Anda di halaman 1dari 33

Oleh: Mohamad Rifki Adli

110 2008 142

Pembimbing: Dr.H Gunawan Kurnaedi, Sp.THT-KL

Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang merupakan suatu tanda atau keluhan bukan penyakit.

Insiden terbanyak pada usia 2-10 tahun dan 50-80 tahun Sering dijumpai pada musim dingin dan kering

Insiden pada bulan November sampai Maret dibandingkan dengan bulan April sampai Oktober 56% versus 44%,
Epistaksis terjadi lebih sering pada pria (58%) dibandingkan dengan pasien perempuan (42%)

Lokal

Sistemik

Trauma Infeksi Lokal Neoplasma Pengaruh Lingkungan Deviasi Septum

Mengorek hidung, benturan ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras, atau akibat trauma yang lebih hebat seperti kena pukul, jatuh atau kecelakaan lalu lintas akibat adanya benda asing tajam atau trauma pembedahan.

Pada infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis atau sinusitis.
inflamasi yang akan merusak mukosa Infeksi peningkatan permeabilitas pembuluh darah setempat
memudahkan terjadinya perdarahan di hidung.

Epistaksis sedikit dan intermiten, kadangkadang ditandai dengan mukus yang bernoda darah.

Hemangioma, angiofibroma dapat menyebabkan epistaksis berat


Pada tumor terjadi pertumbuhan sel yang abnormal dan pembentukan pembuluh darah yang baru (neovaskularisasi) yang bersifat rapuh sehingga memudahkan terjadinya perdarahan

Kelembaban udara yang rendah

Zat-zat korosif

dehumidifikasi mukosa nasal

Iritasi mukosa

Pembuluh darah mudah pecah

Deviasi septum

Turbulensi udara

Krusta

Pembuluh darah pecah meskipun trauma ringan

Kelainan Darah Penyakit Kardiovaskuler dan lainnya Infeksi Akut


Gangguan Hormonal Alkoholisme

Trombositopenia Leukimia Hemofilia Pengaruh obat-obatan Kelainan kongenital

Hipertensi Arteriosklerosis

Sirosis Hepatis
Diabetes Melitus

Wanita hamil, menarche, menopause

Estrogen dan progesteron yang tinggi

Mukosa bengkak dan pembuluh darah rapuh

Epistaksis

Perdarahan keluar dari depan atau belakang hidung beratnya perdarahan, frekuensi, lamanya perdarahan,

penyebab perdarahan

Anamnesis

riwayat perdarahan hidung sebelumnya, keluhan mengenai kelainan pada kepala dan leher yang berkaitan dengan gejalagejala yang terjadi pada hidung, riwayat penyakit lain seperti hipertensi, kelainan perdarahan, dan riwayat pengobatan.

Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah Rinoskopi anterior Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konkha inferior harus diperiksa dengan cermat Rinoskopi posterior Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada pasien dengan epistaksis berulang dan sekret hidung

Pemeriksaan Penunjang

Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI

Endoskopi hidung

Skrining terhadap koagulopati

Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI penting mengenali neoplasma atau infeksi.

untuk melihat atau menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya

Tes-tes yang tepat termasuk waktu protrombin serum, waktu tromboplastin parsial, jumlah platelet dan waktu perdarahan.

Prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu :


memperbaiki keadaan umum menghentikan perdarahan

mencegah komplikasi

mencegah berulangnya epistaksis

Tentukan sumber perdarahan


Pasang tampon anterior dengan adrenalin 1/10.000 dan lidocain/pantocain 2%

Tampon ini dibiarkan selama 3-5 menit, evaluasi lokasi perdarahan

Epistaksis ringan pada anak

duduk dengan kepala ditegakkan, cuping hidung ditekan ke arah septum selama beberapa menit.
Gulungan kapas yang telah dibasahi dengan anestetik lokal dan dekongestan lalu dimasukkan dengan hati-hati ke dalam hidung.

Perdarahan anterior

Bila perdarahan tidak berhenti, pemasangan tampon diulangi

Bila sumber telah terlihat Perdarahan masih terus berlangsung

tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras Argenti 20-30% / Asam Triklorasetat 10%, Elektrokauter

Tampon anterior Tampon rol anterior

Tampon Bellocq

Balon Intranasal

Obat-obat hemostatik tidak terlalu efektif Ligasi Arteri untuk epistaksis yang berat, dimana tidak dapat diatasi dengan tampon posterior

Selama pemasangan tampon (3-4 hari), kenyamanan pasien akan terganggu


pemberian sedatif dan analgesik

Pertimbangan untuk pemberian antibiotik broad spektrum


untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat kuman patogen selama pemasangan tampon.

Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton bud. Jangan masukkan Gunakan cotton bud melebihi 0,5 semprotan hidung 0,6cm ke dalam Bersin atau tetes larutan hidung garam, pada kedua melalui lubang hidung dua mulut sampai tiga kali sehari. Hindari meniup Gunakan alat melalui hidung untuk terlalu keras

Batasi penggunaan obat obatan yang dapat meningkatkan perdarahan seperti aspirin atau ibuprofen.

melembabkan udara di rumah

Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari.

Komplikasi akibat epistaksis


syok anemia iskemi cerebri, insufisiensi koroner dan infark miocard peningkatan PCO2 dan penurunan PO2 pada pasien dengan riwayat paru atau jantung dapat menimbulkan IMA dan gangguan pembuluh darah otak.

Tampon anterior

Komplikasi air mata yang berdarah (bloody tears) akibat septikemia. pemasangan Tampon posterior tampon otitis media
haemotympanum
laserasi palatum mole dan sudut bibir

sinusitis

Nuty dan Endang, Epistaksis, dalam : Efianty, Nurbaiti, editor, Buku Ajar Ilmu Kedokteran THT, Kepala dan Leher, ed. 5, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2002, 125-129 Peter A. Hilger, MD, Penyakit Hidung, dalam : Harjanto, Kuswidayati, editor, BOIES, Buku Ajar Penyakit THT, EGC, Jakarta, 1997, 224-233 Mansjoer, Arif., et al (eds), Kapita Selekta Kedokteran ed.III, jilid 1, FKUI, Media Aesculapius, Jakarta. 1999.pp; 96-99 Mark A. Graber dan Laura Beaty, Otolaringologi, dalam : Dewi, Susilawati, editor, Buku Saku Kedokteran Keluarga University of IOWA, ed.3, EGC, Jakarta, 2006, 745-747 Cumming, W Charles. Otolaryngology - Head and Neck Surgery. 3rd edition. 1999. Mosby. Chapter : 45. Page : 852-64

Anda mungkin juga menyukai