Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Oklusi (occlusion) adalah hubungan kontak antara gigi geligi bawah dengan gi

gi geligi atas waktu mulut ditutup. Oklusi dikatakan normal, jika susunan gigi dalam lengkung geligi teratur baik, serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas dengan gigi bawah, hubungan seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadap tulan g tengkorak dan otot di sekitarnya, serta ada keseimbangan fungsional sehingga mem berikan estetika yang baik (Houston,W.J.B., 1998). Maloklusi merupakan suatu kead aan yang menyimpang dari oklusi yang ideal atau keadaan dimana terdapat penyimpa ngan dari hubungan normal antara gigi dengan lengkung rahang dan gigi geligi pada lengkung yang berlawanan (Foster, T.D., 1997). Maloklusi gigi yang paling sering di temukan pada kasus ortodonti antara lain gigi berjejal (crowding), protusif gigi anteri or atas, gigitan silang (crossbite), gigitan terbuka (openbite), diastema dan mesiovers i (Foster, T.D, 1997 dan Houston, W.J.B., 1998). Gigi berjejal adalah maloklusi akib at tidak proporsionalnya dimensi mesiodistal secara keseluruhan dari gigi geligi deng an ukuran maksila atau mandibula, sehingga akan mengakibatkan perubahan lengkun g gigi. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya gigi berjejal. Faktor-faktor t ersebut dapat dibagi atas dua bagian, yaitu faktor umum/ekstrinsik dan faktor lokal/in trinsik. Faktor umum merupakan faktor yang berasal dari luar gigi yang secara tidak l angsung dapat menjadi penyebab terbentuknya maloklusi dan mempengaruhi perkem bangan maloklusi, sedangkan faktor lokal merupakan faktor yang menjadi penyebab

terjadinya maloklusi yang berasal dari gigi itu sendiri (Profit, W.R., 2007). Menurut Harty dan Ogston (1995), gigi berjejal adalah maloklusi akibat tidak teraturnya dimensi mesio distal secara keseluruhan dari gigi geligi dengan ukuran m aksila dan mandibula, sehingga akan mengakibatkan perubahan lengkung rahang. Bil a keadaan gigi berjejal dibiarkan tanpa dilakukan perawatan akan dapat mengakibatk an kerusakan gigi karena posisi gigi geligi yang saling tumpang tindih akan sulit untu k dibersihkan. Kerusakan gigi tersebut terjadi karena penumpukan makanan yang jik a tidak dibersihkan akan menimbulkan terjadinya akumulasi plak. Plak gigi ini telah diketahui dapat mengakibatkan meningkatnya potensi terjadinya karies, penyakit peri odontal, dan mengganggu fungsi normal dari gigi geligi (Caranza, 2006). Pada umu mnya susunan gigi molar sulung rapat sedangkan gigi insisivus sulung renggang. Gig i anak dengan susunan gigi berjejal lebih banyak menderita karies dari pada yang me mpunyai susunan gigi baik (Feyerskov, 2009). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan pada umumnya ka rena dari terabaikannya kesehatan gigi dan mulut akan dapat menimbulkan gangguan fungsional organ-organ tubuh lainnya. Masalah gigi dan mulut merupakan masalah universal di dunia, begitu pula di Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak did erita masyarakat di Indonesia banyak berkaitan dengan masalah kebersihan mulut. Pe nyakit-penyakit gigi dan mulut tersebut adalah penyakit karies gigi dan jaringan pend ukung gigi. Di negara-negara maju prevalensi karies gigi terus menurun sedangkan d i negara-negara berkembang termasuk Indonesia ada kecenderungan kenaikan preval ensi penyakit tersebut (Supartinah, 1999). Sumber penyebab kedua penyakit tersebut adalah diabaikannya kebersihan m ulut sehingga terjadilah akumulasi plak. Plak adalah endapan tipis yang melekat erat dipermukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri. Salah satu faktor pendukung

