Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS III

PINGUEKULA OD

Ika Rahmawati Caesarina H1A 008 040

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2012

1 |Case Presentation Pinguekula

BAB I PENDAHULUAN Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Pinguekula tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. Insiden Pinguekula cukup tinggi di Indonesia yang terletak di daerah ekuator, yaitu 13,1%. Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar mempunyai peranan pada timbulnya pinguekula. Faktor resiko yang mempengaruhi pinguekula adalah lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herediter. Pinguekula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya bilateral. Pinguekula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar berdekatan dengan limbus nasal atau limbus temporal. Terdapat lapisan berwarna kuning-putih (yellowwhite deposits) dan tak berbentuk (amorphous). Diagnosis pinguekula biasanya ditegakkan dengan observasi eksternal, secara umum menggunkan slit lamp. Terapi lubrikasi untuk mencegah iritasi sering digunakan secara klinis. Eksisi jaringan pinguekula hanya diindikasikan ketika pinguekula mengganggu tampilan kosmetik atau lebih jauh pinguekula tersebut menjadi meradang secara kronis. Penggunaan dari steroid topical dapat juga dipertimbangkan pada pasien dengan inflamasi kronis.

2 |Case Presentation Pinguekula

BAB II LAPORAN KASUS 1. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Agama Suku Alamat Tanggal Pemeriksaan 2. Anamnesis A. Keluhan Utama: Pasien mengeluhkan bahwa terdapat benjolan pada selaput mata kanan. B. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke poliklinik Mata RSU Praya dengan keluhan terdapat benjolan pada selaput mata kanan sejak sekitar tiga bulan yang lalu. Benjolan ini muncul tiba-tiba, awalnya berukuran kecil kemudian menjadi sedikit lebih besar sejak beberapa mingu yang lalu. Pasien juga mengaku bahwa mata kanannya terasa berair. Pasien mengaku bahwa pekerjaan sehari-harinya adalah penjual keliling yang menyebabkan matanya sering terpajan sinar matahari dan terkena debu. C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit mata Pasien menyangkal pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya dan menyangkal riwayat trauma pada mata. Pasien mengaku bahwa sering mengalami mata merah sebelumnya. : Sukiani : 29 tahun : Perempuan : Pedagang : Islam : Sasak : Desa Singkerang : 30 Juli 2012

3 |Case Presentation Pinguekula

Riwayat penyakit sistemik Pasien mengaku beum memeriksakan dirinya untuk mengetahui apa ia menderita diabetes mellitus. Pasien menyagkal riwayat hipertensi.

D. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarganya yang mengalami hal serupa dengan pasien. E. Riwayat Alergi Pasien menyangkal riwayat alergi obat. F. Riwayat Pengobatan Pasien sebelumnya pernah datang berobat ke RSU Praya. Pasien mengaku bahwa ia diberikan obat tetets mata dan masih menggunakan obat tetes mata tersebut. 3. Pemeriksaan Fisik A. Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran/GCS Tekanan darah Nadi Frekuensi Napas Suhu : Baik : Compos mentis / E4V5M6 : 120/70 mmHg : 80 kali/menit : 20 kali/menit : 36 O C

B. Pemeriksaan Tanda Vital

4 |Case Presentation Pinguekula

C. Status Lokalis

5 |Case Presentation Pinguekula

No 1. 2. 3.

Pemeriksaan Visus naturalis Visus dengan koreksi Posisi Bola Mata Gerakan bola mata

Mata Kanan 6/10 6/7,5 Ortoforia Baik ke segala arah Gerakan lancar, jangkauan penuh, nyeri (+)

Mata Kiri 6/6 Baik ke segala arah Gerakan lancar, jangkauan penuh, nyeri (-)

4.

Palpebra Superior

Edema Hiperemi Pseudoptosis Entropion Ektropion

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) + 10 mm (-) (-) (+) (-) (+) (-) Terdapat tonjolan selaput berwarna putih kekuningan yang berbentuk bulat dan berukuran sekitar 2mm x 2mm di samping limbus pada bagian temporal. (-) Cembung Jernih Kesan licin (-) (-) (-) Coklat Kesan dalam

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) + 10 mm (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

5.

