Anda di halaman 1dari 59

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

NARASI YANG DISARANKAN: NAPZA


A. B. C. D. E. Pengertian NAPZA Kategorisasi NAPZA Penyalahgunaan NAPZA Hubungan Penyalahgunaan NAPZA dengan HIV/AIDS dan Hubungan Seks Bebas Tidak Aman Keterampilan Sosial yang Bermanfaat

A.

Pengertian NAPZA
1. NAPZA

NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung). Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahanbahan berbahaya lainnya). Ada banyak istilah yang dipakai untuk menunjukkan penyalahgunaan zat-zat berbahaya. Dalam buku ini selanjutnya akan digunakan istilah NAPZA dengan catatan tidak semua jenis NAPZA tersebut akan dibahas secara khusus dan terperinci, misalnya alkohol dan tembakau. Penggunaan NAPZA yang terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan secara fisik dan atau psikologis serta kerusakan pada sistem syaraf dan organ-organ tubuh. NAPZA terdiri atas bahan-bahan yang bersifat alamiah (natural) maupun yang sintetik (buatan). Bahan alamiah berasal dari tumbuh-tumbuhan/tanaman, sedangkan yang buatan berasal dari bahan-bahan kimiawi.

Multimedia Materi KRR

73

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

2. Narkotika a. Pengertian umum

Narkotika adalah zat yang terbuat dari bahan alamiah maupun buatan (sintetik) yaitu candu/kokain atau turunannya dan padanannya yang mempunyai efek psikoaktif. Narkotika digunakan untuk keperluan medis, namun banyak yang menyalahgunakan untuk memperoleh efek psikoaktif yang dihasilkannya.

b. Pengertian menurut Undang-Undang

Menurut Undang-undang RI No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan dalam 3 golongan sebagai berikut: Narkotika golongan I: Hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi. Mempunyai potensi sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan. Contoh: heroin, kokain dan ganja. Narkotika golongan II: Digunakan untuk terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan. Mempunyai potensi tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin, turunan/garam dalam golongan tersebut.

Multimedia Materi KRR

74

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

Narkotika golongan III: Digunakan untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan Mempunyai potensi ringan untuk mengakibatkan ketergantungan Contoh: kodein, garam-garam narkotika dalam golongan tersebut. 3. Alkohol

Alkohol adalah zat aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung etanol yang berfungsi menekan syaraf pusat

4. Psikotropika a. Pengertian umum Adalah zat (biasanya dalam bentuk tablet) yang mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-pusat tertentu di dalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Menurut UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, bahwa psikotropik meliputi: Extacy, shabu-shabu, LSD, obat penenang/tidur, obat anti depresi dan anti psikosis. Psikoaktiva adalah semua zat yang mempunyai komposisi kimiawi dan berpengaruh pada otak hingga dapat menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, pikiran, persepsi, kesadaran.

b. Pengertian menurut uu

Menurut Undang-undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, bahwa psikotropika adalah zat atau obat, baik

Multimedia Materi KRR

75

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika dibedakan dalam 4 golongan sebagai berikut : Psikotropika golongan I: Hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi. Mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: MDMA, extacy, LSD, dan ST. Psikotropika golongan II: Berkhasiat untuk pengobatan, karenanya sering digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan. Mempunyai potensi kuat untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: amfetamin, fensiklidin, sekobarbital, metakualon, metilfenidat (ritalin). Psikotropika golongan III : Berkhasiat untuk pengobatan, sehingga banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan. Mempunyai potensi sedang untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: fenobarbital, flunitrazepam.

Multimedia Materi KRR

76

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

Psikotropika golongan IV : Berkhasiat untuk pengobatan serta sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan. Mempunyai potensi ringan untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: diazepam, klobazam, bromazepam, klonazepam, khlordiazepoxide, nitrazepam (BK,DUM, MG). 5. Zat Adiktif

ZAT ADIKTIF lainnya yaitu zat-zat mengakibatkan ketergantungan.

yang

Contohnya zat-zat solvent, termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem). Zat-zat ini sangat berbahaya karena bisa mematikan sel-sel otak. Nikotin (tembakau) dan kafein (kopi) juga termasuk zat adiktif.

B.

Kategori NAPZA

1. Berdasarkan Bahan

Natural Diambil dari tanaman, seperti: ganja, candu, kokaina, jamur, kaktus, tembakau, kopi, pinang, dan sirih

Multimedia Materi KRR

77

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

Sintetis Dibuat dari bahan kimia farmasi atau dicampur dengan bahan alamiah, seperti: amphetamin, kodein, dan lem.

2. Berdasarkan Efek Kerja

Merangsang Sistem Syaraf Pusat Yaitu jenis NAPZA yang mampu memacu kerja jantung, memompa paru-paru dengan lebih giat dan mengaktifkan berbagai hormon transmitter di dalam otak sehingga menyebabkan rasa segar dan bersemangat.

Menekan Sistem Syaraf Pusat Yaitu jenis NAPZA yang mampu memperlambat jantung dan denyut nadi, memperlambat kerja paru-paru dan mengurangi transmitter pada otak sehingga menyebabkan rasa mengantuk atau rasa tenang

Mengacaukan Sistem Syaraf Pusat (Halusinasi) Yaitu jenis NAPZA yang mampu mempengaruhi kerja susunan saraf pusat, otak dan tulang belakang, sehingga mampu menyebabkan halusinasi, melihat dan merasakan realitas palsu.

3. Berdasarkan Cara Penggunaan

Dimasukan dalam mulut/diminum (Oral) Disuntikan ke dalam tubuh (Injeksi) Diletakan di dalam luka (biasanya sayatan yang sengaja dibuat) Dihisap (sniffed)/dihirup (inhaled) Dimasukan melalui anus (Insersi anal) luka

Multimedia Materi KRR

78

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

4. Berdasarkan Bentuk Cairan Pasta Pil/kapsul Kristal/blok Bubuk Gas Lapisan kertas (impregnated paper)

Tambahan:

Mengenal Beberapa Jenis Napza:

1. Ganja / Mariyuana Ganja atau Cannabis sativa, adalah tanaman sejenis rumput yang antara lain mengandung zat kimia 9 tetrahidrocannabinol (delta - 9 - THC) atau lebih sering dikenal sebagai THC yaitu zat psikoaktif yang mempengaruhi perasaan dan penglihatan serta pendengaran. Saat pertama kali orang mengisap ganja, reaksi juga akan berbeda-beda tergantung kekuatan THC serta dosis yang dipakai. Ada yang tidak merasakan reaksi apa-apa, tetapi ada pula yang mendapatkan perasaan aneh atau takut. Ganja menimbulkan ketergantungan mental yang diikuti oleh kecanduan fisik dalam jangka waktu yang lama. Bila seseorang terus-menerus mengisap ganja, maka lama-kelamaan timbul kerusakan seperti bronchitis, sinusitis, emphysema, dan pharingitis. Efek-efek yang ditimbulkan adalah antara lain hilangnya konsentrasi, peningkatan denyut jantung, kehilangan keseimbangan dan koordinasi tubuh, rasa gelisah dan panik, depresi, kebingungan atau halusinasi . Gejala psikologis: hilang semangat, menurunnya prestasi sekolah dan
Multimedia Materi KRR

