Anda di halaman 1dari 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi 2.1.1 Definisi Karies gigi adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu, email, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada di dalam suatu karbohidrat (Pintauli, 2008). Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm, dan diet (khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan waktu yang cukup untuk dapat terjadi (Putri dkk, 2010). Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota gigi dan akar gigi yang dapat dicegah (Angela, 2005).

2.1.2 Etiologi Karies Gigi 2.1.2.1 Faktor Lokal

Gambar 2.1 Bagan Etiologi Karies (Sumber : Tarigan, 1990) 2.1.2.1.1 Bakteri Kariogenik Karies adalah penyakit infeksi yang disebabkan pembentukan plak kariogenik pada permukaan gigi yang menyebabkan demineralisasi pada gigi (demineralisasi email terjadi pada pH 5,5 atau lebih). Dari sekitar 300 macam spesies bakteri di rongga mulut, hanya sebagian diantaranya, yang dikenal dengan streptococcus mutans (SM), merupakan organisme penyebab karies. Streptococcus mutans adalah penyebab utama karies pada mahkota karena sifatnya yang : menempel pada email, menghasilkan dan dapat hidup di lingkungan asam, berkembang pesat di lingkungan yang kaya sukrosa dan menghasilkan bakteriosin, substansi yang dapat membunuh organisme kompetitornya (Putri dkk, 2010)

10

2.1.2.1.2 Host yang Rentan (Gigi) Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia, dan kristalografis. Pits dan fissure pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pits dan fissure yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi (Pintauli dkk, 2008). 2.1.2.1.3 Diet sukrosa Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, faktor substrat dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami karies gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies (Pintauli dkk, 2008).

11

2.1.2.1.4 Waktu Proses karies membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyebabkan kavitas. Perkembangan melalui email sering kali lambat sehingga lesi email kadang kala tetap tanpa perubahan selama 3-4 tahun. Laju perkembangan karies melalui dentin juga lambat sehingga proses berjalan panjang dan memberi kesempatan untuk remineralisasi yang dapat mencegah supaya tidak sampai terjadi kavitas (Putri dkk, 2010) Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan (Pintauli, 2008). 2.1.2.2 Faktor Umum 2.1.2.2.1 Umur Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai resiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih beresiko terhadap terjadinya karies akar (Pintauli, 2008) 2.1.2.2.2 Jenis Kelamin Karies lebih sering terjadi pada masa anak-anak dan remaja dan setelah umur 60 tahun lebih tinggi terjadi karies akar. Lebih tingginya prevalensi karies pada wanita disebabkan oleh beberapa faktor : erupsi gigi pada anak perempuan lebih cepat, maka paparannya lebih lama pada gigi anak perempuan terhadap lingkungan mulut kariogenik,
12

kebiasaan buruk perempuan yang suka ngemil, kehamilan, menstruasi dan pubertas (Lukacs dkk, 2006). 2.1.2.2.2 Pola makan Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal dari pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengkonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Diantara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan dan minuman karbohidrat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies (Pintauli, 2008) 2.1.2.2.4 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, raba, dan rasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). 2.1.2.2.5 Pengalaman karies Penelitian epidemiologi telah membuktikan adanya hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas

13

parameter ini hampir mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi desidui (gigi susu) dapat memprediksi karies pada gigi permanennya (Pintauli, 2008).

