Anda di halaman 1dari 6

Silia merupakan struktur kecil menyerupai rambut , menonjol dari permukaan sel dan berperan dalam membersihkan kotoran

dalam hidung . Bentuknya panjang, dibungkus oleh membran sel dan bersifat mobile. Jumlah silia dapat mencapai 50 - 200 buah tiap selnya. Panjang silia antara 5-7 m dengan diameter 0,3 m. Denyut silia kira-kira 9-15 Hz pada manusia, dengan beragam variasi pada mamalia. Struktur silia terbentuk dari dua mikrotubulus sentral tunggal yang dikelilingi sembilan pasang mikrotubulus luar. Masing - masing mikrotubulus dihubungkan satu sama lain oleh bahan elastik yang disebut dengan neksin dan jari-jari radial. Tiap silia tertanam pada badan basal yang letaknya di bawah permukaan sel. Pada gambar 2.3 tampak anatomi molekuler silia. (Cohen NA. 2006 ; Soetjipto D & Wardani RS,2007 ;

Obat yang mempengaruhi silia 1) Larutan Timerosol Konsentrasi 1:1000 timerosol atau lebih sangat ekstrim dan menyebabkan penghentian gerakan silia secara permanen setelah pemberian 4 menit. 2) Larutan NaCl Baik silia manusia maupun kelinci tetap aktif untuk jangka waktu yang lama dalam larutan NaCl 0,9% pada suhu antara 25 0C dan 30 0C. Bila konsentrasi NaCl ditingkatkan, silia pada daerah tertentu berhenti bergerak. Setelah perlambatan gerakan terjadi di daerah lain. Pada konsentrasi 4-4,5%, semua aktivitas berhenti. Jika membrane dicuci dengan air suling lalu dicelup lagi dalam larutan NaCl 0,9% maka aktivitas pada mula-mulanya berbeda dari control tapi kemudian akan kembali seperti semula. Bila konsetrasi larutan dikurangi, ketajaman silia bahkan perlahan-lahan akan berkurang dan permukaan menjadi berkabut, sekelompok silia bahkan tidak dapat dibedakan. Semua pergerakan akan berhenti pada konsentrasi 0,2-0,3%. Penambahan NaCl pada berbagai konsentrasi tidak mampu mengembalikan pergerakan seperti semula. Silia menjadi rusak permanen bila dipaparkan larutan hipotonis, dalam jangka waktu yang cukup. Pada dasarnya, efek air suling setara dengan NaCl yang sangat encer.

3) Pengurangan Ion Kalsium Penggunaan tartrat, sitrat, oksalat, dan bahkan bahan pengkhelat lainnya untuk kalsium atau sulfat dan fosfat menghentikan pergerakan silia bila diberikan dalam garam fisiologis. Sejumlah tetesan mukus terbentuk pada silia. Transfer kembali ke lingkungan normal akan mengembalikan aksi silia seperti semula. Pemberian berulang pada tikus dan kelinci menyebabkan sinusitis akut.

4) Bahan Yang Bercampur Air Saat obat-obat sulfa populer dalam pengobatan hidung, beberapa peneliti mempelajari penggunaan propilenglikol yang tidak larut sebagai pembawa untuk melarutkan bentuk asam dari sulfa, sehingga mengurangi kealkalian yang tinggi dari sulfonamida. Meskipun propilengikol murni sangat hipertonik yang akan menarik dari jaringan di sekitarnya, yang merupakan sistem yang digunakan untuk penggunaan klinis untuk jangka waktu yang lama. Alkohol dalam cairan isotonis telah digunakan dalam konsetrasi sampai 10% terhadap efek yang nyata. Proetz menstimulasi sekresi mukus dengan penggunaan lokal larutan alkohol (4%) dan gliserin (4%) dalam larutan garam normal. Hal ini menyebabkan turbinasi pada pasien dalam posisi duduk. Bila larutan digunakan dalam bentuk tetes, maka akan timbul rasa sakit.

5) Minyak-minyak Bila digunakan dalam membran, maka minyak akan melekat pada lapisan mukus yang menyebabkan gangguan pada aksi silia. Minyak tidak cocok sebagai pembawa karena obat akan terlarut di dalamnya dan obat-obat tersebut tidak mampu menembus mukosa dan mencapai lapisan seluler. Minyak-minyak juga berbahaya karena telah terbukti secara langsung menyebabkan pneumonia lipoid. Namun, minyak-minyak sayur yang mempunyai asam lemak bebas yang rendah dikatakan kurang berbahaya daripada minyak mineral atau minyak hewan.

6) Protein Perak koloidal Bila protein perak koloidal digunakan pada membran mukosa, pergerakan silia awalnya dihambat tapi terpulihkan dengan baik setelah pemberian larutan garam hangat. Edema dan fragmentasi epitelium terjadi setelah kontak panjang argyrol (10%) dengan mukosa sinus frontal(harus diketahui bahwa argyrol merupakan kompleks protein perak oksida yang membutuhkan reaksi alkali kuat). 7) Larutan Perak dan Zink Pada penggunaan paling sedikit 0,5% perak nitrat akan menghancurkan silia. Hasil yang sama juga ditemukan setelah pemberian zink sulfat. 8) Larutan Kokain Pada konsentrasi lebih dari 2,5%, kokain memparalisis silia, pada konsentrasi yang lebih rendah tidak ada efek selain pengerutan dan penyusutan permukaan. 9) Larutan Efedrin Konsentrasi efedrin (0,5-1%) dalam larutan garam normal tidak menghasilkan perubahan aksi silia, dan hal yang sama dapat diasumsikan pada kebanyakan komponen simpatomimetik sintetik yang umum digunakan.