79

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

prestasi olahraga, cepat berubahnya suasana hati, sulit berkonsentrasi, hilang ingatan jangka pendek. Ganja atau cannabis juga dikenal dengan istilah : Marijuana, gele, cimeng, hash, kangkung, oyen, ikat, bang, labang, rumput atau grass, dan lain-lain. 2. Heroin / Putaw Heroin diambil dari morfin melalui suatu proses kimiawi. Heroin tidak dipakai di dunia kedokteran karena menimbulkan efek ketergantungan yang sangat berat, dan kekuatannya jauh lebih besar daripada morfin. Jumlah yang sedikit saja sudah menimbulkan efek. Heroin biasa berbentuk bubuk berwarna agak kecoklatan. Turunan heroin yang sekarang banyak dipakai adalah Putaw yang mengakibatkan ketergantungan sangat berat bagi pemakainya. Heroin biasanya digunakan dengan cara menyuntik melalui pembuluh darah (berbeda dengan morfin) karena efeknya jauh lebih cepat terasa dan lebih lama tertahan. Ada pula yang menggunakannya dengan cara menghirup lewat hidung. Seperti morfin, heroin dapat mengurangi rasa sakit, mengurangi kecemasan , menenangkan dan memberikan rasa aman. Seperti opiat lainnya, heroin menimbulkan toleransi, ketergantungan fisik dan ketergantungan psikologis. Heroin / Putauw adalah obat yang sangat keras dengan zat adiktif yang tinggi berbentuk serbuk, tepung, atau cairan. Heroin menjerat pemakainya dengan cepat, baik secara fisik maupun mental, sehingga usaha mengurangi pemakaiannya menimbulkan rasa sakit dan kejang-kejang luar biasa Gejala-gejala yang muncul dalam usaha berhenti memakai heroin berupa rasa sakit disertai kejang-kejang, kram di perut disertai rasa seperti akan pingsan, menggigil dan muntahmuntah, keluar ingus, mata berair, tidak ada nafsu makan, dan kehilangan cairan tubuh

Multimedia Materi KRR

80

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

Salah satu jenis heroin yang popular adalah putauw yaitu heroin dengan kadar lebih rendah (heroin kelas lima atau enam) yang berwarna putih. Jenis heroin ini dikenal dengan berbagai nama : putauw, putih, bedak, PT, white, etep, dan lain-lain 3. Kokain / Crack Kokain adalah zat perangsang berupa bubuk kristal putih yang disuling dari daun coca (Erythroxylon coca) yang tumbuh di pegunungan Amerika Tengah dan Selatan. Seperti juga amphetamin, kokaina merupakan stimulan/merangsang sistem saraf pusat sehingga pengguna merasa enak dan bergelora. Karena efek yang timbul relatif singkat, dan setelah perasaan bergelora hilang, orang akan menggunakannya lagi untuk menghilangkan rasa tidak enak. Penggunaan secara kronis dapat menimbulkan gangguan pencernaan, mual, hilangnya nafsu makan, berkurangnya berat badan, sulit tidur, dan waham atau halusinasi ringan. Bila kokain disedot lewat hidung, juga timbul kerusakan pada tulang hidung. Kokain adalah obat yang sangat berbahaya dan menimbulkan ketergantungan psikologis yang besar. 4. MDMA / Ecstasy MDMA (Methylene Dioxy Meth Amphetamine) yang terkenal dengan sebutan Ecstasy sangat popular di kalangan anak muda. Sayangnya, mitos sudah berkembang bahwa obat ini aman, padahal tidaklah demikian kenyataannya. Penelitian di Amerika menemukan bahwa obat ini sangat berbahaya karena merusak sistem kerja otak dan jantung. MDMA, adalah zat turunan amphetamine yang memiliki sifat merangsang SSP (stimulant) maupun mengupah persepsi (hallucinogen). Obat ini berbentuk tablet dan digunakan melalui cara ditelan. Berbagai tablet yang disebut Ecstasy seringkali tidak hanya mengandung zat MDMA, tetapi campuran dari berbagai zat lain seperti methamphetamine,
Multimedia Materi KRR

81

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

caffeine, dextromethorphan, ephedrine, and cocaine. Dampak penyalahgunaan MDMA sangat berat. MDMA bekerja di otak. Serupa dengan amphetamines lainnya, MDMA meningkatkan aktifitas di otak yang justru menghambat fungsifungsi otak yang seharusnya. Penelitian membuktikan bahwa MDMA juga berdampak sangat buruk terhadap system kerja jantung (cardiovascular sistim) dan kemampuan tubuh untuk mengatur suhu. Karena penggunaan MDMA seringkali dihubungkan dengan kegiatan fisik yang tinggi dan lama (dansa misalnya), maka dampaknya paling besar terhadap sistem kerja jantung. Akibat jangka panjang penyalahgunaan MDMA adalah kerusakan otak, gangguan jiwa (psychiatric) seperti : gelisah, paranoid, tidak bisa tidur, dan gangguan daya ingat. 5. Methamphetamin / Shabu-Shabu Methamphetamine adalah stimulan yang sangat kuat mempengaruhi sistem syaraf pusat. Obat ini dikelompokkan sebagai psycho-stimulan seperti amphetamin dan kokain yang sering disalahgunakan. Obat ini dibuat dari berbagai zat sint etis dalam bentuk serbuk putih, bening dan tak berbau yang dihirup dan disuntikan. Karena bentuknya yang bening maka ia disebut Ice atau kristal. Methamphetamin merupakan turunan amphetamin dan karenanya dalam hal kandungan zat dan efek terhadap pengguna hampir sama yaitu menyebabkan aktivitas tinggi dan mengurangi nafsu makan. Penyalahgunaannya dilakukan karena obat ini merangsang kegairahan dan kegembiraan (euphoria). Penyalahgunaan methamphetamin dapat mengakibatkan ketergantungan yang selanjutnya menyebabkan berbagai gangguan pada jantung, stroke, tingginya suhu badan, dan juga kematian pada kasus over-dosis. Shabu-shabu (salah satu Methamphetamine) berbentuk kristal,
Multimedia Materi KRR