Palpebra Inferior

Edema Hiperemi Entropion Ektropion

6. 7.

Fissura palpebra Konjungtiva Palpebra Superior Konjungtiva Palpebra Inferior Konjungtiva Bulbi Hiperemi Sikatrik Hiperemi Sikatrik Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliar Massa

8.

9.

Edema 10. Kornea Bentuk Kejernihan Permukaan Sikatrik Benda Asing Kedalaman Hifema a b Warna 11. Bilik Mata Depan 12. Iris

(-) Cembung Jernih Kesan licin (-) (-) Kesan dalam (-) Coklat a

6 |Case Presentation Pinguekula

4.

Foto Mata Pasien

Gambar 1. Mata kanan dan mata kiri pasien

Gambar 2. Mata kiri pasien Gambar 2. Mata kanan pasien

Gambar 2. Gambar Mata kanan 2. Mata pasien kiri pasien

7 |Case Presentation Pinguekula

Gambar 3. Pada mata kanan pasien terlihat injeksi konjungtiva dan konjuntiva tarsal inferior terlihat hiperemi

Gambar 4. Pada mata kanan pasien bagian temporal terlihat injeksi konjungtiva dan tonjolan selaput berbentuk bulat di samping limbus

Gambar 5. Pada mata kanan pasien bagian nasal terlihat injeksi konjungtiva
8 |Case Presentation Pinguekula

BAB III IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah: SUBJECTIVE a. Pasien mengeluhkan bahwa terdapat benjolan pada selaput mata kanan yang muncul tiba-tiba sejak tiga bulan yang lalu. Awalnya berukuran kecil kemudian menjadi sedikit lebih besar sejak beberapa mingu yang lalu. b. Mata pasien sering terpajan sinar matahari, terkena debu dan riwayat sering mengalami mata merah sebelumnya. OBJECTIVE a. Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan didapatkan : Visus naturalis 6/10 dan visus dengan koreksi 6/7,5 Konjungtiva palpebra hiperemi Injeksi konjungtiva (+) Pada konjungtiva bulbi, terdapat tonjolan selaput berwarna putih kekuningan yang berbentuk bulat dan berukuran sekitar 2mm x 2mm di samping limbus pada bagian temporal. 2. Analisa Kasus A. Benjolan pada Selaput Mata kanan Benjolan pada selaput mata kanan ini terdapat pada area konjungtiva mata kanan. Benjolan pada selaput mata kanan yang dikeluhkan pasien ini mengarah pada diagnosa tumor jinak konjungtiva. Terdapat dua jenis tumor jinak yang bisa tumbuh di konjungtiva, yaitu pinguekula dan pterigium. Kedua tumor jinak ini dibedakan berdasarkan lokasi dan

9 |Case Presentation Pinguekula

menifestasinya. Pinguekula biasanya tumbuh di sekitar kornea dan berwarna putih kekuningan yang tidak mengganggu pengelihatan, sedangkan pterigium adalah pertumbuhan jaringan konjungtiva ke dalam kornea dan biasanya menganggu pengelihatan apabila sudah menutupi pupil. Pada pasien ini diagnosa lebih mengarah pada pinguekula karena pasien mengeluhkan benjolan yang timbul di mata tersebut berwarna putih kekuningan dan berbentuk bulat disamping limbus kornea. Hal ini merupakan tampakan klinis pada pinguekula yang merupakan benjolan berwarna putih kekuningan pada konjungtiva bulbi akibat degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Tampakan klinis ini dapat dibedakan dengan pterigium, tamapakan klinis pterigium yang khas biasanya berbentuk segitiga dengan kepala/apex menghadap kesentral kornea dan basis menghadap lipatan semilunar pada cantus.

