Anda di halaman 1dari 6

Modifikasi Polietilen Sebagai Polimer Komposit Biodegradable untuk Bahan Kemasan (Deswita) Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal

26 Juni 2007

MODIFIKASI POLIETILEN SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABLE UNTUK BAHAN KEMASAN


Deswita,Aloma K. K., Sudirman dan Indra Gunawan
Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang

ABSTRAK
MODIFIKASI POLIETILEN SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABLE UNTUK BAHAN KEMASAN. Pembuatan polimer komposit yang biodegradable dengan metode blending telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mensintesis berbagai bahan polimer komposit yang biodegradable yang dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan antara lain sebagai bahan pengemas ramah lingkungan yang mudah terdegradasi. Dalam makalah ini, pembuatan polimer komposit yang biodegradable dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah filler yang biodegradable kedalam polimer sintetik menggunakan metode blending. Polimer sintetik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Low Linier Density Polyethylene (LLDPE) dan High Density Polyethylene (HDPE) dengan filler tepung tapioka. Variasi komposisi tepung tapioka yang digunakan adalah 50 % berat, 55 % berat, 60 % berat, 65 % berat, 70 % berat dan 75 % berat. Karakterisasi meliputi uji mekanik, uji termal, uji strukturmikro dan uji biodegradable. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sifak mekanik bahan turun dengan semakin besarnya kandungan tepung tapioka, namun tidak memperlihatkan perubahan yang signifikan pada sifat bahan komposit polimer. Untuk masa pemendaman di tanah selama 8 minggu, komposit polimer berbasis LLDPE pada semua komposisi filler tepung tapioka dapat terdegradasi di dalam tanah. Sementara untuk komposit polimer berbasis HDPE pada semua komposisi filler tepung tapioka belum tampak terdegradasi. Kata kunci : Polietilen, Polimer komposit, Biodegradable, Filler, Blending

ABSTRACT
POLYETHYLENE MODIFICATION AS BIODEGRADABLE COMPOSITE POLYMER FOR PACKING MATERIALS. The synthesis of the biodegradable composite polymer using blending method has been done. The aim of this research is to synthesize kinds of biodegradable composite polymer materials which could be applied in many kinds of requirements such as environmental friendly packaging and degradable. In this paper, the synthetic of biodegradable composite polymer was performed by adding biodegradable filler to the synthetic polymer using blending method. In this experiment Low Linier Density Polyethylene (LLDPE), High Density Polyethylene (HDPE) and filler of tapioca were used. The variation of tapioca meal composition were 50 in weight percent , 55 in weight percent, 60 in weight percent, 65 in weight percent, 70 in weight percent and 75 in weight percent. The characterization was done by means of thermal test, microstructure test, biodegradable and mechanical test. The result showed that the mechanical properties of the materials decreased with increasing composition of tapioca but did not show significant change to the polymer composite materials. For burrying time inside the ground of 8 weeks, all specimens based on polymer LLDPE for all composition of tapioca filler were degraded inside the ground, where as for all specimens based on polymer HDPE with all composition of tapioca filler did not show any degradation. Key words : Polyethylene, Composite polymer, Biodegradable, Filler, Blending

PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan bahan polimer, para ilmuwan telah melakukan banyak usaha untuk memperbaiki sifat bahan ini agar lebih stabil, lebih kuat secara mekanik dan kimia serta tahan lama. Saat ini bahan polimer (plastik) digunakan di berbagai sektor kehidupan untuk berbagai hal, diantaranya sebagai pembungkus makanan, alas makan dan minum, untuk keperluan sekolah, kantor, automotif dan berbagai sektor lainnya. Hal ini dikarenakan plastik memiliki sifat unggul seperti ringan tetapi kuat, transparan, tahan air serta harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat [1,2]. Pada dekade ini tingkat pemakaian bahan plastik terus meningkat seiring bertambahnya jumlah populasi 37

Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science

Edisi Khusus Desember 2008, hal : 37 - 42 ISSN : 1411-1098

penduduk. Produksi plastik di Indonesia mencapai 1.475 ton pada tahun 2005 yang berarti meningkat 4,17 % dibandingkan tahun 2001 sebesar 1,416 ton. Pemakaian polimer yang terus meningkat menciptakan masalah yang serius terhadap lingkungan berkenaan dengan penanganan limbah plastik tersebut terutama yang berasal dari plastik pengemas [3]. Salah satu alternatif yang mungkin untuk strategi penanganan limbah plastik adalah dengan proses daur ulang. Usaha ini belum cukup optimal dan masih menyisakan banyak kontroversi dan diskusi antara para ilmuwan dan publik pemakainya berkenaan tingkat keamanan pemakaian polimer hasil daur ulang. Berdasarkan hal tersebut, sejak awal tahun 1990-an para ilmuwan telah berusaha mengembangkan bahan plastik tertentu yang kinerjanya sebanding dengan bahan polimer konvensional tetapi bisa didegradasi oleh mikroba. Bahan polimer ini biasa disebut polimer biodegradable atau polimer yang ramah lingkungan [4-6]. Produk plastik yang kita pakai sehari-hari kebanyakan berasal dari produk samping petrokimia dan bersifat tahan terhadap serangan mikroba. Agar proses biodegradasi terhadap polimer bisa terjadi, maka polimer tersebut harus dimodifikasi. Modifikasi bisa melalui dua cara, pertama dengan membuatnya dari monomer yang tidak tahan terhadap mikroba, dan kedua dengan menambahkan aditif atau gugus yang biodegradabel ke dalam polimer sintetis. Proses pembuatan polimer biodegradabel dengan cara pertama telah banyak dilakukan tapi hasilnya kurang kompetitif secara ekonomi karena harga monomer yang mahal serta ketersediaannya juga terbatas. Salah satu contoh polimer biodegradable yang dibuat cara tersebut adalah polimer yang berasal dari asam laktat (PLA) [7-9]. Pada penelitian ini akan dikembangkan proses pembuatan polimer dengan cara menambahkan filler tepung tapioka ke dalam polimer sintetis yang biasa digunakan untuk bahan kemasan yang beredar di pasaran seperti Polietilen (PE). Polietilen merupakan termoplastik yang kuat, ringan dan bersifat semi kristalin yang banyak digunakan sebagai bahan dasar oleh industri plastik kemasan.Salah satu sifat fisik dari polietilen ditentukan oleh densitasnya yang dipengaruhi oleh percabangan pada rantai polietilen. Adanya perbedaan percabangan pada polietilen maka polietilen dapat dibedakan menjadi High Density Polyethylene (HDPE), Low Density Polyethylene (LDPE) dan Low Linear Density Polyethylene (LLDPE). Dalam penelitian ini digunakan polietilen jenis High Density Polyethylene (HDPE) dan Low Linear Density Polyethylene (LLDPE)[10]. Dari penelitian ini diharapkan tepung tapioka dapat digunakan sebagai filler untuk bahan polimer komposit biodegradabel yang bisa diaplikasikan untuk berbagai keperluan antara lain sebagai bahan pengemas. 38

METODE PERCOBAAN Bahan


Bahan yang digunakan adalah polietilen jenis High Density Polyethylene (HDPE) dan Linear Low Density Polyethylene ( LLDPE ) yang diproduksi PT Titan Petrokimia Indonesia, Merak, yang bertindak sebagai matriks, Tapioka cap Angsa Dua sebagai bahan pengisi (filler), dan nitrogen cair.

Peralatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital merk Sartorius, pengayak tepung motorized sieve shaker, Labo Plastomill merek Toyoseiki, alat cetak film (ukuran 15 cm x 15 cm, tebal 0,1 cm), mesin pengepres panas (Hydraulic Press), mesin pengepres dingin dan pembuat dumb bell. Uji sifat mekanik dilakukan sesuai dengan standar ASTM-D 1822-L menggunakan Tensile Strength Tester merek Toyoseiki dan pengujian sifat termal dengan Differential Scanning Calorimetry (DSC) tipe DSC7 Perkin Elmer.

Cara Kerja
Preparasi cuplikan diawali dengan pengayakan filler (tapioka) sampai dengan 325 mesh . Kemudian LLDPE dan tapioka dicampur berdasarkan %berat masing-masing 50, 55, 60, 65 dan 70 Tapioka. LLDPE dimasukkan ke dalam Labo Plastomill terlebih dahulu sampai meleleh sempurna pada suhu 130 C (sekitar titik leleh dari LLDPE). Selanjutnya dimasukkan tepung tapioka secara perlahan-lahan sambil terus digiling, setelah semua tapioka habis, Labo Plastomill ditutup dan dibiarkan selama 10 menit dengan kecepatan putar 30 rpm. Hasil blending ditimbang sebanyak 10 gram dan diletakkan di dalam alat cetak film kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengepres panas dengan tekanan 150 kg/cm2 pada suhu 130 C selama 5 menit. Setelah 5 menit alat cetak dikeluarkan dari alat pengepres panas kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengepres dingin dengan tekanan sebesar 5 ton selama 2 menit. Film plastik yang dihasilkan ini kemudian dibentuk dumbbell dengan mengunakan cetakan alat Die Cut berdasarkan standar ASTM-D-1822-1. Hal yang sama juga dilakukan pada pembuatan komposit HDPE+tapioka, akan tetapi suhu operasi yang digunakan adalah 160 oC. Selanjutnya dilakukan karakterisasi polimer komposit yang didapatkan meliputi uji mekanik (kekuatan luluh, kekuatan tarik dan perpanjangan putus) dan uji mikrostruktur serta uji biodegradable. Preparasi yang sama juga dilakukan untuk HDPE dan tapioka dengan komposisi yang sama dengan LLDPE. Alur kerja pembuatan dan karakterisasi