82

jenis tidak

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

berbau dan tidak berwarna. Karena itu diberi nama ce . Ice adalah julukan untuk methamphetamine. Ice memiliki efek yang sangat kuat pada jaringan syaraf. Pengguna ice akan menjadi tergantung secara mental pada obat ini. Pemakaian yang lama dapat menyebabkan peradangan pada otot hati, bahkan kematian. Efek yang ditimbulkan pada pengguna Ice : penurunan berat badan, impotensi, sawan yang parah, halusinasi, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan jantung, stroke, bahkan kematian. Ice dikenal dengan istilah : shabu-shabu, kristal, ubas, ss. Mecin, dan lain-lain. 6. Amphetamin Amphetamin, adalah zat sintetik yang menyerupai kokain, berbentuk pil, kapsul atau tepung. Amphetamin adalah zat perangsang yang digunakan untuk mengubah suasana hati, meningkatkan semangat, mengurangi kelelahan dan rasa ngantuk, meningkatkan rasa percaya diri, dan mengurangi berat badan. Tetapi karena dosis pemakaian akan terus bertambah, maka obat ini tidak dipakai lagi dalam program diet. Bagi orang yang menyalahgunakan obat ini, efeknya adalah memperoleh energi serta semangat tinggi serta pada saat sedang intoksikasi. Jenis-jenis amphetamin antara lain: Dexedrine, Laroxyl, Reactivan. Amphetamin meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan pernafasan, serta mengurangi nafsu makan. Si pemakai dapat berkeringat, mulutnya kering, mengantuk, dan cemas. Dosis tinggi menyebabkan seseorang merinding, pucat, gemetar, kehilangan koordinasi, dan pingsan. Suntikan amphetamin dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara mendadak sehingga mengakibatkan stroke, demam tinggi, atau jantung lemah. Banyak orang merasa tergantung kepada amphetamin secara psikologis, sedangkan ketergantungan fisik tidak terlampau hebat.
Multimedia Materi KRR

83

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

7. LSD LSD (Lysergie Diethylamide Acid) yaitu obat yang sifatnya tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. LSD dijual dalam bentuk pil, kapsul, atau cairan, dan digunakan dengan cara dimakan/diminum maupun disuntikkan. Gejala intoksikasi yang timbul antara lain: perubahan panca indera, pupil melebar, denyut jantung cepat, berkeringat, berdebar, pandangan kabur, gemetar, gangguan koordinasi motorik, kecemasan, serta gangguan daya penilaian realita. LSD seperti juga halusinogen lainnya tidak menimbulkan ketergantungan fisik, tetapi psikologis. 8. Sedativa Sedativa atau sedatif-hipnotik merupakan zat yang dapat mengurangi fungsi sistem syaraf pusat. Sedativa dapat menimbulkan rasa santai dan menyebabkan ngantuk (sering disebut obat tidur). Biasanya sedativa digunakan untuk mengurangi stress atau sulit tidur. Karena toleransi dan ketergantungan fisik, maka gejala putus obat bias jauh lebih hebat daripada putus obat dengan opiat. Zatzat ini juga mudah membuat ketergantungan psikologis. Secara farmokologi sedativa dapat dibedakan antara barbiturat dan bukan barbiturat. Barbiturat adalah jenis obat sintetik yang digunakan untuk membuat orang tidur, mengurangi rasa cemas, dan mengontrol kekejangan, mengurangi tekanan darah tinggi. Beberapa jenis barbiturat yang sering disalahgunakan adalah: Dumolid, Rohypnol, Magadon, Sedatin, Veronal, Luminal. Nonnarbiturat, contohnya Methaqualone yang berbentuk pil putih (misalnya Mandrax/MX). Sedativa bias mengakibatkan koma bahkan kematian bila dipakai melebihi takaran.

Multimedia Materi KRR

84

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

C.

Penyalahgunaan NAPZA
1. Pengertian Penyalahgunaan NAPZA

NAPZA pada mulanya ditemukan dan dikembangkan untuk pengobatan dan penelitian. Tujuannya adalah untuk kebaikan manusia. Namun berbagai jenis obat tersebut kemudian disalahgunakan untuk mencari kenikmatan sementara atau mengatasi persoalan sementara. Penyalahgunaan NAPZA adalah Pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang digunakan tanpa mengikuti aturan atau pengawasan dokter. Digunakan secara berkali-kali atau terus menerus. Penyalahgunaan NAPZA menyebabkan ketagihan/ kecanduan atau ketergantungan baik secara fisik/jasmani maupun mental emosional, bahkan menimbulkan gangguan fisik mental emosional dan fungsi sosial. Biasanya penyalahgunaan menghasilkan akibat yang serius, dan dalam beberapa kasus, bisa fatal atau mengakibatkan kematian dan tentunya kerugian sosial dan ekonomi yang luar biasa.

2. Tahapan Pengguna

Karena bermula dari rasa ingin tahu, senangsenang/hura-hura, pemakai seringkali pada awalnya berpikiran bahwa kalau hanya mencoba-coba saja tidak mungkin kecanduan atau ketagihan. Kenyataannya, walaupun hanya coba-coba (experimental user) derajat pemakaian tanpa disadari akan meningkat (intensive user), dan pada akhirnya akan menjadi sangat tergantung pada obat tersebut (compulsary user). Tahap pemakai dalam: narkoba dapat dibedakan

Multimedia Materi KRR

85

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

1. Pemakai coba-coba Biasanya untuk memenuhi rasa ingin tahu atau agar diakui oleh kelompoknya.

2. Pemakai sosial/rekreasi Biasanya untuk bersenang-senang, pada saat rekreasi atau santai, umumnya dilakukan dalam kelompok.

3. Pemakai situasional Biasanya untuk menghilangkan rasa ketegangan, kesedihan, atau kekecewaan.

4. Pemakai ketergantungan Biasanya sudah tidak dapat melalui hari tanpa mengkonsumsi NAPZA.

3. Faktor Yang Mempengaruhi

Penyalahgunaan NAPZA
a. Internal

Individulah yang paling berperan menentukan apakah ia akan atau tidak akan menjadi pengguna NAPZA. Keputusannya dipengaruhi oleh dorongan dari dalam maupun luar dirinya.

Multimedia Materi KRR

86

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

Dorongan dari dalam biasanya menyangkut kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang yang membuatnya mampu atau tidak mampu melindungi dirinya dari penyalahgunaan NAPZA. Dorongan dari dalam atau motivasi tersebut merupakan predisposisi untuk menggunakan obat, misalnya ingin mencoba-coba, pendapat bahwa NAPZA bisa menyelesaikan masalahnya, dan seterusnya. Hal lain adalah adanya masalah pribadi, seperti stres, tidak percaya diri, takut, ketidakmampuan mengendalikan diri, serta tekanan mental dan psikologis menghadapi berbagai persoalan. Kepribadian tidak begitu saja terbentuk dari dalam individu melainkan juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam sejak kecil dalam keluarga (enkulturasi) dan sosialisasi baik dari keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan membentuk konsep diri (self concept), sistem nilai yang teguh sejak kecil, dan kestabilan emosi, merupakan beberapa ciri kepribadian yang bisa membantu seseorang untuk tidak mudah terpengaruh atau terdorong menggunakan NAPZA. Faktor-faktor individual penyebab penyalahgunan NAPZA antara lain: Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang mengenai akibatnya Keinginan untuk mencoba-coba karena penasaran Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya (fashionable)

Multimedia Materi KRR

87

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok (konformitas) Lari dari kebosanan, masalah atau kegetiran hidup Adanya pemahaman yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak akan menimbulkan ketagihan Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok pergaulan untuk menggunakan NAPZA Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA

b. Eksternal

Faktor eksternal adalah masyarakat dan lingkungan sekitar yang tidak mampu mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan NAPZA, bahkan membuka kesempatan pemakaian NAPZA. Yang dimaksud dengan faktor kesempatan adalah adanya situasi-situasi permisif (memungkinkan) untuk memakai NAPZA di waktu luang, di tempat rekreasi seperti diskostik, dan pesta. Lingkungan pergaulan dan lingkungan sebaya merupakan salah satu pendorong kuat untuk menggunakan NAPZA. Keinginan untuk menganut nilai-nilai yang sama dalam kelompok (konformitas), diakui (solidaritas), dan tidak dapat menolak tekanan kelompok (peer pressure) merupakan hal-hal yag mendorong penggunaan NAPZA. Dorongan dari luar adalah ajakan, rayuan, tekanan dan paksaan terhadap individu untuk memakai NAPZA sementara individu tidak dapat menolaknya.

