Anda di halaman 1dari 6

DAMPAK KENAIKAN BBM DAN BLSM Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembangunan Politik Dosen : H.

Safrudin Huna, S.IP, M.Si

Disusun Oleh : Dian Eka Permana NIM :

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG TAHUN 2013

DAMPAK KENAIKAN BBM DAN BLSM Kebijakan pemerintah untuk menaikan Harga BBM akhirnya disahkan juga. Pemerintah secara resmi mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Terhitung per 22 Juni 2013 pukul 00.00 WIB, harga jual Bensin/Premium/Gasolin RON 88 menjadi Rp 6.500 per liter (semula Rp 4.500/liter), dan harga Solar/Gasolin menjadi Rp 5.500 per liter (semula Rp 4.500/liter). Dengan dalih penghematan APBN,pemerintah tega menjadikan rakyat sebagai korban. Betapa tidak, sebelum kebijakan itu disahkan, hargaharga kebutuhan pokok sudah lebih dulu naik. Pengumuman harga baru BBM bersubsidi jenis Premium dan Solar itu disampaikan oleh Menteri ESDM Jero Wacik sesuai Pengumuman Menteri ESDM Nomor 07.PM/XII/MPM/2013 tentang penyesuaian harga jual eceran BBM bersubsidi. Dan untuk memberikan perlindungan kepada warga miskin, ada dua kelompok program yang dijalankan, yaitu percepatan dan perluasan perlindungan sosial berupa bantuan siswa miskin, program keluarga harapan dan subsidi beras miskin. Program ini untuk mengamankan jangka panjang guna memutus rantai kemiskinan sehingga rakyat miskin dapat akases kesehatan dan pendidikan. Sedangkan program kedua adalah program khusus yang bersifat sementara berupa Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) dan program infrastruktur dasar. Pertanyaanya yang ditimbulkan yaitu : Benarkah dengan adanya BLSM Rakyat Miskin Akan Aman dari Dampak Kenaikan Harga BBM? Pemerintah memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) kepada golongan masyarakat ekonomi lemah sebagai kompensasi atas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Selama pemerintahan presiden SBY telah terjadi dua kali kenaikan harga BBM yang disertai dengan pemberian bantuan langsung tunai kepada masyarakat yaitu program Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk periode yang pertama dan BLSM untuk periode yang kedua, apapun namanya kedua program bantuan tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meringankan beban masyarakat atas dampak kenaikan harga BBM. Sementara kalangan ada yang menilai program ini sarat dengan muatan politik,

sebagaimana juga program BLT jelang 2009. Pemerintah mau dinilai sebagai Sinterklas, dan ujung-ujungnya untuk menaikkan citra partai penguasa, dalam hal ini Demokrat. Pihak yang lain menyebutkan bahwa program ini benar-benar tidak mendidik. Pemerintah dinilai sedang mendidik masyarakat untuk terus-menerus menjadi penerima bantuan, dan tidak pernah menjadi mandiri. Namun, ada juga yang menganggap program ini sebagai program yang tepat. Paling tidak untuk membantu masyarakat ekonomi lemah yang terkena dampak akibat dicabutnya subsidi BBM. Uang senilai Rp 150 ribu per bulan, yang diberikan dari bulan Juni hingga September 2013 dinilai cukup untuk membiayai beban baru masyarakat tersebut. Sebenarnya kenaikan harga dalam suatu komoditi adalah hal yang wajar karena harga jual produk merupakan cerminan dari unsur biaya yang harus dibebankan kepada konsumen sebagai harga jual, namun menjadi sesuatu yang besar jika yang naik adalah harga BBM. BBM merupakan salah satu komoditi yang selalu memperoleh subsidi dari APBN artinya harga jual BBM sebenanya bukan harga riil yang ditangguh oleh konsumen karena harga jual BBM kepada masyarakat lebih rendah dari harga jual sebenarnya, sedangkan selisihnya merupakan nilai subsidi yang diberikan oleh pemerintah melalui alokasi dana APBN. Setiap harga komoditi yang memperoleh fasilitas subsidi dari APBN tentu saja tidak dapat memilih secara tepat siapa yang berhak menikmati subsidi, asal masyarakat menikmati komoditinya ya pasti beliau menikmati subsidi dari pemerintah. Selama ini konsumsi BBM adalah seluruh lapisan masyarakat yang membeli BBM apakah mereka masyarakat biasa, pejabat, pengusaha, orang kaya, perusahaan, orang miskin asal membeli BBM di SPBU yang pastilah menikmati subsidi harga, semakin banyak menggunakan konsumsi BBM yang tentunya menikmati subsidi dari APBN yang besar pula, namun besarnya subsidi tersebut tidak dirasakan karena melekat dalam bentuk harga komiditi. Selalu menjadi debat yang sengit manakala pemerintah harus menaikan harga jual BBM, karena ada dua hal yang harus terkait erat dengan kenaikan komoditi tersebut, pertama besarnya pengurangan alokasi dana dalam APBN dan kedua dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga jual BBM mengingat BBM merupakan salah satu komoditi yang memiliki dampak simultan atau efek domino. Sebenarnya kenaikan harga BBM sendiri hampir tidak berpangaruh signifikan bagi masyarakat pengguna BBM, namun justru dampak yang paling kuat adalah pada rentetan harga komoditi dan pengeluaran biaya lainnya seperti naiknya biaya transportasi, naiknya harga kebutuhan pokok dan kenaikan harga lain yang secara

