Anda di halaman 1dari 10

PENGGUNAAN OBAT ANTI-PSIKOSIS PADA IBU HAMIL

A. PENDAHULUAN Hamil merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam siklus hidup wanita. Kehamilan merupakan kejadian alamiah yang terjadi akibat bertemunya sel ovum dan sperma sehingga terjadi pembuahan. Adanya makhluk asing/ janin di dalam rahim wanita mengakibatkan rahim dan tubuh tersebut menyesuaikan diri dengan keadaan yang dibutuhkan janin. Selain terjadi perubahan fisik, bentuk organ tubuh dan fungsi organ tubuh, juga terjadi perubahan psikologis pada wanita. Begitu juga saat setelah proses persalinan, keadaan dimana bayi tersebut telah lahir. Bermacam macam respon yang dimunculkan oleh ibu. Pada umumnya kehamilan merupakan suatu proses yang sangat didamba dambakan bagi pasangan suami istri. Namun bagi ibu yang tidak menginginkan kehamilan, kehamilannya menjadi beban tersendiri bahkan hingga kearah ingin mengakhiri kehamilannya.. Wanita yang tidak dapat mengendalikan psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi tersebut tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan jiwa (psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Jika telah sampai di tahap tersebut diperlukan terapi dan pengobatan khusus. Penderita biasanya sembuh setelah bayi lahir namun dalam kehamilan selanjutnya psikosa ini dapat muncul kembali. Wanita dengan gangguan psikologis seperti ini harus mendapatkan perhatian khusus dan intensif agar tidak berpengaruh pada janinnya. Tugas tenaga kesehatan di sini sangatlah penting untuk memotivasi dan memberikan pengobatan karena kehamilan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga mencoba mengakhiri kehamilan termasuk dalam tindakan pembunuhan.1,2

B.

TINJAUAN TEORI Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,

perubahan

psikologis

dan

adaptasi

dari

seorang wanita

yang pernah

mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. Hal tersebut mungkin saja dapat terjadi dikarenakan :1,2

Kehamilan peristiwa yang paling rumit Ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual Bayang-bayang rasa cemas dan takut akan hal-hal yang mungkin akan terjadi baik pada diri ibu maupun pada bayinya.1,2

Depresi Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, tidak ada gairah hidup yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulasi tertentu, pengurangan aktifitas fisik ataupun mental dan kesukaran dalam berkarir serta menganalisa. Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama halnya dengan depresi yang terjadi pada orang awam pada umumnya, dimana pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Dalam hal ini perubahan hormonal pada saat kehamilan akan mempengaruhi kimiawi otak itu sendiri, yang nantinya akan sangat berhubungan erat dengan kejadian depresi dan kecemasan selama kehamilan. Gangguan ini ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan

atau berkurangnya dan tidak adanya minat pada aktivitas. Pasien kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistik memikirkan hal yang sedih membutuhkan dan mengeluh. Mereka juga dapat tegang, kaku dan menolak intervensi terapeutik. Gejala penyertanya adalah perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual. Depresi yang semakin berat dapat mengakibatkan halusinasi dan perasaan cemas yang disebut dengan gangguan jiwa (psikosa).2 Psikosa Suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi.2 Menninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik :1,2 1. Perasan sedik, bersalah dan tidak mampu yang mendalam 2. keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan 3. regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial. 4. preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela diri atau rasa kebesaran 5. keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.

Pada penderita psikosa sering ada gangguan bicara, kehilangan orientasi terhadap lingkungan. Aspek sosialnya membahayakan orang lain dan diri sendiri perlu perawatan RS.1,2 Gangguan jiwa yang dapat terjadi pada kehamilan antara lain :1 1. Gangguan afektif pada kehamilan 2. Gangguan bipolar 3. Skizofrenia 4. Gangguan cemas menyeluruh 5. Gangguan panik 6. Gangguan obsesif konvulsif Penyebab:1 Internal Perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil. Eksternal 1. Kehamilan tak diinginkan 2. Kehamilan berisiko 3. Jarak kehamilan yang terlalu dekat 4. Riwayat keguguran 5. Riw. Obstetri buruk Proses kejiwaan dalam kehamilan1,2 Triwulan I Cemas ,takut,panic,gusar Benci pada suami

Menolak kehamilan mengidam Triwulan II Kehamilan nyata Adaptasi dengan kenyataan : perut bertambah besar terasa gerakan janin

