Anda di halaman 1dari 9

PRINSIP GIZI SEIMBANG DALAM KESEHATAN REPRODUKSI WANITA LANJUT USIA Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas

Kelompok Mata Kuliah Gizi dan Kesehatan Dosen Pengampu: Sulistiyawati, M.Si.

Disusun oleh: Eka Mulia Sari Nova Ika Rachmawati Kautsar Hipuasa Tusfiyatul Aimah Luluk Hamidah : 10680005 : 10680025 : 106800 : 106800 : 10680059

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI YOGYAKARTA 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 berjumlah 237,6 juta jiwa. Jumlah yang besar ini terdiri dari lapisan penduduk balita,anak, dewasa,dan lansia. Khusus lansia, menurut Pendataan Keluarga tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ternyata jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 15,5 juta jiwa. Jumlah ini semakin tahun akan semakin besar. Hal ini karena adanya pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi yang diselenggarakan di Indonesia. Jumlah penduduk lansia yang besar ini membutuhkan penanganan yang serius, sebab mau tidak mau penduduk lansia akan menjadi salah satu lapisan penduduk yang jika tidak diberdayakan dengan maksimal akan menjadi lapisan penduk yang dianggap beban pembangunan. Agar penduduk lansia tidak menjadi beban pembangunan diperlukan adanya pemberdayaan penduduk lansia. Hal ini sesuai dengan undang-undang No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Bagi kehidupan manusia ,masa lanjut usia (Lansia) merupakan suatu siklus kehidupan manusia yang alami, tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses menjadi Lansia, baik secara fisik maupun psikologis akan ditandai kemunduran fungsi-fungsi anggota tubuh yang akan dapat menimbulkan masalah atau gangguan akan memperoleh aktivitas sehari-hari. Misalnya dalam kelambatan bergerak ,kurang cepat bereaksi, berkurangnya daya tahan tubuh, dan lain-lain. Salah satu masalah penting dalam lanjut usia adalah kesehatan reproduksi lanjut usia. Masalah reproduksi pada usia lanjut terutama pada seorang wanita sangat dirasakan ketika masa kesuburannya berakhir (menopause. Masalah reproduksi wanita lansia erat kaitan dengan status gizi, dengan status gizi yang seimbang masalah reproduksi pada lansia mampu ditanggulangi. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis ingin mengungkap keterkaitan kesehatan reproduksi wanita lansia dengan gizi seimbang.

BAB II ISI

A. MENOPAUSE Perkembangan hidup manusia dimulai dari konsepsi bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan kemudian masa tua atau lanjut usia. Menjadi lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses menjadi lanjut usia selalu ditandai\ dengan kemunduran fungsi-fungsi organ tubuh yang dapat menimbulkan masalah/gangguan yang akan banyak mempengaruhi kegiatan/ aktivitas seharihari,misalnya dalam hal kelambatan gerak, kurang cepat bereaksi, berkurangnya tenaga, menurunnya daya tahan dan lain sebagainya. Masalah reproduksi pada usia lanjut terutama pada seorang wanita sangat dirasakan ketika masa kesuburannya berakhir (menopause), meskipun sebenarnya seorang laki- laki juga akan menghadapi hal yang sama yaitu mengalami penurunan fungsi reproduksi (andropause) walaupun dalam hal ini kejadiannya lebih tua dibanding pada seorang wanita. Dalam kesempatan ini bagaimana kita menyingkapi hal tersebut, sehingga menopouse bukan menjadi momok yang harus ditakuti lagi bagi seorang wanita. Menopause adalah berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami menopause alamiah sama sekali tidak dapat mengetahui apakah saat menstruasi tertentu benar-benar merupakan menstruasinya yang terakhir sampai satu tahun berlalu. Menopause kadang-kadang disebut sebagai perubahan kehidupan Wanita biasanya mampu merasakan masa klimaktelium 4-5 tahun sebelum menopause dimana seorang wanita mulai merasakan adanya perubahan perubahan yang gejalanya tidak sama setiap orang. Dua hingga delapan tahun sebelum menopause, kebanyakan wanita menjadi tak teratur ovulasinya. Selama tahun-tahun tersebut, folikel indung telur (kantung indung telur), yang mematangkan telur setiap bulan, akan mengalami tingkat kerusakan yang semakin cepat hingga pasokan folikel itu akhirnya habis. Inhibin, zat yang dihasilkan dalam indung telur, juga semakin berkurang sehingga mengakibatkan meningkatnya kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone - hormon perangsang folikel yang dihasilkan