10) Kamfer, timol, eukaliptol, mentol, dan bahan-bahan menguap lainnya Bahan-bahan ini dapat menyebabkan pengurangan pergerakan silia dan efek yang merugikan lainnya. Pemulihan aktivitas normal diharapkan, kecuali dengan timol. Larutan dengan konsentrasi kurang dari 0,1% tidak mempunyai efek yang berarti.

11) Antibiotik Penisilin (garam natrium) tidak merusak silia bila digunakan dalam larutan yang mengandung 250 dan 500 unit/ml (dalam NaCl isotonis). Pada konsentrasi 5000 unit/ml terjadi penurunan kecepatan pukulan dan bahkan menghentikan aksi silia. Suspensi berair tirotrisin (1:2000 dan 1:5000)

menahan pergerakan silia dengan sempurna. Streptomisin dalam garam isotonis dalam 1000 unit/ml atau kurang, tidak mempunyai efek pengurangan atau merugikan membran mukosa hidung. Namun Fabricant melaporkan bahwa penggunaan Na atau Ca Penisilin (Ca atau Na) sampai 5000 unit/ml tidak mempunyai efek pada membran mukosa pernafasan kelinci.

12) Atropin Bila diberikan secara oral, atropin menyebabkan pengeringan dan bahkan perhentian gerakan silia. Pemakaian lokal mengurangi produksi mukosa.

13) Natrium Sulfathiazol Bila diberikan dalam larutan berair 5%, natrium sulfathiazol tidak mempengaruhi pemukulan silia dengan cepat dan berarti, tapi pada pH sekitar 10 (alkali tinggi), efek menyengat terjadi setelah pemberian berulang, tidak hanya pada silia tapi juga pada berbagai lapisan pada mukosa hidung, yang mungkin dapat menyebabkan kerusakan. Garam-garam sulfonamida lainnya seperti Na-suldosetamida, yang dapat didapar dibawah pH tanpa

pengendapan, akan menunjukkan sedikit reaksi kerusakan. Bentuk asam bebas dari sulfonamida, terlarut dalam propilenglikol atau campuran propilenglikol-air dikatakan kurang mengiritasi.

14) Benzalkonium klorida dan Larutan Kuartener Lainnya Larutan berair benzalkonium klorida 1:1000 dan 1:2000, sebagaimana air suling sendiri, menyebabkan penghentian aksi. Tidak tercatat efek yang merugikan pada efektivitas silia bila digunakan kuartener pada konsentrasi yang sama dalam larutan ragam isotonis. Baik pada kontrol garam dan larutan garam kuartener 1:10.000, silia bergerak aktif apabila dicelup selama 1 jam dalam larutan ini. Tampaknya kuartener tidak merugikan bila digunakan dalam medium isotonis.

15) Surfaktan Anionik dan Unionik Beberapa surfaktan anionik termasuk Na Lauril Sulfat, Na-dioktil sulfosuksinat dan alkil benzen sulfonat telah dicuci pada membran excise dan intact. Hampir 0,01% dapat ditoleransi tanpa efek. Larutan 0,05% Na-Lauril Sulfat dilaporkan menyebabkan sedikit rasa membakar. Surfaktan unionik tampaknya ditoleransi pada konsentrasi yang lebih tinggi. (Martin, Eric W.1971;913-915)

Talbot dkk pada penelitiannya dengan menggunakan larutan garam hipertonik (NaCI 3 % pH 7,6) lebih dapat memperbaiki transportasi mukosiliar dibanding penggunaan larutan garam fisiologis (Talbot, 1997). Gosepath dkk melakukan penelitian tentang pengaruh larutan topikal antibiotik (ofloxacin), antiseptic (betadin, H 0 ), dan anti jamur (amphotericin
2 2

B, itraconazole,clotrimazole) terhadap frekwensi denyut silia. Peningkatan konsentrasi ofloxacin sampai 50% terlihat sedikit mempengaruhi frekwensi denyut silia. Peningkatan konsentrasi itraconazole dari 0,25% menjadi 1% dapat menurunkan aktivitas silia dari 8 jam menjadi 30 menit. Larutan Betadin lebih berefek siliotoksik dibanding H O . Terlihat penurunan
2 2

aktivitas silia dan frekwensi denyut silia setengahnya pada peningkatan konsentrasi betadin dua kali lipat. Hasil ini mengindikasikan bahwa pemakaian obat-obat topikal antibiotik dan anti jamur khususnya pada konsentrasi tinggi dapat merusak fungsi pembersih mukosiliar ( Gosepath, 2002 ). Beberapa obat oral juga dapat menurunkan waktu transport mukosiliar seperti golongan antikolinergik, narkotik, dan etil alkohol. B adrenergik tidak begitu mempengaruhi gerakan silia tetapi malah dapat merangsang pembentukan palut lendir. Obat kolinergik dan methilxantine merangsang aktivitas silia dan produksi palut lendir ( Gosepath,2002; Waguespack, 1994 )

Daftar Pustaka
Martin, Eric W. Dispensing of Medication. USA:Mack Publishng Company, 1971

Anda mungkin juga menyukai