Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS URINE

PUBLISHED APRIL 21, 2012 BY GIANWULANDARI LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN ANALISIS URINE KELOMPOK V I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem urin terdiri dari ginjal, ureter, kantong kemih dan uretra dengan menghasilkan urin yang membawa serta berbagai produk sisa metabolisme untuk dibuang. Ginjal juga berfungsi dalam pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dan merupakan tempat pembuangan hormon renin dan eritropitin. Renin ikut berperan dalam pengaturan tekanan darah dan eritropitin berperan dalam merangsang produksi sel darah merah. Urin juga dihasilkan oleh ginjal berjalan melalui ureter ke kantung kemih melalui uretra (Juncquiera, 1997). Urin dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan sistem homeostatik. Sifat dan susunan urin dipengaruhi oleh factor fisiologis (misalkan masukan diet, berbagai proses dalam tubuh, suhu, lingkungan, stress, mental, dan fisik) dan factor patologis (seperti pada gangguan metabolisme misalnya diabetes mellitus dan penyakit ginjal). Oleh karena itu pemeriksaan urin berguna untuk menunjang diagnosis suatu penyakit. Pada penyakit tertentu, dalam urin dapat ditemukan zat-zat patologik antara lain glukosa, protein dan zat keton (Probosunu, 1994). Proses eksresi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak dipergunakan lagi. Zat ini berbentuk cairan contohnya urin, keringat dan air. Fungsi utama organ eksresi adalah menjaga konsentrasi ion (Na+, K+, Cl-, Ca++ dan H+), menjaga volume cairan tubuh (kandungan air), menjga konsentrasi kandungan osmotik, membuang hasil akhir metabolism (urea, asam urat) dan mengeluarkan substansi asing atau produk metabolismnya (Dahelmi, 1991). Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan penyaring. Gula mempunyai gugus aldehid dan keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis menjadi koprooksida yang tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang terdapat di urin (Montgomery, 1993). Menurut Wulangi (1990), menyatakan bahwa analisa urin itu penting, karena banyak penyakit dan gangguan metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang terjadi didalam urin. Zat yang dapat dikeluarka dalam keadaan normal tidak terdapat adalah glukosa, aseton, albumin, darah dan nanah. Test urine bertujuan untuk memeriksa komponen yang berbeda dari urine sebagai produk buang dari ginjal. Test urine yang teratur dilakukan untuk menemukan gejala-gejala penyakit. Hasil test dapat member informasi tentang kesehatan dan maslah seseorang. System rennin-

angiotensin-aldosteron (RAAS) on (RAAS) supaya bagian dari putaran umpan baliks kompleks yang berfungsi dalam homeostatis (Watimena, 1989). Zat tertentu yang terdapat didalam urin, meskipun dalam keadaan normal zat tersebut tidak tampak. Seperti glukosa, asaton, albumin, darah dan nanah. Berbagai keadaan ketidaknormalan komponen urin adalah : (a) Glikosuria, yaitu terdapatnya glukosa dalam air kemih. Hal ini merupakan gejala terlalu banyak makan gula, meningkatkan aktifitas kelenjar adranal yang mengakibatkan banyak penguraian glikogen dan pembebasan glukosa dari hati, hipoinsulin, yaitu berkurangnya jumlah insulin (b) Aseonaria, adalah terdapatnya senyawa keton dalam urin karena terlalu banyak mengkonsumsi lemak atau jumlah karbohidrat yang tersedia untuk pembakaran berkurang. Aseton juga terbentuk saat keadaan lapar. (c) Proteinuria, adalah salah satu keadan dimana satu macam protein plasma yang terdapat dalam urin. Seperti terdapatnya albumin dalam urin (albuminaria). Hal ini menunjukan gejala penyakit (d) hematuria, yaitu terdapatnya darah dala urin karena infeksi pada ginjal atau salah satu air kemih (Walungi, 1990). 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum analisis urine ini adalah untuk membandingkan kadar glukosa urine diabetes dengan urine normal dan untuk melihat sedimen yang terdapat pada urine. II. TINJAUAN PUSTAKA Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Anonimous, 2011). Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat (Anonimous, 2011). Urine dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan fungsinya secara homeostatik. Sifat dan susunan urin dipengaruhi oleh faktor fisiologis, misalnya masukan diet, bebagai proses dalam tubuh, suhu lingkungan, stress, mental dan fisik (Scanlon dan Sanders, 2000). Faktor yang mempengaruhi urin adalah: 1)jumlah air yang diminum, 2) sistem saraf, 3) hormon ADH, 4)banyak garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan osmosis tetap, 5)pada penderita diabetes mellitus, pengeluaran glukosa diikuti oleh kenaikan volume urin (Thenawijaya, 1995).