Multimedia Materi KRR

88

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

Dorongan luar juga bisa disebabkan pengaruh media massa yang memperlihatkan gaya hidup dan berbagai rangsangan lain yang secara langsung maupun tidak langsung mendorong pemakaian NAPZA. Di lain pihak, masyarakat tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan dan peredaran NAPZA, misalnya karena lemahnya penegakan hukum, penjualan obat-obatan secara bebas, bisnis narkotika yang terorganisir dan keuntungan yang menggiurkan. NAPZA semakin mudah diperoleh dimanamana dengan harga terjangkau. Berbagai kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan NAPZA memudahkan terjadinya penggunaan dan penyalahgunaan NAPZA

c. Kandungan Zat dalam NAPZA

Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan NAPZA, maka secara fisik dan psikologis (sugesti) orang tersebut tidak dapat lagi hidup normal tanpa ada zat-zat NAPZA di dalam tubuhnya. Apabila zat-zat NAPZA tidak berada lagi dalam tubuh penyalahgyuna NAPZA, secara fisik ia akan merasa kesakitan dan sangat tidak nyaman. Kesakitan dan penderitaannya hanya akan berhenti ketika zat-zat tersebut kembali berada dalam tubuhnya. Secara psikologis, ia membutuhkan rasa nikmat yang biasa ia rasakan ketika zat-zat tersebut bereaksi dalam tubuhnya dalam bentuk perubahan perasaan dan pikiran. Ketika kenikmatan itu tidak ada, pikiran dan perasaannya hanya terfokus pada kebutuhan tersebut.

Multimedia Materi KRR

89

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

Pikiran dan perasaannya kembali tenang ketika zat tersebut kembali ada dalam tubuhnya. Zat-zat yang memberikan kenikmatan bagi pemakainya mendorong terjadinya pemakaian berulang, pemakaian berkepanjangan, dan ketergantungan karena peningkatan dosis pemakaian yang terus bertambah. Lingkaran setan seperti inilah yang menyebabkan ketergantungan.

4. Dampak Penyalahgunaan a. Fisik

Efek NAPZA bagi tubuh tergantung pada jenis NAPZA, jumlah/dosis, frekuensi pemakaian, cara menggunakan (apakah digunakan bersamaan dengan obat lain), faktor psikologis (kepribadian, harapan dan perasaan saat memakai), dan faktor biologis (berat badan, dan kecenderungan alergi). Secara fisik organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistim syaraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, organ-organ otonom (jantung, paru, hati, ginjal) dan pancaindera (karena yang dipengaruhi adalah susunan syaraf pusat). Pada dasarnya penyalahgunaan NAPZA akan mengakibatkan komplikasi pada seluruh organ tubuh hingga adanya gangguan bahkan kematian, seperti: Gangguan pada sistim syaraf (neurologis), seperti kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi; Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), seperti infeksi akut otot jantung dan ganguan peredaran darah; Gangguan (dermatologis), pada seperti: kulit adanya

Multimedia Materi KRR

90

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

nanah, bekas suntikan atau sayatan, dan alergi; Gangguan pada paru-paru, seperti: kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru, dan penggumpulan benda asing yang terhirup; Gangguan pada darah: pembentukan sel darah terganggu; Gangguan pencernaan (gastrointestinal): mencret, radang lambung & kelenjar ludah perut, hepatitis, perlemakan hati, pengerasan dan pengecilan hati; Gangguan sistim reproduksi, seperti gangguan fungsi seksual sampai kemandulan, gangguan fungsi reproduksi, ketidakteraturan menstruasi, serta cacat bawaan pada janin yang dikandung; Gangguan pada otot dan tulang, seperti peradangan otot akut, penurunan fungsi otot (akibat alkohol); Terinfeksi virus Hepatitis B dan C, serta HIV, akibat pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan salah satu penderita. Saat ini terbukti salah satu sebab utama penyebaran HIV yang pesat, terjadi melalui pertukaran jarum suntik di kalangan pengguna NAPZA suntik (Injecting Drug Users = IDU); Kematian sudah terlalu banyak terjadi akibat pemakaian NAPZA, terutama karena pemakaian berlebih (Over Dosis =OD) dan kematian karena AIDS serta penyakit lainnya.

Multimedia Materi KRR

91

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

b. Psikologis

Ketergantungan fisik dan psikologis kadangkala sulit dibedakan, karena pada akhirnya ketergantungan psikologis lebih mempengaruhi. Ketergantungan pada NAPZA menyebabkan orang tidak lagi dapat berpikir dan berperilaku normal. Perasaan, pikiran dan perilakunya dipengaruhi oleh zat yang dipakainya. Berbagai gangguan psikis atau kejiwaan yang sering dialami oleh mereka yang menyalahgunakan NAPZA antara lain adalah: depresi, paranoid, percobaan bunuh diri, melakukan tindak kekerasan, dan lain-lain. Gangguan kejiwaaan ini bisa bersifat sementara tetapi juga bisa permanen karena kadar kergantungan pada NAPZA yang semakin tinggi. Gangguan psikologis paling nyata ketika pengguna berada pada tahap compulsif yaitu berkeinginan sangat kuat dan hampir tidak bisa mengendalikan dorongan untuk menggunakan NAPZA. Dorongan psikologis untuk memakai dan memakai ulang ini sangat nyata pada pemakai yang sudah kecanduan. Banyak pengguna sudah mempunyai masalah psikologis sebelum memakai NAPZA dan penyalahgunaan NAPZA menjadi pelarian atau usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut. NAPZA tertentu justru memperkuat perasaan depresi pada pengguna tertentu. Demikian pula ketika mereka gagal untuk berhenti. Depresi juga akan dialami karena sikap dan perlakukan negatif masyarakat terhadap para pengguna NAPZA.

