Anda di halaman 1dari 4

Epidemiologi Kelebihan berat badan merupakan suatu masalah global, karena pada saat ini telah terjadi peningkatan

prevalensi obesitas di seluruh dunia sebagai konsekuensi dari meningkatnya perkembangan ekonomi di negara-negara Asia-Pasifik. WHO memperkirakan sekitar 1 milyar individu mengalami kelebihan berat badan (overweight) dan sekitar 300 juta individu didefinisikan sebagai obese. (Yani & Wijaya, 2007) Menurut riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yang dilakukan Departemen Keseharan, sebanyak 10,3 persen orang dewasa di Indonesia mengidap obesitas, dengan rincian 23,8 persen kaum wanita dewasa dan 13,9 persen kaum pria dewasa. Di Jakarta, angka prevalensi obesitas sebesar 28,1 % dengan 34,8% pada wanita dan 20% pada laki-laki. Obesitas meningkat di setiap negara, pada setiap jenis kelamin, dan pada semua kelompok usia, ras, dan tingkat pendidikan.

Klasifikasi Obesitas a. IMT Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT, yaitu BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam meter (Caballero B., 2005). Klasifikasi IMT dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Kategori IMT menurut Asia Pasifik Kategori IMT Berat badan kurang < 18,5 Kisaran normal 18,5 22,9 Berat badan lebih >23,0 Berisiko 23,0 24,9 Obesitas I 25,0 29,9 Obesitas II 30,0
Table 2.1 Klasifikasi IMT

b. Lingkar Pinggang

IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas .Selain IMT, metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang. Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis (Alberti, 2005).

Tabel 2.2 Kriteria ukuran pinggang berrdasarkan etnis

c. Rasio Lingkar Perut Pinggul

Tabel 2.3 Rasio Lingkar perut dan pinggul

Patofisiologi Carnitine Obesitas

Carnitine merupakan senyawa serupa vitamin dan asam amino. Tidak seperti asam amino, carnitine tidak digunakan untuk sintesis protein atau sebagai neurotransmitter. Fungsi utamanya dalam tubuh adalah untuk membantu transportasi asam lemak rantai panjang untuk dioksidasi di dalam mitokondria sehingga menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Jaringan metabolik yang kompleks menghubungkan gula dan lemak melalui alur sintesis, penyimpanan, dan pemecahan. Proses Pemecahan Dalam keadaan normal, sel memecah karbohidrat, asam amino, dan lemak untuk menghasilkan ATP yang merupakan suatu sumber energi universal bagi sel (Salway,2004). Karbohidrat dipecah menggunakan suatu enzim glikolitik menjadi piruvat untuk kemudian menjadi asetil-Koa yang merupakan sumber energi pembentukan NADH dan FADH2 untuk membentuk ATP melalui fosforilasi oksidatif dan sintesis ATP.

Mobilisasi dari trigliserida yang tersimpan diinisiasi olek enzim lipolitik, yaitu lipase sensitif hormon. Untuk dapat menghasilkan energi, asam lemak yang telah dibebaskan kemudian diaktivasi menjadi derivat acyl-KoA menggunakan acyl-KoA sintase. Pemecahan acyl-KoA lemak menjadi acetyl-KoA terjadi di dalam peroksisom atau mitokondria melalui -oxidation. (Salway,2004). Di sini Carnitine berperan untuk membantu transpor acyl-KoA ke dalam mitokondria karena acyl-KoA tidak dapat menembuh dinding sel.Oleh karena itu, tanpa adanya Carnitine, hampir semua lipid tidak dapat digunakan sebagai sumber energi dan akan terjadi akumulasi asam lemak dalam tubuh yang berakibat terjadinya obesitas.

Anda mungkin juga menyukai