2.1.3 Pencegahan Karies Tujuan utama dari pencegahan adalah untuk mengurangi jumlah bakteri kariogenik. Pencegahan harus dimulai dengan mempertimbangkan keseluruh daya tahan pasien akan infeksi yang disebabkan oleh bakteri kariogenik, meskipun kesehatan umum pasien, riwayat pemajanan flour, dan fungsi sistem imun serta kelenjer saliva memiliki suatu dampak yang signifikan pada resiko pasien akan karies (Putri dkk, 2010). Pencegahan karies meliputi : 1) Kesehatan Umum Kesehatan umum pasien memberikan dampak yang sangat signifikan pada keseluruhan resiko karies. Penurunan kesehatan mengisyaratkan pentingnya peningkatan ukuran pencegahan. Setiap pasien memiliki sistem pengawasan dan sistem pengrusakan yang efektif untuk bakteri asing. Keefektifan sistem imun pasien tersebut bergantung pada status kesehatan pasien secara keseluruhan. Pasien yang sedang menjalani perawatan kemoterapi atau radiasi mengalami penurunan kompetensi imun secara signifikan dan berisiko tinggi mengalami peningkatan karies. Pasien ditangani secara medis harus diperiksa sehubungan dengan perubahan yang terjadi pada indeks plak, aliran saliva, gingiva dan gigi (Putri dkk, 2010).

14

2) Penggunaan Flour Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja flour yang berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah gigi erupsi. Pemberian flour yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan flour dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan flour, karena pemasukan flour yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis. Pada tahun 1938, Dr. Trendly Dean melaporkan bahwa ada hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies. Penelitian epidemiologi Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara optimum dan terjadinya Mootled enamel yang minimal apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm (Pintauli, 2008). 3) Kontrol Plak Tujuan dari kontrol plak adalah (Daliemunthe, 2006) : 1. Menyingkirkan dan mencegah penumpukkan plak dan deposit lunak (materi alba dan debris makanan) dari permukaan gigi dan gingiva sekitarnya. 2. Menstimulasi atau memijat gingiva sehingga terjadi peningkatan tonus gingiva, keratinisasi permukaan, vaskularisasi gingiva dan sirkulasi gingiva. 4) Peranan Nutrisi Makanan bersukrosa memiliki dua efek yang sangat merugikan. Pertama, seringnya asupan makanan yang mengandung sukrosa sangat berpotensi menimbulkan kolonisasi streptococcus mutans, meningkatkan potensi karies
15

pada plak. Kedua, plak lama yang sering terkena sukrosa dengan cepat termetabolisme menjadi asam organik, menurunkan pH plak yang drastis. Aktivitas karies sangat dipengaruhi oleh frekuensi, bukan kuantitas sukrosa yang dicerna (Putri dkk, 2010). Makanan manis dan asam berkontribusi terhadap karies gigi. Contoh-contoh spesifik adalah kue, biskuit permen, permen, sereal manis, selai, buah kalengan dalam sirup manis, buah-buahan asam seperti buah jeruk, kopi dan teh dengan gula. Buah kering dan madu tidak boleh sering dimakan. Meskipun mereka tidak mengandung gula tambahan, gula alami sangat pekat dan lengket dan cenderung tinggal pada gigi dalam waktu lama. Minuman ringan, minuman olahraga dan minuman jus buah, terutama bila dikonsumsi diantara waktu makan, bisa penyebab utama kerusakan gigi, karena rasa manis dan keasaman (Dobson dkk, 2001). 5) Menggunakan obat kumur Obat kumur digunakan paling sedikit sekali sehari. Waktu yang paling tepat menggunakan obat kumur adalah sebelum tidur. Obat kumur bertujuan untuk membunuh bakteri dalam mulut (Pintauli, 2008). 6) Gunakan benang gigi menyingkirkan plak Pemakaian benang gigi diindikasikan pada embrasure interproksimal tipe I yaitu : embrasure interproksimal yang belum mengalami resesi. Tujuan utama pemakaian benang gigi adalah untuk menyingkirkan plak bukan untuk menyingkirkan impaksi makanan. Meskipun dengan pemakaian benang makanan yang terjepit di antara gigi dapat disingkirkan, penanganan impaksi makanan
16

yang benar adalah dengan memperbaiki kontak proksimal gigi dan penyingkiran tonjol pendorong (plunger cups) (Daliemunthe, 2006).

