Anda di halaman 1dari 7

2) Traksi Skeletal Orang dewasa (dan remaja yang lebih tua) membutuhkan traksi skeletal dengan pen atau

kawat Kirschner yang diikat kuat-kuat dibelakang tuberkel tibia. Traksi yang digunakan pada fraktur batang femur adalah biasanya traksi jenis Russells. Traksi ini dibuat dengan bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula. a. External Fixation Fiksasi eksternal kadang digunakan untuk fraktur terbuka yang tidak cocok untuk fiksasi internal dan sulit dipertahankan dengan traksi dan pembebatan. Indikasi fiksasi eksternal yaitu : Fraktur yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat dimana luka dapat dibiarkan terbuka untuk pemeriksaan, pembalutan atau pencangkokan kulit. Fraktur yang disertai dengan kerusakan saraf atau pembuluh darah. Fraktur yang sangat kominutif dan tidak stabil. Fraktur yang tidak menyatu, yang dapat dieksisi dan dikompresi. Fraktur yang terinfeksi, dimana fiksasi internal mungkin tidak cocok. Cidera multipel yang berat, bila stabilisasi lebih awal mengurangi risiko komplikasi yang berbahaya. (Philips, 1990 cit Apley & Solomon, 2001).

Gambar 3. Fiksasi Eksternal b. Intramedullary Nail Fixation Intramedullary nail dapat digunakan untuk hampir semua fraktur pada batang femur. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Intramedullary nail merupakan penanganan yang terbaik dan lebih banyak dipilih karena merupakan tindakan perkutaneus sehingga hanya

membutuhkan sedikit insisi pada kulit.

Pasca operasi tungkai dibiarkan bebas dan latihan dimulai secepat mungkin. Gerakan lutut lebih cepat diperoleh kembali dengan gerakan pasif yang kontinyu (continues pasive motion). Settelah seminggu atau 10 hari pasien diperbolehkan bangun, dengan pembebanan sebagian pada crutch penopang. Pembebanan penuh biasanya dicapai 4-6 minggu kemudian, tetapi fraktur kominutif harus dilindungi lebih lama lagi. Kalau penguncian statik digunakan untuk fraktur kominutif, satu rangkaian sekrup dapat dilepas begitu terdapat tanda-tanda penyembuhan fraktur (biasanya setelah 8 minggu) sehingga mekanismenya berubah menjadi system dinamis (Apley & Solomon, 2001).

Gambar 4. Imobilisasi dengan Intramedulary Nail Fixation

c. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) Fragmen tulang dapat diikat dengan sekrup, pen atau paku pengikat, plat logam yang diikat dengan sekrup, paku intramedular nail yang panjang dengan atau tanpa sekrup pengunci circum ferential bands, atau kombinasi dari metode ini (Philips, 1990 cit Maryani, 2008). Indikasi ORIF yang biasanya dengan plate and screw sering menjadi bentuk terapi yang paling diperlukan. Indikasi utamanya : Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi

Fraktur yang tidak stabil secara bawaan dan cenderung mengalami pergeseran kembali setelah reduksi, (misalnya fraktur pertengahan batang pada lengan bawah dan fraktur pergelangan kaki yang bergeser). Selain itu juga fraktur yang cenderung tertarik atau terpisah oleh kerja otot (misalnya fraktur melintang pada patella atau olekranon). Fraktur yang penyatuannya kurang baik dan perlahan-lahan terutama pada fraktur leher femur. Fraktur patologik dimana penyakit tulang dapat mencegah penyembuhan. Fraktur multiple bila fiksasi dini (dengan fiksasi internal atau luar) mengurangi risiko komplikasi umum dan kegagalan organ pada berbagai sistem. Faktur pada pasien yang sulit perawatannya (penderita paraplegia, pasien dengan cedera multiple dan sangat lanjut usia). (Phillips, 1990 cit Maryani, 2008). E. Post Operasi 1. Problem post operasi Pada kondisi post operasi fraktur femur 1/3 medial dengan pemasangan plate and screw maka akan timbul problem setelah operasi sebagai berikut : a. Nyeri, adanya luka bekas operasi serta adanya oedem di dekat daerah fraktur, menyebabkan peningkatan tekanan pada jaringan interstitial sehingga akan menekan nocireceptor, lalu menyebabkan nyeri. b. Bengkak, timbul oleh karena pecahnya pembuluh darah arteri yang menyertai pelaksanaan operasi sehingg aliran darah menuju jantung tidak lancar, maka timbul bengkak disekitar luka incisi. c. Eritema, adanya warna kemerahan pada kulit pada daerah yang fiksasi hal ini disebabkan pembengkakkan, jumlah cairan darah dibawa secara berlebihan akibat rusaknya pembuluh darah. Pada pemasangan internal

