DAFTAR ISI
Hal..
BAB I SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT 2
BAB II SISTEM AKUNTANSI BUN 9
BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI SAPP 19
BAB IV PROSEDUR AKUNTANSI 40
BAB V JURNAL STANDAR SiAP 69
BAB VI JENIS-JENIS LAPORAN 88
1
BAB I
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
I. PENDAHULUAN
I.1. Umum
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 8
menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal,
Menteri Keuangan mempunyai tugas antara lain menyusun laporan keuangan yang
merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 ayat (2)
menyatakan bahwa Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan
yang meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan
negara dan badan lainnya.
2
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55
ayat (1) menyatakan bahwa Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam
rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
I.2. Tujuan
Tujuan modul Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat adalah untuk memberi petunjuk
umum dalam menyelenggarakan:
SAPP berlaku untuk seluruh unit organisasi pada Pemerintah Pusat dan unit
akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi
dan/atau Tugas Pembantuan yang dananya bersumber dari APBN serta
pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
I.3.2.Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari:
b. Perusahaan Umum.
b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi
4
yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan
terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
a. Basis Akuntansi
c. Dana Tunggal
5
terhadap transaksi keuangan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan
anggaran, pertanggungjawaban, akuntansi, dan pelaporan keuangan.
Menteri
Keuangan
Selaku Selaku
Pimpinan Bendahara
Departemen UA-BUN
Umum
Keuangan
Negara
b. Neraca Pemerintah
Merupakan penjelasan atau perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang
tersaji di dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca Pemerintah dan Laporan
Arus Kas.
8
BAB II
Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara
A. Latar Belakang
Dalam rangka usaha mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik dalam
penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara harus dilaksanakan secara
profesional, terbuka, dan bertanggungjawab sesuai dengan aturan pokok yang telah
ditetapkan di dalam UUD 1945. Presiden selaku kepala pemerintahan memegang
kekuasaan pengelolaan keuangan negara yang dikuasakan kepada Menteri Keuangan
selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang
dipisahkan.
Sejalan dengan hal itu Menteri Keuangan bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan
kewajiban negara secara nasional. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
(BUN) dan pejabat lain yang ditunjuk sebagai kuasa BUN bukan hanya sebagai kasir yang
hanya berwenang melaksanakan penerimaan dan pengeluaran negara tanpa berhak
menilai penerimaan dan pengeluaran anggaran tersebut melainkan juga sebagai
pengawas keuangan, dan manajer keuangan.
Disamping kewenangan tersebut, juga diatur prinsip-prinsip yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan kas, perencanaan penerimaan dan pengeluaran,
pengelolaan utang piutang, investasi, dan barang milik negara. Selain itu Menteri
Keuangan mempunyai kewenangan untuk mengatur dan menyelenggarakan rekening
pemerintah, menyimpan uang negara dalam rekening kas umum negara pada bank
sentral, serta ketentuan yang mengharuskan dilakukannya optimalisasi pemanfaatan dana
pemerintah.
Untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara, Menteri Keuangan selaku pengelola
fiskal menyusun laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan tentang
pelaksanaan APBN secara tepat waktu dan memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
1. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dihasilkan melalui proses akuntansi, yang
terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas
(LAK) disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
2. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
3. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang dihasilkan melalui Sistem Pengendalian
Intern yang memadai.
9
Agar informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dapat
memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara
(SA-BUN) yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi
(SAI) yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga.
SA-BUN dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal
Perbendaharan terdiri dari :
1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) yang menghasilkan LAK,
Neraca KUN dan Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Kas dan Laporan
Perubahan Posisi Kas;
b. Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan LRA dan Neraca SAU;
2. Sistem Akuntansi Utang Permerintah dan Hibah (SA-UPH)
3. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP)
4. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP)
5. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD)
6. Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (SA- BSBL)
7. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK)
8. Akuntansi Badan Lainnya
10
seluruh satuan kerja di wilayah kerjanya setiap bulan. KPPN menyusun Laporan
Keuangan tingkat KPPN dan menyampaikannya beserta data akuntansi berupa
ADK ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan. Khusus KPPN yang memproses data
pengeluaran Bantuan Luar Negeri (BLN) menyampaikan Laporan Keuangan
beserta ADK-nya ke Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku kuasa Bendahara Umum Negara (BUN)
memproses transaksi penerimaan dan pengeluaran Kas Umum Negara melalui
BUN, serta menyampaikan laporan beserta ADK kepada Direktorat Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan.
11
menyampaikan laporan dan ADK kepada Direktorat Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan.
12
GAMBAR I
MEKANISME PELAPORAN SA-BUN
KPPN
1a
KANWIL
Ditjen
PBN
2
Dit.
Ditjen APK
PBN
7 3
6 5a
3a
BPK
5
Dit.
PKN
Entitas
BUN
4a 4b 4c 4d 4e 4f 4g
Keterangan:
: Penyampaian Laporan dan Data
: Pemeriksaan
: Rekonsiliasi
: Online Data
13
Penjelasan Bagan Arus Mekanisme Pelaporan SA-BUN:
1. KPPN mengirim semua file data setiap hari dan laporan keuangan setiap bulan ke
Kanwil DJPBN c.q. Bidang AKLAP sedangkan KPPN yang khusus memproses data
BLN mengirim semua file data setiap hari ke DAPK;
1a. KPPN setiap hari mengirim data transaksi ke Dit. APK;
2. Kanwil DJPBN menyampaikan file data dan laporan keuangan setiap bulan ke DAPK
sebagai bahan penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat;
3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (Dit. PKN) menyampaikan file data dan laporan
keuangan BUN setiap bulan ke DAPK sebagai bahan penyusunan laporan keuangan
pemerintah pusat;
3a. Dit. PKN melakukan Rekonsiliasi data dengan Dit. APK;
4. Seluruh Unit Akuntasi dibawah Unit Akuntansi Bendahara Umum Negara
menyampaikan:
4a. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang selaku UAPBUN-UH menyampaikan data
berupa laporan dan ADK ke Entitas BUN dalam rangka penyusunan laporan
keuangan gabungan Entitas BUN;
4b. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku UAPBUN-IP menyampaikan data
berupa laporan dan ADK ke Entitas BUN dalam rangka penyusunan laporan
keuangan gabungan Entitas BUN;
4c. Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman selaku UAPBUN-PP menyampaikan
data berupa laporan dan ADK ke Entitas BUN dalam rangka penyusunan laporan
keuangan gabungan Entitas BUN;
4d. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku UAPBUN-TD menyampaikan
data berupa laporan dan ADK ke Entitas BUN dalam rangka penyusunan laporan
keuangan gabungan Entitas BUN;
4e. Direktorat Jenderal Anggaran selaku UAPBUN-BSBL menyampaikan data berupa
laporan dan ADK ke Entitas BUN dalam rangka penyusunan laporan keuangan
gabungan Entitas BUN;
4f. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku UAPBUN-BL
menyampaikan laporan gabungan Badan Lainnya ke Entitas BUN dalam rangka
penyusunan laporan keuangan gabungan Entitas BUN;
4g. Unit Akuntansi yang mengelola Transaksi Khusus selaku UAPBUN-TK
menyampaikan data berupa laporan dan ADK ke Entitas BUN dalam rangka
penyusunan laporan keuangan gabungan Entitas BUN;
5. Entitas BUN menyampaikan Laporan Keuangan Gabungan dan ADK seluruh entitas di
bawah BUN ke Dit. APK sebagai bahan penyusunan laporan keuangan pemerintah
pusat;
6. Presiden c.q. Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan
menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat kepada BPK tiap semester dan
tahunan;
7. BPK melakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang
disampaikan Presiden.
14
B. Pengertian
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disebut APBN
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, yang masa berlakunya dari tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember tahun berkenaan.
2. Aktivitas Operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.
3. Aktivitas pembiayaan adalah aktivitas penerimaan kas yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran kas yang akan diterima kembali yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi investasi jangka panjang,
piutang jangka panjang, dan utang pemerintah sehubungan dengan pendanaan
defisit atau penggunaan surplus anggaran.
4. Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah
meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur
dalam satuan uang yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis
untuk satu periode.
5. Apropriasi adalah anggaran yang disetujui DPR yang merupakan mandat yang
diberikan kepada Presiden untuk melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai
tujuan yang ditetapkan APBN.
6. Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada Bendahara
Umum Negara.
7. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang termasuk sumber
daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat
umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya.
8. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
9. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut BUN adalah pejabat yang
diberi tugas untuk melaksanakan fungsi bendahara umum negara.
10. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
15
uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada
kantor / satker Kementrian Negara / Lembaga.
11. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA atau
dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA adalah dokumen pelaksanaan
anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja (satker)
serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan
berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran negara dan pencairan dana atas beban APBN serta dokumen
pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.
12. Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah.
13. Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi
seperti bunga, deviden, dan royalti atau memberikan manfaat sosial sehingga
dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
14. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang selanjutnya disebut
Kanwil Ditjen Perbendaharaan adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan.
15. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disebut KPPN
adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
16. Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.
17. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
18. Kebijakan Akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,
aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
19. Neraca pemerintah pusat adalah gabungan Neraca SAI dan Neraca KUN.
20. Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) adalah dokumen pelaksanaan anggaran
yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan bagi instansi dan
digunakan untuk memperoleh uang dari Bendahara Umum Negara guna
membiayai pengeluaran-pengeluaran selama periode otorisasi tersebut.
16
21. Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan, yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah.
22. Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah baik
penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
23. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum
Negara.
24. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum
Negara
25. Rekening Kas Umum Negara yang selanjutnya disebut Rekening KUN adalah
rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh
penerimaan negara dan atau membayar seluruh pengeluaran negara pada Bank/
Sentral Giro yang ditunjuk.
26. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) adalah sub sistem akuntansi
pusat yang mengelola transaksi-transaksi pusat yang berhubungan dengan
penerimaan dari pengeluaran negara untuk menghasilkan Laporan Arus Kas dan
Neraca KUN.
27. Sistem Akuntansi Umum (SAU) adalah sub sistem akuntansi pusat yang
menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU.
28. Sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) adalah selisih lebih antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode pelaporan.
29. Sisa kurang pembiayaan anggaran (SIKPA) selisih kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode pelaporan.
30. Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama
satu periode pelaporan.
31. Satuan Kerja Sementara yang selanjutnya disebut SKS adalah satker/ instansi
atau dinas/badan yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang
bersifat sementara di lokasi yang tidak ada satker Kementerian Negara/ Lembaga
terkait.
32. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut SPM adalah dokumen yang
diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain
yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen
lain yang dipersamakan.
17
33. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat
perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara
untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.
34. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-UP
adalah surat perintah membayar yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan dan membebani
MAK transito.
35. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya
disebut SPM-TUP adalah surat perintah membayar yang diterbitkan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran karena kebutuhan dananya
melebihi pagu uang persediaan dan membebani MAK transito.
36. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan yang selanjutnya
disebut SPM-GUP adalah surat perintah membayar yang diterbitkan oleh
Pengguna Anggaran /Kuasa Pengguna Anggaran dengan membebani DIPA, yang
dananya dipergunakan untuk menggantikan uang persediaan yang telah dipakai.
37. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LS adalah
surat perintah membayar langsung kepada pihak ketiga yang diterbitkan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atas dasar perjanjian kontrak
kerja atau surat perintah kerja lainnya.
38. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihil yang
selanjutnya disebut SPM-GUP Nihil adalah surat perintah membayar penggantian
uang persediaan nihil yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran untuk selanjutnya disahkan oleh KPPN.
39. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut TUP adalah uang yang
diberikan kepada satker untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam satu
bulan melebihi pagu UP yang ditetapkan.
40. Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari satu entitas pelaporan kepada
entitas pelaporan lainnya.
41. Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka kerja dengan
jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikan kepada bendahara
pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yang
tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
18
BAB III
KEBIJAKAN AKUNTANSI
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama
periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran
adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Secara singkat dapat
dinyatakan bahwa anggaran merupakan suatu rencana finansial yang menyatakan:
a) berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja); dan
b) berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai
rencana tersebut (pendapatan).
Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Anggaran merupakan alat ekonomi terpenting
yang dimiliki pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi,
menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Aliran uang yang
terkait dengan aktivitas pemerintahan akan mempengaruhi harga, lapangan kerja, distribusi
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan beban pajak yang harus dibayar atas pelayanan
yang diberikan pemerintah.
Penganggaran terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap
program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran dimulai ketika
perumusan strategi dan perencanaan strategik telah selesai dilakukan. Anggaran
merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategik yang telah
dibuat. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif
dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah
disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya
tujuan organisasi.
Aspek-aspek yang harus tercakup meliputi:
(1) aspek perencanaan;
19
(2) aspek pengendalian; dan
(3) aspek akuntabilitas .
Penganggaran harus diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
Proses penganggaran akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus
(oversight body) yang bertugas mengontrol proses perencanaan dan pengendalian
anggaran.
Fungsi Anggaran
Anggaran mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu:
1. Sebagai alat perencanaan untuk mencapai tujuan organisasi
Anggaran dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh
pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari
belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk
merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang
ditetapkan, merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya, mengalokasikan
dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun, dan menentukan
indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
20
3. Sebagai alat kebijakan fiskal
Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran
merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran yang disusun
dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam
pencapaian tujuan organisasi. Di samping itu, anggaran juga berfungsi sebagai alat
komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus
dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi
wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target
anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer dinilai berdasarkan
berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.
Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar
bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan
21
organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran
hendaknya bersifat challenging but attainable atau demanding but achieveable.
Maksudnya adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak
dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk
dicapai.
Anggaran tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan lembaga perwakilan
masyarakat. Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi
kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran . Kelompok masyarakat
yang terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk
kepentingan mereka. Kelompok lain dari masyarakat yang kurang terorganisasi akan
mempercayakan aspirasinya melalui proses politik yang ada.
Prinsip-prinsip pokok siklus anggaran perlu diketahui dan dikuasai dengan baik oleh
penyelenggara pemerintahan. Pada dasarnya prinsip-prinsip dan mekanisme
penganggaran relatif tidak berbeda antara swasta dengan pemerintahan. Siklus anggaran
meliputi empat tahap yang terdiri atas:
Dasar Hukum
Landasan Hukum Anggaran Negara tercantum pada Pasal 23 UUD 1945 Pasal 23
(1) yang berbunyi sebagai berikut:
23
1. Pasal 23 (1): Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
2. Pasal 23 (2): Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat
dengan memperhatikan Dewan Perwakilan Daerah.
3. Pasal 23 (3): Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden,
Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang
lalu.
Pelaksanaan perencanaan dan penyusunan penganggaran tersebut dijabarkan lebih lanjut
dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, khususnya Pasal 13, 14, dan
15. Pasal 13 dari UU No 17/2003.
Beberapa kesimpulan penting landasan hukum penyusunan APBN adalah:
1. Pemerintah mengusulkan RAPBN dan DPR membahas usulan pemerintah tersebut
dengan hak untuk melakukan pembahasan, perubahan, dan pemberian persetujuan
atau penolakan.
2. Persetujuan APBN oleh DPR yang terinci menunjukkan bahwa DPR dan
pemerintah bermaksud agar pelaksanaan APBN dengan asas kedisiplinan
anggaran tinggi.
3. Dalam rangka itu pula siklus dan jadwal penyusunan dan pembahasan anggaran
sangat ketat dan rigid (kaku).
4. Pelaksanaan anggaran dilaksanakan oleh pemerintah (eksekutif) melalui
departemen dan lembaga pengguna anggaran serta diawasi oleh DPR, auditor
internal dan eksternal.
Siklus Anggaran
Secara singkat tahapan dalam proses perencanaan dan penyusunan APBN dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap pendahuluan.
Tahap ini diawali dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain
meliputi penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran,
skala prioritas dan penyusunan budget exercise. Pada tahapan ini juga diadakan
rapat komisi antara masing-masing komisi dengan mitra kerjanya
(departemen/lembaga teknis). Tahapan ini diakhiri dengan proses finalisasi
penyusunan RAPBN oleh pemerintah.
24
2. Tahap pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN.
Tahapan dimulai dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota
Keuangan. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan baik antara menteri keuangan
dan Panitia Anggaran DPR, maupun antara komisi-komisi dengan
departemen/lembaga teknis terkait. Hasil dari pembahasan ini adalah UU APBN,
yang di dalamnya memuat satuan anggaran (dulu satuan 3, sekarang analog
dengan anggaran satuan kerja di departemen dan lembaga) sebagai bagian tak
terpisahkan dari undang-undang tersebut. Satuan anggaran adalah dokumen
anggaran yang menetapkan alokasi dana per departemen/lembaga, , sub, program
dan proyek/kegiatan. Untuk membiayai tugas umum pemerintah dan
pembangunan, departemen/lembaga mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) kepada Depkeu dan Bappenas untuk kemudian
dibahas menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan diverifikasi
sebelum proses pembayaran. Proses ini harus diselesaikan dari Oktober sampai
Desember. Dalam pelaksanaan APBN dibuat petunjuk berupa keputusan presiden
(kepres) sebagai Pedoman Pelaksanaan APBN. Dalam melaksanakan
pembayaran, kepala kantor/pemimpin proyek di masing-masing kementerian dan
lembaga mengajukan Surat Permintaan Pembayaran kepada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN).
3. Tahap pengawasan APBN.
Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan APBN dilakukan oleh pengawas
fungsional baik eksternal maupun internal pemerintah. Fungsi pengawasan
terhadap pelaksanaan APBN dilakukan oleh pengawas fungsional baik eksternal
maupun internal pemerintah. Sebelum tahun anggaran berakhir sekitar bulan
November, pemerintah dalam hal ini Menkeu membuat laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan melaporkannya dalam bentuk
Laporan Keuangan, yang paling lambat dua bulan setelah berakhirnya pelaksanaan
APBN tahun anggaran bersangkutan. Laporan ini disusun atas dasar realisasi yang
telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Apabila hasil pemeriksaan
perhitungan dan pertanggungjawaban pelaksanaan yang dituangkan dalam RUU
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disetujui oleh BPK, maka RUU Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat tersebut diajukan ke DPR guna mendapat
pengesahan oleh DPR menjadi UU Perhitungan Anggaran Negara (UU PAN) tahun
anggaran berkenaan. Pengelolaan APBN sejak dari disahkannya UU No 17/2003
tentang Keuangan Negara dan UU No 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
mengalami perubahan dalam proses penganggaran, dari sejak perencanaan hingga
ke pelaksanaan anggaran.