2.2 Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut Tujuan kesehatan gigi dan mulut adalah menghilangkan plak secara teratur untuk mencegah plak tertimbun dan lama kelamaan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan keras gigi, serta mempertahankan keberadaan elemen gigi geligi yang utuh dan alami selama mungkin. Pembersihan gigi geligi dapat berlangsung dengan sendirinya lewat saliva, pipi, lidah dan bibir, tetapi ini tidak cukup sehingga tetap diperlukan pembersihan gigi dengan cara menggosok gigi. Plak dapat dikontrol dengan menggunakan alat-alat mekanis dan kimiawi. Pembersihan mekanis dimaksudkan penghilangan plak dengan tindakan psikomotor pasien, sedangkan pembersihan gigi geligi secara profesional oleh dokter gigi atau perawat gigi termasuk metode mekanis. Seseorang dapat melakukan tindakan pencegahan dalam kesehatan gigi melalui makanan bebas gula, kebersihan mulut, fluoride dan dengan berkunjung secara teratur ke dokter gigi. Jika dibiarkan, kerusakan gigi yang serius bisa memicu timbulnya penyakit lain. Pada kerusakan gigi yang parah, bakteri dapat masuk ke aliran darah dan mengganggu sistem kekebalan tubuh (Paramitha dkk, 2010).

17

Pencegahan dan pemeliharaan rongga mulut yang optimal dilakukam dengan kontrol plak atau tindakan menyikat gigi (Pintauli, 2008). Menurut Kegelas (1961), ada empat faktor utama agar seseorang mau melakukan pemeliharaan kesehatan gigi yaitu : (Budiharto,2009). 1) Merasa mudah terserang penyakit gigi. 2) Percaya bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal. 3) Pandangan bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal. 4) Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas kesehatan

2.2.1 Menyikat gigi Tujuan menyikat gigi (Pintauli, 2008) 1. Menyingkirkan plak atau mencegah terjadinya pembentukan plak 2. Membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein 3. Merangsang jaringan gingiva 4. Melapisi permukaan gigi dengan flour Tindakan menyikat gigi atau kontrol plak adalah salah satu upaya pencegahan dan pemeliharaan kesehatan rongga mulut yaitu pencegahan karies dan penyakit periodontal (Pintauli, 2008).

2.2.2 Waktu menyikat gigi Umumnya, dokter gigi selalu menganjrukan pasien untuk menyikat giginya segera setelah makan. American Dental Association (ADA) menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi secara teratur, minimal 2 kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan
18

sebelum tidur malam. Hasil penelitian menunjukkan bila plak disingkirkan setiap hari secara sempurna, maka tidak akan menimbulkan efek pada rongga mulut. Waktu menyikat gigi pada setiap orang tidak sama, bergantung beberapa faktor seperti kecenderungan seseorang terhadap plak dan debris, keterampilan menyikat gigi dan kemampuan salivanya membersihkan sisa-sisa makanan dan debris (Pintauli, 2008).

2.2.3 Lamanya menyikat gigi Lamanya menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit, walaupun demikian ada juga yang mengatakan 2-2,5 menit. Penentuan waktu ini tidak bisa sama pada setiap orang terutama pada orang yang memerlukan program kontrol plak (Pintauli, 2008).

2.2.4 Cara menyikat gigi Banyak metode penyikatan gigi dengan sikat gigi manual yang telah dikembangkan. Tiga metode yang sering digunakan yaitu : metode Bass/pembersihan sulkus, metode Stillman Dimodifikasi dan metode Charter (Daliemunthe, 2006). 1. Metode Bass Secara garis besar penyikatan pada permukaan vestibular dan oral rahang atas dan bawah sebagai berikut : bulu sikat ditempatkan pada tepi gingiva dengan membentuk sudut 450 terhadap poros panjang gigi. Dengan tekanan yang disertai getaran, ujung bulu sikat ditekankan masuk ke sulkus gingiva dan ke embrasur interproksimal. Dengan keadaan ujung bulu sikat tetap berada di dalam sulkus dan embrasur interproksimal, sikat gigi digerakkan maju mundur pendek-pendek. Gerakan maju mundur ini dilakukan sebanyak 20 kali pada
19