Triwulan III Timbul gejolak baru menghadapi persalinan Perasaan bertanggung jawab golongan ibu yang mungkin merasa takut Ibu yang mempunyai riwayat/pengalaman buruk pada persalinan yang lalu Multipara agak berumur Primigravida yang mendengar tentang pengalaman ngeri dan menakutkan dari teman-teman lain Perjalanan penyakit dan pengobatan Perjalanan penyakit bervariasi dan bergantung pada jenis penyebab penyakit. Bagi mereka dengan psikosis manik-depresif dan skizoafektif, waktu pemulihan adalah sekitar 6 bulanm(Sneddon, 1992). Yang paling mengalami gangguan fungsi pada saat pemeriksaan lanjutan adalah mereka yang menderita skizofrenia. Para wanita ini sebaiknya dirujuk ke psikiater. Keparahan psikosis

postpartum mengharuskan diberikannya terapi farmakologis dan pada sebagian besar kasus dilakukan tindakan rawat inap. Wanita ynag mengalami psikosis biasanya mengalami kesulitan merawat bayinya.1 Terapi Gangguan Jiwa Saat ini tersedia sejumlah besar obat psikotropika untuk mengatasi gangguan jiwa (Kuller dkk., 1996). Sebagian wanita hamil yang memerlukan farmakoterapi telah menderita penyakit jiwa berat, misalnya gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor berulang. berkembang selama kehamilan.1,2 Wanita lain yang

memerlukan terapi adalah mereka yang mengalami gangguan emosi yang

C.

PENGGUNAAN OBAT ANTI-PSIKOSIS Obat antipsikotik digunakan karena kemampuan obat-obat tersebut untuk

menembus sawar darah otak, juga pada umumnya mampu menembus sawar darah plasenta dan dapat ditemukan pada fetus dan cairan amnion. Efek obat clorpromazine merupakan obat yang paling intens dipelajari dalam hubungannya dengan kehamilan, meskipun obat lain juga diteliti dalam hubungannya dengan efek teratogenik. Tidak ada pola yang jelas dalam teratogenitas pada obat-obat antipsikotik. Namun karena adanya kesimpangsiuran relatif dari data-data keamanan obat ini, yang paling mungkin dilakukan adalah menghindari obat-obat antipsikotik pada kehamilan terutama pada trimester pertama. Meskipun demikian, terdapat banyak situasi dimana kegagalan dalam mengobati ibu menciptakan resiko yang mengancam kehidupan janin dibandingkan dengan resiko yang ditimbulkan oleh obat-obat antipsikotik. Dalam hal ini dibutuhkan penelitian klinis yang hati-hati. Beberapa laporan dan kajian terkini menunjukkan bahwa wanita-wanita hamil yang diobati dengan obat-obat antipsikotik tradisional, clozapine dan obat-obat atipikal mengalami perbaikan, demikian pula halnya dengan bayinya; namun oleh karena kurangnya data yang sistematis maka
6

perlu dilakukan usaha-usaha yang rasional untuk menghindari pemaparan obatobat antipsikotik selama kehamilan khususnya pada trimester I.1, 2, 4 Telah ditemukan berbagai masalah yang telah didokumentasi dengan baik yang terkait dengan penggunaan antipsikotik pada akhir kehamilan.

Chlorpromazine dikaitkan dengan resiko ikterus neonatotum, disamping itu terdapat pula laporan-laporan bahwa ibu-ibu yang diterapi antipsikotik

melahirkan bayi dengan sindrom ektrapiramidal. Waktu pembersihan obat-obat ini pada fetus setidaknya butuh waktu 7-10 hari. Oleh karena itu, untuk mencegah efek sindrom ektrapiramidal bayi baru lahir dianjurkan pemberian antipsikotik dihentikan 2 minggu sebelum tanggal taksiran partus. Bila penghentian obat ini memberikan predisposisi bagi calon ibu untuk menderita gejala psikotik berat, maka dokter harus secara hati-hati menimbang resiko gangguan psikotik terhadap potensi toksisitas neuroleptik pada anak.1, 2, 4 Antipsikotik disekresikan melalui ASI, meskipun tampaknya dalam jumlah yang sangat sedikit. Bayi yang disusui oleh ibu yang diterapi dengan antipsikotik akan beresiko sindrom ektrapiramidal. Oleh karena obat-obat antipsikotik pada masa perkembangan masih belum diketahui, ibu-ibu yang mendapatkan antipsikotik sangat dianjurkan untuk mempertimbangkan alternatif lain selain pemberian ASI. 1, 2, 4 Ketika mempertimbangkan penggunaan obat antipsikosis selama kehamilan. Kita harus memperhatikan berbagai jenis resiko harus diperhitungkan, yaitu resiko obat-obatan, seperti malformasi organ