fiksasi dengan plate and screw saat operasi akan terjadi kerusakan tulang, otot, pembuluh darah dan jaringan lunak. Kerusakan ini menimbulkan reaksi inflamasi (radang). d. Peningkatan suhu lokal, dalam keadaan normal suhu kira-kira 360 C kaki pada daerah yang ada fiksasi atau bekas operasi suhu sama dengan kaki kanan (sehat). e. Keterbatasan LGS, ini terjadi di sendi penggerak tubuh (tungkai kiri) disebabkan oleh reaksi proteksi yaitu penderita berusaha menghindari gerakan yang menyebabkan nyeri. f. Penuruanan kekuatan otot, terjadi karena adanya pembengkakkan sehingga timbul nyeri dan keterbatasan gerak serta aktifitas terganggu dan terjadi penurunan kekuatan tungkai kiri sehingga dalam waktu yang lama akan menyebabkan disuse atrophy. g. Fuctional Limitation, adanya oedem dan nyeri menyebabkan pasien mengalami penurunan kemampuan fungsionalnya, seperti transfer, ambulasi, jongkok berdiri, naik turun tangga, keterbatasan melakukan Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK). Hal ini disebabkan adanya nyeri, oedem, dan karena penyambungan tulang oleh callus yang belum sempurna, sehingga pasien belum mampu menumpu berat badan dan melakukan aktifitas sehari-hari secara optimal. h. Permasalahan pada saluran pernapasan. Anastesi yang digunakan saat operasi bersifat sebagai zat iritan, reflek batuk tertekan dan karenanya pengeluaran sekresi menjadi sulit, sering juga terjadi sekresi yang sulit dikeluarkan, karena lemahnya reflek batuk dan sistem sekresi akibat tindakan pembiusan menyebabkan pasien mengantuk dan lemah sehingga proses pembuangan sekresi terganggu (Apley & Solomon, 2001).

2. Komplikasi Komplikasi yang bisa terjadi pada kondisi post operasi fraktur femur 1/3 medial antaralain (Apley& Solomon, 2001) : a. Komplikasi dini 1) Syok Satu sampai dua liter darah dapat hilang sekalipun pada fraktur tertutup sehingga syok dapat terjadi. 2) Deep vein trombosis Trombosis vena merupakan sumbatan pada vena oleh karena pembentukan trombus pada lumen yang disebabkan oleh aliran darah yang statis, kerusakan endotel dan hiperkoagulabilitas darah. Insiden diperberat oleh immobilisasi yang terlalu lama post operasi. Trombosis ini akan berkembang menjadi penyebab kematian pada operasi ini apabiala trombus lepas dan terbawa oleh aliran darah kemudian menyumbat pada daerah-daerah yang vital, seperti paru dan jantung . 3) Emboli lemak Ini sering terjadi pada orang muda dengan fraktur femur tertutup yang harus dianggap ada pada setiap kasus. Analisis gas darah harus diukur segera dengan setiap tanda mencurigakan seperti napas pendek, gelisah, kenaikan suhu, atau kecepatan denyut nadi. 4) Infeksi Pada cedera terbuka, setelah fiksasi internal selalu terdapat resiko infeksi. Resiko kejadian osteomielitis dapat terjadi pada kasus ini.

b. Komplikasi Lanjut 1) Stiff joint (kaku sendi) Kekakuan sendi terjadi akibat oedem dan fibrasi pada kapsul, ligamen dan otot sekitar sendi, atau perlengketan dengan jaringan lunak satu sama lain. Keadaan ini bertanbah lunak satu sama lain. Keadaan ini

bertambah parah jika immobilisasi berlangsung lama dan sendi dipertahankan dalam posisi ligament terpendek, tidak ada latihan yang akan berhasil sepenuhnya merentangkan jaringan ini dan memulihkan gerakan yang hilang. 2) Penyatuan lambat dan non union Fraktur femur akan menyatu dalam 100 harim plus atau minus 20 hari. Kalau sinar X menunjukan bahwa ujung tulang mengalami sklerosis, tentu saja diperlukan fiksasi internal yang kaku dan ditambah cangkokan kanselosa. 3) Malunion Pada oranng dewasa, angulasi tidak boleh lebih dari 15 derajat. Kalau malunion tempak jelas, efek mekanik pada pinggul atau lutut dapat menyebabkan predisposisi terhadap osteoartritis sekunder (Apley& Solomon, 2001).

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, A, Graham & Solomon. 2001 . Buku Ajar ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Alih Bahasa Edi Nugroho. Edisi delapan. Jakarta : Widya Medika,. 2. Maryani. 2008. Penatalaksanaan Terapi Latihan pada Kondisi Post Operasi Fraktur Femur 1/3 Medial Dekstra Dengan Pemasangan Plate and Screw di RSOP.PROF.DR.Soeharso Surakarta. Skripsi UMS.

Anda mungkin juga menyukai