Pembentukan urin pada Vertebrata melalui tiga proses, yaitu(1) ultrafiltrasi glomerular,(2)reabsorpsi tubular, dan (3)sekresi tubular. Pada manusia, secara normal kecepatan filtrasi glomerular mencapai 120 ml per menit, dan ultra filtrat yang terbentuk setiap hari rata adalah 200 liter, sedangkan urin yang dikeluarkan hanya 1,5 sampai 2 liter per hari (Wulangi, 1990). Ginjal semua Vertebrata: ikan, amfibi, reptil, burung dan mamalia, dalam hal prinsip-prinsip fungsi filtrasi-reabsorpsi dan sekresi tubular adalah sama. Ada keuntungan dan kerugian mekanisme filtrasi. Ultrafiltrasi primer mengandung semua senyawa yang ada dalam darah, kecuali zat-zat bermolekul besar, misalnya protein. Banyak senyawa yang difiltrasi masih berguna bagi hewan misalnya asam amino, glukosa, vitamin dan senyawa tersebut tidak boleh dibuang. Oleh karena itu zat-zat tersebut harus direabsorpsi (Wulangi, 1990). Ginjal filtrasi-reabsorbsi dapat memproses cairan tubuh dalam jumlah besar, dan sering lebih dari 99 % volume yang difilter direabsorbsi dan kurang dari 1 % disekresikan sebagai urin. Ginjal semua vertebrata terdiri atas unit-unit fungsional yang disebut nefron. Pada manusia setiap ginjal tersususn atas satu juta nefron. Nefron merupakan unit fungsional ginjal, yaitu unit paling kecil didalam ginjal yang mampu melakukan fungsi ginjal, yaitu membentuk urin dan dengan fungsi tersebut nefron juga memelihara kekonstanan komposisi cairan ekstraseluler tubuh (Wulangi,1990). Zat buangan yang mengandung nitrogen pada umumnya merupakan hasil metabolisme protein dan asam nukleat. Misalnya amino adalah zat buangan yang asalnya dari deaminasi asam amino (Scanlon dan Sanders, 2000). Deaminasi merupakan suatu proses pemisahan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang dibarengi dengan oksidasi dari molekul yang tersisa membentuk karbohidrat. Amino yang terbentuk kemudian digunakan untuk pembentukan adenine dan guanine, diubah menjadi urea, suatu zat yang besifat larut dalam air (Kimball,1991). 2 NH3 + CO2 Amino C=O + H2O urea

Kadar normal urea dalam darah mamalia adalah 2,5-6 mmol per liter darah. Sumber utama zat buangan mengandung nitrogen dari deaminasi asam amino akan menghasilkan amino yang bersifat sangat toksik dan karena itu harus dibuang. Karena bersifat sangat larut dalam air, amino dapat segera dikeluarkan dari dalam tubuh dan tidak berbahaya serta aman bila diencerkan dengan air (Scanlon dan sanders, 2000). Jumlah urin dihasilkan seseorang oleh jumlah air yang dimimun, syarat, ADH banyak garam yang harus dikeluarkan di dalam tubuh agar tekanan osmotiknya stabil apada penderita diabetes mellitus pengeluaran glukosa yang diikuti kenaikan volume urine. Ginjal berperan dalam pengaturan dalam karakteristik cairan tubuh termasuk ; volume darah, cairan luar sel, osmodalitas cairan tubuh konsentrasi spesifik berbagai keseimbangan asam basa (Kimball, 1996). Setiap hari lebih kurang 1500 liter darah melewati ginjal untuk disaring dan terbentuklah lebih kurang 150- 170 liter urin primer. Meskipun demikian hanya 1- 1,5 liter urine yang kita keluarkan setiap hari. Banyak sedikitnya urine seseorang dikeluarkan setiap harinya

dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut: zat-zat diuritict seperti kopi dan alcohol dan akan menghambat reabsorsi ion Na+ sehingga reabsorsi terhambat dan volume air meningkat, urine yang dikeluarkan menjadi lebih banyak. Suhu yang tinggi akan menurunkan volume air dalam tubuh, aliran darah dalam filtrasi menurun sehingga mengurangi volume urine (Kimball, 1996). Analisa urine yang teratur meliputi test berikut: warna kejernihan, bau, berat jenis dan adanya sustansi lain. Hal hal yang mempengaruhi warna yaitu keseimbangan cairan, makanan, obatobatan dan penyakit. Jernih atau keruhnya urine menunjukkan kadar air di dalam tubuh. Vitamin B dapat mengenbalikan warna kuning cerah urine. Urin tidak normal memiliki bau yang sangat menyengat. Berat jenis urine menunjukkan sejumlah substansi yang terkandung di dalamnya. Makin tinggi berat jenis maka semakin banyak mater atau partikel yang terkandung didalamnya. Protein dan gula biasanya tidak ditemukanan di dalam urine. Glukosa dapat ditemukan pada urine jika terjadi kerusakab pada ginjal (Sabariah, 1995). Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obatobatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl (Anonimous, 2011). Terdapat dua jenis diabetes utama : Jenis 1 Diabetes atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (bergantung pada Insulin), Biasanya berlaku pada kanak-kanak dan remaja dan tidak dapat menghasilkan insulin. Jenis 2 Diabetes atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (tidak bergantung pada insulin), jenis paling biasa ditemui dan lebih daripada 90% penghidap diabetes adalah pada orang yang berumur dan berat badan berlebihan (Anonimous, 2011). Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah (Anonimous, 2011). Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl. Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal. Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa

diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl (Anonimous, 2011). III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum analisis urine ini dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 21 september 2011 di Laboratorium Teaching II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum analisis urine ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, tester urine, penangas air, sentrifus dan mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan adalahurine penderita diabetes melitus, urine normal dan benedict. 3.3 Cara kerja 3.3.1 Pemeriksaan glukosa ( Uji benedick ) Disediakan 2 tabung reksi, kemudian dimasukkan larutan benedict sebanyak 2,5 ml dan dipanaskan selama 10 menit. Pada tabung pertama ditambahkan 4 tetes urin penderita diabetes. Pada tabung kedua ditambahkan 4 tetes urine normal kemudian dihomogenkan dan diamati perubahan warna yang terjadi pada kedua tabung reaksi. 3.3.2 Pemeriksaan glukosa dengan tester urine Urine penderita diabetes dan urine normal masing-masingnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dicelupkan tester urine selama 30 detik. Keluarkan tester urine dan diamati perubahan warna yang terjadi pada tester urine. 3.3.3 Uji sedimen urin Disediakan 2 tabung reaksi, diisi masing-masingnya dengan urin penderita diabetes dan urine normal, kemudian disentrifuse selama 5 menit, setelah itu diambil 1 tetes sedimen yang terbentuk, diamati di bawah mikroskop dan digambar sedimen yang terdapat pada kedua sample urin tersebut dan bandingkan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pemeriksaan glukosa ( Uji benedick )

Tabung

Warna larutan

Kadar glukosa

Biru

0,5 %

II

Biru

0,5 %

4.1.2 Pemeriksaan glukosa dengan tester urine

Tester

Kadar glukosa

Protein

Urine penderita diabetes

0,5 %

trace

Urine normal

0,5 %

negatif

4.1.3 Uji sedimen urin Didapatkan bentuk-bentuk sedimen urin sebagai berikut : Urin penderita diabetes

Cystine

Serat tumbuhan

Benang lendir Silinder bergranule

Urine normal

Kristal

Serat tumbuhan

Benang lendir

4.2 Pembahasan

Pada tabung I yang berisi urine diabetes dan tabung II yang berisi urine normal memiliki kadar glukosa sama, yaitu 0,5 %. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh urine penderita diabetes yang di uji adalah penderita yang baru siap terapi segingga kadar glukosanya rendah. Menurut Soebroto (1989) seperti tabel berikut :

Penilaian Warna akhir

Kadar glukosa

Biru

Hijau kekuningan

0,5-1 %

++

Kuning keruh

1-1,5%

+++

Jingga

2-3,5 %

+++

Merah keruh

> 3,5 %

Menurut Despopoulus (1998), urine yang ditambahkan larutan glukosa akan memberikan hasil reaksi berupa warna. Semakin tinggi konsentrasi glukosa diberikan maka perubahan warna yang terjadi akan semakin pudar. Hal ini didukung oleh Nielsen (1979), reaksi pemberian glukosa terhadap urine menusia normal akan menyebabkan naiknya kadar gula pada urine manusia normal akan menyebabkan naiknya kadar gula pada urine sehingga akan terjadi perubahan warna jika sebelumnya diperlakukan dengan benedict. Pada uji tester didapatkan hasil yang sama dengan uji benedict, yaitu kadar glukosa pada urine penderita diabetes dan urine normal sama. Namun, protein yang terdapat pada urine penderita diabetes adalah protein tace, sedangkan protein yang terdapat pada urine normal adalah negative. Hal ini sesuai dengan literature yaitu Protein dan gula biasanya tidak ditemukan pada urine jika terjadi kerusakan pada ginjal (Sabariah, 1995). Analisa urine yang teratur meliputi test sebagai berikut: warna, kejernihan, bau, berat jenis dan adanya sustansi lain. Hal hal yang mempengaruhi warna yaitu keseimbangan cairan, makanan, obat0obatab dan penyakit. Jernih atau keruhnya urine menunjukkan kadar air di dalam tubuh. Vitamin B dapat mengembalikan warna kuning cerah urine. Urine yang tidak normal memiliki bau yang sangat menyengat. Berat jenis urine menunjukkan sejumlah substansi yang terkansung di dalamnya. Makin tinggim berat jenis maka semakin banyak mater atau partikel yang terkandung di dalamnya (Sabariah, 1995).