logika tidak terkait dengan BBM seperti uang saku anak, kenaikan usaha jasa lainnya. Mempertimbangkan kenaikan harga komoditi lain secara simultan tersebut pemerintah lalu menyusun program bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) yang diberikan kepada masyarakat miskin selama enam bulan dengan harapan dapat sedikit meredam dampak kenaikkan harga di tengah masyarakat. Pertanyaan yang perlu diajukan adalah bagaimana pemerintah menentukan dan memilih masyarakat yang berhak meneriman BLSM tersebut, pengalaman di lapangan selalu menunjukkan setiap ada bantuan tunai langsung selalu meninggalkan luka hati dan kecemburuan ditengah masyarakat sendiri bahkan terkesan selalu carut marut, memang jumlanya hanya sedikit tetapi tetap menjadi perdebatan ditengah masyarakat apalagi menjelang pemilu pastilah menjadi komoditi politik. Program BLSM disusun melalui proses yang cukup panjang dan alot karena banyak pihak yang harus dilibatkan mulai Mendagri, Badan Pusat Statistik, Menko Kesra dan proses sosialisasnya namun tetap saja tidak dapat berjalan mulus saat proses pembagian BLSM di lapangan, bahkan terkesan saling lempar tanggung jawab diantara para pemangku kepentingan. Pertanyaan kedua yang patut dijawab adalah tepatkah program BLSM tersebut tetap di teruskan dimasa mendatang, karena justru di khawatirkan bahwa program ini lebih kuat muatan politiknya daripada program riil yang berdampak positif bagi masyarakat. Harga BBM naik adalah hal wajar, sebenarnya masyarakat sendiri sudah maklum jika alasan subsidi dalam APBN semakin membengkak maka perlunya pengurangan subsidi, namun dampak kenaikan komoditi yang lain inilah yang seharus diantisipasi oleh pemerintah. Pemerintah seharusnya belajar dar kegagalan program BLT yang pernah dikocorkan beberapa tahun lalu. Banyak pihak menilai bahwa sistem bantuan langsung sangat tidak efektif dan tidak mendidik dalam memecahkan masalah kemiskinan. BLSM dengan sistem yang sama, akan mendulang hasil yang sama. Lihat saja, besaran BLSM pun minim dibandingkan naiknya biaya yang harus ditanggung. Begitu harga BBM naik rata-rata 33,3 % (premium naik 44,4 % dan solar naik 22,3 %), ongkos transportasi pun naik rata-rata 20 35 persen. Naiknya ongkos transportasi dibarengi oleh lonjakan harga-harga kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari. Beberapa komoditi pokok di pasar sudah mulai naik seperti harga telur ayam, daging, bawang merah dan cabe harganya terus melambung dua kali lipat dari harga normalnya. Apalagi bersamaan dengan bulan ramadhon yang dilanjutkan dengan hari raya idul fitri nanti, tahun ajaran baru anak anak masuk sekolah jadi lengkaplah sudah derita masyarakat kecil untuk menanggung