Multimedia Materi KRR

92

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

Gejala-gejala psikologis yang biasa dialami para pengguna NAPZA adalah : Keracunan (Intoksikasi), Adalah suatu keadaan ketika zat-zat yang digunakan sudah mulai meracuni darah pemakai dan mempengaruhi perilaku pemakai, misalnya tidak lagi bisa berbicara normal, berpikir lambat dan lain-lain. Perilaku orang mabuk adalah salah satu bentuk intoksikasi NAPZA. Peningkatan Dosis (Toleransi) Yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang membutuhkan jumlah zat yang lebih banyak untuk memperoleh efek yang sama setelah pemakaian berulang kali. Dalam jangka waktu lama, jumlah atau dosis yang digunakan akan meningkat. Toleransi akan hilang jika gejala putus obat hilang. Gejala Putus Obat (Withdrawal syndrome) Adalah keadaan dimana pemakai mengalami berbagai gangguan fisik dan psikis karena tidak memperoleh zat yang biasa ia pakai. Gejalanya antara lain gelisah, berkeringat, kesakitan, mual-mual. Gejala putus obat menunjukkan bahwa tubuh membutuhkan zat atau bahan yang biasa dipakai. Gejala putus obat akan hilang ketika kebutuhan akan zat dipenuhi kembali atau bila pemakai sudah terbebas sama sekali dari ketergantungan pada zat/obat tertentu. Perlu diketahui bahwa menangani gejala putus obat bukan berarti menangani ketergantungannya pada obat. Gejala putus obatnya selesai, belum tentu

Multimedia Materi KRR

93

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

ketergantungannya selesai.

pada

obatpun

Ketergantungan (dependensi) Adalah keadaan dimana seseorang selalu membutuhkan zat/obat tertentu agar dapat berfungsi secara wajar, baik fisik maupun psikologis. Pemakai tidak lagi bisa hidup wajar tanpa zat/obat-obatan tersebut.

c. Sosial Ekonomi

Dampak sosial menyangkut kepentingan lingkungan masyarakat yang lebih luas di luar diri para pemakai itu sendiri, yaitu: keluarga, sekolah, tempat tinggal, bahkan bangsa. Penyalahgunaan NAPZA yang semakin meluas merugikan masyarakat di berbagai aspek kehidupan mulai dari aspek kesehatan, sosial psikologis, hukum, hingga ekonomi. Aspek Kesehatan Dalam aspek kesehatan, pemakaian NAPZA sudah pasti menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan para pemakai. Tetapi penyalahgunaan NAPZA tidak hanya berakibat buruk pada diri para pemakai tetapi juga orang lain yang berhubungan dengan mereka. Pemakaian NAPZA melalui pemakaian jarum suntik bersama misalnya, telah terbukti menjadi salah satu penyebab meningkatnya secara drastis penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, selain penyakit lain seperti Hepatitis B dan C. Beberapa jenis NAPZA yang sangat popular saat ini seperti Putaw dan Shabu-shabu juga digunakan dengan cara menyuntikan ke dalam tubuh (disamping ditelan atau dihirup).

Multimedia Materi KRR

94

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

Penggunaan NAPZA melalui jarum suntik bergantian adalah salah satu cara paling efisien untuk menularkan HIV/AIDS di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Sementara itu, data menunjukkan bahwa mereka yang terkena AIDS melalui NAPZA yang menggunakan jarum suntik secara bergantian dan seks tidak aman, sebagian besar adalah mereka yang berusia muda dan produktif. Apa yang akan terjadi pada bangsa ini bila sebagian penduduk mudanya yang produktifnya sakit dan meninggal karena NAPZA dan AIDS.

Aspek Sosial dan Psikologis Tekanan berat pada orang-orang terdekat pemakai, seperti: saudara, orang tua, kerabat, teman. Keluarga sebagai unit masyarakat terkecil harus menanggung beban sosial dan psikologis terberat menangani anggota keluarga yang sudah terjerumus dalam penyalahgunaan NAPZA.

Aspek Hukum dan Keamanan Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak perilaku menyimpang seperti perkelahian, tawuran, kriminalitas, pencurian, perampokan, dan perilaku seks berisiko, dipengaruhi atau bahkan dipicu oleh penggunaan NAPZA. Pemakai NAPZA seringkali tidak dapat mengendalikan diri dan bersikap sesuai dengan norma-norma umum masyarakat. Perilaku menyimpang ini jelas mengganggu ketenteraman dan kenyamanan masyarakat yang terkena imbas perilaku penyalahgunaan NAPZA,

Multimedia Materi KRR

95

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

misalnya dengan terjadinya berbagai perilaku kriminal. Pemakai NAPZA yang sulit mengendalikan pikiran dan perilakunya juga mudah menyakiti (pada kasuskasus tertentu bahkan membunuh) dirinya sendiri maupun orang lain.

Aspek Ekonomis Aspek ekonomis dari penyalahgunaan NAPZA sudah sangat nyata yaitu semakin berkurangnya sumber daya manusia yang potensial dan produktif untuk membangun negara. Para pemakai NAPZA tidak membantu, tetapi justru menjadi beban bagi negara. Bukan hanya dalam bentuk ketiadaan tenaga dan sumbangan produktif, tetapi negara justru harus mengeluarkan biaya sangat besar untuk menanggulangi persoalan penyalahgunaan NAPZA. Perawatan dan penanganan para pemakai NAPZA tidaklah murah. Biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk kesehatan jelas meningkat dengan meningkatnya masalah kesehatan akibat pemakaian NAPZA. Perkiraan biaya tersebut terus menerus meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya antara lain karena meningkatnya epidemi HIV dan jumlah penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun. Penelitian ini juga menyatakan bahwa sebagian besar (46 persen) biaya harus ditanggung negara, dan sebagian lainnya (44 persen) ditanggung oleh pengguna dan anggota keluarganya. Keadaan seperti ini sangat mungkin juga menggambarkan situasi Indonesia.

Multimedia Materi KRR

96

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

5. Penanggulangan Penyalahgunaan

NAPZA
a. Pencegahan (preventif) 1. Mengurangi pasokan (Supply Reduction)

Biasanya berkaitan dengan langkahlangkah penegakan hukum terhadap penanaman atau pembuatan NAPZA, pengolahan, pengangkutan serta peredaran dan perdagangan NAPZA. Kemauan politis untuk mengurangi pemasokan tidak selalu ada, terutama di negara-negara penghasil tanaman illegal (bahan dasar NAPZA). Kalaupun ada kemauan politis untuk menindak secara hukum pihak-pihak yang terlibat dalam pemasokan, maka kesulitannya adalah menghadapi perlawanan dari pihak-pihak yang mengambil manfaat besar dari pemasokan (sindikat). Berbagai upaya lain untuk mengurangi pemasokan NAPZA masih dan sedang dilakukan di berbagai negara seperti penggantian jenis tanaman, perundangundangan mengenai NAPZA dan persetujuan internasional dan multilateral. Pengurangan pasokan tidak akan berhasil selama perdagangan NAPZA mampu menghasilkan keuntungan yang sangat besar dan selama upaya tidak ada upaya pengurangan permintaan. Pengurangan pasokan bisa berhasil bila dimulai di akar-akar persoalan: penegakan hukum, pemberantasan korupsi, pengembangan ekonomi, dan lain-lain.