25
Pengelolaan keuangan melibatkan beberapa aspek, yaitu aspek penganggaran,
aspek akuntansi, aspek pengendalian, dan aspek auditing. Aspek penganggaran
mengantisipasi pendapatan dan belanja (revenues and expenditures), sedangkan
aspek akuntansi terkait dengan proses mencatat, mengolah, dan melaporkan
segala aktivitas penerimaan dan pengeluaran (receipts and disbursments) atas
dana pada saat anggaran dilaksanakan. Kedua aspek tersebut dianggap penting
dalam manajemen keuangan . Namun, di antara kedua aspek tersebut aspek
penganggaran dianggap sebagai isu sentral bila dipandang dari sisi waktu. Kalau
aspek akuntansi lebih bersifat “retrospective” (pencatatan masa lalu), maka aspek
penganggaran lebih bersifat “prospective” atau “anticipatory” (perencanaan masa
yang akan datang).
26
Akuntansi Anggaran
1. Belanja Diakui pada saat terjadinya pengeluaran pada rekening Kas Umum Negara
3. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada
periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode
yang sama.
4. Koreksi belanja yang terjadi pada periode berikutnya, dibukukan dalam pendapatan
lain-lain.
Klasifikasi Belanja
Klasifikasi Belanja dalam Laporan Keuangan terdiri dari Belanja Pusat dan Belanja
Daerah (Transfer).
Belanja Pusat
Belanja Pusat terdiri dari : Belanja Operasi, Belanja Modal dan Belanja Lainnya.
28
1. Belanja Operasi
Adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat yang
memberi manfaat jangka pendek.
Belanja operasi meliputi :
a. Belanja Pegawai
Merupakan pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik
dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai
pemerintah baik dalam maupun luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan
yang telah dilaksanakan. Belanja ini antara lain digunakan untuk gaji dan
tunjangan, honorarium, vakasi, lembur dan kontribusi sosial, namun tidak
termasuk honorarium dalam rangka pekerjaan yang berkaitan dengan
pembentukan modal
b. Belanja Barang
Merupakan pengeluaran atas pembelian barang dan jasa yang digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan.
Belanja ini antara lain digunakan untuk pengadaan barang dan jasa,
pemeliharaan dan perjalanan.
c. Belanja Bunga
Merupakan pengeluaran/pembayaran yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan pokok utang (principal outstanding) baik hutang dalam negeri
maupun hutang luar negeri.
d. Belanja Subsidi
Merupakan pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah
kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya
yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak
agar harga jualnya dapat terjangkau. Belanja ini antara lain digunakan untuk
penyaluran subsidi kepada perusahaan negara dan perusahaan swasta.
e. Belanja Hibah
Merupakan pengeluaran berupa transfer baik uang maupun barang yang
sifatnya tidak wajib dari pemerintah pusat kepada pemerintah negara lain,
pemerintah daerah atau kepada organisasi internasional.
f. Belanja Bantuan Sosial
Merupakan pengeluaran uang/barang yang diberikan kepada pegawai berupa
pensiun, asuransi serta kompensasi sosial kepada penduduk guna melindungi
dari kemungkinan terjadinya resiko. Bantuan sosial dapat langsung diberikan
kepada anggota masyarakat atau lembaga masyarakat.
29
2. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Belanja modal meliputi :
a. Belanja Aset Tetap
Belanja modal aset tetap terdiri dari :
- Belanja modal untuk tanah
- Belanja modal untuk peralatan dan mesin
- Belanja modal untuk gedung dan bangunan
- Belanja modal untuk jalan, irigasi dan jaringan
- Belanja modal untuk aset tetap lainnya
- Termasuk belanja pemeliharaan yang dapat dikapitalisasi
b. Belanja Aset Lainnya
Belanja modal aset lainnya adalah belanja untuk perolehan aset kerjasama
dengan pihak III atau kemitraan.
Transfer ke Daerah
Transfer ke Daerah adalah pengeluaran uang dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah. Transfer ke Daerah terdiri dari : Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus
dan Penyesuaian.
a. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah
daerah berupa :
- Dana Bagi Hasil (DBH).
- Dana Alokasi Umum (DAU).
- Dana Alokasi Khusus (DAK).
b. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian adalah pengeluaran/alokasi anggaran
untuk pemerintah daerah berupa :
- Dana Otonomi Khusus.
- Dana Penyesuaian yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah.
30
D. Kebijakan Akuntansi Pembiayaan
1. Kebijakan Akuntansi Penerimaan Pembiayaan.
Pengakuan Penerimaan Pembiayaan:
a. Penerimaan pembiayaan Diakui pada saat diterima pada rekening Kas Umum
Negara;
b. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran);
31
Pemerintah melakukan investasi dengan beberapa alasan antara lain
memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang
dan memanfaatkan dana yang belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam
rangka manajemen kas.
Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan sertifikat atau
dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu investasi dapat berupa pembelian surat hutang
baik jangka pendek maupun jangka panjang serta instrumen ekuitas.
Pengakuan Investasi
Suatu pengeluaran kas atau aset dapat Diakui sebagai investasi apabila memenuhi
salah satu kriteria :
a. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa
yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah.
Dalam menentukan suatu pengeluaran kas atau aset memenuhi kriteria ini, entitas
perlu mengkaji tingkat kepastian mengalirnya manfaat ekonomik dan manfaat sosial
atau jasa potensial di masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang
tersedia pada saat pengakuan yang pertama kali.
b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable).
Kriteria ini biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi pertukaran atau
pembelian yang didukung dengan bukti yang menyatakan/mengidentifikasikan
biaya perolehannya. Dalam hal tertentu suatu investasi mungkin dapat diperoleh
bukan berdasarkan biaya perolehannya atau berdasarkan nilai wajar pada tanggal
perolehannya atau berdasarkan nilai wajar pada tanggal perolehannya. Dalam
kasus yang demikian, penggunaan nilai estimasi yang layak dapat digunakan.
Pengukuran Investasi
Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk nilai
pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar yang digunakan sebagai dasar
penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar aktif dapat
dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya.
a. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi
jangka pendek, dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan investasi meliputi
32
harga transaksi investasi itu sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa bank
dan biaya lainnya yang timbulnya dalam rangka perolehan tersebut.
b. Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan,
maka investasi dinilai berdasar nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya
yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai wajar, biaya perolehan setara kas
yang diserahkan atau nilai wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh
investasi tersebut.
Klasifikasi Investasi
Investasi pemerintah dibagi atas dua kelompok yaitu investasi jangka pendek dan
investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan kelompok aset lancar
sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok aset nonlancar
a. Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
• Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan.
• Investasi ditujukan dalam rangka manjemen kas, artinya pemerintah dapat
menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas.
• Beresiko rendah.
Jenis investasi yang tidak termasuk jangka pendek :
• Surat berharga yang dibeli dalam rangka mengendalikan suatu badan
usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan
modal saham pada suatu badan usaha
33
• Surat Berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan
kelembagaan yang baik dengan pihak lain misalnya pembelian surat
berharga yang dikeluarkan oleh suatu lembaga baik dalam negeri maupun
luar negeri untuk menunjukan partisipasi pemerintah.
• Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi
kebutuhan kas jangka pendek.
Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain
terdiri atas :
• Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan atau yang dapat
diperpanjang secara otomatis (revolving deposits);
• Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh
pemerintah pusat dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
b. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya yaitu
investasi permanen dan investasi non permanen.
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara berkelanjutan.
Investasi permanen dilakukan pemerintah adalah investasi yang tidak dimaksudkan
untuk diperjualbelikan, tetapi untuk mendapatkan dividen dan/atau pengaruh yang
signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan.
Investasi permanen ini dapat berupa :
• Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan
internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara.
• Investasi Permanen Lainnya yang dimiliki pemerintah untuk menghasilkan
pendapatan dan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara tidak berkelanjutan.
Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain dapat berupa :
• Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki sampai dengan jatuh temponya oleh pemerintah.
• Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga.
• Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat seperti bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok
masyarakat.
34
• Investasi non permanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk
dimiliki pemerintah secara berkelanjutan seperti penyertaan modal yang
dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian.
35
Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu transaksi menerima
nilai tanpa secara langsung memberikan atau menjanjikan nilai sebagai gantinya. Hanya
ada satu arah sumber daya atau janji. Untuk transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban
harus Diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan.
Kejadian yang berkaitan dengan pemerintah adalah kejadian yang tidak didasari transaksi
namun berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan lingkungannya. Kejadian
tersebut mungkin berada di luar kendali pemerintah. Secara umum kewajiban Diakui,
dalam hubungan dengan kejadian yang berkaitan dengan pemerintah, dengan basis yang
sama dengan pertukaran.
Kejadian yang Diakui pemerintah adalah kejadian-kejadian yang tidak didasarkan
pada transaksi namun kejadian tersebut mempunyai konsekuensi keuangan bagi
pemerintah karena pemerintah memutuskan untuk merespon kejadian tersebut.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab luas untuk menyediakan kesejahteraan publik.
Untuk itu, Pemerintah sering diasumsikan bertanggung jawab terhadap suatu kejadian
yang sebelumnya tidak diatur dalam peraturan formal yang ada. Konsekuensinya, biaya
yang timbul dari berbagai kejadian, yang disebabkan oleh entitas non pemerintah dan
bencana alam pada akhirnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun biaya-biaya
tersebut belum memenuhi definisi kewajiban sampai pemerintah mengakuinya sebagai
tanggung jawab keuangan pemerintah atas biaya yang timbul sehubungan dengan
kejadian tersebut dan telah terjadinya transaksi dengan pertukarana atau tanpa pertukaran.
Dengan kata lain pemerintah seharusnya mengakui kewajiban dan biaya ketika memenuhi
dua kriteria sebagai berikut :
a. Badan Legislatif telah menyetujui atau mengotorisasi sumber daya yang akan
digunakan.
b. Transaksi dengan pertukaran timbul (misal saat kontraktor melakukan perbaikan)
atau jumlah transaksi tanpa pertukaran belum dibayar pada saat tanggal pelaporan
(misalnya pembayaran langsung ke korban bencana).
