Anda di halaman 1dari 4

Amfetamin Merupakan golongan simpatomimetik amin yang dipakai untuk mengobati kegemukan, menekan rassa lapar, bekerja dengan

cara merangsang pelepasan katekolamin dari reseptor simpatis dan menghambat monoamin oksidase yang berperan dalam penguraian katekolamin. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik seta frrekuensi pernapasan. Dosis yang berlebihan dapat menyebabkan ketegangan, insomnia, halusinasi, kecemasan, sakit kepala, muka pucat, palpitasi, tekanan darah tidak stabil, aritmia jantung, dan infrak miokard. Amfetamin tidak ditransfer melalui plasenta, namun menimbulkan efek perinatal melalui cara lain. Bila dipakai bersama kokain maka timbul komplikasi persalinan premature, pertumbuhan janin terhambat, solusio plasenta, dan gawat janin. Pernah dilaporkan adanya kelainan perinatal berupa penyakit jantung kongenital, bibir sumbing. Risiko maternal: peningkatan tekanan darah, palpitasi, insomnia, aritmia jantung, infrak miokard, halusinasi, kecemasan. Risiko perinatal: tingkah laku agresif, pennyakit jantung kongenital, bibir sumbing.

Makanisme Terjadinya komplikasi Mekanisme dasar yang menyebabkan efek buruk pada janin yang terpapar dengan senyawa legal (alkohol, tembakau, amfetamin, dan benzodiazepine) maupun senyawa illegal (narkotika/psikotropika) selama kehamilan meliputi efek biologik dan lingkungan serta interaksi antar keduanya. Menunjukkan efek pemaparan senyawa terhadap sistem saraf yang sedang berkembang Menyebabkan persalinan kurang bulan dan gangguan pertumbuhan janin melalui mekanisme: Efek langsung pada pertumbuhan otak dan vosokonstriksi pada pembuluh darah uterus Efek yang menyebabkan nafsu makan berkurang sehingga terjadi gangguan nutrisi, berat badan sebelum hamil lebih rendah dan pertambahan berat badan selama hamil rendah Kemampuan merawat diri saat kehamilan tidak memadai. Hal ini merupakan karakterisrik mayoritas perempuan pengguna obat terlarang. Mempunyai karakteristik lebih mudah deprresi, agresif dan kurang menghargai dirinya sendiri.

Efek Terhadap Perkembangan Janin

Penentuan suatu bahan kimia mempunyai kemampuan atau potensi untuk terjadinya gangguan pertumbuhan janin sangat tergantung pada kepekaan spesies, tingkat

perkembangan spesies dan dosis tertentu. Kerusakan yang berat selama blastogenesis menyebabkan kematian pada janin, kerusakan ringan dapat sembuh sama sekali tanpa cacat karena sel-sel pada saat ini masih berdiferensiasi mampu bergenerasi dalam jumlah besar. Selama embriogenesis kerusakan tergantung pada organogenesis, karena waktu itu organ-organ dibentuk. Pada tingkat blastula belum terjadi diferensiasi sehingga kerusakan tidak fatal bahkan masih ada kemungkinan untuk restitusio ad integrum. Sebaliknya jika senyawa yang merugikan mencapai blastula yang sedang berada dalam diferensiasi, maka dapat terjadi cacat. Jika diferensiasi organ selesai, kerusakan tidak lagi menimbulkan cacat, melainkan gangguan pertumbuhan dan persalinan kurang bulan. Dengan demikian, cacat tertentu hanya dapat ditimbulkan dalam suatu periode waktu yang tertentu pula, sehingga jenis cacat lebih banyak bergantung pada fase perkembangan embrio daripada senyawa. Bahaya pembentukan cacat terbesar terdapat pada usia kehamilan antara minggu ke-4 dan ke-8 karena periode ini janin mengalami diferensiasi organ dan perkembangan fungsi tubuh.