Modifikasi Polietilen Sebagai Polimer Komposit Biodegradable untuk Bahan Kemasan (Deswita)

komposit polimer biodegradable berbasis LLDPE dan HDPE ditampilkan pada Gambar 1.
LLDPE/HDPE + Tapioka (50, 55, 60, 70, 75) % berat Blending T= 130C Karakterisasi

Uji mekanik dengan stograph : - Kekuatan luluh - Kekuatan tarik - Perpanjangan putus

Uji Termal dengan STA

Uji strukturmikro dengan SEM

Uji Biodegradable

Gambar 1 . Alur kerja pembuatan dan karakterisasi komposit polimer biodegradable berbasis LLDPE dan HDPE

Tensile strength adalah kemampuan bahan untuk menerima beban tanpa menjadi rusak atau putus. Tensile strength suatu bahan ditetapkan dengan membagi gaya maksimum dengan luas penampang mula-mula sebelum terdeformasi. Tabel 1 menunjukkan bahwa kekuatan tarik mengalami penurunan dengan penambahan tapioka, hal ini juga disebabkan oleh sifat plastis dari bahan yang semakin berkurang. Elongation at Break merupakan pertambahan panjang dari spesimen uji oleh karena beban penarikan sampai sesaat sebelum spesimen uji tersebut mengalami perpatahan. Tabel 1 menunjukkan bahwa elongation at break akan semakin kecil dengan penambahan tapioka. Semakin banyak penambahan tapioka akan menyebabkan nilai elongation at break semakin menurun, hal ini disebabkan karena penambahan tapioka yang berlebih mengakibatkan sifat plastis bahan semakin berkurang dan mudah putus.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Mekanik


Pengukuran sifat mekanik meliputi yield strength (kekuatan luluh), tensile strength (kekuatan tarik) dan elongation at break (perpanjangan putus) dari cuplikan LLDPE+tapioka dan HDPE+tapioka Yield strength adalah kekuatan bahan terhadap deformasi plastik. Tabel 1 menunjukkan bahwa harga yield strength semakin kecil dengan bertambahnya tapioka, hal ini disebabkan karena tapioka yang bersifat non-plastis, sehingga membuat sifat plastis dari LLDPE menjadi berkurang. Untuk HDPE terlihat dengan penambahan tapioka, yield strength tidak ada, hal ini disebabkan oleh densitas HDPE yang tinggi sehingga dengan penambahan tapioka akan menyebabkan semakin getas dan mudah patah.
Tabel 1 . Hasil pengukuran sifat mekanik dari cuplikan LLDPE +tapioka dan HDPE +tapioka dengan variasi komposisi tepung tapioka
Jenis Sampel Tebal (mm) Yield Strength (Kg/cm2) 103,91 54.59 50,86 53,03 43,79 44,23 231,85 Tensile Strength (Kg/cm2) 244,68 67,97 64,82 63,61 51,66 35,61 28,91 351,43 135,01 110,49 102,66 96,46 80,47 65,19 Elongation at Break (%)