Klasifikasi kewajiban
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan
dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban
lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset lancar.
Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada
pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar tahun berikutnya.
Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek
36
dari pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka
panjang.
Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya, meskipun
kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan jika :
a. jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan; dan
b. entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas
dasar jangka panjang; dan
c. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu penjanjian pendanaan kembali
(refinancing), atau adanya pendjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang
diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah setiap kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka pendek bersama dengan
informasi yang mendukung diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Pengukuran kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan
dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs
tengah bank sentral pada tanggal neraca.
Penggunaan nilai nominal untuk masing-masing pos kewajiban pada laporan keuangan
sebagai berikut :
a. Utang kepada Pihak ketiga :
Pada saat pemerintah menerima hak atas barang, termasuk barang dalam
perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah harus mengakui kewajiban atas
jumlah yang belum dibayarkan untuk barang tersebut.
b. Utang bunga
Utang bunga atas utang pemerintah harus dicatat sebesar biaya bunga yang telah
terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat berasal dari utang pemerintah
baik dari dalam maupun luar negeri. Utang bunga atas utang pemerintah yang
belum dibayar harus Diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian
dari kewajiban berkaitan. Pengukuran dan Penyajian utang bunga di atas juga
berlaku untuk sekuritas pemerintah yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk
Surat Utang Negara.
c. Utang perhitungan pihak ketiga
Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK yang belum
disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan keuangan sebesar jumlah
yang harus disetorkan
37
d. Bagian Lancar Utang jangka Panjang.
Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar utang jangka
panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan.
Utang pemerintah terdiri dari utang yang tidak diperjualbelikan dan yang diperjualbelikan:
a. Utang pemerintah yang tidak diperjualbelikan
Nilai nominal atas utang pemerintah yang tidak diperjualbelikan merupakan
kewajiban entitas kepada pemberi utang sebesar pokok utang dan bunga sesuai
yang diatur dalam kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal
pelaporan. Contoh pinjaman bilateral, multilateral dan lembaga keuangan
internasional.
Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga tetap, penilaian dapat menggunakan
skedul pembayaran menggunakan tarif bunga tetap. Untuk utang pemerintah
dengan tarif bunga variabel, misalnya tarif bunga dihubungkan dengan satu
instrumen keuangan atau dengan satu indeks lainnya, penilaian utang pemerintah
menggunakan prinsip yang sama dengan tarif bunga tetap, kecuali tarif bunganya
diestimasikan secara wajar berdasarkan data sebelumnya dan observasi atas
instrumen keuangan yang ada.
38
c. Selisih penjabaran pos kewajiban moneter dalam mata uang asing antara tanggal
transaksi dengan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas
dana periode berjalan.
d. Apabila suatu transaksi dalam mata uang asing timbul dan diselesaikan dalam
periode yang sama, maka seluruh selisih kurs tersebut Diakui pada periode
tersebut. Namun jika timbul dan diselesaikan suatu transaksi berada dalam
beberapa periode akuntansi yang berbeda, maka selisih kurs harus Diakui untuk
setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-
masing periode.
39
Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman
Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode pelaporan.
f. Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur.
g. Biaya pinjaman :
Perlakuan biaya pinjaman
Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang
bersangkutan
Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan
BAB IV
PROSES AKUNTANSI
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Gambar 1
KERANGKA SA-BUN
40
SA-BUN
SA-UP&H
A-BL
SiAP SA-IP SA-PP SA-TD SA-BSBL SA-TK
SAKUN SAU
Gambar. 2
TINGKATAN UA-BUN
41
UABUN
UAKBU UAKBU
N-P N-D
42
II. SISTEM AKUNTANSI PUSAT
SiAP dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal
Perbendaharan (DJPBN), terdiri dari:
• Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) yang menghasilkan Laporan
Arus Kas (LAK) dan Neraca KUN;
• Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan Laporan Realisasi
Anggaran dan Neraca SAU.
Pelaksanaan SiAP melibatkan unit pemroses data sebagai berikut:
a. KPPN;
b. Kanwil DJPBN;
c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara
d. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (DAPK).
43
termasuk penerimaan dan pengeluaran non anggaran yang melalui rekening
KUN, serta menyampaikan laporan beserta ADK kepada Dit. APK.
44
Apabila tidak ada kesalahan, maka dilanjutkan dengan proses
posting.
46
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
KEPALA KPPN
Isi Laporan Keuangan KPPN ....(nama KPPN).... selaku UAKBUN-D yang terdiri dari
(i) Laporan Arus Kas, (ii) Neraca KUN, (iii) Laporan Realisasi Anggaran, dan (iv) Catatan
atas Laporan Keuangan sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggung jawab kami.
Laporan keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern
yang memadai dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi
keuangan secara layak sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
….(nama KPPN)…..,
Kepala KPPN,
( )
47
Gambar.3
MEKANISME PELAPORAN SiAP
2
KPPN 1 UAKPA
3 4
KANWIL 6 UAPPA-W/
Ditjen Koord.
PBN 5 Wilayah
UAPPA-E1
Ditjen Dit. 9
PBN APK 8
10
UAPA/
12 Kementerian
13 11 Negara/Lembaga
BPK
Dit.
PKN
Keterangan:
: Penyampaian Laporan dan Data
: Pemeriksaan
: Rekonsiliasi
: Akses Data
48
Penjelasan Bagan Arus Mekanisme Pelaporan SiAP:
1. UAKPA mengirimkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca disertai ADK ke
KPPN setiap bulan sebagai bahan rekonsiliasi;
2. KPPN selaku UAKBUN-D KPPN melakukan rekonsiliasi dengan UAKPA
setiap bulan;
3. KPPN mengirim semua file data setiap hari dan laporan keuangan setiap
bulan ke Kanwil DJPBN c.q. Bidang AKLAP;
4. KPPN yang khusus memproses data BLN mengirim semua file data setiap
hari ke DAPK;
5. UAPPA-W/Koordinator Wilayah menyampaikan file data dan laporan
keuangan wilayah secara bulanan ke Kanwil DJPBN c.q. Bidang AKLAP
sebagai bahan rekonsiliasi;
6. Kanwil DJPBN c.q. Bidang AKLAP selaku UAKKBUN-Kanwil melaksanakan
rekonsiliasi untuk tingkat wilayah dengan UAPPA-W/Koordinator Wilayah
setiap triwulan;
7. Kanwil DJPBN menyampaikan file data dan laporan keuangan setiap bulan ke
DAPK sebagai bahan penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat;
8. Kementerian Negara/Lembaga menyampaikan ADK dan laporan keuangan
secara triwulanan ke DAPK sebagai bahan rekonsiliasi;
9. Apabila diperlukan DAPK dapat melakukan rekonsiliasi laporan keuangan
tingkat eselon I setiap semester;
10. UAPA melakukan rekonsiliasi data dengan DAPK;
11. Dit. PKN dan unit terkait lainnya menyampaikan data berupa laporan dan ADK
ke DAPK selaku UAPBUN dalam rangka penyusunan laporan keuangan
Pemerintah Pusat;
12. Presiden c.q. Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan
menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat kepada BPK tiap
semester dan tahunan;
13. BPK melakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
yang disampaikan Presiden.
49
II.B. PROSEDUR AKUNTANSI SiAP di Kanwil DJPBN
50
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB PENGGABUNGAN LAPORAN KEUANGAN
KEPALA KANTOR WILAYAH
….(nama Kanwil)….,
Kepala Kanwil,
Selaku UAKKBUN
( )
51
Gambar 4
BAGAN ALUR SiAP KANWIL
KPPN SATKER
(UAKBUN-D) (UAKPA)
Proses
Dit. APK
Lap Keu (UAPBUN)
Keterangan :
: Arus data dan laporan
: rekonsiliasi
52
II.C. PROSEDUR AKUNTANSI SiAP di Dit.PKN
Direktorat Pengelolaan Kas Negara (Dit. PKN) selaku UAKBUN-P mengelola
data transaksi penerimaan dan pengeluaran BUN yang melalui kantor pusat. Data
transaksi penerimaan dan pengeluaran berupa ADK harian dan Laporan Keuangan
bulanan disampaikan ke Dit. APK.
Dokumen sumber yang digunakan dalam pemrosesan data di Dit.PKN adalah:
1. SPM/SP2D;
2. SPM/SP2D Pengesahan;
3. Nota Debet/Kredit Bank Indonesia dan dokumen pendukungnya.
4. Memo Penyesuaian
Seksi Verifikasi dan Akuntansi BUN (Seksi KUN-D) menerima data dari Seksi
KUN ( KUN A/B/C) berupa disket (file) yang kemudian di-up load dengan
menggunakan aplikasi Vera BUN. Kemudian Seksi Verifikasi dan Akuntansi
BUN melakukan verifikasi transaksi keuangan dan akuntansi. Jika dalam
proses verifikasi tersebut ditemukan kesalahan, maka Seksi Verifikasi dan
Akuntansi BUN mengirimkan kembali kepada Seksi KUN ( KUN A/B/C) untuk
diperbaiki.
Prosedur Akuntansi:
1. Melakukan perekaman data BUN, yang terdiri dari:
• Pengeluaran BUN melalui kantor pusat Ditjen PBN;
• Penerimaan BUN melalui kantor pusat Ditjen PBN.