Multimedia Materi KRR

97

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

2. Mengurangi permintaan (Demand Reduction)

Biasanya dilakukan dalam bentuk upaya preventif dan kuratif. Upaya preventif atau pencegahan biasanya berbentuk pendidikan mengenai bahaya NAPZA maupun penyediaan alternatif kegiatan lain agar orang tidak memakai NAPZA. Upaya ini juga mencakup terapi pada pengguna untuk mengurangi konsumsi mereka. Pendidikan mengenai NAPZA dan dampak buruknya biasanya ditujukan pada masyarakat umum, generasi muda melalui program di sekolah maupun di luar sekolah, dan pada para pengguna NAPZA sendiri. Program pendidikan yang berisi pesanpesan kampanye dan bersifat massal ini biasanya tidak terlalu besar dampaknya dalam mengurangi penggunaan NAPZA, apalagi bila memberi kesan bahwa penggunan NAPZA adalah musuh atau sampah masyarakat karena ini hanya membuat para pengguna bersembunyi tetapi tidak mengurangi penggunaan NAPZA. Pendidikan yang lebih berhasil adalah yang memandang kecanduan sebagai penyakit, dan karenanya pengguna NAPZA membutuhkan dukungan dan terapi. Dengan simpati dan empati (bukan berarti menyetujui) terhadap pengguna NAPZA sebagai korbandari sebuah situasi (sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain) yang tidak harmonis, maka terapi bisa lebih berhasil. Terapi yang berhasil, terutama terhadap ketergantungan NAPZA, memerlukan lebih dari sekedar detoksifikasi atau

Multimedia Materi KRR

98

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

pembersihan racun-racun NAPZA dari dalam darah, melainkan pemahaman menyeluruh terhadap setiap individu pemakai (jenis yang dipakai, lama memakai, karakteristik individu, dan lain-lain) sehingga dapat dilakukan pendekatan terapi yang sesuai dengan karakter dan masalah setiap individu.

Kampanye dengan slogan-slogan kurang efektif karena biasanya tidak mengenai sasaran. Strategi yang benar harus didasarkan pada pemahaman yang tepat dan menyeluruh mengenai permasalahan para pengguna NAPZA sehingga terapi dilakukan sesuai dengan latarbelakang dan permasalahan khas para pengguna. Meluruskan persepsi yang salah mengenai NAPZA dan mengganti slogan-slogan dengan pemahaman ilmiah lebih berguna untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman masyarakat umum dengan fakta ilmiah mengenai NAPZA Menanggapi kecanduan sebagai penyakit dan menyediakan pelayanan untuk menyembuhkan penyakit dengan perhatian, tidak bersikap mengadili, dan menegakkan etika (menjaga kerahasiaan, menghormati martabat dan hak sebagai pasien, dan lain-lain) akan jauh lebih efektif untuk mengurangi permintaan akan NAPZA dibandingkan pendekatan represif atau pengucilan misalnya. Perlu diingat terapi biasanya tidak cukup satu kali, tetapi bisa berulang karena jarang sekali seorang pecandu berhasil langsung berhenti samasekali setelah menjalani terapi. Perawatan pengguna NAPZA tidak hanya akan membantu pasien sendiri,

Multimedia Materi KRR

99

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

melainkan juga berguna bagi masyarakat karena akan meningkatkan fungsi sosial dan psikologis, mengurangi kriminalitas dan kekerasan, dan mengurangi penyebaran AIDS, selain juga akan sangat mengurangi berbagai kerugian biaya karena penyalahgunaan NAPZA. 3. Mengurangi dampak buruk (Harm Reduction)

Adalah sebuah upaya jangka pendek untuk mencegah dampak buruk yang lebih luas dari penggunaan NAPZA. Strategi ini terutama diarahkan pada pencegahan dampak buruk meluasnya penyebaran HIV/AIDS melalui penggunan NAPZA dengan jarum suntik. Dasar pemikirannya adalah kenyataan bahwa NAPZA tidak dapat diberantas dalam waktu cepat dan dalam waktu dekat ini. Ketersediaan NAPZA dan keadaan sosial yang melahirkan permintaan akan NAPZA mengakibatkan permintaan pada NAPZA akan berlangsung terus. Strategi ini meliputi beberapa tahap : mulai dari mendorong pengguna untuk berhenti menggunakan NAPZA jika belum dapat berhenti, mendorong pengguna berhenti menggunakan cara menyuntik NAPZA kalau belum dapat berhenti dengan cara menyuntik, memastikan ia tidak berbagi/bertukar semua peralatan suntiknya dengan pengguna lain bila masih belum dapat menghentikan cara berbagi, memastikan (mendorong dan melatih) para pengguna untuk menyucihamakan peralatan setiap kali menyuntik. Selama upaya penggurangan dampak buruk ini dilakukan, pengguna tidak

Multimedia Materi KRR

100

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

ditempatkan sebagai penerima pelayanan yang pasif, melainkan dilibatkan secara aktif dalam pencegahan dampak buruk NAPZA bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Untuk dapat melakukan hal ini, dibutuhkan berbagai cara pendekatan kepada kelompok-kelompok pengguna.

Program-program pengurangan dampak buruk pada dasarnya bertujuan merubah perilaku, meliputi: penyediaan informasi untuk menyadarkan pengguna mengenai berbagai risiko panggunaan NAPZA; pengalihan NAPZA dengan obat/zat pengganti yang lebih aman (metadon); pendidikan penjangkauan oleh pendidik sebaya; penyebaran jarum suntik suci hama dan pembuangan jarum suntik bekas; konseling dan tes HIV di antara pengguna NAPZA; memperbesar peluang pemberian layanan kesehatan bagi para pengguna NAPZA.

b. Penyembuhan (kuratif)

Yaitu usaha penanggulangan yang bersifat sekunder, artinya penanggulangan yang dilakukan pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment). Fase ini biasanya ditangani oleh lembaga professional di bidangnya yaitu lembaga medis seperti klinik, rumah sakit, dokter. Fase ini biasanya meliputi : 1. Fase penerimaan awal (inisial intake) Antara 1-3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental. 2. Fase detoksifikasi Antara 1-3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahanbahan adiktif secara bertahap.

Multimedia Materi KRR

101

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

3. Terapi komplikasi medik c. Pemulihan (Rehabilitatif)

Yaitu usaha penanggulangan yang bersifat tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan dalam proses penyembuhan. Tahap ini memakan waktu cukup lama dan biasanya dilakukan di lembaga-lembaga khusus seperti klinik rehabilitasi dan kelompok masyarakat yangn dibentuk khusus untuk itu (therapeutic community). Tahap ini biasanya terdiri atas: 1. Fase Stabilisasi Antara 3 12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat; 2. Fase Sosialisasi Dalam Masyarakat Agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif , dan lain-lain.

D.

Hubungan Penyalahgunaan NAPZA Dengan HIV/AIDS Dan Hubungan Seks Bebas Tidak Aman
1. Penyalahgunaan Napza Hubungan

Seks Bebas Dan Tidak Aman


Ada dua karakteristik efek dari NAPZA yang mampu memicu seorang pengguna NAPZA melakukan hubungan seks bebas tidak aman, yaitu:

penurunan tingkat kesadaran (awareness) seseorang yang sedang berada di bawah pengaruh NAPZA. Atas efek inilah seorang individu kurang memiliki kontrol diri terhadap tindakan yang akan diambilnya, apalagi untuk

Multimedia Materi KRR

102

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

memikirkan konsekuensi tindakannya tersebut (termasuk melakukan hubungan seks bebas tidak aman).