hipofisis). Selama pra-menopause, tubuh wanita mulai menghasilkan lebih banyak estrogen dari jenis yang berbeda, yang dinamakan estron, yang dihasilkan di dalam indung telur maupun dalam lemak tubuh. Kadar testoteron biasanya tidak turun secara nyata selama pra-menopause. Kenyataannya, indung telur pasca-menopause dari kebanyakan wanita (tetapi tidak semua wanita) mengeluarkan testoteron lebih banyak daripada indung telur pra-menopause. Sebaliknya, kadar progesteron benar-benar mulai menurun selama pra-menopause, bahkan jauh sebelum terjadinya perubahan-perubahan pada estrogen atau testoteron dan ini merupakan hal yang paling penting bagi kebanyakan wanita. Meskipun reproduksi tidak lagi merupakan tujuan, hormon-hormon reproduksi tetap memegang peran yang penting, yaitu peran-peran yang dapat meningkatkan kesehatan dan tidak ada kaitannya dengan melahirkan bayi. Hal ini dapat dilihat dalam kenyataan bahwa reseptor hormon steroid terdapat dalam hampir semua organ tubuh perempuan. Estrogen dan androgen (seperti halnya testoteron) adalah penting, misalnya untuk mempertahankan tulang yang kuat dan sehat serta jaringan vagina dan saluran kencing yang lentur. Baik estrogen maupun progesteron sama-sama penting untuk mempertahankan lapisan kolagen yang sehat pada kulit. Perubahan hormon ini juga berpengaruh pada mineralisasi pada tulang. Estrogen berpengaruh pada mineralisasi tulang dengan pengaktivan osteoklas. Sehingga, penurunan kadar estrogen pada wanita menopause akan menurunkan densitas tulang. Gejala-gejala menopause dalam jangka pendek.

Hot flush yaitu rasa panas didada yang menjalar kewajah yang sering timbul pada malam hari

Gangguan psikologis : depresi, mudah tersinggung, mudah marah, kurang percaya diri, gangguan gairah seksual, perubahan prilaku.

Gangguan mata : mata terasa kering dan gatal akibat berkurang produksi air mata. Gangguan saluran kemih dan alat kelamin : mudah infeksi, nyeri sanggama, perdarahan pasca sanggama akibat atropi pada alat kelamin.

Jangka panjang :

Osteoporosis yaitu berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat kurangnya hormon estrogen sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

Penyakit jantung koroner : Berkurangnya hormon estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner pada wanita.

Kepikunan (Dimensia tipe alzheimer) : Kekurangan hormon estrogen mempengaruhi susunan syaraf pusat/otak, sehingga menyebabkan kesulitan konsentrasi, kehilangan ingatan pada peristiwa jangka pendek.

B. CARA MENCEGAH DAMPAK KESEHATAN AKIBAT MENOPAUSE.


Pemeriksaan ginekologi secara rutin Pemeriksaan kesehatan umum secara rutin, misalnya tensi, timbang berat badan, rekam jantung.

Pemeriksaan Bone Mass Densitometri Pemeriksaan Laboratorium (Gula Darah, Kolesterol) Pemeriksaan pap smear secara rutin. Perabaan payudara (sadari) Penggunaan bahan makanan yang mengandung unsur fito estrogen (Kedelai, tahu, tempe, kecap, pepaya)

Penggunaan bahan makanan sumber kalsium (susu, youghurt, keju, teri, dll). Menghindari makanan yang banyak mengandung lemak, kopi dan alkohol.