2. Melakukan posting data BUN;
3. Melakukan pencetakan laporan keuangan Kuasa BUN Pusat;
4. Menerima ADK dari satuan kerja (UAKPA).
5. Melakukan rekonsiliasi laporan keuangan Kuasa BUN-Pusat dengan
satuan kerja (UAKPA)
a. Menerima ADK dari satuan kerja (UAKPA) setiap bulan;
b. Melakukan up load ADK ke dalam Aplikasi Seksi Verifikasi dan
Akuntans BUNi;
c. Melakukan rekonsiliasi data transaksi Sistem Akuntansi Umum
(SAU) dengan data transaksi Sistem Akuntansi Instansi (SAI).
d. Membuat Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang ditandatangani oleh
Direktur Pengelolaan Kas Negara dan Kuasa Pengguna Anggaran.
e. Mengirim Salinan BAR yang telah ditanda tangani oleh Direktur
Pengelolaan Kas Negara dan Kuasa Pengguna Anggaran kepada
Dit. APK.
f. Tata cara rekonsiliasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan
6. Pengiriman Laporan Kas Posisi dan Laporan lainnya ke DJPBN c.q
Dit.APK disertai dengan ”Pernyataan Tanggung Jawab” yang
53
ditandatangani oleh Direktur DPKN selaku kepala UAKBUN-P. Bentuk
dan format ”Pernyataan Tanggung Jawab” seperti tersebut di bawah ini.
Isi Laporan Keuangan Dit.PKN selaku UAKBUN-P yang terdiri dari (i) Laporan Kas
Posisi, dan (ii) Laporan lainnya sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggung jawab
kami.
Laporan keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern
yang memadai dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi
keuangan secara layak sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
Jakarta,
Direktur PKN,
Selaku UAKBUN-P
( )
54
II.D. PROSEDUR AKUNTANSI SiAP di Dit.APK
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit.APK) selaku UAPBUN merekam
data APBN, melaksanakan konsolidasi data akuntansi dari seluruh Kanwil DJPBN
serta melakukan verifikasi dan akuntansi data transaksi penerimaan dan
pengeluaran BUN melalui kantor pusat yang diproses oleh DPKN. Disamping itu
untuk keperluan penyusunan laporan keuangan, DAPK selaku UABUN juga
menerima data dari DPKN, DPPP, DPDI, DJPU, DJKN, Meneg BUMN dan unit
terkait lainnya.
Selanjutnya DAPK melakukan proses verifikasi dan akuntansi data yang diterima
dari DPKN dalam rangka menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).
Prosedur pemrosesan data akuntansi untuk Sistem Akuntansi Kas Umum Negara
(SAKUN) dilakukan sebagai berikut:
1. Menerima data kas KPPN dan BUN berupa data realisasi anggaran dan non
anggaran dari DPKN dan Laporan Arus Kas (LAK) dari setiap Kanwil DJPBN;
2. Menyusun Konsep LAK KPPN, LAK Wilayah, dan LAK BUN;
3. Membandingkan LAK yang diterima dari Kanwil DJPBN dengan LAK yang
dihasilkan DAPK.
Prosedur pemrosesan data akuntansi untuk Sistem Akuntansi Umum (SAU)
dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan perekaman data APBN;
2. Menerima Neraca SAU dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Kementerian
Negara/Lembaga, Neraca KUN, dan laporan dari sumber lain (DPKN, DPPP,
DPDI, DJPU, DJKN, Meneg BUMN dan unit terkait) dalam penyusunan Neraca
Pemerintah Pusat;
3. Menerima LAK dari Kanwil DJPBN dan DPKN;
4. Melakukan pencetakan LAK BUN;
5. Melakukan verifikasi dan akuntansi atas data yang berasal dari DPKN;
6. Melakukan konsolidasi data Neraca KUN, LAK maupun LRA yang berasal dari
instansi vertikal DJPBN;
7. Melakukan pencetakan Neraca KUN, LRA dan LAK hasil konsolidasian;
8. Membandingkan LRA SAU dengan LAK;
9. Melakukan rekonsiliasi LRA dengan cara membandingkan antara LRA yang
dihasilkan kementerian negara/lembaga dengan LRA yang dihasilkan DJPBN;
10. Membandingkan Neraca Pemerintah Pusat dan LAK Pemerintah Pusat.
55
Dokumen sumber yang digunakan dalam pemrosesan data di tingkat kantor pusat
adalah:
a. Estimasi penerimaan APBN;
b. Apropriasi pengeluaran APBN.
LKPP yang telah disusun DAPK selaku UABUN ditandatangani oleh Menteri
Keuangan selaku BUN dan disampaikan kepada Presiden. Penyampaian LKPP
kepada Presiden disertai dengan ”Pernyataan Tanggung Jawab” yang
ditandatangani oleh Menteri Keuangan selaku BUN. Bentuk dan format ”Pernyataan
Tanggung Jawab” seperti tersebut di bawah ini.
Isi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang terdiri dari (i) Laporan Realisasi
Anggaran, (ii) Neraca, (iii) Laporan Arus Kas, dan (ii) Catatan atas Laporan Keuangan
sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggung jawab kami.
Laporan keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern
yang memadai dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi
keuangan secara layak sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
Jakarta,
Menteri Keuangan,
( )
56
III. SISTEM AKUNTANSI UTANG PEMERINTAH DAN HIBAH
SAUP diterapkan untuk menangani transaksi Pengelolaan Utang yang terdiri dari:
• Pembayaran Bunga Utang Dalam dan Luar Negeri;
• Pembayaran Cicilan Utang Luar Negeri;
• Pembayaran Cicilan Utang Dalam Negeri;
• Penerimaan Utang Luar Negeri;
• Penerimaan Utang Dalam Negeri;
• Penerimaan Hibah.
SAUP dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.
DJPU memproses data transaksi utang, hibah, penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan serta menyampaikan laporan beserta ADK kepada DAPK.
Dokumen sumber yang digunakan dalam pengelolaan utang terdiri dari:
• dokumen anggaran, contoh: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
• dokumen pengeluaran, contoh: Notice of Payment (NoP), Surat Permintaan
Membayar (SPM)
• dokumen penerimaan, contoh: Notice of Disbursement (NoD), Withdrawal
Aplication (WA), SP2D, SP3ULN, Surat Pembukuan Pinjaman Luar Negeri
(SP2LN)
• dokumen lainnya yang dipersamakan.
• Memo penyesuaian
Pemrosesan dokumen sumber menimbulkan pengakuan pengeluaran pembiayaan,
penerimaan pembiayaan, penambahan nilai utang dan penurunan nilai utang serta
menghasilkan laporan berupa:
1. Laporan Realisasi Anggaran, berupa:
• Laporan Realisasi Penerimaan Pembiayaan;
• Laporan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan;
• Laporan Realisasi Penerimaan Hibah;
• Laporan Realisasi Pembayaran Bunga Utang;
2. Neraca;
3. Catatan atas Laporan Keuangan;
4. Laporan Posisi Utang (managerial report).
Laporan Keuangan disajikan sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun, yaitu
laporan keuangan semester I dan laporan keuangan tahunan.
Pengiriman Laporan Keuangan ke DAPK disertai dengan ”Pernyataan Tanggung
Jawab” yang ditandatangani oleh Direktur DJPU selaku kepala UAPBUN-U&H. Bentuk
dan format ”Pernyataan Tanggung Jawab” seperti tersebut di bawah ini.
57
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
PEMBANTU BENDAHARA UMUM NEGARA UTANG DAN HIBAH
Jakarta,
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang,
Selaku UAPBUN-U&H
( )
58
PROSES REKONSILIASI PADA SISTEM AKUNTANSI UTANG PEMERINTAH DAN
HIBAH
DJPU melakukan rekonsiliasi data dengan DJPBN c.q DPKN setiap tiga bulan.
Pengaturan sistem akuntansi dan pelaporan utang dan hibah akan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.
59
Pengiriman Laporan Keuangan ke DAPK disertai dengan ”Pernyataan Tanggung
Jawab” yang ditandatangani oleh Direktur DJKN selaku kepala UAPBUN-IP. Bentuk
dan format ”Pernyataan Tanggung Jawab” seperti tersebut di bawah ini.
Jakarta,
Direktur Jenderal Kekayaan Negara,
Selaku UAPBUN-IP
( )
60
Mekanisme penarikan pinjaman luar negeri dan penerusan pinjaman melalui
SLA terdiri dari:
1. Pembayaran Langsung, tahapan pelaksanaannya yaitu:
a. BUMN/Pemda sebagai KPA mengajukan SPP APD PL kepada KPPN
Khusus;
b. KPPN menerbitkan APD PL/WA dan menyampaikan kepada DJPU cq Dit.
PHLN atau lender;
c. Atas dasar APD PL/WA rekanan menerima pembayaran langsung dari
Lender;
d. Atas setiap transaksi pembayaran tersebut DJPU cq Dit. PHLN, KPPN
dan Bank Indonesia (BI) menerima NoD atau dokumen lain yang
dipersamakan dari DJPU cq Dit. PHLN;
e. Dalam hal pinjaman diteruspinjamkan, DJPU cq Dit. PHLN menyampaikan
salinan NoD atau dokumen lain yang dipersamakan kepada DPPP cq Dit.
Perbendaharaan. NoD ini sebagai dasar tanggal dinyatakan hutang
pemerintah kepada lender dan piutang pemerintah kepada BUMN/Pemda;
f. Atas dasar NoD atau dokumen lain yang dipersamakan, KPPN
menerbitkan SP3 dan menyampaikannya kepada BI untuk dibukukan
sebagai pencatatan realisasi penarikan pinjaman/hibah luar negeri, serta
kepada PA/KPA sebagai dasar pembukuan SAI pada tahun angggaran
berjalan.