dampak kenaikan harga BBM. Terus bermanfaatkah program BLSM yang menyisakan banyak kenangan pahit tersebut. BLSM kiranya lebih pantas disebut sebagai Bantuan Langsung Sengsarakan Masyarakat. Sebaiknya pemerintah perlu mengkaji ulang apapun alasannya memberi sesuatu kepada masyarakat dalam bentuk bantuan tunai tidaklah tepat karena akan menjadikan masyarakat semakin tidak cerdas dalam menyikapi fenomena ekonomi, padahal harga BBM adalah peristiwa ekonomi biasa yang ketepatan memperoleh subsidi dana APBN. Apakah program BLSM mampu meredam dampak kenaikan harga BBM silahkan kita bisa mengecek di pasar pasar bagaimana harga komoditi terus merangkak naik tanpa bisa dikontrol oleh siapapun, karena harga jual komoditi adalah urusan permintaan dan penawaran pasar. Sebenarnya pengurangan alokasi subsidi BBM dapat dialihkan serta ditambahkan pada subsidi pangan, layanan kesehatan masyarakat, transportasi, pendidikan, menstabilkan komoditi bahan pokok utama, infrastruktur dan meningkatkan pelayanan publik lainnya sehingga masyarakat dapat memperoleh jaminan bahwa harga komoditi utama dan kepentingan publik dapat diperoleh dalam ambang harga yang realistis sesuai dengan daya beli masyarakat. Masyarakat Indonesia sudah cukup aktif dalam membayar pajak khususnya pajak tidak langsung (PPN), uang pajak seharusnya diprioritaskan dan digunakan untuk pengeluaran yang dapat mengungkit pertumbuhan ekonomi dan membangkitkan partisipasi ditengah masyarakat, oleh karena jangan adalagi program program yang bersifat tidak mendidik dan tidak menjadikan masyarakat cerdas dalam menyikapi fenomena ekonomi yang penting masyarakat harus ada jaminan bahwa harga komoditi pokok dapat dikendalikan melalui intervensi pemerintah, janganlah semuanya diserahkan melalui mekanisme pasar, memang mekanisme pasar merupakan mekanisme yang cukup adil namun tidak semua komoditi di Indonesia cocok dengan mekenisme pasar. Adakalanya intervensi harga komoditi itu perlu manakala komoditi ini diperlukan masyarakat secara keseluruhan, pengalaman atas siklus kebutuhan komoditi sebenarnya dapat diantisipasi jauh sebelumnya, namun seringkali terlambat dalam penanganannya, memang mengurus negeri tercinta ini tidaklah mudah karena memiliki keanekaragaman kultur, wilayah, etnis dan bahasa, namun dengan modal keiklasan dan ketulusan hati pastilah ALLAH akan melimpahkan hidayahnya kepada para pemimpin kita, bukankah para pemimpin sudah disumpah bahwa jabatan adalah sebuah amanah, maka jalankan amanah tersebut dengan istiqomah pastilah akan membawah keberkahan bagi rakyat Indonesia

tercinta, semoga program BLSM kali ini merupakan program yang terakhir, gantikanlah dengan kebijakan yang dapat mengungkit kebangkitan rakyat untuk berpartisipasi dalam sektor ekonomi, kenaikan harga BBM bukanlah hal yang harus dikhawatirkan yang perlu diperhatikan adalah antisipasi yang tepat dan cerdaskan masyarakat melalui proses yang transparansi pada setiap kebijakan publik, insyaallah pemimpin jujur dan amanah akan menghantarkan kesejahteraan bagi rakyat.

Anda mungkin juga menyukai