C. PEMBERIAN GIZI YANG SEIMBANG Fungsi organ tubuh lansia sudah banyak berkurang, oleh sebab itu kecukupan gizi pada lansia tetap harus diupayakan untuk kelangsungan hidup yang layak, serta untuk mengurangi penyakit penuaan.

a. Tabel 1. Asupan gizi yang dianjurkan Asupan Gizi LAKI-LAKI Inggris 75+ Energi (Kal) Protein (G) Zat besi (mg) Kalsium (mg) Vit. C (mg) 2100 53 10 500 30 Indonesia 60+ 2200 62 13 500 60 PEREMPUAN Inggris 75+ 1900 48 10 500 30 Indonesia 60+ 1850 54 14 500 60

b. Tabel 2. Kecukupan Bahan Makanan Satu Hari (Usia 60 tahun ke atas) Jenis Makanan Nasi Laki-Laki 3 x 200 gram (3x1,5 gls blimbing) Lauk daging/ikan, Tempe Kalau tahu Sayur 1,5 x gls 50 gram 5 x 25 gram (1 pt kecil) 5 x 50 gram 1,5 x 100 gram (1,5 x 1 gls penuh sayur) Buah 2 x 100 gram (1 pt sedang) Gula Minyak/santan 2 sendok makan (sdm) 2 sdm/1,5 gls Perempuan 2 x 200 gram (2x 1,5 gls blb) 2 x 50 4 x 5 gram ( 1 pt kecil) 4 x 50 gram 1,5 x 100 gram (1 pt sedang) 2 x 100 gram (1 pt sedang) 2 sdm 2 sdm/1,5 g

Untuk mencukupi kebutuhan gizi pada lansia, perlu diberikan makanan seimbang dengan cara makan dalam jumlah yang sedikit tetapi sering dengan memperhatikan : 1. Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung lemak terutama yang berasal dari hewan;

2. Batasi gula, kopi, garam, danmakanan yang diawetkan; 3. Meminum susu rendah lemak; 4. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi seperti kacang-kacangan, hati, daging, bayam dan sayuran hijau; 5. Konsumsi makanan yang segar dan banyak mengandung vitamin serta membatasi penggunaan tablet vitamin bila tidak perlu. Namun diperlukan

suplemen/multivitamin, terutama di daerah perkotaan karena polusi udara untuk menetralisasi radikal bebas. 6. Mengkonsumsi cairan yang cukup dengan minum air putih minimal 2 liter (lebih kurang 6-8 gelas) per hari. Agar tidak mudah bosan, maka pemberian makanan pada lansia perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Jenis hidangan yang berganti-ganti, bervariasi, dan menarik; 2. Hidangan dengan porsi kecil, hangat, bersih, dan rapih; 3. Pemberian lauk pauk,sayur, dan buah-buahan yang masih segar; 4. Bahan makanan yang mudah dicerna dan berserat tinggi.

BAB III KESIMPULAN Masalah reproduksi pada usia lanjut terutama pada seorang wanita sangat dirasakan ketika masa kesuburannya berakhir (menopause). Masalah reproduksi wanita lansia erat kaitan dengan status gizi, Dengan status gizi yang seimbang masalah reproduksi pada lansia mampu ditanggulangi. Untuk mencukupi kebutuhan gizi pada lansia, perlu diberikan makanan seimbang dengan cara makan dalam jumlah yang sedikit tetapi sering dengan memperhatikan : Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung lemak terutama yang berasal dari hewan, meminum susu rendah lemak; konsumsi makanan yang segar dan banyak mengandung vitamin serta membatasi penggunaan tablet vitamin bila tidak perlu. Namun diperlukan

suplemen/multivitamin, terutama di daerah perkotaan karena polusi udara untuk menetralisasi radikal bebas.

DAFTAR PUSTAKA BkkBn. 2012. Pembinaan kesehatan fisik bagi lansia. Jakarta : Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Darmojo, Boedhi dan Martono. 2000. Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan II Materi Pembinaan. Yogyakarta : UGM Press. Surini, Sri Pudjiastuti. 2003. Kesehatan Lansia. Jakarta: Budi Utomo EGC.

Anda mungkin juga menyukai