61
h. Dalam hal L/C dibuka di bank, berdasarkan dokumen realisasi L/C yang
diterima dari Bank Koresponden, bank menerbitkan Nota Disposisi atau
dokumen yang dipersamakan dan menyampaikannya kepada KPPN.
3. Rekening Khusus
a. Atas dasar NPHLN, Dirjen Perbendaharaan (PBN) membuka reksus pada
BI atau bank;
b. Atas permintaan PA/KPA, Dirjen PBN mengajukan permintaan pengisian
inisial deposit kepada DJPU cq Dit. PHLN untuk kebutuhan pembiayaan
selama periode tertentu atau sejumlah yang ditentukan dalam NPHLN;
c. PA/KPA mengajukan SPM atau SPP, SKM, Reksus L/C dengan dilampiri
dokumen pendukungnya kepada KPPN;
d. Berdasarkan SPM atau SPP, SKM, Reksus L/C sebagaimana dimaksud,
KPPN mnenerbitkan SP2D atau SKM RK L/C dan selanjutnya
menyampaikan kepada BI atau bank;
e. Atas dasar SP2D, BI atau bank melakukan pembebenan kepada reksus;
f. Untuk pengisian kembali reksus, DJPBN mengajukan WA kepada DJPU
cq Dit. PHLN dengan dilampiri dokumen pendukung sebagaimana yang
disyaratkan dalam NPHLN;
g. DJPU dan BI menerima NoD atau dokumen lain yang dipersamakan dari
Dit. PHLN sebagai realisasi penarikan pinjaman.
4. Pembiayaan Pendahuluan
a. Berdasarkan NPHLN atau NPPP dan dokumen anggaran berlaku, PA/KPA
mngajukan bukti-bukti pengeluaran pembiayaan pendahuluan dan
penggunaan uang kepada KPPN;
b. Atas dasar bukti pengeluaran tersebut pada butir 1, dan dokumen
pendukung sebagaimana disyaratkan oleh DJPU cq Dit. PHLN, KPPN
mngajukan APD kepada Dit. PHLN;
c. Dirjen PU, KPPN, dan BI menerima NoD atau dokumen lain yang
dipersamakan dari Dit. PHLN untuk keuntungan rekening BUN atau
rekening kas negara atau rekening PPP;
d. Atas dasar NoD sebagaimana dimaksud, KPPN ditunjuk menerbitkan SP3
dan mengirimkannya kepada PA/KPA untuk bahan SAI.
NoD pada Pembayaran Langsung, Letter of Credit (L/C), Pembiayaan
Pendahuluan dianggap sebagai pembebanan piutang. Sedangkan pada Rekening
Khusus didasarkan pada SP2D yang memebebani Insial Deposit. Pembebabanan
piutang tersebut dapat berupa rupiah dan valas.
Pelunasan piutang setelah diterimanya pembayaran peminjam ke rekening
bank penatausaha. Hasil pembayaran peminjam yang diterima ke rekeng bank
penatausaha disetorkan ke RDI/RPD. Penyetoran ke RDI dan RPD dapat berupa
RDI Valas, RDI Rupiah atau RPD Rupiah (tergantung pada naskah penerusan
pinjaman).
62
V.b. Dana bergulir adalah dana yang dipinjamkan kepada sekelompok masyarakat,
perusahaan negara/daerah, untuk ditarik kembali setelah jangka waktu tertentu,
dan kemudian disalurkan kembali. Yang dimaksud dana bergulir di sini adalah
pemberian pinjaman dari Rekening Dana Investasi (RDI) dan Rekening
Pembangunan Daerah (RPD).
Mekanisme penarikan pinjaman RDI dan RPD pada dasarnya langsung
dicairkan dari rekening RDI dan RPD. Dokumen pengakuan piutang didasarkan
pada bukti transaksi pengeluaran dana dari rekening RDI/RPD.
Pelunasan piutang setelah diterimanya pembayaran peminjam ke rekening
RDI/RPD yang berada di BI.
SA-PP dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat
Pengelolaan Penerusan Pinjaman.
DPPP memproses data transaksi penerusan pinjaman dan menyampaikan
laporan beserta ADK kepada DAPK.
Dokumen sumber yang digunakan dalam pengelolaan penerusan pinjaman
adalah:
• dokumen anggaran, contoh: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
• dokumen pengeluaran, contoh: Notice of Payment (NoP), Surat Permintaan
Membayar (SPM), Nota Kredit
• dokumen penerimaan, contoh: Notice of Disbursement (NoD), Withdrawal
Aplication (WA), SP2D, SP3ULN, Surat Pembukuan Pinjaman Luar Negeri
(SP2LN). Nota Debet
• dokumen lainnya yang dipersamakan.
• Memo penyesuaian
Pemrosesan dokumen sumber menimbulkan pengakuan penerusan pinjaman,
pengeluaran pembiayaan, penerimaan pembiayaan dan menghasilkan laporan
berupa:
1. Laporan Realisasi Penerusan Pinjaman;
2. Neraca;
3. Catatan atas Laporan Keuangan.
63
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
PEMBANTU BENDAHARA UMUM NEGARA PENERUSAN PINJAMAN
Isi Laporan Keuangan Dit.PPP selaku UAPBUN-PP yang terdiri dari (i) Laporan
Realisasi Penerusan Pinjaman, (ii) Neraca dan (iii) Catatan atas Laporan Keuangan
sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggung jawab kami.
Laporan keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern
yang memadai dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi
keuangan secara layak sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
Jakarta,
Direktur PPP,
Selaku UAPBUN-PP
( )
64
Dana otonomi khusus dan penyesuaian adalah belanja pembiayaan pemerintah dalam
kerangka pelaksanaan daerah otonomi khusus dan perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
SA-TD dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK).
DJPK memproses data transaksi dana perimbangan serta dana otonomi khusus dan
penyeimbang kemudian menyampaikan laporan beserta ADK kepada DAPK.
Dokumen sumber yang digunakan dalam pengelolaan transfer ke daerah terdiri dari:
• dokumen anggaran;
• dokumen pengeluaran;
• dokumen lainnya yang dipersamakan.
• memo penyesuaian
Pemrosesan dokumen sumber menimbulkan pengakuan transfer ke daerah serta
menghasilkan laporan berupa:
1. Laporan Realisasi Transfer ke Daerah;
2. Neraca.
3. Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan disajikan setiap bulan.
Pengiriman Laporan Keuangan ke DAPK disertai dengan ”Pernyataan Tanggung
Jawab” yang ditandatangani oleh Direktur DJPK selaku kepala UAPBUN-TD. Bentuk
dan format ”Pernyataan Tanggung Jawab” seperti tersebut di bawah ini.
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
PEMBANTU BENDAHARA UMUM NEGARA TRANSFER KE DAERAH
( )
65
PROSES REKONSILIASI PADA SISTEM AKUNTANSI TRANSFER KE DAERAH
DJPK melakukan rekonsiliasi data dengan DJPBN c.q KPPN dan DPKN setiap triwulan.
Pengaturan sistem akuntansi transfer ke daerah akan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan tersendiri.
66
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
PEMBANTU BENDAHARA UMUM NEGARA
BELANJA SUBSIDI DAN BELANJA LAIN-LAIN
Jakarta,
Direktur Jenderal Anggaran,
Selaku UAPBUN-BSBL
( )
67
Dokumen sumber yang digunakan dalam pengelolaan transaksi dari badan lainnya
terdiri dari:
• dokumen anggaran;
• dokumen pengeluaran;
• dokumen penerimaan; dan
• dokumen lainnya yang dipersamakan.
• memo penyesuaian
Pemrosesan dokumen sumber menimbulkan pengakuan transaksi serta
menghasilkan laporan berupa:
1. Laporan Realisasi Anggaran;
2. Neraca;
3. Catatan atas Laporan Keuangan.
Pengiriman Laporan Keuangan ke DAPK disertai dengan ”Pernyataan Tanggung
Jawab” yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan (Direktur APK)
selaku kepala UAPBUN BL.
Bentuk dan format ”Pernyataan Tanggung Jawab” seperti tersebut di bawah ini.
Isi Laporan Keuangan Direktorat APK selaku UAPBUN-BL yang terdiri dari (i)
Laporan Realisasi Anggaran, (ii) Neraca, dan (iii) Catatan atas Laporan Keuangan
sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggung jawab kami.
Laporan keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern
yang memadai dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi
keuangan secara layak sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
Jakarta,
Direktur APK,
Selaku UAPBUN-BL
( )
68
IX. SISTEM AKUNTANSI TRANSAKSI KHUSUS
SA-TK diterapkan untuk menangani transaksi seperti :
• Pengeluaran yang berhubungan dengan keanggotaan Indonesia pada
lembaga internasional dikelola BKF.
• Pengeluaran yang berhubungan dengan permasalahan hukum internasional
dikelola Sekjen Departemen Keuangan
• Pengeluaran yang berhubungan dengan Penerimaan dan Pengeluaran Jasa
Perbendaharaan, Jasa Giro Rekening KPPN dan BUN, Koreksi Pembukuan,
Pengembalian dan Pembayaran PFK dikelola Ditjen Perbendaharaan.
Akuntansi -Transaksi Khusus dilaksanakan oleh unit-unit eselon 1 di lingkup
Departemen Keuangan yang diberikan kewenangan oleh Menteri Keuangan
Unit-unit eselon 1 di lingkup Departemen Keuangan memproses data transaksi
tersebut dan menyampaikan laporan beserta ADK kepada DAPK.