Sedimen yang terdapat pada urine penderita diabetes lebih bayak daripada urine normal. Menurut Wilson (1979), urine normal akan mengandung Leucine dan Kristal lena. Namun pada praktikum yang terlihat hanya lapisan sareat tumbuhan, sedangkan didalam urine yang diduga sakit akan mengandung Kalsium Oksalat, Dialomen, lapisan mukosa, serta leukosit dan Kristal posfat. Pada urin orang normal terdapat bentuk benang lendir, phosfat amorf dan urin amorf. Hal ini disebabkan oleh sekresi tubular, selain mereabsorpsi zat-zat dalam jumlah besar dari filtrat plasma, tubulus ini juga dapat mensekresikan zat-zat tertentu kedalam cairan tubular (Wulangi, 1990). Kristal dalam urine tidak selalu berhubungan dengan adanya batu di saluran kemih, kristal merupakan hasil metabolisme normal dari tubuh. Jenis makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin serta banyaknya makanan yang dikonsumsi akan mempengaruhi adanya kristal dalam urine. Epitel ibarat batu bata di dinding saluran kemih kita, jumlahnya akan meningkat apabila didapatkan adanya infeksi,radang dan batu saluran kemih. Bahan terakhir yang diperiksa dari urine lengkap ini adalah adanya benda-benda keton (keton bodies). Benda ini terdiri dari aseton,asam asetoasetat dan asam 13-hidroksibutirat. Puasa yang lama,diabetes mellitus (kencing manis) dan gangguan metabolisme lemak akan meningkatkan jumlah benda keton dalam urine (Anonimous, 2011). V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan : 1. Kadar glukosa pada urin penderita diabetes lebih tinggi daripada kadar glukosa pada urine normal. 2. Protein pada urin penderita diabetes adalah protein trace, sedangkan pada urine normal adalah negative. 3. Uji benedict dan tester didapatkan hasil yang sama. 4. Sedimen pada urin penderita diabetes lebih banyak daripada sedimen pada urine normal. 5.2 Saran Dalam melakukan praktikum analisis urine ini, disarankan kepada praktikan untuk teliti dan menggunakan masker. Hal yang tidak dimengerti, ditanyakan lansung kepada asisten. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2011. Gudanginspirasi.wordpress.com/2011//membaca-tes-urinelengkap. Diakses tanggal 27 september 2011 Juncquiera, L, Carlos dkk. 1997. Histologi Dasar. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran Montgomery, Rex dkk. 1993. Biokimia jilid I. Yogjakarta : Gajah Mada University Press Probosunu, N. 1994 . Fisiologi Umum. Yogjakarta : Gajah Mada University Press

Soebroto ,G. 1989. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian rakyat Kimball, Jonh W. 1991. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga: Jakarta Thenawijaya, M. 1995. Uji Biologi. Erlangga: Jakarta Wulangi, Kartolo. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB: Bandung Dahelmi. 1991. Fisiologi Hewan. UNAND. Padang. Despopoulus,A. 1998. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Hipokratea: Jakarta Kimball, J.W. 1996. Biologi. Erlangga : Jakarta. Sabariah, Ike. 1995. Penuntun Biologi. Ganesha exact. Bandung Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Wattimena,JR dan Elin Yuilinah S. 1989. Fisiologi Manusia II Sistem Transfort dan Metabolisme. ITB : Bandung Wilson, J. A. 1979. Prinsiple of Animal Physiology. Collier Mc Millan. S Publisher:London
About these ads

Laporan Fisiologi Hewan


Judul Praktikum Tanggal Praktikum Tujuan : EKSKRESI (Pemeriksaan Urin) : 18 Oktober 2012 :

Memeriksa kandungan glukosa, albumin, klorida dalam urin Mengenal bau ammonia dari hasil penguraian urea dalam urin Membuktikan kandungan urea dalam urin Membandingkan hasil uji glukosa, albumin, klorida dan urea pada beberapa urin orang normal dengan urin yang dibri perlakuan. A. Landasan Teori

Tubuh melakukan begitu banyak proses metabolisme, seperti pencernaan, respirasi, dan sebagainya. Proses itu pada akhirnya akan menghasilkan limbah yang jika tidak dikeluarkan akan menyebabkan penyakit.limbah yang dihasikan bermacammacam bentuknya, mulai dari gas, cair, dan padat. Untuk itu kita memerlukan organ pengeluaran (ekskresi). (Biologi, 2006) Ekskresi adalah proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya.[1] Ekskresi merupakan proses yang ada pada semua bentuk kehidupan. Pada organisme bersel satu, produk buangan dikeluarkan secara langsung melalui permukaan sel. Organisme multiselular memiliki proses ekskresi yang lebih kompleks. (Pudjiadi, Anna. 1994) Sistem ekskresi adalah sistem pembuangan zat-zat sisa pada makhluk hidup seperti karbon dioksida, urea, racun dan lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_ekskresi) Fungsi utama organ Ekskretori adalah: 1. Mempertahankan bahan terlarut yang sesuai bagi kebutuhannya, 2. Mempertahankan volume tubuh (kandungan cairan) 3. Membuang hasil akhir metabolisme, 4. Membuang bahan-bahan asing atau produk metabolisme bahan tersebut. (Goenarso Darmadi, 2005) Organ atau alat-alat ekskresi pada manusia terdiri dari: 1. Paru-paru Paru juga merupakan salah satu alat ekskresi. Karena paru-paru mengeluarkan gas CO2 dan uap air. Pada prinsipnya, pengngkutan CO2 terjadi melalui tiga cara, yaitu terlarut dalam plasma darah (7-10%), berikatan dengan hemoglobin (20%), dan dalam bentuk ion HCO3- (70%) melalui proses berantai yang disebut pertukaran klorida. (Prawihartono ) 2. Hati Hati merupakan salah satu alat ekskresi karena hati mengeluarkan urea dan amonia ke luar tubuh. Hati terletak di rongga perut bagian kanan di bawah diafragma. Hati berwarna merah tua kecoklatan dengan berat sekitar 2 kg. Organ hati merupakan satu-satunya kelenjar yang menghasilkan enzim arginase yang berfungsi untuk

