Anda di halaman 1dari 3

Dari 250 vena di seluruh tubuh manusia, yang dianggap sebagai vena sentral adalah vena-vena yang dekat

dengan jantung sebagai pusat sirkulasi. Semakin dekat ke jantung, ukuran vena semakin besar dan aliran darahnya semakin tinggi. Vena yang berdiameter besar dan beraliran darah cepat seperti itu adalah vena kava superior, vena kava inferior, vena brakiosefalika, vena subklavia, vena iliaka komunis dan vena iliaka eksternal. Sejarah akses vena sentral tidak bisa dilepaskan dari peran seorang dokter pemenang hadiah nobel kedokteran, Werner Forssmann. Pada tahun 1929, Forssmann menjadi pioner sekaligus pasien pertama yang memasukkan kateter ureter ukuran Fr 4 sepanjang 35 cm melalui vena lengan kirinya sendiri, meneruskannya sampai ke atrium kanan. Pada tahun 1953, Dr. Sven Ivar Seldinger (19211999), seorang ahli radiologi yang inovatif memperkenalkan suatu teknik insersi kateter dengan bantuan kawat penuntun, yang akhirnya dikenal sebagai teknik Seldinger. Sejak kateterisasi yang pertama oleh Forrsmann dan revolusi insersi kateter dengan teknik Seldinger, alat akses vena sentral telah mencapai kemajuan yang luar biasa. Ada beberapa jenis alat akses vena sentral (central venous access device, CVAD) yang telah diproduksi untuk kepentingan medis. Dengan tersedianya alat tersebut, akses vena sentral bisa dilakukan dengan pemasangan kateter langsung ke vena sentral menggunakan kateter CVC (Central Venous Catheter) atau melewatkan kateter ke vena sentral melalui vena perifer dengan menggunakan PICC (Peripherally Inserted Central Catheter).

Kateter jenis Non-tunneled atau jenis tunneled


Kateter jenis Non-tunneled difiksasi pada tempat insersinya. Jenis ini yang paling sering dipakai. Contohnya adalah Quinton catheters. Kateter jenis Tunneled ditanam di bawah kulit pada tempat insersi dan memiliki tempat keluar yang terpisah. Tempat keluar itu biasanya terletak di dada. Contohnya adalah Hickman catheters dan Groshong catheters.

Akses implant

Prinsipnya mirip jenis tunneled, tapi seluruhnya tertanam di bawah kulit.

Kateter sentral insersi perifer


Seperti namanya kateter ini dimasukkan dari vena perifer (biasanya pada pembuluh darah di lengan), dan ujungnya diarahkan sampai masuk ke dalam vena sentral.

Indikasi dan kegunaan


(1) Pengukuran tekanan vena sentral pada pada kegawatdaruratan guna mengetahui kecukupan cairan. (2) Sebagai jalur infus (a) Bila akses vena perifer sulit dilakukan (b) Pemberian obat yang bersifat kaustik atau sklerosan bagi vena perifer, seperti inotropic, Amiodarone, cairan hipertonis, KCl, dan lain-lain. (c) Nutrisi parenteral baik jangka pendek, jangka panjang maupun permanen (d) Pemberian antibiotika jangka panjang (e) Pemberian anti nyeri jangka panjag (f) Pemberian kemoterapi (3) Dialisis (4) Plasmaferesis (5) Pengambilan sampel darah berulang (6) Pengambilan sel induk darah perifer (7) Akses intravena berulang lainnya (8) Kateterisasi jantung kanan dalam pemantauan hemodinamik

Komplikasi
Pemasangan kateter vena sentral mengandung risiko komplikasi, baik mekanis, infeksi, maupun komplikasi thrombosis. 1.Komplikasi Infeksi Kateter sebagai akses vena sentral, merupakan jalur masuk kuman yang sangat potensial karena menghubungkan dunia luar langsung ke sirkulasi darah. Angkanya cukup mencemaskan. Komplikasi infeksi pada penggunaan CVC berkisar dari 5-26 %. Di Amerika Serikat saja, dengan asumsi setiap tahunnya terdapat 15 juta hari penggunaan CVC di ICU, diperkirakan terjadi 80.000 kasus infeksi terkait CVC. Karena itu, pada setiap penderita yang menggunakan CVC yang kemudian menunjukkan tanda dan gejala infeksi tanpa sumber yang tidak jelas, anggap saja bahwa CVC tersebut menjadi sumber infeksinya. Jika terdapat kecurigaan infeksi yang berkaitan dengan CVC maka harus diambil dua contoh kultur darah untuk evaluasi terjadinya bakteremia. Infeksi terkait kateter bisa dengan cara salah satu dari ketiga mekanisme berikut: (1)Infeksi lokal dari tempat insersi, (2)kolonisasi kuman kateter dan (3)hematogen. Untuk mengurangi risiko infeksi, dilakukan paket tindakan berikut 1) Higiene tangan 2) Gunakan duk selebar tubuh 3) Gunakan antiseptik Chlorhexidine gluconate 4) Pemilihan lokasi insersi yang optimal 5) Evaluasi harian penggunaan alat akses vena sentral 6) Lakukan disinfeksi pintu akses intravena sebelum dipakai 2. Komplikasi Mekanis Komplikasi mekanis saat pemasangan kateter mencakup arterial puncture, hematoma, pneumothorax, hemothorax, arrhythmia, dan malposisi kateter. Risiko terjadinya berbeda-beda antara setiap lokasi insersi. Komplikasi mekanis seperti tertinggalnya guidewire juga bisa terjadi. 3. Komplikasi Thrombosis Kanulasi vena sentral rentan dengan risiko thrombosis vena sentral, yang potensial memicu tromboembolisme vena. Trombosis bisa terjadi pada hari pertama kanulasi. Risiko terendah adalah pada kanulasi vena subklavia. Jika kateter tidak diperlukan lagi, lebih baik segera dikeluarkan untuk mengurangi risiko thrombosis yang berkaitan dengan kateter.

Pasien masuk dari CAO dengan rencana BMV dengan diagnosa MR severe TR severe dengan keluhan sesak napas -, lemas -, batuk -, riwayat OP -, DOE + 10 meter, kaki bengkak sejak 3 bulan sebelum masuk RS. S1 dan S2 normal, VES Rh +/+ batuk halus, wh/ -/-, akral hangat, ekstremitas normal, dengan hasil lab : alb : 3,2 / K : 2,4 / protein urin : 2+ /PT : 17,6 / INR : 1,44 / APTT : 42,4 / kontrol :32,4 (tanggal 12/8/2013. K : 2,1 (13/8/2013) dan diintruksikan untuk koreksi KSR 22-2 aldakton 1 x 50 mg, lasix 2 x 1 tab / bisoprolo 1 x 2,5 mg / ro/ thorax PA./ BB : 38,8 kg / K : 2,6 ( 14/8/2013) intruksi dr. Doni reschedule BMV, dr. Poppy intruksikan untuk koreksi K dengan pemberian Kcl 25 Meq dengan pemasngan vena dalam, setelah dilakukan koreksi K : 2,7 (15/8/2013) dan di intruksikan untuk koreksi 25 Meq lagi dan setelah itu d cek K kembali K : 2,8 (16/8/2013)dan dilaporkan ke owner dengan intruksi berikan kembali koreksi Kcl sebanyak 40 Meq setelah koreksi Kcl K : 3,2 Meq (17/8/2013)

Anda mungkin juga menyukai