Jakarta,
.......(Pejabat Eselon 1 terkait)…,
Selaku UAPBUN-BL
( )
69
BAB V
JURNAL STANDAR SiAP
1. Estimasi Penerimaan
Jurnal Standar untuk Estimasi Pendapatan dilakukan dengan mendebet perkiraan Estimasi
Pendapatan masing-masing jenis pendapatan, dan mengkredit Surplus/defisit dengan
jumlah yang sama dengan besarnya estimasi pendapatan dalam APBN. Jurnal Standar
untuk estimasi pendapatan hanya dilakukan oleh SAKUN, sedangkan pada SAU transaksi
ini tidak dijurnal. Jurnal standar dimaksud adalah:
a. Estimasi Penerimaan Perpajakan.
DR. Estimasi Pendapatan Pajak + uraian MAP XXX
CR. Surplus/Defisit XXX
70
c. Estimasi Penerimaan Hibah.
2. Appropriasi Belanja
Jurnal Standar untuk Appropriasi Belanja dilakukan dengan mendebet perkiraan
Surplus/defisit, dan mengkredit Appropriasi belanja dari masing-masing jenis belanja
dengan jumlah yang sama dengan besarnya apropriasi belanja dalam APBN. Jurnal
Standar aprropriasi belanja hanya dilakukan oleh SAKUN, sedangkan pada SAU transaksi
ini tidak dijurnal. Jurnal standar dimaksud adalah:
a. Appropriasi Belanja Pegawai.
DR. Surplus/Defisit XXX
CR. Appropriasi Belanja Pegawai + uraian MAK XXX
71
h. Appropriasi Belanja Lain-lain.
DR. Surplus/Defisit XXX
CR. Appropriasi Belanja Lain-lain + uraian MAK XXX
2. Allotment Belanja.
Jurnal Standar untuk Allotment Belanja dilakukan pada sistem SAU, sedangkan pada
SAKUN transaksi ini tidak dijurnal. Pada SAU, jurnal yang dibuat yaitu dengan mendebet
Piutang dari KUN, dan mengkredit Allotment Belanja dengan jumlah yang sama dengan
jenis belanja dalam DIPA. Jurnal standar dimaksud pada SAU:
a. Allotment Belanja Pegawai.
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Allotment Belanja Pegawai + uraian MAK XXX
73
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Allotment Belanja Pemabayaran Bungan Utang + XXX
uraian MAK
74
4. Allotment Pengeluaran Pembiayaan.
Jurnal Standar untuk Allotment Pengeluaran Pembiayaan dilakukan pada sistem SAU,
sedangkan pada SAKUN transaksi ini tidak dijurnal. Pada SAU, transaksi ini dijurnal
dengan mendebet Piutang dari KUN, dan mengkredit Allotment Pengeluaran Pembiayaan
dari masing-masing jenis pembiayaan dalam DIPA. Jurnal standar dimaksud pada SAU:
Jurnal Standar Saldo awal terdiri dari beberapa jurnal untuk saldo awal neraca, antara lain
saldo awal Kas, Piutang, Persediaan, Aset Tetap, Aset Lainnya, Investasi Jangka Pendek,
Investasi jangka Panjang , Utang PFK, Bagian Lancar Hutang, dan Hutang jangka Panjang
1. Jurnal Standar untuk Saldo Awal Kas terdiri dari:
• Kas di Bendahara Pembayar:
Jurnal SAU adalah :
Jurnal SAKUN:
Jurnal SAKUN:
Tidak ada jurnal
75
Jurnal SAU :
Tidak ada Jurnal
DR Persediaan XXX
CR Cadangan Persediaan XXX
DR Tanah XXX
DR Peralatan dan Mesin XXX
DR Gedung dan Bangunan XXX
DR Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX
DR Aset tetap Lainnya XXX
DR Kontruksi dalm Pengerjaan XXX
CR Diinvestasikan dalam Aset Tetap XXX
76
5. Jurnal Standar Saldo Awal Aset Lainnya
Jurnal Standar untuk Saldo Awal Aset Lainnya seperti TGR, Tagihan Penjualan Angsuran
dan lain sebagainya hanya dilakukan di SAU. Jurnal Standar untuk hal ini dilakukan
dengan mendebet akun Aset Lainnya, dan mengkredit akun Diinvestasikan dalam asset
tetap lainnya. Jurnal standar saldo awal aset tetap lainnya adalah:
DR Aset Lainnya XXX
CR Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXX
77
DR Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Hutang Jangka XXX
Panjang
CR Kewajiban Jangka Panjang XXX
78
DR Kas di KUN (KPPN/BUN/Reksus) XXX
CR Penerimaan Transito XXX
3. Jurnal Standar Realisasi Pendapatan. Jurnal untuk transaksi ini dilakukan
baik pada SAU maupun SAKUN. Jurnal Standar SAU untuk realisasi
pendapatan dilakukan dengan mendebet akun Hutang Kepada KUN dan
mengkredit masing-masing jenis akun realisasi pendapatan.
Jurnal untuk SAU adalah:
Untuk SAKUN penjurnalan transaksi ini dilakukan dengan mendebet akun Kas di
KUN dan mengkredit akun masing-masing jenis akun realisasi Pendapatan.
Jurnal untuk SAKUN adalah:
DR Kas di KUN (KPPN/BUN/Reksus) XXX
CR Pendapatan Pajak + uraian MAP XXX
CR Pendapatan Negara Bukan Pajak + uraian XXX
MAP
79
Jurnal SAU adalah:
80
7. Jurnal Standar Realisasi Penerimaan Pembiayaan. Jurnal dilakukan baik
pada SAU maupun SAKUN. Jurnal Standar SAU untuk realisasi penerimaan
Pembiayaan dilakukan dengan mendebet akun Hutang Kepada KUN dan
mengkredit masing-masing jenis akun Penerimaan Pembiayaan.
Jurnal pada SAU adalah:
Untuk SAKUN penjurnalan transaksi ini dilakukan dengan mendebet akun Kas di BI
dan mengkredit akun masing-masing jenis akun penerimaan Pembiayaan.
Jurnal pada SAKUN adalah:
81
Jurnal SAU adalah:
Untuk SAKUN penjurnalan transaksi ini dilakukan dengan mendebet akun Kas di
BI, dan mengkredit akun Pengembalian Belanja.
82
Jurnal SAKUN adalah:
11. Jurnal Standar Transaksi non Anggaran. Jurnal untuk transaksi non
Anggaran hanya terdapat di SAKUN saja, sedangkan pada SAU tidak dijurnal.
Jurnal untuk transaksi non Anggaran antara lain jurnal Perhitungan Pihak
Ketiga dan Kiriman Uang. Jurnal tersebut terdiri dari jurnal penerimaan dan
pengeluaran adapun standar jurnal dimaksud adalah:
• Jurnal Standar Penerimaan Non Anggaran:
DR. Kas Di KPKN XXX
CR Penerimaan FPK XXX
CR Penerimaan Kiriman Uang XXX
CR Penerimaan Wesel Pemerintah XXX
83
Jurnal ini ditutup dengan cara mendebet masing-masing akun Pendapatan dan
mengkredit Estimasi Pendapatan yang bersangkutan, serta memasukkan
selisihnya pada akun Surplus/Defisit. Jurnal dimaksud adalah:
85
DR. Belanja xxx
CR. Pengeluaran Transito xxx
87
BAB VI
JENIS-JENIS LAPORAN
A. Laporan SAKUN.
Laporan-laporan Kas Umum Negara yang dapat dihasilkan secara otomatis dari
proses komputerisasi pada Tingkat KPPN dan Kanwil terdiri dari :
B. Laporan SAU.
Laporan-laporan Sistem Akuntansi Umum yang dapat dihasilkan secara otomatis
dari proses komputerisasi adalah sebagai berikut:
1. Laporan SAU Tingkat KPPN
a. Laporan Wajib
90
28. Pengembalian Belanja Satuan Kerja Tugas Pembantuan Gabungan (LPBTG)
Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga Menurut Mata
29.
Anggaran Penerimaan (LRPUK.01)
Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga Menurut
30.
Bagian Anggaran (LRPUK.02)
Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga Menurut
31.
Bagian Anggaran Detail (LRPUK.03)
Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga Menurut
32.
Bagian Anggaran dan Eselon I Detail (LRPUK.04)
33. Pendapatan Negara dan Hibah Satuan Kerja (LRPS)
34. Pendapatan Negara dan Hibah Satuan Kerja Gabungan (LRPSG)
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga
35.
Menurut Mata Anggaran Penerimaan (LPPUK.01)
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga
36.
Menurut Bagian Anggaran – Bulanan (LPPUK.02)
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga
37.
Menurut Bagian Anggaran Detail (LPPUK.03)
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga
38.
Menurut Bagian Anggaran dan Eselon I Detail (LPPUK.04)
39. Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Satuan Kerja (LPPS)
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Satuan Kerja Gabungan
40.
(LPPSG)
91
b. Laporan Penunjang (Optional)
92
25. Pengembalian Belanja Satuan Kerja Dekonsentrasi Tingkat Wilayah (LPBDGW)
26. Pengembalian Belanja Satuan Kerja Tugas Pembantuan Tingkat Wilayah (LPBTGW)
Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga Menurut Mata
27.
Anggaran Penerimaan (LRPUW.01)
Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga Menurut Bagian
28.
Anggaran (LRPUW.02)
Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga Menurut Bagian
29.
Anggaran Detail (LRPUW.03)
Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga Menurut Bagian
30.
Anggaran dan Eselon I Detail (LRPUW.04)
Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga Menurut KPPN dan
31.
Mata Anggaran (LRPUW.05)
Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga Menurut KPPN,
32.
Bagian Anggaran dan Satuan Kerja (LRPUW.06)
33. Pendapatan Negara dan Hibah Satuan Kerja Tingkat Wilayah (LRPSGW)
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga
34.