menguraikan asam amino arginin menjadi asam amino ornitin dan urea. Ornitin yang terbentuk berfungsi mengikat NH3 dan CO2 yang bersifat racun. Dalam sel-sel tubuh, ornitin diubah menjadi asam amino sitrulin. Sitrulin berperan mengikat NH3 menjadi arginin yang hanya dapat diuraikan didalam hati, sedangkan yrea dari hati diangkut ke ginjal untuk dikeluarkan bersama urine (Thiboedeau et al, 1999; Marieb 2004) 3. Kulit Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Karena kulit mengeluarkan keringat. Keringat keluar melalui pori-pori kulit. Keringat mengandung air dan garam-garam mineral. Fungsi kulit: Alat pengeluaran(ekskresi) dalam bentuk keringat. Pelindung tubuh dari gangguan fisik(sinar, tekanan, dan suhu), gangguan biologis(jamur), dan gangguan kimiawi. Mengatur suhu badan. Tempat pemberntukan vitamin D dari provitamin D dengan bantuan sinar matahari. Tempat menyimpan kelebihan lemak. Sebagai indra peraba. (Hadiani) Bagian-bagian kulit:

1. Epidermis(lapisan kulit ari) Merupakan bagian terluar yang sangat tipis. Bagian ini terdiri dari dua lapisan, yaitu: a. Lapisan tanduk/stratum korneum

Lapisan paling luar dan tersusun dari sel yang telah mati.

Mudah terkelupas.

Tidak memiliki pembuluh darah dan syaraf sehingga tidak terasa sakit dan tidak mengeluarkan darah bila lapisan ini mengelupas.

b. Lapisan malpighi

Tersusun dari sel-sel hidup.

Terdapat pigmen yang memberikan warna kulit dan melindungi dari sinar matahari. Terdapat ujung syaraf.

2. Dermis(lapisan kulit jangat)

Lapisan dermis lebih tebal dibandingkan lapisan epidermis. Di lapisan ini terdapat bagian-bagian berikut:

Pembuluh darah untuk mengangkut zat-zat makanan ke rambut. Kelenjar keringat menghasilkan keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori kulit. Ujung syaraf. Yang terdiri dari korpuskulus pacini(reseptor tekanan), korpuskulus meissners(reseptor raba/sentuhan), korpuskulus ruffini(reseptor panas), reseptor rasa nyeri, dan korpuskulus krause(reseptor dingin). Kelenjar minyak. Menghasilkan minyak yang berfungsi untuk meminyaki rambut dan kulit agar tidak kering. Kantong rambut merupakan tempat tertanamnya akar rambut.

3. Jaringan bawah kulit(subkutaneus) Pada jaringan ini terdapat lemak yang berfungsi menahan panas tubuh dan melindungi tubuh bagian dalam dari benturan. (untuk lebih jelasnya, lihat selengkapnya dalam gambar bagian-bagian dan anatomi kulit) Faktor-faktor pemicu keringat: 1. Peningkatan aktifitas tubuh 2. peningkatan suhu lingkungan 3. guncangan emosi 4. syaraf 4.Ginjal Dunia kedokteran biasa menyebutnya ren (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang merah, berjumlah sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm. Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus.

Fungsi ginjal

Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang Proses pembentukan urine Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi. 1. Penyaringan (filtrasi) Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan. Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.

Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya 2. Penyerapan kembali (reabsorbsi) Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin.