setiap posisi. Penyikatan pada permukaan oklusal : bulu sikat ditekan kuat-kuat ke permukaan oklusal gigi geligi sampai ujung bulu sikat tertekan sedalam mungkin ke pit dan fissure. Sikat gigi digerakkan maju mundur pendek-pendek 20 kali. 2. Metode Stillman Dimodifikasi Penyikatan pada permukaan vestibular dan oral : penyikatan dilakukan dengan menempatkan bulu sikat sebagian berada pada bagian servikal gigi dan sebagian pada gingiva didekatnya, dengan ujung bulu sikat mengarah ke apikal membentuk sudut miring dengan poros panjang gigi. Bulu sikat ditekankan kearah gingiva sehingga gingiva terlihat pucat. Sikat gigi kemudian digerakkan maju mundur pendek-pendek sebanyak 20 kali pada setiap posisi, sambil bergerak kearah koronal sepanjang gingiva cekat, gingiva bebas dan permukaan gigi. Penyikatan pada permukaan oklusal : pada prinsipnya sama dengan metode Bass. 3. Metode Charter Penyikatan pada permukaan vestibular dan oral : cara penempatan bulu sikat adalah dengan bulu sikat mengarah ke apikal membentuk sudut 450 terhadap poros gigi. Sikat gigi digerakkan dengan gerakan sirkuler (memutar) sebanyak 20 kali pada setiap posisi. Penyikatan pada permukaan oklusal : Pada prinsipnya sama dengan metode Bass.

20

2.2.5 Bentuk sikat gigi Sikat gigi merupakan alat utama dalam melaksanakan kontrol plak secara mekanis. Sikat gigi yang digunakan untuk program kontrol plak bisa berupa sikat gigi manual yang konvensional atau sikat gigi yang digerakkan oleh motor listrik. Sikat gigi manual yang baik harus memenuhi persyaratan berikut : 1. Ukuran permukaan bulu sikatnya adalah : a. panjang : 1- 1
b.

inci (2,5- 3,0 cm)

lebar :

inci (8,0- 9,5 mm)

2. Bulu sikatnya tersusun sebagi berikut : a. baris : 2- 4 baris rumpun b. rumpun : 5- 12 rumpun per baris 3. Permukaan bulu sikatnya terpotong rata Mengenai kekerasan bulu sikat adalah tergantung pada metode penyikatan gigi yang dilakukan. Untuk metode Bass, dianjurkan untuk memakai bulu sikat yang lunak. Demikian juga mengenai bentuk tangkai sikatnya, masih ada kontroversi antara tangkai yang lurus dengan tangkai yang menyudut. Namun untuk metode Bass dianjurkan penggunaan sikat gigi dengan tangkai yang lurus (Daliemunthe, 2006). Bentuk dan ukuran sikat gigi baik pada bagian kepala, bahan dan permukaan susunan serabut sikatnya serta bagian tangkainya sangat bervariasi. Akan tetapi sekarang ini hampir semua sikat gigi yang tersedia dipasaran terbuat dari kumpulan kelompok serabut nilon. Efesiensi sebuah sikat gigi dalam menghilangkan plak sebagian besar tergantung pada kemampuan individu dan sangat kecil sekali dipengaruhi oleh jenis sikat dan cara penyikatannya. Setiap sikat gigi diharapkan dapat mencapai semua
21

permukaan gigi dengan mudah walaupun sikat gigi ukuran menengah dengan bagian kepala yang kecil umumnya lebih dianjurkan. Namun, penting juga untuk mengganti sikat gigi secara teratur, Sebaiknya setiap 3 bulan/kurang terutama bila serabut pada sikat gigi tersebut sudah tidak lurus lagi. Sikat yang menunjukkan tanda-tanda aus karena pemakaian tersebut tidak dapat membersihkan permukaan gigi dengan baik. Walaupun ada variasi dalam keterampilan seseorang, umumnya individu yang sehat dapat dididik untuk membersihkan gigi geliginya dengan baik bila pengarahan yang diberikan cukup jelas. Pada mereka yang menderita cacat fisik dengan aktifitas gerak yang terbatas, penggunaan sikat gigi tertentu akan membantu (Kidd, 2005).