Penanganan Umum Terapi perilaku secara intensif untuk menghentikan kebiasaan. Kebanyakan program berorientasi kelompok dan mengikutsertakan keluarga. Terapi meliputi pendidikan mengenai berbagai aspek dari kecanduan dan teerapi yang terfokus, menyesuaikan hidup tanpa ketrgantungan obat. Penanganan ibu hamil dan tidak hamil sangat berbeda. Pada ibu hamil meliputi multidisiplin dan melibatkan bidan, konsultan ketergantungan obat, pekerja soial, neonatologis dan dokter keluarga. Namun, kelengkapan sarana ini bukan hal mudah untuk dikerjakan. Penanganan penyalahgunaan obat secara benar dapat menurunkan pemakaian dan memperbaiki luaran perinatal, dan langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberi edukasi. Nasihat yang diberikan oleh dokter terbukti lebih dapat diterima dibandingkan bila nasehat diberikan oleh orang lain. Banyak pemakai obat terlarang yang dapat menghentikan atau paling tidak mengurangi dosis pemakaian bila mereka mengetahui konsekuensi dari

pemakaian obat tersebut. Mereka membutuhkan dukungan emosional, jangan dihakimi dan perlu diberikan pujian bila telah berhasil mengurangi dosis ketergantungan. Di negara maju penanganan penyalahgunaan obat dalam kehamilan ini dapat meliputi pelayanan asuhan bayi, kunjungan rumah, transportasi, dan pelatihan kerja.

Penanganan Khusus Pemberian metadon dapat untuk pengobatan kecanduan heroin prenatal. Metadon merupakan obat sintetik yang menghambat efek euforia dari heroin sehingga dapat mengurangi kebutuhan heroin saat putus obat. Diberikan secara oral mempunyai masa kerja yang panjang, kadar puncak dalam plasma tercapai 2 - 6 jam setelah pemberian dosis pemeliharaan. Metadon dimetabolisme di hepar dan dikeluarkan dari tubuh melalui tinja dan urin, melewati sawar plasenta dan ditemukan dalam cairan amnion, darah tali pusat, urin bayi, dapat dimetabolisme oleh plasenta dan tubuh janin. Dosis pada pemakai heroin ringan 10 20 mg/hari, pemakai sedang 40 50 mg/hari, sedang pemakai berat dosis lebih dari 80 mg/hari.

Resusitasi Bayi Baru Lahir dari Ibu Ketergantungan Obat dan NAZA Umumnya komplikasi terberat yang terjadi adalah kelainan kongenital dan asfiksia janin maupun bayi akibat ketergantungan obat dan NAZA. Asfiksia adalah keadaan yang ditandai dengan hipoksia asidosis metabolik. Adanya asfiksia, sebagian besar akan terjadi kematian segera setelah lahir. Asfiksia berat yang berlangsung lama berhubungan dengan peningkatan risiko disfungsi neurologik lebih lanjut. Dalam penilaian asfiksia perinatal, semua kriteria berikut harus diperhatikan. Asidosis metabolik atau gabungan dengan asfiksia respiratorik berat pada arteri umbilical (pH < 7,0) Nilai APGAR selama lebih dari 5 menit tetap 0 3. Gejala sisa neurologik neonatal (misalnya: kejang, koma, hipotoni) Disfungsi sistem multiorgan (misalnya: kardiovaskuler, gastrointestinal, hematologik, pulmonal atau renal).

Tujuan utama penatalaksanaan asfiksia lahir adalah resusitasi tepat waktu dengan cara efektif sehingga hipoksia, iskemia, hiperkapnia, asidosis dapat dicegah sebelum menyebabkan kerusakan permanen.

Penanganan Kira-kira 10 % bayi baru lahir dari ibu dengan ketergantungan obat dan NAZA memerlukan bantuan untuk memulai pernapasan saat lahir dan kurang lebih 1 % memerlukan resusitasi yang ekstensif (lengkap) untuk kelangsungan hidupnya. Penelitian menunjukkan bahwa pernapasan adalah tanda vital pertama yang terhenti ketika bayi baru lahir kekurangan oksigen. Setelah periode awal pernapasan yang cepat maka periode selanjutnya disebut apnu primer. Rangsangan seperti mengeringkan atau menepuk telapak kaki akan menimbulkan pernapasan, walaupun demikian bila kekurangan oksigen terus berlangsung, bayi akan melakukan beberapa usaha napas megap-megap dan kemudian masuk dalam periode apnu sekunder. Selama masa apnu sekunder, rangsangan saja tidak akan menimbulkan kembali usaha pernapasan bayi baru lahir. Bantuan pernapasan (ventilasi tekanan positif) harus diberikan untuk proses penyelamatan

Anda mungkin juga menyukai