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zatzat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea. 3. Augmentasi Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/18/sistem-ekskresi-pada-manusia/ 1. Urin Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, 2. Komposisi Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

Urine itu kan dinamai seperti itu karena komposisi utamanya adalah urea, CO(NH2)2. Pemanasan larutan urea tujuannya untuk mempercepat hidrolisis urea. Pada suhu kamar, urea juga dapat terhidrolisis tapi lambat. Jadi kamar mandi butuh beberapa waktu tidak disiram dulu baru berbau amonia. CO(NH2)2(aq) + H2O(l) -> CO2(g) + 2NH3(g) Hidrolisis artinya penguraian oleh air. Pada kebanyakan reaksi, air juga ikut bereaksi. Pemanasan hanya mempercepat reaksi di atas. Urin yang tidak dipanaskan juga urea bisa terurai sendiri menjadi amonia yang berbau pesing. 3. Fungsi Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat. 4. Kegunaan lain. Dukun Aztec menggunakan urin untuk membasuh luka luar sebagai pencegah infeksi dan diminum untuk meredakan sakit lambung dan usus. Bangsa Romawi Kuno menggunakan urin sebagai pemutih pakaian. Di Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah mengkonsumsi fly agaric (sejenis jamur beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan kematian) atau sejenisnya untuk berkomunikasi dengan roh halus. Dahulu di Jepang, urin dijual untuk dibuat menjadi pupuk. Penggunaan urin sebagai obat telah dilakukan oleh banyak orang, diantara mereka adalah Mohandas Gandhi, Jim Morrison, dan Steve McQueen. 5. Sejarah Warna kuning keemasan dalam urin pernah dianggap berasal dari emas. Para ahli kimia menghabiskan banyak waktu untuk mengekstrak emas dari urin yang akhirnya justru menghasilkan white phosporous, yang ditemukan oleh ahli kimia Jerman, Hennig Brand di tahun 1669 ketika ia sedang mendistilasi urin yang difermentasikan. Pada tahun 1773, ahli kimia Perancis, Hilaire Rouelle, menemukan urea ketika ia mendidihkan urin hingga kering.

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk mem-buang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental ber-warna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 7,5, urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 1,035. Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism le-mak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb) Volume urin normal per hari adalah 900 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor di antaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang. a. Keruh. Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral. b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat. c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis. d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak ter-dapat dalam minuman berenergi. (http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/18/sistem-ekskresi-pada-manusia/) B. Alat dan Bahan Alat Bahan

Tabung reaksi Pipet tetes Bunsen Kaca objek

Sampel urin Larutan benedict Asam nitrit pekat Larutan AgNO3 10% Asam oksalat Larutan natrium hipobromida

C. Cara Kerja a. Glukosa dalam urin didihkan 5 ml larutan benedict dalam tabung reaksi. Tambahkan 8 tetes urin kedalam larutan benedict, kemudian panaskan lagi selama 1-2 menit

Amati peubahan warna (endapan) yang terjadi

- hijau kadar : kadar Glukosa 1%

Oranye : kadar glukosa 2%

merah

: kadar Glukosa 1,5%

Kuning : kadar glukosa 5%

b. Albumin dalam Urin Masukkan 3 ml asam nitrit pekat kedalam tabung reaksi, miringkan tabung reaksi tersebut

Teteskan urin secara perlahan sehingga urin turun melalui sepanjang tabung. Bila urin mengandung albumin akan terlihat adanya cincin berwarna putih yang terdapat pada daerah kotak urin dan asam nitrit

c. Klorida dalam urin

masukkan 5ml urin kedalam tabung reaksi kemudian tetesi dengan larutan AgNO3

Amati perubahan yang terjadi ! (endapan putih menunjukkan endapan klorida radikal)

d. Amonia dalam Urin

Masukkan 1 ml urin kedalam tabung reaksi, kemudian panaskan dengan Bunsen. Ciumlah bagaimana baunya

e. Urea dalam Urin

teteskan beberapa tetes urin pada gelas objek, kemudian hadapkan kea rah cahaya matahari, biarkan sebagian urin tersebut menguap

Tambahkan setetes larutan jenuh asam oksalat. Tambahkan beberapa tetes larutan natrium hipobromida. Pemuaian nitrogen tampak akibat dekomposisi urea

D. Hasil Pengamatan 1. Sampel Urine : Obesitas. Glukosa : Warna: Hijau (Kadar glukosa 1%). Albumin : Intesitas bau + +. Amonia : Ada cincin 2. Sampel Urine : Antibiotik. Glukosa : Terdapat cincin. Albumin :Kuning (Mengandung Glukosa 5%). Amonia : Baunya + + +

3. Sampel Urine : Diabetes. Glukosa : Kuning (mengandung glukosa 5%). Albumin : Terdapat Cincin. Amonia : Baunya ( + ) 4. Sampel Urine : Perokok. Glukosa : Hijau= Kadar glukosa 1%.Albumin : Tidak ada cincin berwarna putih. Amonia : +++ 5. Sampel Urine : Vegetarian. Glukosa : Warna: Hijau kadar glukosa 1%. Albumin : Terdapat adanya cincin berwarna putih yang terdapt pada daerah kotak urin. Amonia : Bau: Menyengat (+++). 6. Sampel Urine : Anak SD. Glukosa : Endapan berwarna hijau dengan kadar glukosa 1%. Albumin : Tidak terdapat cincin. Amonia : Bau urine tidak terlalu menyengat +1. 7. Sampel Urine : Nenek 70 tahun. Glukosa : Berwarna hijau mengandung kadar glukosa 1%. Albumin : Diantara urin dan asam nitrit terdapat buletan berupa cincin. Amonia : +++. 8. Sampel Urine : Kakek peminum Kopi. Glukosa : Hijau 1%. Albumin : Ada cincin berwarna putih. Amonia : Dipanaskan bau sedikit menyengat (+).