Pada beberapa jenis NAPZA, peningkatan hasrat seksual merupakan efek yang ditimbulkan saat sesorang berada di bawah pengaruhnya. Atas efek ini kontrol diri seseorang akan dihadapkan dengan keinginan seksualnya yang meningkat.

2. Penyalahgunaan NAPZA HIV/AIDS

Walau tidak seluruh pengguna NAPZA, namun sebagian besar pengguna beberapa jenis NAPZA cenderung menggunakan Jarum Suntik sebagai media pemakaiannya. Penggunaan jarum suntik yang tidak seril dan dilakukan secara bergantian sangat rentan terhadap penularan virus HIV/AIDS (tertular maupun menularkan). Hal yang lebih mengerikan, pengguna NAPZA yang merupakan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) akan membuatnya lebih cepat memasuki fase AIDS. Hal ini dikarenakan karakteristik NAPZA yang bersifat menggerogoti organ tubuh. Termasuk juga perokok, karena rokok memiliki sifat yang sama.

E.

Ketrampilan Sosial Yang Bermanfaat

Multimedia Materi KRR

103

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

1. Kemampuan Menghadapi Stres

Salah satu alasan seseorang menggunakan NAPZA adalah menghilangkan stres. Akan sangat membantu bila remaja dibekali kemampuan untuk menghadap stres sehingga menggunakan NAPZA tidak menjadi pilihannya. Salah satu langkah menghadapi stres adalah mengenali tahap-tahap stres. Berikut adalah tahap-tahap stres Tahap peringatan. Ada respons fisiologis yang rumit yang diawali oleh adanya stresor. Muncul ketegangan otot, detak jantung dan sebagainya. Tahap resistensi: Tubuh menggunakan seluruh kemampuannya untuk melawan reaksi stres. Tahap kelelahan: Sumber daya habis. Resistensi menurun. Penyakit atau kematian datang.

2. Mengatasi Rendah Diri

Seperti menghadapi stres, menghindari rasa rendah diri adalah salah satu alasan menggunakan NAPZA. Beriku t adalah hal-hal yang bisa dilatih pada seseorang untuk menumbuhan perasaan positif terhadap dirinya (konsep diri yang sehat): Belajar tentang diri sendiri, melihat sifat-sifat kelebihan dan kekurangan. Belajar peka terhadap saran dan kritik dari orang lain tentang diri kita sehingga kita makin kaya akan pengenalan diri kita sendiri. Mengembangkan mungkin. kemampuan semaksimal

Multimedia Materi KRR

104

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

Menerima dan mengakui diri sebagai manusia biasa dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Berpikir positif tentang diri kita dan orang lain. Bergaul dengan banyak teman. Mengikuti kegiatan-kegiatan positif usaha menemukan bakatbakat kita. dalam

3. Sikap Asertif Adalah kemampuan mengkomunikasikan apa yang diinginkan dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai perasaan pihak lain. Kebalikan asertif adalah agresif. Seseorang dikatakan agresif bila yang disampaikan justru terkesan melecehkan, menghina, menyakiti, merendahkan bahkan mengusai pihak lain. Sikap asertif jadi sangat berguna ketika seseorang dibujuk mencoba-coba oleh teman-temannya.

4. Negosiasi (Menolak Ajakan) Sekuat apapun pengaruh dan ajakan dari pertemanan tersebut, remaja harus tetap memiliki rasa percaya diri untuk berani menolak hal-hal yang dapat merugikan dan membahayakannya seperti: menolak ajakan yang tidak bermanfaat (nongkrong sambil ngeganja). menolak ajakan yang jelas merugikan dan melanggar kosopanan (menjual/mengedarkan obat/NAPZA) menolak ajakan untuk melakukan perbuatan yang menakutkan atau mencurigakan, (menemui bandar NAPZA)

Multimedia Materi KRR

105

Presentasi Fasilitasi KRR - NAPZA

Tips untuk menolak ajakan Orang yang berpendirian kuat biasanya lebih dihargai dan disukai temantemannya (tidak perlu ikut-ikutan). Katakan saja: maaf, saya tidak mau mencobanya Menolak ajakan harus dengan jelas dan tegas. Katakan: tidak, terima kasih! maaf, saya tidak bias ikut Bila perlu atau merasa tidak nyaman, segeralah tinggalkan tempat tersebut tanpa ragu. Katakan: saya harus pergi saya harus bertemu teman ada hal lain yang harus saya kerjakan! disampaikan

Sekian, Terima kasih

Multimedia Materi KRR

106

Presentasi Kesehatan Reproduksi Remaja

napza

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional 2004

Tujuan Fasilitasi:
Memahami tentang seluk beluk NAPZA Memahami tentang akibat penyalahgunaan NAPZA Mengenali cara-cara menjauhkan diri dari penyalahgunaan NAPZA

daftar isi:
a. b. c. d. e. Pengertian napza Jenis napza Penyalahgunaan napza napza-hiv/aids-seksualitas Keterampilan sosial yang bermanfaat

NAPZA

a. pengertian napza
Napza = Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

NAPZA

a. pengertian napza
Napza =
Narkotika Alkohol Psikotropika Zat adiktif
zat-zat alamiah maupun sintetik dari bahan candu/kokaina atau turunannya dan padanannya yang mempunyai efek psikoaktif (menurunkan/mengubah kesadaran)

NAPZA

a. pengertian napza
Napza =
Narkotika Alkohol Psikotropika Zat adiktif
Zat aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung etanol yang berfungsi menekan syaraf pusat

NAPZA

a. pengertian napza
Napza =
Narkotika Alkohol Psikotropika Zat adiktif
zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif (perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku)

NAPZA

a. pengertian napza
Napza =
Narkotika Alkohol Psikotropika Zat adiktif
zat-zat yang mengakibatkan ketergantungan Berbahaya karena bisa mematikan sel otak.

