion yang matang dan infektif. C. Patogenesis Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia merupakan satu-satunya reservoir dan merupakan sumber

penularan. Virus ditularkan antar manusia melalui rute oro fekal. Penularan melalui secret faring dapat terjadi bila keadaan hygiene sanitasinya baik sehingga tidak memungkinkan terjadinya penularan oro fekal. Makanan dan bahan lain yang tercemar dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi. Cara penularan ini disebut droplet infection per-oral. Jika virus sudah masuk ke dalam mulut, virus tersebut akan masuk ke dalam kelenjar getah bening kemudian akan menuju peredaran darah dan akan menyebar ke usus dan dapat pula menyebar ke otak, sehingga dapat ditemukan dalam liquor dan

menyebabkan kelumpuhan. Virus dapat lebih cepat lagi sampai ke otak apabila pada anak-anak dilakukan operasi tonsillectomi, maka pembuluh darah terpotong pada waktu operasi sehingga virus dapat langsung masuk ke pembuluh darah dan langsung ke otak.

Pada umumnya virus dapat ditemukan dalam swab tenggorokan dan tinja sebelum gejala klinik pertama timbul. 1 minggu setelah gejala klinik timbul pada umumnya virus sudah menghilang dari tenggorokan tetapi masih ada di dalam tinja. Virus masih terdapat di dalam tinja setelah beberapa bulan penderita sembuh dari penyakit. Penularan melalui serangga belum bisa dibuktikan.

Pada masa akhir inkubasi dan masa awal gejala. Para penderita polio sangat poten untuk menularkan penyakit. Setelah terpajan dari penderita, virus polio dapat ditemukan pada secret penderita 36 jam kemudian dan masih bisa ditemukan sampai satu minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam sampai 3-6 minggu atau lebih.

Virus polio dapat menyerang semua usia dengan tingkat kelumpuhan yang bervariasi. Kelumpuhan yang terjadi hanya sekitar 1% saja. Dari semua kelumpuhan, hanya 90% akan sembuh dengan sendirinya dan sekitar 10% akan mengalami kelumpuhan tetap. Angka kelumpuhan pada bayi lebih kecil daripada orang dewasa.

D. Epidemiologi Polio tersebar di seluruh dunia terutama di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika. Kasus terakhir virus polio 3 terjadi di Sri Lanka pada tahun 1993, virus polio 1 dan polio 3 di Jawa Tengah, Indonesia pada tahun 1995, dan virus Polio 1 di Thailand pada tahun 1997. India salah satu Negara endemic polio, juga menularkan penyakit ini ke Cina dan Syria pada tahun 1999, ke Bulgaria pada tahun 2001, serta ke Lebanon pada 2003. Menurut penyelidikan WHO dan Depkes RI, virus polio liar di Indonesia pada tahun 2005 berasal dari sudan atau Nigeria yang berada di Arab

Saudi. Virus tersebut ditularkan ke Negara lain melalui jamaah haji, jemaah umroh, dan tenaga kerja lainnya. Bayi dan anak adalah golongan usia yang sering terserang polio. Penderita polio sebanyak 70-80% di daerah endemic adalah anak berusia kurang dari 3 tahun, dan 80-90% adalah balita. Kelompok yang rentan tertular adalah anak yang tidak diimunisasi, kelompok minoritas, para pendatang musiman, dan anakanak yang tidak terdaftar. Data terakhir sampai Juni 2007 terdapat 243 kasus polio liar pada tahun 2007. Negara penyumbang terbesar adalah Nigeria sebanyak 114 kasus, India sebanyak 82 kasus, dan Korea Utara sebanyak 13 kasus. Indonesia yang pernah mencatat 303 kasus pada tahun 2005 menurun hingga menjadi hanya 2 kasus pada tahun 2006 dan tidak ada kasus pada tahun 2007. Kasus polio di Indonesia pada tahun 2005 terjadi pertama kali di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat yang dengan cepat menyebar ke Provinsi Banten, DKI, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Data terakhir melaporkan secara total terdapat 295 kasus polio 1 yang tersebar di 10 Provinsi dan 22 kabupaten/ kota di Indonesia.

E. Diagnosis laboratorium Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu : 1. ViralI solation Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah. 2. Uji Serology Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.

3. Cerebrospinal Fluid (CSF) CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml F. Pencegahan Dalam World Health Assembly tahun 1998 yang diikuti oleh sebagian besar negara di penjuru dunia dibuat kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio (Erapo) tahun 2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program Eropa pertama yang dilakukan adalah : a. Melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh b. Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1 tahun, 5 tahun, dan usia 15 tahun c. Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk memastikan karena polio atau bukan. d. Melakukan Mopping Up, artinya pemberian vaksinasi massal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak di bawah 5 tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.

PENUTUP

Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3 tahun. Gejala utama penyakit ini adalah kelumpuhan. Kelumpuhannya biasanya berkurang sampai hilang, akan tetapi dapat menetap setelah 60 hari yang akan menyebabkan kecacatan. Cara penularan ini disebut droplet infection per-oral. Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang. Gejala lain yang bisa muncul ialah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak di perut, demam ringan, lemas, dan nyeri kepala ringan. Gejala klinis yang mengarah pada kecurigaan serangan virus polio adalah adanya demam dan kelumpuhan akut. Kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa. Kelumpuhan biasanya terjadi pada tungkai bawah, asimetris, dan dapat menetap selamanya yang bisa disertai gejala nyeri kepala dan muntah. Biasanya terdapat kekakuan pada leher dan punggung setelah 24 jam. Virus ini dapat dibiakkan pada kultur jaringan dengan sampel cairan cerebro spinal, apus tenggorok, bilas hidung, darah dan spesimen fekal. Imunisasi merupakan factor terpenting untuk memberantas polio. Terdapat 2 macam jenis vaksin polio di Indonesia, yaitu OPV (Oral Vaccine Polio) atau yang biasa disebut Sabin dan IPV (Injection Polio Vaccine) atau yang biasa disebut Salk-vaksin.

DAFTAR PUSTAKA

Stephen H. Gillespie, Kathleen B. Bamford. 2008. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Jakarta : Erlangga.

Anonim. 1989. VIROLOGI KHUSUS. Jakarta : DEPKES RI.

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Pencegahan, Penularan dan Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.

N.Z, Miller.2004. The polio vaccine: a critical assessment of its arcane history, efficacy, and long-term health-related consequences. USA: Thinktwice Global Vaccine Institute.

http://www.totalkesehatananda.com/polio3.html. Diakses tanggal 21 Mei 2013

Anda mungkin juga menyukai