Pembahasan Berdasarkan Hasil Pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Pada uji glukosa menggunakan larutan benedict yang ditambahkan urin dan dipanaskan didapatkan hasil yaitu : Hijau (Kadar Glukosa 1 %) : Urin Kakek Peminum Kopi, Urin Nenek-Nenek Usia Kurang Lebih 70 Tahun, Urin Perokok Aktif, Urine Anak Sd, Urine Obesitas dan Urin Vegetarian. Merah (kadar glukosa 1,5%) : tidak ada Oranye (kadar glukosa 2%) : tidak ada Kuning (kadar glukosa 5% ) : Urine Pengonsumsi Antibiotik, Urine Yang Menderita Diabetes. Dapat disimpulkan bahwa pada urine pengonsumsi antibiotik dan urine yang menderita diabetes kadar glukosa dalam urine tinggi sebesar 5% hal ini bisa disebabkan dikarenakan kekurangan optimal ginjal dalam penyaringan , atau karena pankreas tidak menghasilkan atau hanya sedikit menghasilkan hormon insulin yang dapat membantu pengubahan glukosa menjadi glikogen.. Sedangkan pada sample

selain yang dua tadi berwarna hijau menandakan kadar glukosa diurine masih cenderung normal. 2. Pada Uji albumin dalam urine yang menggunakan asam nitrit pekat yang ditetesi urin diperoleh data yaitu : Terdapat cincin : Urine yang Menderita Diabetes, Urin Kakek Peminum Kopi, Urin Nenek-Nenek Usia Kurang Lebih 70 Tahun Urine Pengonsumsi Antibiotik ,Urine Obesitas, Urin Vegetarian. Tidak terdapat cincin : Urin Perokok Aktif, Urine Anak Sd. Jadi dapat disimpulkan dari hasil pengamatan pada penderita diabetes , kakek peminum kopi, nenek usia 70 tahun, pengonsumsi antibiotik , obesitas dan vegetarian didalam urin nya mengandung albumin, dimana albumin adalah protein yang ada dalam darah yang diperlukan oleh tubuh untuk memelihara dan memperbaiki jaringan. 3. Pada uji amonia urin yang dipanaskan diperoleh data sebagai berikut: Plus satu : urin diabetes, urin kakek peminum kopi, urin anak sd Plus dua : urin obesitas Plus tiga : urin pengonsumsi antibiotik, urin vegetarian, urin perokok aktif, urin nenek berusia 70 tahun. Semakin menyengat bau urin tersebut maka kandungan amonianya tersebut semakin tinggi. E. Pertanyaan dan Jawaban

1. Bandingkan hasil pengamatan pada urin orang normal dengan urin orang yang diberi perlakuan, jelaskan mengapa demikian (manfaatkan data profil pemilik sampel urin yang diuji) ! 2. Bagaimana siklus glukosa dalam tubuh. Jelaskan siklus tersebut ! 3. Bagaimana kadar glukosa dalam darah setelah beberapa saat kita makan. Bagaimana hubungan darah dengan kadar glukosa optimum darah ? 4. Bagaimana hubungan antara kadar albumin yang tinggi dalam urin dengan kondisi kesehatan yang bersangkutan ?

5. Klorida yang terkandung dalam urin berasal dari apa ? jelaskan ! 6. Apakah klorida selalu terdapat dalam urin ? jelaskan ! 7. Berasal dari apa ammonia yang terdapat dalam urin ? jelaskan ! 8. Jelaskan bagaimana terbentuknya urea dalam tubuh !