Uji Termal
Kantong plastik yang diproduksi tidak lansung digunakan, kadangkala mengalami proses penyimpanan sehingga parameter termal dapat dijadikan parameter penggunaan kantong plastik tersebut. Uji termal diperlukan untuk melihat perubahan sifat termal dari bahan komposit polimer LLDPE+tapioka dan HDPE/Tap sebagai fungsi suhu. Tabel 2 menunjukkan bahwa bertambahnya konsentrasi tepung tapioka tidak mempengaruhi sifat termal komposit polimer. Ini menunjukkan bahwa komponen komposit tidak terikat secara kimiawi.
Tabel 2. Hasil uji termal dengan menggunakan alat DSC untuk komposit polimer LLDPE , HDPE dan tapioka dengan variasi komposisi
No. 1 2 3 4 5 6 7 No. 1 2 3 4 5 6 7 Sampel LLDPE LLDPE + 50 %Tapioka LLDPE + 55 %Tapioka LLDPE + 60 %Tapioka LLDPE + 65 %Tapioka LLDPE + 65 %Tapioka LLDPE + 75 %Tapioka Sampel HDPE HDPE + 50 %Tapioka HDPE + 55 %Tapioka HDPE + 60 %Tapioka HDPE + 65 %Tapioka HDPE + 70 %Tapioka HDPE + 75 %Tapioka H=J/g 41.24 9.87 8.31 6.88 5.27 15.00 8.42 H=J/g 138.97 79.53 43.02 64.93 42.46 58.79 58.38 41.69 48.82 16.58 49.09 34.71 Peak (C) 122.90 122.78 122.98 122.94 122.17 126.01 122.31 Peak(C) 128.82 127.40 155.20 127.19 145.12 127.82 127.20 153.25 127.29 164.04 127.24 157.69

Polietilen (LLDPE) LLDPE + 50% Tapioka LLDPE + 55% Tapioka LLDPE + 60% Tapioka LLDPE + 65% Tapioka LLDPE + 70% Tapioka LLDPE + 75% Tapioka Polietilen (HDPE) HDPE + 50% Tapioka HDPE + 55% Tapioka HDPE + 60% Tapioka HDPE + 65% Tapioka HDPE + 70% Tapioka HDPE + 75% Tapioka - tidak terbaca

0,432 0,470 0,468 0,476 0,464 0,590 0,588 0,450 0,680 0,522 0,510 0,580 0,542 0,520

820 510 480 470 380 70 60 800 -

39

Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science

Edisi Khusus Desember 2008, hal : 37 - 42 ISSN : 1411-1098

Strukturmikro
Kekuatan mekanik yang menjadi parameter penggunaan kantong plastik sangat ditentukan oleh strukturmikro yang dimilikinya, oleh sebab itu dalam penelitian ini juga dilakukan pengamatan dengan SEM untuk mengetahui strukturmikronya. Hasil strukturmikro blending LLDPE+tapioka diperlihatkan pada Gambar 2. Proses pencampuran antara LLDPE atau HDPE dengan filler tepung tapioka melalui proses blending sehingga diharapkan terjadi proses pencampuran dengan hasil yang homogen. Gambar 2 dan Gambar 3 menerangkan bahwa proses blending, bahan polimer
(a) (b)

LLDPE dan HDPE dengan penambahan tepung tapioka terlihat cukup homogen pada semua komposisi, dengan semakin banyaknya filler tepung tapioka maka terlihat polimer LLDPE dan HDPE semakin sedikit dan sifat plastis bahan semakin berkurang. Hal ini didukung oleh data mekanik dari bahan polimer komposit, dengan ini diharapkan polimer komposit akan semakin mudah terdegradasi di dalam tanah.

Uji Biodegradable
Uji biodegradable terhadap komposit polimer dilakukan dengan memendamkan LLDPE +tapioka dalam media tanah. Terlihat pada Gambar 4 (a),
(c)

(d)

(e)

(f)

Gambar 2 . Hasil strukturmikro dari komposit polimer LLDPE +Tapioka pada berbagai variasi komposisi : (a). LLDPE+ tapioka 50%, (b). LLDPE+ tapioka 55%, (c). LLDPE+ tapioka 60%, (d). LLDPE+ tapioka 65%, (e). LLDPE+ tapioka 70% dan (f). LLDPE+ tapioka 75%

Gambar 3.Hasil strukturmikro dari komposit polimer HDPE+Tapioka pada berbagai variasi komposisi (a). HDPE murni, (b). HDPE+ Tapioka 50%, (c). HDPE+ Tapioka 65% , (d). HDPE+ Tapioka 65%

40

Modifikasi Polietilen Sebagai Polimer Komposit Biodegradable untuk Bahan Kemasan (Deswita)