2.2.6 Pemilihan Pasta gigi (Dentifrices) Menurut Webster, istilah dentifrices berasal dari dens (gigi) dan fricare (menggosok). Secara sederhana, dentifrices (pasta gigi) diartikan sebagai campuran yang digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan gigi. Pasta gigi dipasaran tersedia dalam bentuk tepung, pasta atau gel dan semuanya dijual untuk kebutuhan kosmetik atau terapeutik. Pasta gigi terapeutik harus mampu mengurangi penyakit gigi misalnya karies, gingivitis, pembentukan kalkulus atau sensitivitas gigi. Sedangkan untuk kebutuhan kosmetik, pasta gigi digunakan untuk menghilangkan stein ekstrinsik akibat rokok, makanan, teh atau kopi pada permukaaan gigi (Pintauli, 2008). Sejak 30 tahun terakhir pasta gigi mempunyai bahan-bahan pencegah seperti : flour, antibiotik, senyawa ammonium dan penghambat enzim ditambahkan kedalamnya untuk menghambat terjadinya karies. Sejauh ini zat-zat yang masih tetap memenuhi syarat dalam percobaan klinik baik dalam hal keamanan penggunaan dan manfaatnya
22

adalah flour. Pasta gigi yang dimaksudkan untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi geligi dan dapat memberikan rasa serta aroma yang nyaman dalam rongga mulut. Selain itu, pasta gigi juga berfungsi sebagai media untuk meletakkan flour dalam jaringan gigi (Kidd, 2005).

2.2.7 Membersihkan Lidah Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa menyikat lidah dapat mengurangi jumlah bakteri pada permukaan lidah. Pembersihan lidah dapat membersihkan bakteri dan debris dari lidah dengan mudah untuk menjaga kebersihan mulut. Dengan menyikat lidah dan gigi yang teratur, maka sisa-sisa makanan yang menyelip di sela-sela gigi akan lebih bisa dibersihkan dan bakteri-bakteri yang hidup di mulut dan lidah akan bisa dikurangi. Alat pembersih lidah tongue scraper dan juga bisa menggunakan sikat gigi. Cara membersihkannya : tarik sikat gigi pada permukaan lidah searah dari belakang ke arah depan (luar). Bila tidak dibersihkan, bakteri pada lidah semakin lama akan semakin menumpuk (Yaegaki, Casemiro).

2.2.8 Perawatan Gusi (gingiva) Salah satu tujuan kontrol plak adalah menstimulasi atau memijat gingiva (gusi) sehingga terjadi peningkatan tonus gingiva, keratinisasi permukaan, vaskularisasi gingiva, dan sirkulasi gingiva (Daliemunthe, 2006).

23

2.3 Pengetahuan 2.3.1 Pengertian Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2003).

2.3.2 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Yang termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

24

4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3.2.1 Mengukur pengetahuan Mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan kuisioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).

25

2.4 Kerangka Teori : Status pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

Menyikat Gigi

KARIES

INDEKS KARIES

FAKTOR UMUM YANG MEMPENGARUHI : 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Pola makan 4. Pengalaman karies 5. Pengetahuan FAKTOR LOKAL YANG MEMPENGARUHI : 1. Host 2. Diet sukrosa 3. Mikroorganisme 4. Waktu

Cara menyikat

Waktu menyikat

Durasi menyikat

Bentuk sikat Frekuensi

Pemakaian pasta gigi

Gambar 2.2 Kerangka Teori


26

Anda mungkin juga menyukai