Jawaban 1. Pada sample orang normal yaitu anak sd pada saat diuji glukosanya berwarna hijau menandakan kadar glukosa di urine masih cenderung normal dan pada saat uji albumin tidak ditemukan cincin dan pada saat uji ammonia intensitas baunya +1. Sedangkan pada urin yang sudah diberikan perlakuan hasilnya beda-beda tergantung dari kondisi urin yang diamati misalnya pada penderita penyakit diabetes, obesitas, dll tentu hasil uji glukosa, albumin dan amonianya pun berbeda dengan orang normal (untuk lebih jelasnya bisa dilihat di hasil pengamatan). 2. Glukosa berasal dari pemecahan amilum dan maltosa. Glukosa masuk siklus glikolisis menghasilkan asam piruvat, kemudian masuk daur krebs dan transpor elektron untuk menghasilkan energi berupa ATP. 3. Akan meningkat. Karena saat kita makan makanan yang mengandung karbohidrat, karbohidrat akan diubah jadi glukosa. Glukosa ini akan dibawa oleh darah atau dapat disimpan dalam bentuk glikogen otot dan hati jika kadar gula dalam darahnya berlebih. 4. Albumin merupakan molekul yang mempunyai berat molekul yang besar. Apabila dalam urin seseorang terdapat albumin, maka hal tersebut menunjukkan indikasi adanya kerusakan pada membran kapsul endhotollium. Selain itu, hal tersebut dapat disebabkan oleh iritasi sel ginjal dikarenakan masuknya substansi seperti bakteri, eter, atau logam berat. 5. Chlorida yang terdapat dalam urine berasal dari makanan yang mengandung garam (NaCl). 6. Ya, karena hampir semua makanan yang dimakan mengandung garam (NaCl) 7. Amonia adalah hasil deaminasi asam amino yang terjadi terutama di dalam hati dan ginjal. 8. Urea dalam tubuh terbentuk sebagai hasil samping metabolisme protein. Urea berasal dari bahan organik seperti asam amino dan purin. Pembentukannya terjadi di hati. Urea sangat larut dalam air dan sifat racunnya lebih kecil dari amonia. Terdapat 3

macam asam amino yang berperan dalam pembentukan urea, yaitu Ornitin, Sitrulin, dan Arginin. F. Kesimpulan Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada urine pengonsumsi antibiotik dan urine yang menderita diabetes kadar glukosa dalam urine tinggi sebesar 5% hal ini bisa disebabkan dikarenakan kekurangan optimal ginjal dalam penyaringan , atau karena pankreas tidak menghasilkan atau hanya sedikit menghasilkan hormon insulin yang dapat membantu pengubahan glukosa menjadi glikogen.. Sedangkan pada sample selain yang dua tadi berwarna hijau menandakan kadar glukosa diurine masih cenderung normal. Dari hasil pengamatan pada penderita diabetes , kakek peminum kopi, nenek usia 70 tahun, pengonsumsi antibiotik , obesitas dan vegetarian didalam urin nya mengandung albumin, dimana albumin adalah protein yang ada dalam darah yang diperlukan oleh tubuh untuk memelihara dan memperbaiki jaringan. Pada uji amonia urin yang dipanaskan diperoleh data sebagai berikut: Plus satu : urin diabetes, urin kakek peminum kopi, urin anak sd Plus dua : urin obesitas Plus tiga : urin pengonsumsi antibiotik, urin vegetarian, urin perokok aktif, urin nenek berusia 70 tahun. Semakin menyengat bau urin tersebut maka kandungan amonianya tersebut semakin tinggi. G. Daftar Pustaka Hadiani, hadiat. Diktat Biologi 3. Penerbit : Videals Prawihartono, Slamet. Sains Biologi. Bumi aksara : Jakarta

Pudjiadi, Anna. 1994 Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia Pers : Jakarta Goenarso, Darmadi. 2005. Fisiologi Hewan . Jakarta: Universitas terbuka. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_ekskresi) http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/18/sistem-ekskresi-pada-manusia/s

Proses ekskresi melalui ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan menjaga agar jumlah air dan ion yang masuk seimbang dengan yang keluar. Kondisi ini penting agar suasana melieu interieur (claude bernard) tetap sesuai untuk kelangsungan proses fisiologis di dalam sel atau yang disebut homeostasis (steady internal state: cannon). Ekskresi oleh ginjal memiliki peranan untuk: 1 Memilihara keseimbangan air 2 Memelihara keseimbangan elektrolit Na+, K+, Mg2+, Cl-, dan Ca2+. Ion Na+, Cl-, dan HCO3merupakan ion ekstraseluler, sedngkan K+ dan Mg2+ merupakan ion intraseluler. 3 Memelihara pH darah 4 Mengeluarkan limbah sisa-sisa metabolism yang merupakan racun bagi tubuh organsme seperti:

a.

Urea (CO(NH)2) berasal dari katabolisme asam amino pada proses glukoneogenesis menjadi senyawa bukan nitrogen dan senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen kemudian diubah menjadi ammonia yang agak toksik oleh enzim deaminasi. Selanjutnya di sel hati ammonia melalui siklus ornitin akan dikombinasikan dengan karbondioksida menjai urea yang tidak toksik dan kemudian dikeluarkan lewat ginjal. b. Asam Urat berasal dari nitrogen asam nukleat purin dan pirimidin. Kelebihan asam urat akan ditimbun pada persendian dan dapat menimbulkan nyeri sendi (gout). c. Kreatinin berasal dari kreati fosfat (sumber energy) yang banyak terdapat dalam otot .pemecahan kreati akan menjadi kreatinin, terutama ditemukan pada saat kondisi puasa.

DAFTAR PUSTAKA Delimann, H. Dieter dan Esther M. Brown. 1988. Buku Teks Histologi Veteriner.

Jakarta: UI Press.

Nurcahyo, Heru. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Soewolo, dkk. 2003. Common Textbook (Edisi Revisi) Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang. Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press.

Anda mungkin juga menyukai