terjadinya penyakit karies gigi dan penyakit jaringan pendukung gigi adalah gigi berj ejal yang merupakan salah satu kelainan maloklusi dari susunan gigi geligi. Hal ini y ang menyebabkan sulitnya membersihkan gigi geligi (Depkes RI, 2004). Penyebab karies gigi adalah adanya interaksi dari berbagai faktor diantaranya a dalah perilaku dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut, diet atau kebiasaan maka n, dan faktor ketahanan dan kekuatan gigi (WHO, 2004). Target dan indikator yang d itetapkan oleh World Health Organization (WHO) adalah 90 % anak umur 5 tahun b ebas karies gigi, anak umur 12 tahun dengan angka Decay Missing Filling (DMF-T) = 1, penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut karena karies atau kelainan per iodontal (WHO, 2004). Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah s atunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan keseh atan gigi dan mulut. Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal me njaga kebersihan dan menjaga kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak m engenai kesehatan gigi dibandingkan dengan orang dewasa. Karies gigi terdapat di se luruh dunia tanpa memandang umur, bangsa ataupun keadaan ekonomi. Anak Usia s ekolah di seluruh dunia diperkirakan 90 % pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin, sementara prevalensi terendah terdapat di Afrika (WHO, 2004). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi karie s di Indonesia mencapai 90,05%, artinya penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisa n masyarakat dari berbagai kelompok ras, ekonomi dan usia. Angka ini tergolong leb ih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Anak Indonesia di bawah usia 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut sebanyak 89% (Depkes RI, 2008).

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2007 prevalensi karies aktif umur 12 tahun ke atas di Provinsi Sumatera Barat adalah 41,6%, sedangkan pengalaman kariesnya 70,6%. Ko ta Padang sendiri memiliki prevalensi karies aktif sebesar 58,5 % (Riskesdas 2007). Namun karies gigi tidak lepas dari faktor-faktor yang berhubungan dengan te rjadinya karies. Baik faktor internal seperti host (gigi dan saliva), agent (bakteri), env ironment (substrat/asupan makanan), dan adanya peran waktu yang mengubah intera ksi ketiganya menjadi sebuah penyakit serta didukung dengan adanya faktor predispo sisi luar dari rongga mulut. Keragaman fakta tentang karies inilah yang memberi alasan bagi peneliti untu k mendapatkan data dan mempelajari tentang karies lebih lanjut sehingga pada akhir nya dapat membuktikan tentang kebenaran pernyataan-pernyataan literatur tersebut. Selain itu, data tentang karies sangat dibutuhkan, baik untuk perencanaan pencegaha n maupun program-program penanggulangannya secara menyeluruh.

2.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, bisa dirumuskan permasalahan penelitian ini s

ebagai berikut : Bagaimana hubungan gigi berjejal dengan kejadian karies gigi pada siswa Sekolah Menengah Pertama? .

3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum : Mengetahui hubungan gigi berjejal dengan kejadian karies gigi pada siswa Se kolah Menengah Pertama. 1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mengetahui kejadian karies gigi pada siswa Sekolah Menengah Pertama. 2. Mengetahui indeks plak pada siswa Sekolah Menengah Pertama. 3. Mengetahui hubungan gigi berjejal dengan kejadian karies gigi pada siswa Sekolah Menengah Pertama. 4. Mengetahui hubungan gigi berjejal dengan indeks plak pada siswa Sekolah Menengah Pertama.

4.

Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi institusi sekolah Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk lebih memper hatikan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulutnya. 2. Bagi populasi penelitian 1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang akibat gigi berjejal. 2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang masalah yang terkait denga n karies gigi terutama mengenai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan m ulut. 3. Bagi peneliti 1. Dapat mengetahui kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar. 2. Dapat mengetahui keadaan karies gigi pada anak, sehingga tindakan pencegahan dan penanggulangannya dapat lebih terarah hingga tercapai sasarannya.

5.

Ruang Lingkup Penelitian Semua Sekolah Menengah Pertama.

Anda mungkin juga menyukai