NAPZA

b. jenis napza
efek kerja

bahan

bentuk cara menggunakan

NAPZA

b. jenis napza
1. Ganja Candu Cocaina Jamur Kaktus Tembakau Pinang Sirih, dll 2. Amphetamin Kodein Lem, dll

bahan

efek kerja

bentuk cara menggunakan

1. Natural 2. Sintetis

NAPZA
1. Opium Morfin Kodein

b. jenis napza
bahan efek kerja

2. Kafein Kokain Ecstasy Tembakau 3. LSD Meskalin Ganja

bentuk cara menggunakan

1. Merangsang SSP 2. Menurunkan SSP 3. Mengacaukan SSP

NAPZA

b. jenis napza
1. Alkohol Ecstasy Sedativa LSD,dll 2. Heroin Morfin,dll 3. Kodein Heroin Morfin,dll 4. Metampheta min Kokain Ganja,dll 1. 2. 3. 4. 5. Oral Injeksi Ditaruh di luka Sniffed / inhaled Insersi anal bahan efek kerja

bentuk cara menggunakan

NAPZA

b. jenis napza
1. Heroin Morfin Kodein Methampetamin dll 2. Heroin Kodein, dll 3. Ecstasy Sedativa Transkuiliser, dll 4. Methamphetamin Amphetamin, dll 5. Oxycodon, dll 6. LSD, dll

bahan

efek kerja

bentuk cara menggunakan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bubuk Pasta Pil Kristal Gas kertas

NAPZA

b. jenis napza
Mengenal Beberapa Jenis Napza:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ganja/Mariyuana Heroin/Putaw Kokain/Crack MDMA/Ecstasy Methamphetamin /shabu-shabu Amphetamin LSD Sedativa

NAPZA

b. jenis napza
Mengenal Beberapa Jenis Napza:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ganja/Mariyuana Heroin/Putaw Kokain/Crack MDMA/Ecstasy Methamphetamin /shabu-shabu Amphetamin LSD Sedativa

NAPZA

b. jenis napza
Mengenal Beberapa Jenis Napza:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ganja/Mariyuana Heroin/Putaw Kokain/Crack MDMA/Ecstasy Methamphetamin /shabu-shabu Amphetamin LSD Sedativa

NAPZA

b. jenis napza
Mengenal Beberapa Jenis Napza:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ganja/Mariyuana Heroin/Putaw Kokain/Crack MDMA/Ecstasy Methamphetamin /shabu-shabu Amphetamin LSD Sedativa

NAPZA

b. jenis napza
Mengenal Beberapa Jenis Napza:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ganja/Mariyuana Heroin/Putaw Kokain/Crack MDMA/Ecstasy Methamphetamin /shabu-shabu Amphetamin LSD Sedativa

NAPZA

b. jenis napza
Mengenal Beberapa Jenis Napza:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ganja/Mariyuana Heroin/Putaw Kokain/Crack MDMA/Ecstasy Methamphetamin /shabu-shabu Amphetamin LSD Sedativa

NAPZA

b. jenis napza
Mengenal Beberapa Jenis Napza:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ganja Heroin Kodein MDMA/Ecstasy Methamphetamin (shabu) Amphetamin LSD Sedativa

NAPZA

b. jenis napza
Mengenal Beberapa Jenis Napza:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ganja/Mariyuana Heroin/Putaw Kokain/Crack MDMA/Ecstasy Methamphetamin /shabu-shabu Amphetamin LSD Sedativa

NAPZA

b. jenis napza
Mengenal Beberapa Jenis Napza:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ganja/Mariyuana Heroin/Putaw Kokain/Crack MDMA/Ecstasy Methamphetamin /shabu-shabu Amphetamin LSD Sedativa

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Pengertian: Yang. 1. bukan untuk pengobatan 2. tanpa pengawasan dokter

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Tahap pengguna:
1. 2. 3. 4. Coba-coba Sosial / rekreasi Situasional ketergantungan

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Tahap pengguna:
1. 2. 3. 4. Coba-coba Sosial / rekreasi Situasional ketergantungan
Karena rasa ingin tahu Supaya diakui kelompok

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Tahap pengguna:
1. 2. 3. 4. Coba-coba Sosial / rekreasi Situasional ketergantungan
utk bersenangsenang utk santai Biasanya ketika rekreasi Biasanya berkelompok

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Tahap pengguna:
1. 2. 3. 4. Coba-coba Sosial / rekreasi Situasional ketergantungan
dipakai bila: Tegang Sedih kecewa

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Tahap pengguna:
1. 2. 3. 4. Coba-coba Sosial / rekreasi Situasional Ketergantungan
Tidak bisa tidak menggunakan Rela melakukan apa saja untuk mendapatkan

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Faktor penyebab:
1. Internal 2. Eksternal 3. Zat kandungan

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Faktor penyebab:
1. Internal 2. Eksternal 3. Zat kandungan
Faktor individu - kurangnya konsep diri akan nilai-nilai baik

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Faktor penyebab:
1. Internal 2. Eksternal 3. Zat kandungan
Faktor Lingkungan - pengaruh, dorongan atau gaya hidup

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Faktor penyebab:
1. Internal 2. Eksternal 3. Zat kandungan
Faktor Ketergantungan - adanya kenikmatan dari efek yang ditimbulkan

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Dampak menggunakan: 1. Fisik 2. Psikologik 3. Sos-ek

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Dampak menggunakan: 1. Fisik 2. Psikologik 3. Sos-ek
Gangguan : Sistem saraf Jantung Pembuluh darah Kulit Paru Darah Pencernaan Otot dan tulang Lain-lain: Hepatitis kematian

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Dampak menggunakan: 1. Fisik 2. Psikologik 3. Sos-ek
Depresi Paranoid Ingin bunuh diri Gejala: 1. Intoksikasi 2. Toleransi 3. Putus obat 4. ketergantungan

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Dampak menggunakan: 1. Fisik 2. Psikologik 3. Sos-ek
1. 2. 3. 4. Aspek kesehatan Aspek sosial psikologis Aspek keamanan Aspek ekonomi

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Penanggulangan: 1. Preventif 2. Kuratif 3. rehabilitatif

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Penanggulangan: 1. Preventif 2. Kuratif 3. rehabilitatif
1. Mengurangi pasokan 2. Mengurangi permintaan 3. Mengurangi dampak buruk

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Penanggulangan: 1. Preventif 2. Kuratif 3. rehabilitatif
1. Fase penerimaan awal 2. Fase detoksifikasi 3. Terapi komplikasi medik

NAPZA

c. penyalahgunaan napza
Penanggulangan: 1. Preventif 2. Kuratif 3. rehabilitatif

1. Fase stabilisasi 2. Fase sosialisasi masyarakat

NAPZA

d. napza-hiv/aids-seksualitas
NAPZA KRR

HIV/AIDS

SEKS

NAPZA

d. napza-hiv/aids-seksualitas
NAPZA
Penggunaan Jarum Suntik tdk steril ODHA yang menggunakan Napza mengalami percepatan memasuki fase AIDS

KRR

HIV/AIDS

SEKS

NAPZA

d. napza-hiv/aids-seksualitas
NAPZA KRR
Kesadaran Gairah seks atau

HIV/AIDS
HUS bebas + tidak aman

SEKS

NAPZA

e. keterampilan sosial yg bermanfaat


1. Menghadapi stress 2. Asertif 3. negosiasi

NAPZA

e. keterampilan sosial yg bermanfaat


1. Menghadapi stress 2. Asertif 3. negosiasi
Masalah Hidup - Kemampuan menentukan cara manjur menghadapi masalah

NAPZA

e. keterampilan sosial yg bermanfaat


1. Menghadapi stress 2. Asertif 3. negosiasi

Kemampuan mengkomunikasikan pemikiran & keinginan

NAPZA

e. keterampilan sosial yg bermanfaat


1. Menghadapi stress 2. Asertif 3. negosiasi

Kemampuan menawar atau mengatakan TIDAK

NAPZA

KRR

HIV/AIDS

SEKS

Sekian, terima kasih

Anda mungkin juga menyukai