Menurut Mata Anggaran Penerimaan (LPPUW.01)
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga
35.
Menurut Bagian Anggaran (LPPUW.02)
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga
36.
Menurut Bagian Anggaran Detail (LPPUW.03)
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga
37.
Menurut Bagian Anggaran dan Eselon I Detail (LPPUW.04)
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga
38.
Menurut KPPN dan Mata Anggaran (LPPUW.05)
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga
39.
Menurut KPPN, Bagian Anggaran dan Satuan Kerja (LPPUW.06)
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Satuan Kerja Tingkat Wilayah
40.
(LPPSGW)
a. Laporan Wajib
94
b. LRA Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian
12. LRA Belanja Daerah (melalui KPPN dan BUN)
a. LRA Belanja Daerah
b. LRA Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian
13. LRA per Bagian Anggaran (sama persis dengan LRA K/L)
a. LRA Pendapatan
b. LRA Belanja
Keterangan:
T=Tahunan J=Kanwil Ditjen Perbendaharaan
S=Semester
Tr=Triwulanan
B=Bulanan
M=Mingguan
BAB VII
PROSEDUR ANALISA LAPORAN KEUANGAN
95
I. ANALISA INTERNAL LAPORAN
1. Analisa Laporan Arus Kas (LAK) (Harian/Bulanan/Semesteran/Tahunan)
:
a. Dalam rangka kebutuhan analisa LAK, cetak LAK rinci (6 digit);
b. Lakukan pencocokan Jumlah Penerimaan Pemindahbukuan pada LAK akun
8143 dengan Jumlah Pengeluaran Pemindahbukuan pada LAK akun 8243.
Keduanya harus menunjukkan jumlah yang sama;
c. Bandingkan MAK 8143XX dengan 8243XX. Jumlahnya harus sama; kalau
tidak sama, telusuri perbedaan tersebut ke dokumen pemindahbukuan
terkait;
d. Teliti apakah saldo Penerimaan Pengembalian UP Dana Rupiah dengan
Pengeluaran UP Dana Rupiah menunjukkan jumlah yang sama; apabila
tidak sama, hal itu berarti masih terdapat Kas di Bendahara Pengeluaran
sebesar selisih tersebut;
e. Lakukan pencocokan jumlah saldo awal LAK dengan saldo besi yang ada di
LKP; jika terdapat selisih, telusuri perbedaannya dan lakukan koreksi;
f. Lakukan pencocokan jumlah saldo akhir kas yang ada di LAK dengan saldo
Akhir Kas yang ada di LKP; jika terdapat selisih, telusuri perbedaannya dan
lakukan koreksi;
g. Teliti apakah masih ada pemakaian Mata Anggaran Pusat, misalkan MAP
411112 (Pendapatan PPh Gas Alam), MAP 411111 (Pendapatan Minyak
Bumi).
97
Disesuaikan, Jalan, Irigasi dan Jaringan Sebelum Disesuaikan harus sama
dengan Ekuitas Diinvestasikan Dalam Aset Tetap;
c. Jumlah Ekuitas Dana adalah selisih jumlah Aset dengan Kewajiban.
98
e. Jumlah Penerimaan PNBP pada LRA lembar muka (on the face) - kode
laporan LRAUW.S, harus sama dengan jumlah Pendapatan PNBP Lainnya
(dari Aktivitas Operasi dan Aktivitas Investasi Non Keuangan) netto pada
LAK;
f. Jumlah Belanja Pegawai pada LRA lembar muka (on the face) - kode
laporan LRAUW.S, harus sama dengan jumlah Belanja Gaji & Tunjangan,
Belanja Honor, Lembur/Vakasi, Kontribusi Sosial netto pada LAK;
g. Jumlah Belanja Barang pada LRA lembar muka (on the face) - kode laporan
LRAUW.S, harus sama dengan jumlah Belanja Barang, jasa, Pemeliharaan,
Perjalanan netto di LAK;
h. Jumlah Belanja Modal pada LRA lembar muka (on the face) - kode laporan
LRAUW.S, harus sama dengan jumlah Belanja Modal Tanah, Peralatan
Mesin dan Bangunan, Jalan/Irigasi dan Jaringan, Modal Fisik lainnya netto
di LAK;
i. Jumlah Belanja Bantuan Sosial pada LRA lembar muka (on the face) - kode
laporan LRAUW.S, harus sama dengan jumlah Belanja Bantuan
Kompensasi Sosial, Belanja Lembaga Pendidikan dan Peribadatan dan
Belanja Lembaga Sosial Lainnya netto di LAK;
j. Jumlah Belanja Lain-lain netto pada LRA lembar muka (on the face) - kode
laporan LRAUW.S, harus sama dengan jumlah Belanja Lain-lain netto di
LAK.
100
f. Analisa akun pendapatan apakah sudah sesuai dengan kode BA dan Es1
yang bersangkutan, misalnya Pendapatan Perpajakan harus di BA 15 Es.
15.04;
g. Pastikan Penerimaan Fungsional Kementerian Negara dan Lembaga hanya
untuk Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan. Misalnya : Pendapatan
Nikah Talak Rujuk hanya ada di Departemen Agama;
h. Apabila terjadi perbedaan pada poin a s/d g rujuk kembali ke RTH.
101
Disesuaikan, Jalan, Irigasi dan Jaringan Sebelum Disesuaikan harus sama
dengan Ekuitas Diinvestasikan Dalam Aset Tetap;
c. Jumlah Ekuitas Dana adalah selisih jumlah Aset dengan Kewajiban.
102
Perpajakan Dalam Negeri ditambah Pendapatan Perpajakan Internasional
netto di LAK;
e. Jumlah Penerimaan PNBP pada LRA lembar muka (on the face) - kode
laporan LRAUW.S, harus sama dengan jumlah Pendapatan PNBP Lainnya
(dari Aktivitas Operasi dan Aktivitas Investasi Non Keuangan) netto pada
LAK;
f. Jumlah Belanja Pegawai pada LRA lembar muka (on the face) - kode
laporan LRAUW.S, harus sama dengan jumlah Belanja Gaji & Tunjangan,
Belanja Honor, Lembur/Vakasi, Kontribusi Sosial netto pada LAK;
g. Jumlah Belanja Barang pada LRA lembar muka (on the face) - kode laporan
LRAUW.S, harus sama dengan jumlah Belanja Barang, jasa, Pemeliharaan,
Perjalanan netto dii LAK;
h. Jumlah Belanja Modal pada LRA lembar muka (on the face) - kode laporan
LRAUW.S, harus sama dengan jumlah Belanja Modal Tanah, Peralatan
Mesin dan Bangunan, Jalan/Irigasi dan Jaringan, Modal Fisik lainnya netto
di LAK;
i. Jumlah Belanja Bantuan Sosial pada LRA lembar muka (on the face) - kode
laporan LRAUW.S, harus sama dengan jumlah Belanja Bantuan
Kompensasi Sosial, Belanja Lembaga Pendidikan dan Peribadatan dan
Belanja Lembaga Sosial Lainnya netto di LAK;
j. Jumlah Belanja Lain-lain netto pada LRA lembar muka (on the face) - kode
laporan LRAUW.S, harus sama dengan jumlah Belanja Lain-lain di LAK.
103
BAB VIII
PROSEDUR REKONSILIASI
105
• UAPPA – W mengirimkan ADK – GL perbaikan ke Kanwil Ditjen
Perbendaharaan
• Kanwil Ditjen Perbendaharaan melakukan proses upload sampai dengan
dikeluarkan berita acara rekonsiliasi.
Apabila SAU (Kanwil) yang salah:
• Memberitahukan data yang salah kepada KPPN
• KPPN melakukan pengecekan terhadap dokumen sumber, memperbaiki
data serta melakukan posting ulang.
• Mencetak Laporan dan melakukan verifikasi
• Mengirim data perbaikan ke Kantor Wilayah
• Kantor Wilayah menerima data perbaikan dan selanjutnya melakukan
proses rekonsiliasi sampai dengan pembuatan berita acara rekonsiliasi.
g. Berita acara rekonsiliasi tersebut dibuat 2 lembar dan ditanda tangani oleh
pihak Kanwil dan pihak UAPPA-W, 1 lembar diserahkan pada pihak UAPPA-W;
106
• Memerintahkan UAKPA melakukan perbaikan data sesuai dengan
prosedur melalui UAPPA – E1 dan UAPPA – W;
• UAKPA melakukan perbaikan dengan prosedur berikut:
- Melakukan restore data backup periode yang salah (catatan
sebelum melakukan pengiriman data ke UAPPA-W harus dilakukan
backup data)
- Memperbaiki data yang salah sesuai dengan pemberitahuan dari
UAPPA – W
- Melakukan posting dan pengiriman ulang ke UAPPA - W
• UAPPA – W menerima dan memproses ADK-GL perbaikan dari UAKPA
• UAPPA – W mengirimkan ADK – GL perbaikan ke UAPPA – E1 dan
Kanwil Ditejen Perbendaharaan
• Kanwil Ditjen Perbendaharaan melakukan proses upload sampai
dengan dikeluarkan berita acara rekonsiliasi.
• UAPPA – E1 menerima, mengkopilasi ADK – GL serta mengirimkan ke
UAPA;
• UAPA menerima dan mengkompilasi ADK-GL dari UAPPA – E1 serta
mengirimkannya ke DAPK;
• DAPK melakukan upload, rekonsiliasi sampai dengan mencetak Berita
acara rekonsiliasi yang ditandatngani oleh petugas ekonsiliasi UAPA
dan DAPK.
108