(teratogenisitas), sindrom perinatal (toksisitas neonatal) dan postnatal perilaku sequelae (perilaku toksisitas). 5, 6

Resiko Malformasi Organ (Teratogenisitas) Teratogenesis merupakan perkembanagn ya n g tidak

n o r m a l d a r i s e l p e m b e n t u k e m b r i o s e h i n g g a b i s a m e n ye b a b k a n b a yi l a h i r c a c a t a t a u m a l f o r m a s i o r g a n . P e r l u d i p e r h a t i k a n untuk periode pembentukan organ adalah 12 minggu pertama

kehamilan. Sebuah obat dianggap teratogenik jika paparan s e l a m a i t u m e n i n g k a t k a n r e s i k o k e l a i n a n b a w a a n . Perubahan organ ditemukan pada bayi dari ibu dengan skizofrenia.Berikut

b e b e r a p a o b a t ya n g s e r i n g d i g u n a k a n p a d a i b u h a m i l ya n g menderita psikotik.5,6 Haloperidol Obat ini telah menjadi obat pilihan pertama untuk ibu hamil dengan

gangguan psikotik. Efek teratogenik spesifik kurang di jumpai dalam berbagai survei kesehatan untuk obat ini. Pe n e l i t i a n r e t r o s p e k t i f m e n u n j u k k a n t i d a k a d a n ya h u b u n g a n a n t a r a malformasi janin dan dalam eksposur rahim sebagai haloperidol yang diberikan untuk mengobati gejala psikotik pada ibu. Godet dan Marie-Cardine mempelajari 199 anak yang lahir dari ibu dengan skizofrenia yang terkena obat antipsikotik terlihat 2,5% dari anak-anak memiliki kelainan. 8

Clozapine Beberapa tindak lanjut studi klinis tentang ibu hamil dengan gangguan psikotik yang dirawat dengan clozapine. D i r e v i e w D e v d a n K r u p p melaporkan pada 61 anak yang lahir dari 59 perempuan yang menerima pengobatan clozapine selama kehamilan. 51 dari anak-anak yang sehat, 5 memiliki cacat bawaan dan 5 memiliki sindrom perinatal. Layana Pharmacovigilance Novartis telah melaporkan hampir 200 kasus malformasi dengan akibat penggunaan clozapine. 6, 7

Olanzapine Data dari registri kasus eksposur olanzapine selama kehamilan telah dilaporkan oleh Goldstein et dari 23 kehamilan dengan penggunaan olanzapine prospektif dipastikan ada tambahan 11 kasus retrospektif. seperti terjadi aborsi spontan sebanyak 13%, lahir mati 5%, dan prematur 5%. Sebuah

penjelasan

diperluas

dalam

Database

Pharmacovigilance

yang

mencakup data hasil kehamilan untuk 144 kasus dilaporkan prospektif. Di antaranya, 102 (70,8%) mengakibatkan kelahiran abnormal, 12 (8,3%) menyebabkan aborsi spontan, 6 (4,2%) ke prematur dan 3 (2,1%) stillbirths terjadi.
6, 8

DAFTAR PUSTAKA

1. Puri B.K., Laking P.J, Treasaden I.H. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran ECG; 2008. Hal. 241 - 254 2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan: Kelainan Jiwa dalam kehamilan. Edisi 3. Jakart: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1999. Hal. 540-1 3. Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi: Psikotropik. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru; 1995. Hal. 148 4. Maslim R. Penggunaan klinis obat psikotropik: obat anti-psikosis. Edisi 3. Jakarta: PT. Nuh Jaya; 2001. Hal. 15-7 5. Leonard BE. Fudamentals of psychofarmacology. England: John Wiley and Sons Ltd; 1992. P.143 6. Kalinowsky LB, Hippus H. Pharmacological, convulsive and other somatic treatments in psychiatry. New York: Grune adn Stratton Inc; 1991. P.77 7. Uretsky SD. Antipsychotic drugs. Available at: http://www. Healthatoz.com Accesed December 2002 8. Allen HY, Everitt ZM, Judd AT. Haloperidol Deconoate. Available at: http://www.intox.org Accessed May, 1998.

10

Anda mungkin juga menyukai