B. Mata pasien sering terpajan sinar matahari, terkena debu dan riwayat sering mengalami mata merah sebelumnya Mata pasien yang sering terpajan matahari dan debu ini merupakan salah satu faktor resiko yang sangat berpengaruh untuk timbulnya tumor jinak pada konjungtiva. Riwayat sering mengalami mata merah juga dapat menjadi indikator bahwa mata pasien sering mengalami iritasi. Hal ini juga merupakan faktor resiko terjadinya tumor jinak pada konjungtiva. Penyebab pasti terjadinya pinguekula tidak diketahui. Namun terdapat beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya pinguekula. Faktor resiko yang mempengaruhi pinguekula adalah lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herediter. 1. Radiasi ultraviolet Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pinguekula adalah terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet diabsorbsi
10 | C a s e P r e s e n t a t i o n P i n g u e k u l a

konjungtiva menghasilkan kerusakan sel dan proliferasi sel. Papapran sinar ultraviolet ini dapat meyebabkan efek mutagenik pada sel. Respon biologis pada sinar ini berefek akut dan kronik dan paparan tertinggi akan diterima pada wilayah ekuator dan pada dataran tinggi. Efek ultraviolet ini menimbulkan mutasi gen p53 (supressor tumor gene) sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan tumor pada konjungtiva. 2. Iritasi Kronik Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area konjungtiva merupakan pendukung terjadinya pinguekula. Iritasi yang disebabkan oleh debu mengakibatkan lisis lapisan lipid pada film air mata dan prosesnya terus berlanjut jika terpapar dalam waktu yang lama sehingga mempengaruhi permukaan konjungtiva. Kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel tertentu, dry eye juga dapat menyebabkan pinguekula. C. Hasil pemeriksaan status lokalis pada mata kanan Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan pasien ditemukan visus naturalis 6/10 dan visus dengan koreksi 6/7,5 , konjungtiva palpebra hiperemi, injeksi konjungtiva positif, pada konjungtiva bulbi terdapat tonjolan selaput berwarna putih kekuningan yang berbentuk bulat dan berukuran sekitar 2mm x 2mm di samping limbus pada bagian temporal. Visus naturalis pada mata kanan pasien ini dapat disebabkan karena ada kelainan refraksi atau kelainan media pada mata kanan. Pada kasus ini, kelainan pada mata kanan lebih mengarah pada kelainan refraksi karena dengan koreksi, visus pasien membaik. Sehingga dapat dipertimbangkan pemberian kacamata pada pasien. Namun untuk kelianan benjolan yang ditemukan pada mata kanan pasien tidak berhubungan dengan kelainan refraksi yang dialami pasien karena benjolan yang dikeluhkan pasien tidak sampai menutup aksial visus pasien.

11 | C a s e P r e s e n t a t i o n P i n g u e k u l a

Pada mata kanan ditemukan konjungtiva palpebra hiperemi dan injeksi konjungtiva positif yang ditemukan dapat mengarahkan kepada tanda iritasi ataupun peradangan pada pasien. Pelebaran pembuluh darah yang didapatkan pada mata kanan pasien tidak terlalu luas, hanya terbatas pada mata kanan area temporal dan nasal. Tonjolan selaput berwarna putih kekuningan yang berbentuk bulat dan berukuran sekitar 2mm x 2mm di samping limbus pada konjuntiva bulbi mata kanan bagian temporal ini sesuai dengan tampakan klinis yang ditemukan pinguekula. Pinguekula sering bermanifestasi di dekat limbus pada zona interpapebral, paling sering daerah nasal, berupa penonjolan putih kekuningan, dan deposit subepithelial yang amorf. Pinguekula dapat membesar secara bertahap dalam periode waktu yang lama. Inflamasi berulang dan iritasi okuli mungkin dijumpai.

D. Assessment Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat pada pasien mengarahkan pada Pinguekula. Diagnosa ini dipilih karena sesuai dengan keluhan pasien mengeluhkan bahwa terdapat benjolan pada selaput mata kanan yang muncul tiba-tiba sejak tiga bulan yang lalu. Awalnya berukuran kecil kemudian menjadi sedikit lebih besar sejak beberapa mingu yang lalu. Mata pasien sering terpajan sinar matahari, terkena debu dan riwayat sering mengalami mata merah sebelumnya yang merupakan faktor resiko terjadinya pinguekula. Dan temuan klinis pada pemeriksaan status lokalis terdapat tonjolan selaput berwarna putih kekuningan yang berbentuk bulat dan berukuran sekitar 2mm x 2mm di samping limbus pada konjungtiva bulbi bagian temporal.