Gambar 4. Hasil uji biodegradable LLDPE+tapioka dengan pemendaman di dalam tanah selama (a). 2 minggu, (b). 4 minggu dan (c). 8 minggu

setelah pemendaman selama 2 minggu komposit polimer LLDPE+tapioka mulai terdegradasi. Pemendaman LLDPE +tapioka selama 4 minggu, menyebabkan komposit mulai agak hancur. Selanjutnya pemendaman selama 8 minggu menyebabkan beberapa komposit polimer hancur dan pada konsentrasi tapioka lebih besar 60% komposit polimer telah habis. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan tapioka terhadap polimer sintetis dapat merubah polimer sintetis tersebut menjadi biodegradable. Gambar 5 menunjukkan bahwa untuk konsentrasi tapioka lebih dari 55% kerusakan akan terlihat

seperti pada Gambar 5 (b) dan untuk konsentrasi tepung tapioka lebih dari 60% seperti 65 %, 70 % dan 75 % komposit hancur dalam tanah dengan masa pendam

b
Gambar 5. Hasil uji biodegradable LLDPE+Tap dengan pemendaman di dalam tanah selama 8 minggu. (a) LLDPE +Tap 55% dan (b). LLDPE +Tap 60% Gambar 6 . Hasil uji biodegradable HDPE+tapioka dengan pemendaman di dalam tanah selama (a). 2 minggu, (b). 4 minggu dan (c). 8 minggu

41

Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science

Edisi Khusus Desember 2008, hal : 37 - 42 ISSN : 1411-1098

8 minggu. Bila hal ini dihubungkan dengan sifat mekanik dari masing-masing komposit polimer tersebut, maka komposit polimer yang memungkinkan untuk plastik kemasan yang biodegradable adalah komposit polimer pada konsentrasi LLDPE+tapioka 60%, karena pada konsentrasi ini hasil uji mekanik lebih baik dibandingkan konsentrasi komposit polimer yang lebih besar dari 60% (Tabel 1) Hasil uji biodegradable polimer komposit HDPE+tapioka (Gambar 6) berbeda dengan LLDPE+tapioka (Gambar 5) dimana pada polimer komposit HDPE/tapioka pemendaman dari 2 minggu sampai dengan 8 minggu tidak menyebabkan polimer komposit ini terdegradasi. Hal ini mungkin disebabkan dari sifat densitas polimer sintetis HDPE yang tinggi sehingga polimer ini sulit untuk terdegradasi di dalam tanah, data eksperimen tentang biodegradable HDPE belum diperoleh dari literatur yang diacu selama ini. Gambar 6. memeperlihatkan polimer komposit HDPE +tapioka yang dilakukan uji biodegradable dimana sampel uji ditanam di tanah dengan kedalaman 30 cm. Hasilnya menunjukkan tidak ada perubahan pada komposit HDPE+tapioka bila dibandingkan dengan LLDPE+tapioka (Gambar 5)

Ilmiah Ipetk Bahan 02, P3IB-BATAN, Serpong, (2002) 225-228 [8]. ENVIS, Indian Centre For Plastics In The Enviroment, 1 (4) (2003) [9]. COLEMAN, M.M., GRAF, J.F., And PAINTER, P., Spesific Interactions and The Miscibility of Polymer Blends, Technomic, 20 (1991) [10]. NPL, Plastics and Adhesives, The UKs National Measurement Laboratory, 9 (2006)

KESIMPULAN
LLDPE +tapioka dapat digunakan sebagai bahan kemasan karena hasil uji biodegradable menunjukkan komposit polimer ini dapat terdegradasi di dalam tanah . Sementara untuk HDPE+tapioka belum bisa digunakan untuk bahan kemasan karena masih belum terdegradasi dengan baik, sehingga diperlukan penelitian lanjutan.

DAFTARACUAN
[1]. MASCIA L., Thermoplastics, Materials Engineering, Elsevier Apllied Science, London, (1989) http;//www.dml.or.id/dml5/berita_terbaru/ biodegradable_bag_di_indonesia.dml. diakses 7 Februari (2008) BPS, Data, Jakarta (www.bps.go.id), (2005) MULLER, R.J. Biodegradability of Polymers: Regulations and Methods for Testing , Braunchweig, Germany, (2002) 366-374 K. HOPPENHERDT and J. TRANKLER., Biodegradable Plastic and Biowaste Options For A Common Treatment, Proccedings of the Biowaste 95 Conference, Aalborg. Denmark, (1995) http://blogkuw.wordpress.com/2007/07/20/ plastikbiodegradable DESWITA, ALOMA KARO KARO dan SUDIRMAN, Pengaruh Penambahan Filler Jerami Terhadap sifat Mekanik dan Termal Komposit Berbasis Polipropilena, P rosiding Pertemuan

[2].

[3]. [4].

[5].

[6]. [7].

42

Anda mungkin juga menyukai