Diagnosis Kerja: Pinguekula OD

12 | C a s e P r e s e n t a t i o n P i n g u e k u l a

E. Planning A. Usulan Pemeriksaan Lanjutan Pemeriksaan Slit Lamp Pemeriksaan slit lamp dilakukan untuk menilai lebih jelas segmen anterior mata. Pada kasus ini, kita dapat melihat gambaran pinguekula dengan lebih jelas. B. Tatalaksana Tatalaksana Non-operatif Terapi lubrikasi untuk mencegah iritasi sering digunakan secara klinis. Penggunaan dari steroid topical dapat juga dipertimbangkan pada pasien dengan inflamasi kronis. Tatalaksana Operatif Eksisi jaringan pinguekula hanya diindikasikan ketika pinguekula mengganggu tampilan kosmetik atau lebih jauh pinguekula tersebut menjadi meradang secara kronis. Radiasi Beta Agen antikanker topikal , yaitu mitomycin-C

F. KIE Pasien disarankan untuk memakai topi dan kacamata ketika keluar dari rumah untuk menghindari pajanan sinar matahari dan debu pada mata yang merupakan salah satu faktor resiko timbulnya pinguekula. Memberitahukan pasien bahwa pinguekula ini merupukan tumor jinak yang jarang membesar, namun hanya pada beberapa kasus kemungkinan dapat berkembang menjadi pterigium sehingga pasien harus mengurangi
13 | C a s e P r e s e n t a t i o n P i n g u e k u l a

faktor-faktor resiko yang menyebabkan pinguekula sseperti pajanan sinar matahari, debu, dan iritasi mata yang berulang. Memberitahukan pasien untuk datang kontrol satu minggu lagi untuk menilai kelainan refraksi yang ditemukan pada mata kanannya.

G. Prognosis Prognosis pada pasien ini, meliputi : Prognosis pengelihatan (ad functionam) Bonam Prognosis nyawa (ad vitam) Bonam

14 | C a s e P r e s e n t a t i o n P i n g u e k u l a

BAB IV RINGKASAN AKHIR

Pasien seorang wanita, usia 29 tahun, datang dengan keluhan terdapat benjolan pada selaput mata kanan sejak sekitar tiga bulang yang lalu. Benjolan ini muncul tiba-tiba, awalnya berukuran kecil kemudian menjadi sedikit lebih besar sejak beberapa mingu yang lalu. Pasien mengaku bahwa pekerjaan sehari-harinya adalah penjual keliling yang menyebabkan matanya sering terpajan sinar matahari dan terkena debu. Pada pemeriksaan fisik, Visus naturalis 6/10 dan visus dengan koreksi 6/7,5, konjungtiva palpebra hiperemi, injeksi konjungtiva positif, terdapat tonjolan selaput berwarna putih kekuningan yang berbentuk bulat dan berukuran sekitar 2mm x 2mm di samping limbus pada konjungtiva bulbi bagian temporal. Pasien di diagnosis dengan Pinguekula. Rencana pemeriksaan tambahan adalah pemriksaan Slit Lamp. Rencana tatalaksana sementara untuk pasien adalah tatalaksana medis berupa terapi lubrikasi untuk mencegah iritasi dan steroid untuk mengurangi inflamasi . Prognosis penyakit mata dan visus pasien bonam. Prognosis fungsional adalah bonam.

15 | C a s e P r e s e n t a t i o n P i n g u e k u l a

DAFTAR PUSTAKA

1. Bradford C. 2004. Basic Ophtalmology. 8th American Academy of opthalmology

Edition. San Fransisco-

2. Gerhand K. 2004. Lang. Ophtalmology : A Pocket Book Atlas. 2nd Edition. Germany : Theime. 3. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 4. J.Kankski. 2010 . Signs in Ophthalmology : Causes and Differential Diagnosis. United Kingdom : Elsevier. 5. J.Kanski & Bowling. 2011. Clinical Opthalmology : A Systemic Approach. 7th Edition. United Kingdom : Elsevier. 6. Perdami.2006. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum & Mahasiswa Kedokteran. Perdami 7. Vaughan & Asbury dkk. 2010. Oftalmologi Umum, Jakarta: EGC.

16 | C a s e P r e s e n t a t i o n P i n g u e k u l a

Anda mungkin juga menyukai